You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah dibedakan menjadi tiga bagian,

yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah padat contohnya sobekan

kertas, logam, sampah plastic dan sisa makanan. Contoh limbah cair adalah air

bekas mencuci pakaian dan air bekas mencuci piring. Sedangkan contoh limbah gas

misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

Menurut Hidayat, N. (2016: 1), limbah cair merupakan cairan yang

dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair ini umumnya akan dikumpulkan

terlebih dahulu kemudian akan mengalami proses pengolahan ataupun kadangkala

langsung dibuang ke perairan atau lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung

ke lingkungan akan sangat membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-

bahan berbahaya dan beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu

dicerna oleh mikroorganisme yang ada dilingkungan.

Semakin tinggi pencemaran pada limbah cair semakin tinggi pula tingkat

bahaya pada limbah tersebut. Kandungan limbah yang tidak mampu dicerna oleh

mikroorganisme yang ada di lingkungan dapat menyebabkan penumpukan

kandungan limbah yang tinggi, yang justru akan merugikan bagi lingkungan,

mikroorganisme, dan makhluk hidup lainnya. Sehingga dibutuhkan alat yang


mampu memonitoring atau mengontrol jumlah pencemaran limbah pada limbah

cair tersebut.

Menurut Malik, M. I., et al (2009: 1), mikrokontroler adalah sebuah sistem

komputer yang dibangun pada sebuah keeping (chip) tunggal. Jadi, hanya dengan

sebuah keping IC (Integritas Circuit) saja dapat dibuat sebuah sistem komputer

yang dapat dipergunakan dengan mengontrol alat.

Mikrokontroler dapat digunakan dalam sistem monitoring debit limbah cair,

dengan harapan dapat mempermudah sistem monitoring tersebut. Pemantauan debit

limbah cair dapat digunakan sebagai parameter apakah limbah cair tersebut

berbahaya atau tidak, dan bisa diolah kembali atau tidak.

Sistem monitoring berguna untuk memantau seberapa besar cemaran yang

ada pada limbah cair. Pada sistem monitoring ada batasan cemaran yang diberikan

oleh pihak pemeriksa, selain itu ketika limbah cair menggunakan sistem monitoring

maka limbah cair lebih terkontrol cemarannya, dan nantinya limbah cair lebih

mudah dipisahkan berdasarkan kategori cemaran untuk selanjutnya diolah

berdasarkan tingkat cemarannya maing-masing.

Sehingga diharapkan dengan adanya sistem monitoring limbah cair dengan

menggunakan mikrokontroler dapat mengurangi jumlah cemaran pada limbah cair.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem mikrokontroler dapat bekerja sebagai sistem monitoring

debit limbah cair?


2. Apakah mikrokontroler efisien digunakan dalam sistem monitoring debit

limbah cair?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat bagaimana sistem mikrokontroler dapat bekerja sebagai sistem

monitoring debit limbah cair

2. Untuk melihat apakah mikrokontroler efisien digunakan dalam sistem

monitoring debit limbah cair

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar sistem monitoring debit

limbah cair dapat menggunakan sistem mikrokontroler, sehingga dapat mengurangi

jumlah cemaran pada limbah cair.

E. Batasan Masalah

1. Semakin tinggi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair.

2. Perancangan Sistem Mikrokontroler sebagai sistem monitoring debit limbah

cair.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah

Menurut Arief, L. M. (2016: 23), limbah adalah buangan yang dihasilkan

dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah

lebih dikenal sebagai sampah, yang keberadaannya sering tidak dikehendaki dan

menganggu lingkungan, karena sampah dipandang tidak memiliki nilai ekonomis.

1. Karakteristik Limbah

a) Sifat Fisik

Perubahan parameter fisik dalam limbah ditentukan berdasarkan jumlah

padatan terlarut, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna (Arief

L. M (2016: 35).

1) Padatan

Padatan terdiri dari bahan paat organic maupun anorganik yang larut,

mengendap, maupun suspense. Jika bahan ini akan mengendap pada dasar air dalan

jangka waktu yang lama, akan menimbulkan pendangkalan pada dasar badan

penerima.
Akibat lain dari padatan ini adalah menimbulkan tumbuhnya tanaman air

tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyaknya padatan

menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air.

2) Kekeruhan

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan

cahaya ke dalam air. Sedangkan kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air.

Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air,

namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya.

Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat

tertentu, seperti bahan organik, jasat renik, lumpur tanah liat, dan benda lain yang

melayang ataupun terapung dan sangat halus sekali.

3) Bau

Bau muncul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat

organic dan menghasilkan gas terentu. Selain itu, bau juga timbul karena terjadinya

reaksi kimia hingga menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah

tergantung pada jenis dan banyaknya gas yang ditimbukan.

4) Temperatur

Temperatur air limbah akan mempengaruhi badan penerima jika terdapat

perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi

kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu
mempperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.

Pembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organic jauh

lebih besar pada suhu tinggi.

5) Daya Hantar Listrik

Daya hantar listrik adlah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik. Hal

tersebut dalam dilihat dari kadar padatan total dalam air dan suhu data pengukuran.

Konduktivitas arus listrik dalma mengalirkan arusnya bergantung dari mobilitas ion

dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor yang lebih kuat

dibandingkan dengan senyawa organic. Tujuan dari pengukuran daya hantar listrik

ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap

kehidupan biota.

6) Warna

Warna timbul karena suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, selain

adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau

disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fosfor, protein, sulfur,amoniak,

hidrogen sulfide, carbon disulfide dan zat organik lain. Kecuali bau yang

disebabkan bahan beracun, jarang merusak kecepatan manusia tapi mengganggu

ketenangan bekerja.
b) Sifat Kimia

Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air, termasuk

apakah ait itu masuk dalam tingkat racun atau bahaya lain. Semakin besar

konsentrasi bahan pencemar dalam air, maka akan semakin terbatas juga

penggunaan air (Arief, L. M. (2016: 38)).

Menurut Arief, L. M. (2016: 38), secara umum sifat air ini dipengaruhi oleh:

1) Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Dalam air Bungan terdapat xat organic yang terdiri dari unsur tambahan lain

seperti nitrogen, belerang, dan lain-lain, yang cenderung menyerap oksigen.

Oksigen tersebut dipergunakan untuk menguraikan senyawa organic. Pada

akhirnya kadar oksigen dalam air buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau.

Pengukuran terhadap nilai BOD adalah kebutuhan oksigen terlarut dalam air

buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organic dengan bantuan

mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi

secara baik, yaitu pada temperature 20⁰C dan waktu lima hari. Satuan yang biasa

dipakai dinyatakan dalam mg per liter atau kg.

2) Chemical Oxygen Demand (COD)

Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah COD. Pengukuran

ini diperlukan untuk mengukur oksigen terhadap zat organic yang sukar

dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutukan bantuan pereksi oksidator

yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih kecil daripada nilai COD
diukur pada senyawa organic yang dapat diuraikan maupun senyawa organik yang

tidak dapat berurai.

3) pH (Derajat Keasaman)

Didefinisikan sebagai [pH=-log(H⁺)] yang menunjukkan tingkat keasaman

atau kebasaan. Keasaan air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan

berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air buangan

dengan pH tinggi atau rendah akan membuat air menjadi steril, sehingga akan

membunuh mikroorganisme air yang diperlukan. Demikian juga makhluk lain,

misalnya ikan menjadi tidak dapat hidup. Buangan asam berasal dari bahan kimia

yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung asam klorida, asam sulfat, dan

lain-lain. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap

bahan kontruksi seperti besi. Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari

buangan mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat, dan

hidroksida

.
4) Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat,

garam hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Semakin tinggi

kesadahan suatu air, semakin sulit air membuih. Untuk ketel selalu diupayakan air

dengan kesadahan rendah, karena dalam konsentrasi tinggi, zat tersebut akan

menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pipa pendingin.

Oleh sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air.
Pengukuran alkalinitas air adalah pengkuran kandungan ion CaCO3, ion Mg,

bikarbonat, karbonat dan lain-lain.

5) Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air kan membuat air berwarna

kecoklatan dan tidak larut, hal ini menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas.

Air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua

macam bahan ini berasal dari larutan batuan-batuan yang mengandung senyawa Fe

atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan, dan lain lain. Dalam limbah industri, besi

berasal dari korosi pipa-pipa air dan material logam sebagai hasil reaksi elektro

kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung padatan larut

mempunyai sifat mengantarkan listrik dan mempercepat terjadinya korosi.

6) Chlorida

Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik indutri kaustik soda. Bahan ini

berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam, dan lain-lain. Chlorida

merupakan zat terlarut dan menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi sebagai

desinfektans, tapi dalam bentuk ion (yang bersenyawa dengan ion natrium), akan

meyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.


7) Phosphat

Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan

organisme lainnya. Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang

mengandung senyawa phosphat.

8) Logam Berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak, seng,

cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel. Metal lain yang juga termasuk

metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminum. Logam ini dalam

konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.

9) Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak akan mengapung di atas permukaan air meskipun

sebagian terdapat di bawah permukaan air. Lemak dan minyak merupakan senyawa

ester dari turunan alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hydrogen, dan oksigen.

10) Zat Warna dan Surfaktan

Zat warna dan surfaktan mubcul dalam air buangan karena adanya senyawa

organic yang larut dalam air. Zat surfaktan sangat sukar diuraikan oleh aktivitas

mikroorganisme, demikian juga zat warna yang mengandung logam berat seperti

chrom atau tembaga.


2. Jenis Limbah

a) Sumber Limbah

1) Limbah Industri

Menurut Arief, L. M. (2016: 38), limbah industri berasal dari kegiatan

industri, baik karena proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung.

Limbah dari kegiatan industri adalah limbah yang terproduksi bersamaan dengan

proses produksi, dimana prosuk dan limbah hadir pada saat yang sama. Sedangkan

limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah produksi.

Menurut Rivanto (2014: 102), limbah industri adalah limbah yang berasal

dari industri, hasil buangannya dapat berbentuk padat, cair, dan gas bergantung

pada benda yang dibuat 1:23. Beberapa limbah industri mengandung bahan yang

berbahaya dan beracun atau yang disebut dengan limbah B3. Limbah B3 adalah

bahan yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa

kemasan, tumpahan, dan sisa proses yang memerlukan penanganan atau

pengolahan khusus senelum dibuang ke lingkungan.

2) Limbah Rumah Tangga

Menurut Cabaniss, A. D. (2018: 2), limbah rumah tangga merupakan bahan

apa pun yang berasal dari rumah tangga, termasuk limbah yang telah dikumpulkan,

diangkut, disimpan, dirawat, dibuang, dipulihkan (misalnya, bahan bakar yang

diturunkan dari bahan bakar) atau digunakan kembali.


Limbah rumah tangga dihasilkan oleh setiap rumah penduduk. Jenis limbah

yang dihasilkan biasanya berupa kertas, barang rongsokan, atau ar bekas cucian

(Christina (2009: 26)).

3. Wujud Limbah

Menurut Arief, L. M. (2016: 17) dan Cabaniss, A. D. (2018: 2) berdasarkan

wujudnya, limbah dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu limbah padat, limbah cair

dan limbah gas.

a) Limbah padat

Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat contohnya

sobekan kertas, logam, sampah plastic dan sisa makanan.

b) Limbah cair

Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair, dan terlarut dalam air.

Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian dan air bekas mencuci piring.

c) Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas, biasanya dapat dilihat dalam

bentuk asap. Contoh limbah gas misalnya gas buangan kendaraan bermotor
B. Limbah Cair

Menurut Hidayat, N. (2016: 1), limbah cair merupakan cairan yang

dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair ini umumnya akan dikumpulkan

terlebih dahulu kemudian akan mengalami proses pengolahan ataupun kadangkala

langsung dibuang ke perairan atau lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung

ke lingkungan akan sangat membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-

bahan berbahaya dan beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu

dicerna oleh mikroorganisme yang ada dilingkungan.

Karakteristik limbah umumnya dikelompokkan dalam karakteristik fisik,

kimia, dan biologis. Karakteristik fisik mencakup BOD, COD, kesadahan, pH, dan

sebagainya, sedangkan karakteristik biologis adalah ragam organisme yang ada

pada limbah tersebut (Hidayat, N. (2016: 2)).

Menurut Mujdalipah, S. et al (2007: 61), limbah cair merupakan sisa

pembuangan yang dihasilkan dari suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi.

Kegiatan-kegiatan yang berpotensi sebagai penghasil limbah cair antara lain

kegiatan industri, rumah tangga, peternakan dan pertanian.

Saat ini kegiatan rumah tangga mendominasi jumlah limbah cair dengan

persentase 40% dan diikuti oleh limbah industri 30% dan sisanya limbah rumah

sakitm pertanian, perternakan, atau limbah lainnya (Mujdalipah, S. et al (2007:

61)).

Komponen utama limbah cair adalah air (99%), sisanya yaitu bahan padat

yang bergantung pada asal buangan tersebut. Tidak semua limbah ciar dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil biogas, hanya limbah cair organik yang
bisa digunakan sebagai bahan baku biogas. Limbah tersebut antara lain urine hewan

ternak, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair industri seperti industri tahu,

tempe, tapioka, brem dan rumah potong hewan (Mujdalipah, S. et al (2007: 61)).

C. Mikrokontroler

1. Pengertian Mikrokontroler

Menurut Malik, M. I., et al (2009: 1), mikrokontroler adalah sebuah sistem

komputer yang dibangun pada sebuah keeping (chip) tunggal. Jadi, hanya dengan

sebuah keping IC (Integritas Circuit) saja dapat dibuat sebuah sistem komputer

yang dapat dipergunakan dengan mengontrol alat.

Menurut Dharmawan, H. A. (2017: 1), mikrokontroler merupakan chip

mikrokomputer yang secara fisik berupa sebuah IC (Integritas Circuit).

Mikrokontroler biasanya digunakan dalam sistem yang kecil, murah dan tidak

membutuhkan perhitungann yang sangat komplekss seperti dalam aplikasi di PC.

Mikrokontroler banyak ditemukan dalam peralatan seperti microwave, oven,

keyboard, CD player, VCR, remote control, robot dll.

Mikrokontroler bekerja berdasarkan program perangkat lunak yang

ditanamkan didalamnya, dan program tersebut dibuat seduai dengan aplikasi yang

diinginkan. Aplikasi mikrokontroler normalnya terkait pembacaan data dari luar

dana tau pengontrolan peralatan diluarnya (Dharmawan, H. A. (2017: 1)).

Sedangkan menurut Suhata, (2005: 143), mikrokontroler adalah central

processing unit (CPU) yang disertai memori serta sarana Input/Output dan dibuat

dalam bentuk chip.


2. Komponen Penyusun Mikrokontroler

Menurut Dharmawan, H. A. (2017: 1), mikrokontroler disusun oleh

beberapa komponen, yaitu CPU (Central Processing Unit), ROM (Read Only

Memory), RAM (Random Access Memory), dan I/O (Input/Output). Keempat

komponen ini secara bersama-sama membentuk sistem komputer dasar. Beberapa

mikrokontroler memiliki tambahan komponen, misalnya ADC (Analog to Digital

Converter), Timer/Counter, dan lain-lain.

a) CPU (Central Processing Unit)

Menurut Suhata, (2005: 144), CPU terdiri atas dua bagian, yaitu unit

pengendali (Control unit) serta Arithmetic Logic Unit (ALU). Funsi utama unit

pengendali adalah mengambil, mengkode dan melaksanakan urutan instruksi

sebuah program yang tersimpan dalam memori. Unit pengendali menghadilkan dan

mengatur sinyal pengendali yang diperlukan untuk menyerempakkan operasi,

aliran dan instrusi progam. Unit arimetika dan logika berfunsi untuk melakukan

proses perhitungan yang diperlukan selama program dijalankan serta

mempertimbangkan suatu kondisi dan mengambil keputusan yang diperlukan untuk

instruksi-instruksi berikutnya (Suhata, (2005: 144)).

b) ROM (Read Only Memory)

Menurut Suhata, (2005: 145), ROM merupakan memori yang hanya dapat

dibaca. Data yang disimpan di ROM tidak akan hilang meskipun catu dimatikan.

Dari sifatnya itu maka ROM sering dipakai untuk menyimpan program.
c) RAM (Random Access Memory)

Menurut Suhata, (2005: 145), RAM merupakan memori yang dapat dibaca

dan ditulis. RAM biasanya digunakan untuk menyimpan darta atau sering disebut

dengan memori data saat catu daya RAM dimatikan sehingga RAM hanya dapat

digunakan untuk menyimpan data sementara.

d) I/O (Input/Output)

Menurut Iswanto, et al (2015: 3), I/O dibutuhkan untuk melakukan

hubungan dengan piranti di luar sisitem. I/O dapat menerima data dari alat lain dan

dapat pula mengirim data ke alat lain dan dapat pula mengirim data ke alat lain.

Ada dua perantara I/O yang dipakai, yaitu piranti untuk hubungan serial (UART)

dan piranti untuk hubungan parallel (PIO).

3. Keluarga Mikrokontroler

a) Keluarga 8051 (MCS-51)

Mikrokontroler 8051 merupakan mikrokontroler 8-bit yang terkenal.

Mikrokontroler ini dikeluarkan oleh Intel CorporationI pada tahun 1981.

Keberadaannya sudah sangat lama dan turunannya sangat banyak, dari berbagai

produsen (Dharmawan, H. A. (2017: 15)).

Menurut Dharmawan, H. A. (2017: 15), mikrokontoler ini memiliki:

1) Memori program internal (on-chip ROM), kecuali pada mikrokontroler 8031,

dengan ukuran: 4 kByte (8051), 8 kByte (8052)


2) RAM internal, dengan ukuran: 128 Byte (8051), 256 Byte (8052)

3) Saluran-saluran untuk memperbesar kapasitas memori program dan data

menggunakan memori eksternal.

Perusahaan yang memproduksi 8051 antara lain adalah Intel, Atmel, Maxim

(Dallas Semoconductor) dan Phillips.

b) Keluarga PIC

PIC diproduksi oleh microchip, yang merupakan salah satu supplier

mikrokontroler 8-bit terbesar. Microchip memproduksi beragam jenis

mikrokontroler, yang terdiri dari mikrokontroler 8-bit, 16-bit dan 32 bit

(Dharmawan, H. A. (2017: 15)).

Menurut Dharmawan, H. A. (2017: 1), secara garis besar, jenis

mikrokonroler 8-bit ini dibagi sebagai berikut

1) Base Line, dengan karakteristik, diantaranya

a. Menggunakan kumpulan isntruksi 12-bit

b. Tersedia dalam IC 6-40 Pin

c. Menggunakan memori program sampai 3 kByte

d. Menyediakkan periferal yang tidak banyak

2) Mid-Range, dengan karakteristik diantarnya adalah

a. Menggunakan kumpulan instruksi 12-bit

b. Tersedia dalam IC 8-64 Pin

c. Menggunakan memori program sampai 14 kByte


d. Menyediakkan lebih banyak periferal seperti komunikasi serial, PWM,

EEPROM, ADC, dll.

3) High-Performance (PIC18), dengan karakteristik, diantaranya:

a. Menggunakan kumpulan instruksi 16-bit

b. Tersedia dalam IC 18-100 Pin

c. Menggunakan memori program sampai 128 kByte

d. Menyediakkan periferal yang lebih kompleks seperti komunikasi serial

(CAN, USB), dan Ethernet.

c) Keluarga AVR

Mikrokontroler keluarga AVR diproduksi oleh Atmel. Atmel menyediakan

mikrokontroler AVR 8-bit maupun 32-bit. AVR menggunalam instrukso selebar

16-bit (8-bit untuk opcode) (Dharmawan, H. A. (2017: 16)).

Menurut Dharmawan, H. A. (2017: 16), mikrokontroler dalam keluarga AVR

terbagi sebagai berikut

1) tinyAVR (seri ATtinym 8-bit), dengan karakteristik diantaranya:

a. Menggunakan memori program 0,5-16 kByte

b. Menggunakan IC 6032 pin

c. Memiliki periferal yang terbatas

2) megaAVR (seri ATmega, 8-bit), dengan karakteristik, diantaranya:

a. Menggunakan memori program 4-256 kByte

b. Menggunakan IC 28-100 pin

c. Mendukung lebih banyak kumpulan intruksi (perkalian dll)


d. Memiliki periferal yang lebih lengkap

3) XMEGA (seri ATxmega, 8-bit), dengan karkateristik, diantaranya:

a. Menggunakan memori proram 16-384 kByte

b. Menggunakan IC 44-199 pin

c. Memiliki performance yang lebih baik dan periferal yang lebih lengkap

4) UC3 (32-bit), dengan karakteristik diantaranya:

a. Menggunakan memori program 16-512 kByte

b. Menggunakan IC 48-144 pin

c. Menggunakan clock smpai 66 MHz

5) Otomotive AVR (8-bit, 8/16-bit, 32 bit), digunakan untuk keperluan otomotif,

dengan karakteristik diantaranya:

a. Menggunakan memori program sampai 512 kByte

b. Menggunakan IC sampai 44 pin


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Maret 2018 hingga Juli 2018.

Tempat : PT Barry Callebaut Comextra Indonesia, Jalan Salodong, Kelurahan

Bulorokoreng, Kecematan Biringkanaya.

B. Data dan Variabel Penelitian

1. Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian studi

kasus yaitu deskripsi yang ditujukan untuk mengamati objek secara langsung.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Observasi (observation)

Penulis mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala yang menyebabkan

terjadinya peningkatan volume limbah cair produksi yang melebihi batas.

b) Studi Pustaka (Library Research)

Untuk menunjang Penelitian ini, penulis mempelajari dan mengumpulkan bahan-

bahan dari buku, jurnal dan media internet yang dapat membantu dalam

menyelesaikan Penelitian ini.


2. Variabel Peneltian

Variabel yang digunakan adalah variable bebas yaitu menggunakan

miikrontroller Atmega8535 untuk memonitoring limbah cair B3 dari hasil industri

pabrik coklat di PT Barry Callebaut Comextra Indonesia.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Mikrokontroler, Handphone,

LCD, LED, Buzzer dan Sensor.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu limbah cair dari hasil industri.

D. Skema Penelitian

Sistem Bezzer & LED


Mikrokontorler
Power Suplay
Modem GSM
Sensor Limbah

Gambar 3.1 Diagram Balok Skema Penelitian


E. Langkah-Langkah Penelitian

MULAI

PENCATU DAYA

DETEKTOR SENSOR
LIMBAH

PEMBERITAHUAN
VOLUME LIMBAH

ANALISIS HASIL

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 3.2 Flow Chart Penelitian


F. Jadwal Penelitian

2018
No. Kegiatan
Mar Apr Mei Juni Juli
Mengidentifikasikan
1
masalah
2 Studi pustaka
Merancang sistem
3
monitoring limbah
4 Pemrograman IC Atmega8535
5 Uji coba alat
Analisa data hasil
6 pengujian
7 Pembuatan laporan

Gambar 3.3 Jadwal Penelitian

You might also like