You are on page 1of 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI KORUPSI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VI

MARWAH MAPPIASSE (G 301 18 006)

WIDYASTUTI OKTRIVIANI (G 301 18 079)

ADINDA CANDRA FEBIOLA (G 301 18 026)

MUH. RUSMAN (G 301 18 060)

VEKY SARAPUN (G 301 18 044)

FAKULTAS MAREMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Penyebab dan Dampak Masif
Korupsi”
Dan harapan kam i semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
PALU, 22 MARET 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan banyak pihak. Penyebab adanya
tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah
dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau orang lain secara tidak sah.
Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung pangkalnya Korupsi tidak
akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang dinamakan kekuasaan. Di mana ada kekuasaan,
pasti ada korupsi. Hal ini telah menjadi kodrat dari kekuasaan itu sendiri, yang menjadi “pintu
masuk” bagi terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan korupsi yang selalu berdampingan,
layaknya dua sisi mata uang, merupakan hakikat dari pernyataan yang disampaikan oleh Lord
Acton, dari Universitas Cambridge, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely.
Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai prilaku yang menyimpang merupakan suatu
tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh seseorang dalam posisi otoritas
publik (penguasa). Korupsi cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa atau
wewenang terhadap sesuatu. Apabila seseorang tersebut tidak memiliki kuasa, kecil
kemungkinan bagi dirinya untuk melakukan korupsi. Namun, merupakan suatu kemustahilan
bagi manusia yang tidak memiliki sebuah ‘kekuasaan’. Selain itu, ciri paling utama dari korupsi
adalah tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi semata dan
merugikan pihak lain di luar dirinya.
B. Rumusan masalah
1. Apa penyebab terjadinya korupsi di Indonesia?
2. Apa faktor eksternal dari korupsi?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi yang diberikan oleh dosen
pembimbing.
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya korupsi di Indonesia.
3. Untuk memberi pemahaman bagi pembaca.
.BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI DI INDONESIA
Bagi Indonesia, korupsi adalah penyakit kronis hampir tanpa obat, menyelusup di segala
segi kehidupan dan tampak sebagai pencitraan budaya buruk bangsa Indonesia. Secara sinis
orang bisa menyebut jati diri Indonesia adalah perilaku korupsi. Pencitraan tersebut tidak
sepenuhnya salah, sebab dalam realitanya kompleksitas korupsi dirasakan bukan masalah hukum
semata, akan tetapi sesungguhnya merupakan pelanggaraan atas hak-hak ekonomi dan sosial
masyarakat. Korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar.
Masyarakat tidak dapat menikmati pemerataan hasil pembangunan dan tidak menikmati hak
yang seharusnya diperoleh. Dan secara keseluruhan, korupsi telah memperlemah ketahanan
sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia.
1. Kurangnya Gaji Atau Pendapatan Pegawai Negeri Dibandingkan Dengan Kebutuhan
Yang Makin Hari Makin Meningkat
Mengenai masalah kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri sipil di Indonesia telah
dikupas oleh B. Sodarsono yang menyatakan amtara lain.
“ Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling
gampang dihubungkan misalnya kurang gaji-gaji pejabat-pejabat , buruknya ekonomi, mental
pejabat yang kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau yang menghasilkan ada
prosedur yang berliku-liku dan sebagainya.”
Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memeng faktor yang paling
menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia.
2. Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar utang,
kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal karena istri atau anak, kebutuhan untuk
membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk mengawinkan anaknya, kebutuhan dimasa
pensiun merupakan bentuk-bentuk dorongan seorang pegawai untuk berbuat korupsi.
Kebutuhan-kebutuhan yang mendesak tersebut akan menjadikan penghasilan yang sedikit
semakin terasa kurang. Hal tersebut akan mendorong seseorang untuk melakukan korupsi
bilamana kesempatan untuk melakukannyas ada.
3. Penghasilan Yang Kurang Memadai
Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup pegawai tersebut
beserta keluarganya secara wajar. Apabila ternyata penghasilannya sebagai pegawai negeri tidak
dapat menutup kebutuhan hidupnya secara wajar, misalnya hanya cukup untuk hidup wajar
selama sepuluh hari dalam sebulan, maka mau tidak mau pegawai negeri tersebut harus mencari
tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Usaha untuk mencari tambahan
penghasilan tersebut tentu sudah merupakan bentuk korupsi. Misalnya menyewakan sarana
dinas, menggelapkan peralatan kantor, perjalan dinas fiktif, mengadakan kegiatan yang tidak
perlu dengan biaya yang tidak wajar. Hai seperti itu akan parah apabila mendapatkan kesempatan
untuk melakukan korupsi terrhadap sumber daya besar yang dimiliki organisasinya.
4. Malas Atau Tidak Mau Untuk Bekerja Keras
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah orang yang segera mendapatkan
sesuatu yang banyak atau hanya dalam waktu singkat, tetapi malas untuk bekerja keras dan
meningkatkan penghasilannya. Kalau ada kesempatan untuk mudah untuk mendapatkan
penghasilan yang besar tanpa usaha yang setimpal mangapa tidak di manfaatkan. Akan timbul
dipikiran orang tersebut, berapa tahun saya harus membanting tulang untuk memperoleh
penghasilan sebesar itu? Apakah mungkin saya dapat mengumpulkan kekayaan seperti itu
dengan gaji dari pekerjaan yang sekarang? Lebih baik saya korupsi dengan menjual temuan-
temuan pemerriksa, dua tiga kali memeriksa bisa punya mobil bagus dan mewah serta punya
rumah mewah. Asik! Tanpa kerja keras dan sekolah lagi saya jadi kaya.
5. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pada organisasi dimana pengendalian manajemennya lemah akan lebih banyak pegawai yang
melakukan korupsi dibanding pada organisasi yang pengendaliannya manajemennya kuat.
Seorang pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen pada organisasi
dimana dia bekerja lemah, maka akan timbul kesempatan atau peluang baginya untuk korupsi.
6. Sanksi Yang Tidak Setimpal Dengan Hasil Korupsi
Tidak redanya perbuatan korupsi, malahan kualitas dan kuantitasnya selalu meningkat dari
tahun ke tahun dan menjalar keseluruh bidang penyelenggaraan negara tidak saja di lingkungan
eksekutif , yudikatif, dan belakang telah merasuki legislatif, dan partai politik dikarenakan calon
koruptor dan masyarakat melihat sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi
sangat ringan atau tidak setimpal dengan tindakan yang dilakukannya. Sehingga orang yang
tadinya tidak korupsi atau terlibat dalam skala kecil akan berupaya untuk bisa melakukan
korupsi atau terlibat dalam perbuatan korupsi yang lebih besar lagi.
7. Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi mencakup beberapa
aspek pertama, bisa tidak adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi
dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hukum atau bawahan dari penegak hukum yang
menjadi penyokong utama yang membiayai operasional kegiatan si penegak hukum, atau si
penegak hukum telah menerima bagian dari hasil korupsi si pelaku atau si pelaku adalah kolega
dari pimpinan instansi penegak hukum. Kedua, tindakan ada tetapi penanganan si ulur-ulur dan
sanksi di peringan. Ketiga, tidak dilakukan pemindahan sama sekali karena si pelaku mendapat
beking dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotif kepentingan untuk
kelompok tertentu atau partai tertentu.
8. Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang beragama dimana ajaran-
ajaran dari setiap agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dapat dipastikan melarang
perbuatan-perbuatan korupsi. Para pelaku korupsi secara umum adalah orang-orang yang juga
beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnya melarang tetapi mereka tidak
peduli dan terus saja melakukan korupsi demi mendapatkan segalanya.
9. Kurang Atau Tidak Ada Pengendalian
Korupsi yang terjadi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi telah direncanakan jauh-jauh
sebelumnya, yaitu sejak proses perencanaan kegiatan dan anggaran. Dalam tahap perencanaan
inisiator korupsi sudah bisa melihat apakah ada pengendalian atau pengawasan untuk
pencegahan korupsi pada tahap perencanaan, apabila sebaliknya pihak-pihak inisiator berinisiatif
untuk merancang korupsi. Apabila tidak ada pengawasan dan pengendalian pada tahap
perencanaan, maka niat yang terselubung tersebut dibulatkan untuk dijadikan perbuatan korupsi
dengan menuangkannya kedalam rekayasa perhitungan-perhitungan hasil kedalam dokumen
perencanaan untuk bisa dilaksanakan dengan melibatkan pihak pengawasan dan pngendali dalam
perncanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI
1. Faktor internal
a. Sifat Tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti manusia
meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di dapatkan. Akhirnya
munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang lebih dengan cara
korupsi.
b. Gaya hidup konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana manusia pasti
memiliki kebutuhan masing masing dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus
mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan
pendapat yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Di
dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam mendapatkan kekuasaan. Setiap
manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih tinggi, dengan berbagai cara mereka lakukan
untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.
b. Faktor hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Dapat
kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul ke atas lancip kebawah. Di
hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah di terbukti bahwa
banyak praktek praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah.
Sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi
karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah masalah.
c. Faktor ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi. Manusia hidup
pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi itu sangatlah di pentingkan
bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa berkesempatan jika mereka memiliki
kekuasaan sangat lah ingin memenuhi kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang
gajinya tidak sesuai dengan apa yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang, mereka
di dorong untuk melakukan korupsi.
d. Faktor organisasi
Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi. Di suatu
tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak korupsi yang terjadi dalam
organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan aturan yang dinyatakan kurang baik,
kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur
organisasi akan terjadi suatu tindak korupsi jika di dalam struktur tersebut belum adanya
kejujuran dan kesadaran diri dari setiap pengurus maupun anggota.

DAMPAK MASIF KORUPSI

Dampak Ekonomi karena Korupsi


Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam segi sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi adalah:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisien yang tinggi.Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha
multinasional menginggalkan negara tersbut,karena investasi di negara yang korup
akan merugikan negara itu sendiri karena memiliki biaya siluman yang tinggi.
2. Penurunan Produktifitas
Negara yang korup menimbulkan produktifitas yang semakin menurun.Hal ini terjadi
seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi yang berkembang lebih baik
atau melakukan pengembangan kapasitas.Penurunan produktifitas ini akan
menyebabkan permasalahan yang cukup rumit seperti, tingginya angka PHK dan
meningkatkan pengangguran.Akhirnya akan terjadi kemiskinan masyarakat yang cukup
meluas.
3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api dan yang
lainnya adalah contoh nyata bahwa di negara kita ini kualitas barang dan jasa sangatlah
rendah.Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek yang ada
untuk menyembunyikan berbagai korup yang mereka lakukan.
4. Menurunnya Pendapatan Negara dari sektor Pajak
Di Indonesia di kenal dengan berbagai pajak, seperti PPh,pajak bumi dan
bangunan, PPn dan masih banyak lainnya.Pajak berfungsi sebagai stabilitas harga
sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi.Kondisi penurunan pendapatan
dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan
pejabat pajak yang bermain bahwa untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan
memperkaya diri sendiri.

5. Meningkatnya Hutang Negara


Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang semakin
besar.Konon sekarang ini setiap bayi yang lahir di Indonesia langsung menanggung
hutang negara sebesar tujuh juta rupiah.

Dampak Sosial Karena Korupsi


Dampak Sosial Korupsi, tidak diragukan, menyuburkan berbagai jenis kejahatan
dalam masyarakat. Menurut Alatas, melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau
penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai
oraganisasi negara dan mencapai kehormatan. Menurut Transparensy International,
terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika
angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Jadi bisa dikatakan,
mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan lain
dalam masyarakat.
Beberapa hal di bawah ini adalah dampak sosial akibat korupsi:
1. Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan biaya ekonomi yang tinggi.Beban yang
ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost economy.Kondisi
ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa dan pelayanan publik,
karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku ekonomi akibat
besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan yang mengarah ke tindak
korupsi.
2. Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat.Hal ini terjadi karena berbagai sebab
seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga.Karena korupsi
dan permasalahan kemiskinan itu sendiri yang pada akhirnya alan membuat masyarkat
sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebakan latar belakang pendidikan,
sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan,
masalah teknis dan pendanaan.
3. Terbatasnya Akses bagi Masyarakat Miskin
Korupsi membuat semua harga melambung tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh
rakyat miskin.Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan
berbagai macam akses dalam kehidupannya.Karena mereka lebih mendahulukan
mendapatkan bahan pokok daripada untuk menyekolahkan anak,ataupun untuk
berobat.
4. Meningkatnya kriminalitas
Melalui praktik korupsi dapat meyuburkan berbagai jenis kejahatan dalam
masyarakat,seperti :
a) Sindikat kejahatan atau penjahat leluasa melanggar hukum
b) Proteksi terhadap kelompok kejahatan.Seperti polisi yang korup gampang sekali
disuap untuk menyediakan proteksi terhadap organisasi-organisasi kejahatan dengan
pemerintahan yang korup.
5. Solidaritas yang semakin langka
Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak mempunyai
pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.Pada akhirmya
masyarakat semakin lama menjadin masyarakat yang individualis yang hanya
mementingkan dirinya dan keluarganya.

Runtuhnya Otoritas Pemerintah


1. Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-sendi
kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan.Kejujuran
sudah tidak ditegakkan lagi.Kejujuran yang dihadapi dengan kekuatan politik adalah
sesuatu yang tidak mendidik dan justru bertentangan dengan etika dan moralitas.
Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan politik adalah salah satu indikasi
besar runtuhnya etika sosial poltik.
2. Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan
Dewasa ini banyak sekali seseorang yang memiliki perkara atau permasalahan
ingin diposisikan sebagai pihak yang benar.Oleh sebab itu banyak upaya yang
dilakukan oleh seseorang dalam memenangkan perkaranya seperti menyuap
hakim,memberikan iming-iming, gratifikasi bahkan sampai kepada ancaman
nyawa.Di sisi aparat hukum, semestinya menyelesaikan masalah dengan fair dan
tanpa adanya unsur pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan
menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul
karena setiap perkara selalu diselesaikan dengn korupsi.
3. Birokrasi Tidak Efisisen
Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa indonesia menempati peringkat
kedua dengan birokrasi terburuk di Asia.Banyak investor yang tertarik menanamkan
modalnya di Indonesia, namun untuk mendapatkan perizinan usaha dan investasi
harus melalui birokrasi yang berbelit-belit.Pada akhirnya suap adalah jalan yang
banyak ditempuh oleh para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka.Maka
sebaiknya birokrasi di Indonesia harus dibenahi.

Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi


1. Munculnya Kepemimpinan Korup
Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan dari tingkat yang paling
bawah.Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh
calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap
kemampuan dan kepemimipinannya.Hubungan transaksional sudah berjalan dari
hulu sehingga memunculkan pemimpin yang korup.
2. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi
Hal ini terjadi dikarenakan tindak korupsi yang besar-besaran yang dilakukan
oleh petinggi pemerintah, legislatif, atau petinggi partai politik.Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadp
pemerintah yang sedang berjalan.
3. Menguatnya Plutokrasi
Plutokrasi adalah sistem politik yang dikuasai oleh pemilik modal /
kapitalis.Akibat korupsi yang telah menyandera pemerintahan negri kita maka
menghasilkan konsekuensi menguatnya Plutokrasi.
4. Hancurnya Kedaulatan Rakyat
Dengan semakin banyaknya plutokrasi yang terjadi,kekayaan negara ini
dinikmati sekelompok tertentu, bukan rakyat.Seharusnya kedaulatan ada ditangan
rakyat.namun sekarang ini kedaulatan ada ditangan partai politik karena anggapan
bahwa partailah bentuk reprentasi rakyat.

E. Dampak terhadap Penegakan Hukum


1. Fungsi Pemerintahan Mandul
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai
pengampu kebijakan negara,dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi
b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi
dan politik
2. Hilangnya kepercayaan Rakyat terhadap lembaga Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga negara yang sering terjadi di Indonesia yang
di beritakan di berbagai media masa mengakibatkan kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga tersebut hilang.
Lembaga negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global adalah :
a. Legislatif(Dewan Perwakilan Rakyat)
b. Partai Politik
c. Kepolisian RI
d. Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

F. Dampak terhadap Akhlak dan Moral


Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah akan menurunkan kredibilitas
pemerintah yang berkuasa. Ia meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
berbagai tindakan pemerintah. Jika suatu pemerintah tidak lagi mampu memberi
pelayanan terbaik bagi warganya, maka rasa hormat rakyat dengan sendirinya akan
luntur. Jika pemerintahan justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur
hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintahan.
Karenanya, praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan
masyarakat. Korupsi yang menjangkiti kalangan elit turut memaksa masyarakat
menganut berbagai praktik di bawah meja demi mempertahankan diri. Mereka pun
terpaksa melakukan korupsi agar mendapat bagian yang wajar, bukan untuk mencapai
berbagai keuntungan luar biasa. Inilah lingkaran setan yang klasik. Singkatnya,
demoralisasi terhadap perilaku koruptif kalangan elit pemerintah, juga sering
menyuburkan perilaku koruptif di kalangan masyarakat.
Aspek demoralisasi juga mempengaruhi lembaga internasional dalam menetapkan
kebijakan untuk membantu negara-negara berkembang. Lembaga internasional
menolak membantu negara-negara yang korup. Sementara pada gradasi tertentu,
praktik korupsi akan memunculkan antipati dan mendorong sumber-sumber resistensi
yang luar biasa di kalangan warga masyarakat. Akibatnya kemudian adalah terjadinya
delegitimasi aparat dan lembaga pemerintahan, oleh karena mereka dianggap warga
masyarakat tidak kredibel. Menurut Sun Yan Said, korupsi menimbulkan demoralisasi,
keresahan sosial, dan keterasingan politik.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran hukum yang dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi, di
mana tindakan tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi negara dan masyarakat. Tindak
korupsi bukanlah peristiwa yang beriri sendiri . perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang
sifatnya kompleks. Adapun faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal perilaku-perilaku
korupsi, tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,
kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan kejahatan:
korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya tanggung jawab moral
bagi mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun terkesan sebagai
mimpi dan harapan yang muluk, memperbaiki kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa
tanggung jawab moralnya adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan
menghentikan korupsi di negeri ini. Pendidikan agama dan aksi memperkuat iman adalah metode
yang mesti ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan
mau bekerja demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.Teruma demi negara kita sendiri,
agar negara kita menjadi negara maju serta bebas dari korupsi.

B. Studi Kasus
Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari
empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober
2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan
mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan(SPDP).
Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni
pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan
memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu
pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
penggelapannya.Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan PPATK
dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab
dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi
Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25 miliar di
rekening Bank Panin milik Gayus.“Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih.
Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di
pesawat. Kemudian keduanya berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta
Utama.Karena pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua
hektar guna membangun ruko di kawasan Jakarta Utara.Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan
tanah tersebut sebesar US$ 6 juta.Namun Andi, dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar
US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah
orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni
2008 sebesar US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, 27
Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, 10
Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000.
“Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Sementara untuk money
laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis
dan transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25
milliar itu merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK sendiri
telah dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa
membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana.
Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana
senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal
dari dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo.PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki
oleh pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua
tahap yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.
Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring
juga.“Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni.Itu uang untuk
membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi.Tapi setelah dicek,
pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana.Tapi uang masuk ke rekening
Gayus.Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya).Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan, jadi
hanya diam di rekening Gayus.
Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda
dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi
senilai Rp 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak
menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan
seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah
memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening
Gayus senilai Rp 25 juta itu. Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam
keterangan persnya mengungkapkan jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus
memerintahkan penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening
Gayus.Adapun tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan
PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai
konsultan pajak bernilai Rp 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp
370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18 Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009.Uang senilai Rp 395
juta itu disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu.Penanganan kasus Gayus sendiri
bermula ketika PPATK menemukan adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T
Tambunan.PPATK pun meminta Polri menelusurinya.
Kembali ke kasus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan
tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,”. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat
Jenderal Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi,
jaksa, hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar. Diduga gara-gara itulah Gayus terbebas dari
hukuman.Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang, 12 Maret lalu, Gayus, yang hanya
dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas."Mengalirnya (uang) belum kelihatan ke
aparat negara atau ke penegak hukum," kata Yunus.
Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah
tutup.Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri
Tangerang.Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami
akan ajukan kasasi,” tandas Cirrus. Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi
kunci dalam kasus dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Ditjen Pajak.
Belum diketahui apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak
tertentu yang membantunya untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar
sampai ke akarnya.Satgas Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus HP Tambunan
bukan hanya soal pidana pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian
uang.Gayus diketahui kini berada di Singapura.Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret
2010 melalui Bandara Soekarno-Hatta.Namun dia pernah memberikan keterangan kepada Satgas
kalau praktek yang dia lakukan melibatkan sekurangnya 10 rekannya.
Imigrasi Belum Endus Posisi Gayus, Gayus Tambunan hengkang ke Singapura pada Rabu 24
Maret. Namun posisi pastinya saat ini belum terendus.Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
mengatakan kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus Tambunan melibatkan sindikasi
oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas
oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus
dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses
internal.Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait. Perkembangan
selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas, Brigjen Raja
Erisman.setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam. Sebabnya,
dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun 2007 tentang
Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan menteri dalam hal
ini Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan Hukum untuk Susno.
Pada tanggal 30 Maret 2010, Polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan Gayus di
negara Singapura dan kini tinggal menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura
untuk memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan
tindakan terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di Singapura.
Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa tiga orang sekaligus.
Selain Gayus Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas lanjutan
pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan anggota polri dalam
pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut aliran
dana rekening Gayus.
Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di
Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial
Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24
milliar yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke
pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para
pengacara. Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana.Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.
Analisa: Seharusnya Gayus Tambunan dalam menjalankan tugasnya sebagai pegawai pajak
mempunyai peran penting dalam masyarakat, yaitu tanggung jawab kepada semua masyarakat,
memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi karena pajak
dibayarkan oleh rakyat. Prinsip objektivitas mengharuskan seseorang untuk bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka serta bebas dari kebenturan kepentingan
atau berada dibawah pihak lain, hal inilah yang tidak dimiliki seorang Gayus Tambunan karena
seharusnya sebagai pegawai pajak dia tidak melakukan korupsi, pencucian uang dan
penggelapan.Sebagai pekerja pajak seharusnya GayusTambunan menjalankan profesinya sesuai
dengan kehati-hatian dan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Solusi: Sistem pengawasan internal Ditjen Pajak harus dibuat terukur dan fokus yang mana
mesti dibangun model whistle blower (WB) dan diberi insentif bagi WB berupa reward and
punishment yang harus dijalankan dengan ketat, titik-titik lemah di unit-unit pajak harus
diperkuat pengawasannya dan karena itu remunerasi harus mampu mengukur berapa peningkatan
moralitas dan produktifitas pegawai pajak.
C. Saran
Saran dari kelompok kami yaitu seharusnya negara kita itu bisa mengambil tindakan yang
tegas agar korupsi dapat diberentaskan dan dibasmi sampai ke akar-akarnya, kalau bisa orang
yang melakukan korupsi itu bisa dijatuhi hukuman seberat-beratnya sebagai suatu proses untuk
membuat para koruptor itu jera dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Adi. 2012. Pemberantasan Korupsi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surachmin. & Cahya, Suhandi. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Macam-macam Korupsi
Mendengar kata KORUPSI mungkin kita sudah muak mendengarnya, streaping berita
tentang korupsi tidak pernah berakhir.tapi tahu kah anda ?? Korupsi banyak jenisnya
bukan hanya sekedar suap menyuap rupiah. Berikut adalah penjelasan macam-macam
korupsi:

1. Korupsi ekstartif adalah suap dari penguasa kepada penguasa untuk kemudahan
usaha bisnisnya dan agar memperoleh perllindungan.
2. Korupsi manipulatif adalah kejahatan yang dilakukan pengusaha untuk
mendapatkan kebijakan/aturan/keputusan, agar dapat mendatangkan
keuntungan ekonomi bagi dirinya.
3. Korupsi nepotetik dan kroniisme adalah perlakuan istimewa yang dilakukan
oleh penguasa kepada sanak saudaranya atau kerabatnya (istri, anak, menantu,
cucu, keponakan, ipar) dalam rekruitmen atau pembagian aktivitas yang
mendatangkan keuntungan social ekonomi maupun politik.
4. Korupsi subversif adalah pencurian kekayaan Negara oleh para penguasa atau
penguasaha yang merusak kehidupan ekonomi bangsa.

You might also like