Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah/dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar.
Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena
ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus
menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau
radiasi. Luka bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan kematian.
Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pasien luka
bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya.
Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan
penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas
kesehatan. Menurut pakar ahli gizi sekitar 75 persen status gizi pasien yang
1
dirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pasien,
khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu
dilakukan secara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang
diperlukan.
Pemberian nutrisi pun bukan sekadar memberi makan, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan gizi penderita. Dengan demikian kerja sama antara
dokter yang merawat dengan ahli gizi amat diperlukan agar makanan yang
dihidangkan sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat
(2001) luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.
B. Etiologi
Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik
(misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung.
Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan
terjadinya luka bakar pada paru-paru.
3
Selain itu penyebab luka bakar yang lain adalah karena radiasi dan
sengatan listrik. Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas
49820 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber
listrik ke dalam tubuh manusia.
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun,
termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas
mustard dan fosfat.
C. Patofisiologi
1. Respon kardiovaskuiler
4
edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung serta
hemokonsentrasi sel darah merah dan penurunan perfusi pada organ mayor
edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
4. Respon Imonologi
1. Berdasarkan penyebab
5
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
6
c. Luka bakar derajat III
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
7
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan
10-20% pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki, dan perineum.
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
4) Luka tidak sirkumfer.
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
8
BAB III
9
Tabel 3.1 Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen luka
bakar
4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak
yang tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan sehingga pasien lebih
mudah terkena infeksi.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total. Bila pasien
mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan
45-55 % dari kebutuhan energi total.
d. Vitamin E 200 SI
10
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk
mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
11
C. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian pada Luka Bakar
Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air
Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan
sebagai berikut :
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam.
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian
makanan dihentikan selama 2 jam.
12
b. CairanAGGS, tidak terbatas.
d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari
dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran
darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus
mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan
untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam
produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya
akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara
minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula
dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
13
4. Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup,
dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan
karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh
5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral
setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air
kecil pada malam hari
6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit
tetapi sering.
a. Bentuk Cair
b. Bentuk Saring
14
Daging sapi 100 2 ptg sdg
Tahu 100 1 bh bsr
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm
Pepaya 300 3 ptg sdg
Margarin 10 1 sdm
Santan 100 ½ gls
Gula Pasir 60 6 sdm
Gula Merah 50 5 sdm
Susu 500 2 ½ gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006
c. Bentuk Lunak
15
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang Hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah Pepaya 200 2 ptg sdg
Gula Pasir 50 5 sdm
Minyak 25 2 ½ sdm
Susu 200 1 gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006
d. Bentuk Biasa
16
Formula Komersial 200 1 gls 200 1 gls
Gula Pasir 30 3 sdm 30 3 sdm
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
4. Penanganan luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih
terkontrol dan untuk menghindari dampak lebih fatal pascakebakaran.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. 2000. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Arisandi, Defa, A.Md.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka
Bakar (Combustio). http://fadlie.web.id (diakses tanggal 28 maret 2018)
19
Merawat Luka Bakar Perlu Kesabaran. 2007. http://www.balipost.co.id (diakses
tanggal 28 maret 2018)
20