You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah/dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar.
Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena
ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus
menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau
radiasi. Luka bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan kematian.

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan


khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang
lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar
yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh
api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan
pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau
percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi
yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan
memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.

Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pasien luka
bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya.
Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan
penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas
kesehatan. Menurut pakar ahli gizi sekitar 75 persen status gizi pasien yang

1
dirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pasien,
khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu
dilakukan secara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang
diperlukan.

Pemberian nutrisi pun bukan sekadar memberi makan, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan gizi penderita. Dengan demikian kerja sama antara
dokter yang merawat dengan ahli gizi amat diperlukan agar makanan yang
dihidangkan sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:

1. Apakah luka bakar itu serta klasifikasinya?


2. Apakah tujuan diet luka bakar?
3. Apakah syarat diet dari luka bakar?
4. Apa jenis diet luka bakar?

2
BAB II

GAMBARAN UMUM LUKA BAKAR

A. Definisi

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat
(2001) luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat


meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan
beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.

B. Etiologi

Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa


jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Panas atau suhu yang tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat
(solid) yang mengalami eningkatan suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar
adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit,
bahkan organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak
terbakar.

Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik
(misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung.
Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan
terjadinya luka bakar pada paru-paru.

3
Selain itu penyebab luka bakar yang lain adalah karena radiasi dan
sengatan listrik. Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas
49820 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber
listrik ke dalam tubuh manusia.

Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat


aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber
listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi
panas sehingga permukaannya terbakar.

Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit


yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang
bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka. Kejutan
listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan
gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.

Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun,
termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas
mustard dan fosfat.

C. Patofisiologi

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah


sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi
yang sering terjadi dimana manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini
adalah :

1. Respon kardiovaskuiler

Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui


kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma,

4
edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung serta
hemokonsentrasi sel darah merah dan penurunan perfusi pada organ mayor
edema menyeluruh.

2. Respon Renalis

Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan


GFR menurun mengakibatkan keluaran urine juga menurun dan bisa
berakibat gagal ginjal.

3. Respon Gastro Intestinal

Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas


gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan yang luas.

4. Respon Imonologi

Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang


berasal dari luar. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk kedalam luka.

D. Klasifikasi Luka Bakar

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan


perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
dan keseriusan luka, yakni :

1. Berdasarkan penyebab

a. Luka bakar karena api


b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi

5
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I

1) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis


2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3) Tidak dijumpai bulae
4) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II

1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi


inflamasi disertai proses eksudasi.
2) Dijumpai bulae.
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1) Derajat II dangkal (superficial)


a) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

6
c. Luka bakar derajat III

1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih


dalam.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
3) Tidak dijumpai bulae.
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi


tiga kategori, yaitu :

a. Luka bakar mayor

1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

b. Luka bakar moderat

7
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan
10-20% pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki, dan perineum.

c. Luka bakar minor

Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991)


dan Griglak (1992) adalah :

1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
4) Luka tidak sirkumfer.
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

8
BAB III

PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR

A. Tujuan Diet Luka Bakar

Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan


mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi
secara optimal selama proses penyembuhan, dengan cara :

1. Mengusahakan dan mempecepat penyembuhan jaringan yang rusak

2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif

3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.

4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.

B. Syarat dan Prinsip Diet pada Luka Bakar

Syarat-syarat diet luka bakar adalah:

1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi


Enteral Dini (NED).

2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka


bakar yaitu:

a. Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka bakar

b. Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar. (Tabel


3.1)

9
Tabel 3.1 Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen luka
bakar

Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)


<10 1,2 x AMB
11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
> 50 2,0 x AMB
Sumber: Handbook No. 6 Principles of Nutritional Management of
Disorders. JADA, 1990.

3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.

4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak
yang tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan sehingga pasien lebih
mudah terkena infeksi.

5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total. Bila pasien
mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan
45-55 % dari kebutuhan energi total.

6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan,


untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya
ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin
adalah sebagai berikut:

a. Vitamin A minimal 2 kali AKG

b. Vitamin B minimal 2 kali AKG

c. Vitamin C minimal 2 kali AKG

d. Vitamin E 200 SI

10
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.

8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk
mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.

Sedangkan prinsip diet untuk luka bakar antara lain :

1. Kebutuhan kalori dapat dihitung dengan menggunakan rumus Ireton-Jones,


sementara kebutuhan proteinnya dapat diperkirakan berdasarkan rasio kalori
terhadap nitrogen atau jumlah protein yang dibutuhkan pada masing-masing
keadaan.

2. Terapi imunonutrisi dapat dilakukan dengan memberikan suplemen


preparat enteral yang mengandung glutamin, arginin, dan asam lemak omega
3. Glutamin dan arginin merupakan asam-asam amino yang dalam keadaan
sehat tergolong non-esensial tetapi pada keadaan stres berat akan menjadi
asam-asam amino esensial. Kadar glutamin dan arginin yang memadai akan
mengendalikan respon inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan.

3. Pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah darah yang hilang dengan


ditambah jumlah keluar urine serta feses dan insensible waterloss.

4. Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan pada trauma, luka


bakar dan pembedahan. Vitamin C dengan takaran 500-1000 mg/hari
diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi proses kesembuhan luka yang
optimal.

11
C. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian pada Luka Bakar

1. Diet Luka Bakar I

Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air
Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan
sebagai berikut :

a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam.

b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1


kkal/ml dengan kecepatan yang sama.

c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi


ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit.
Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian makanan
dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit.

d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian
makanan dihentikan selama 2 jam.

2. Diet Luka Bakar II

Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I,


yaitu diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan
Makanan Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan
tubuh normal.

Cara pemberiannya sebagai berikut :

a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat


berbentuk cair, saring, lumat, lunak, atau biasa.

12
b. CairanAGGS, tidak terbatas.

c. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari.


Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien,
maksimal 300 ml.

d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari
dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi
kebutuhan gizi.

e. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian


disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi
terpenuhi.

D. Preskripsi Diet (Penetapan Diet)

1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran
darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus
mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)

2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :

a. Ikan sebagai sumber protein hewani,


b. Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
c. Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam,
lobak, pepaya,dll

3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan
untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam
produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya
akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara
minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula
dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.

13
4. Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup,
dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan
karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh

5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral
setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air
kecil pada malam hari

6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit
tetapi sering.

E. Bahan Makanan Sehari serta Bahan Makanan yang Dianjurkan dan


Tidak Dianjurkan

1. Bahan Makanan Sehari

a. Bentuk Cair

Diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, yaitu Formula


Rumah Sakit (FRS) dan Formula Komersial (FK).

b. Bentuk Saring

Diberikan dalam bentuk Makanan Saring, yang dapat dilihat pada


tabel berikut:

Tabel 3.2 Bahan Makanan Sehari (Makanan Cair)

Bahan Makanan Berat (gr) URT


Tepung Beras 90 15 sdm
Maizena 15 3 sdm
Telur Ayam 50 1 btr

14
Daging sapi 100 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bh bsr
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm
Pepaya 300 3 ptg sdg
Margarin 10 1 sdm
Santan 100 ½ gls
Gula Pasir 60 6 sdm
Gula Merah 50 5 sdm
Susu 500 2 ½ gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:

1) Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml


2) Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
3) Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
4) Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml

c. Bentuk Lunak

Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak, yang dapat dilihat pada


tabel berikut:

Tabel 3.3 Bahan Makanan Sehari (Makanan Lunak)

Bahan Makanan Berat (gr) URT


Beras 250 5 gls nasi tim
Daging 100 2 ptg sdg
Telur Ayam 50 1 btr

15
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah Pepaya 200 2 ptg sdg
Gula Pasir 50 5 sdm
Minyak 25 2 ½ sdm
Susu 200 1 gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:

1) Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml


2) Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
3) Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
4) Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml

d. Bentuk Biasa

Diberikan dalam bentuk Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet


ETPT), yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Bahan Makanan yang Ditambahkan

pada Makanan Biasa (Diet ETPT)

Bahan Makanan ETPT I ETPT II


Berat (gr) URT Berat (gr) URT
Susu 200 1 gls 400 2 gls
Telur Ayam 50 1 btr 100 2 btr
Daging 50 1 ptg sdg 100 2 ptg sdg

16
Formula Komersial 200 1 gls 200 1 gls
Gula Pasir 30 3 sdm 30 3 sdm
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Bila pasien tidak dapat menghabiskan porsi makanan biasa, maka


frekuensi makan dapat ditambah menjadi 4 kali makanan utama. Jadwal
makanan adalah sebagai berikut:

1) Pukul 08.00 : Makan Pagi


2) Pukul 10.00 : Selingan
3) Pukul 13.00 : Makan Siang
4) Pukul 16.00 : Selingan
5) Pukul 18.00 : Makan Malam I
6) Pukul 21.00 : Makan Malam II
7) Pukul 05.00 : Selingan

2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

a. Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan


sumber energi dan protein seperi susu, telur, daging, ayam, dan keju,
serta gula pasir, dan sirup.
b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan
hiperalergik seperti udang.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat


meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Luka bakar perlu ditangani secara saksama untuk mencegah kejadian
yang mengancam jiwa. Prinsip utama penanganan luka bakar, menurut situs
burn survivors online, meliputi pengurangan rasa sakit, mencegah infeksi,
menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan gizi yang baik.

Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan


mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi
secara optimal selama proses penyembuhan.

B. Saran

1. Pengaturan diet sangat dibutuhkan oleh penderita luka bakar untuk


memastikan kebutuhan energinya tercukupi.

2. Respons metabolik pada luka bakar mempengaruhi keseimbangan cairan


dan elektrolit, keseimbangan nitrogen negatif serta kehilangan berat badan
yang cepat. Dengan demikian energi dan protein pengganti pun perlu
diberikan secepatnya.

3. Pemberian makanan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien. Bisa


melalui sonde, disajikan bubur halus, kasar, tim, ataupun nasi. Cara
pemberiannya pun sebaiknya bertahap dari porsi kecil hingga sesuai dengan
kebutuhan penderita.

4. Penanganan luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih
terkontrol dan untuk menghindari dampak lebih fatal pascakebakaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Instalasi Gizi PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. 2000. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Suradita. 2008. Luka Bakar. http://askep.blogspot.com (diakses tanggal 28 maret


2018)

Oetoro, Samuel, Dr. 2000. Penatalaksanaan Nutrisi pada penderita Luka


Bakar.http://mnu-malang.com (diakses tanggal 28 maret 2018)

Arisandi, Defa, A.Md.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka
Bakar (Combustio). http://fadlie.web.id (diakses tanggal 28 maret 2018)

Anto, dr. 2007. Luka Bakar. http://medicastore.com (diakses tanggal 28 maret


2018)

Nurcahyo. 2009. Luka Bakar. http://www.indonesiaindonesia.com (diakses


tanggal 28 maret 2018)

Nadesul, Handrawan. 2002. Bagaimana Merawat Luka


Bakar.http://www.kompas.com (diakses tanggal 28 maret 2018)

Bernadi, Rakhmat & Karina. 2003. Menyikapi Luka


Bakar.http://www.sinarharapan.co.id (diakses tanggal 28 maret 2018)

Samsuridjal, Dzauji, Dr. 2007. Nutrisi pada Pasien di Rumah


Sakit.http://cahya.sayanginanda.com (diakses tanggal 28 maret 2018)

Pacu Gizi Korban Luka Bakar. 2008. http://www.jawapos.co.id (diakses tanggal


28 maret 2018)

Luka Bakar. 2004. http://www.klikdokter.com (diakses tanggal 28 maret 2018)

19
Merawat Luka Bakar Perlu Kesabaran. 2007. http://www.balipost.co.id (diakses
tanggal 28 maret 2018)

20

You might also like