Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan kebidanan masa kini dan waktu mendatang adalah menekan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak sampai kepada batas yang tidak dapat diturunkan lagi. Tujuan ini
hanya dapat dicapai bila kita mampu mengenali dan menangani faktor-faktor medis dan non-
medis penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Kumpulan faktor-faktor tersebut
dinamakan resiko tinggi, yang meliputi faktor umur, paritas, ras, status perkawinan, riwayat
persalinan, gizi dan nutrisi, keadaan sosial ekonomi, psikis, komplikasi kehamilan, dsb.
Mengembangkan obstetri-kliniko-sosial mengusahakan agar tenaga medis mampu mengenali
kasus-kasus kehamilan resiko tinggi serta pengawasan antenatal yang teratur, memegang
peranan penting dalam hal ini. Dengan demikian faktor-faktor risiko dapat ditemukan sedini
mungkin, lalu dilakukan koreksi dan penanganan sehingga dapat menghilangkan atau
memperkecil pengaruhnya terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa
pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih
agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan
menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon
secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya
memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah
untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi masalah.
4
3) Diabetes melitus gestasional pada ibu usia tua, terjadi peningkatan
kerusakan endotel vaskular progresif yang berhubungan dengan proses
penuaan.
4) Preeklampsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok usia >40 tahun
(3%) dibanding kelompok usia < 35 tahun (2,4%).
5) Kelainan kromosom anak (down syndrom).
6) Risiko keguguran.
7) Profil obstetri saat persalinan :
8) Keluaran Perinatal :
a) BBLR.
b) Asfiksia Neonatorum.
c) Kematian Perinatal.7,17,20
d. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
e. Jarak kehamilan terlalu jauh (≥ 10 tahun)
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi.
f. Jumlah anak terlalu banyak (≥ 4 anak)
Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai karena
semakin lama uterus semakin lemah sehingga memungkinkan untuk
terjadinya persalinan lama, sebagai indikasi untuk persalinan dengan forcep
dan vakum.
g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek)
Tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis, dimana berhubungan
dengan distosia, ini menunjukan adanya penyulit dalam persalinan. Ibu
dengan tinggi badan ≤ 145 cm meningkatkan risiko untuk mengalami
penyulit dalam\ persalinan. Angka seksio sesarea karena CPD (Cephalopelvic
Disproportion) 8,1% dari semua persalinan.
h. Riwayat obstetri buruk
2. Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi:
1) Penyakit pada ibu hamil
2) Hamil kembar (gemelli)
3) Hamil kembar air
4) Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death)
5) Kehamilan lebih bulan/serotous
5
6) Kehamilan dengan kelainan letak
3. Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi:
1) Perdarahan pada kehamilan
a) Plasenta previa
Plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu, dan janin dapat hidup diluar uterus.
b) Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri, terjadi pada
trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai dengan
perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, dan gerak janin
berkurang. Sebaiknya dilakukan penanganan pada rumah sakit.
2) Preeklamsia berat/eklamsia
Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan tanda
dari laboratorium dengan proteinuria 2+, oliguria, hiperefleksia, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium dan kejang. Eklamsia adalah kasus akut pada
penderita preeklamsia yang disertai kejang menyeluruh dan koma. Perawatan
sebaiknya dilakukan di rumah sakit diisolasi pada kamar gelap, dan beri obat
anti kejang magensium sulfat (MgSO4).34 Preeklamsia dan eklmsia
merupakan indikasi dari persalinan tindakan seksio sesarea, karena sangat
berisiko untuk ibu bila harus mengejan, baik persalinan normal ataupun
tindakan pervaginam.
6
a. akukan pengelompokan sesuai dengan risiko kehamilannya, dan
mempersiapkan tempat persalinan yang aman sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Melakukan pemberdayaan terhadap ibu hamil, suami, maupun eluarga
agar mempersiapkan mental, biaya untuk rujukan terencana.
3. Fungsi
a. Alat komunikasi untuk edukasi kepada ibu hamil, suami maupun
keluarga untuk kebutuhan pertolongan mendadak ataupun rujukan
terencana.
b. Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Semakin tinggi skor, maka
semakin intensif pula perawatan dan penanganannya.
7
(2) Merokok, minum alkohol, pecandu narkotika yang menyebabkan cacat
bawaan pada janin.
(3) Obat-obatan.
(4) Berdekatan dengan penyakit menular.
(5) Pijat urut di perut.
(6) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.
f. Mengenali tanda – tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan tanda
risiko tinggi langsung periksa ke puskesmas, polindes,bidan, rumah
bersalin, atau rumah sakit.
2. Faktor Gizi
a. Tinggi badan
b. Status gizi/IMT
Status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh pada kehamilan.
Kehamilan yang kekurangan gizi akan berakibat buruk pada janinnya. Seperti
ibu yang mengalami anemia akan menurunkan suplai oksigen ke janin.
Sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang
mempunyai status gizi kurang memiliki risiko 5,4 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang berstatus gizi normal.
c. Pertambahan berat badan
Pada proses kehamilan terjadi pertambahan berat badan. Risiko persalinan
seksio sesarea meningkat seiring dengan meningkatnya IMT seseorang.
Kenaikan berat badan proporsional merupakan prediktor penting persalinan
seksio sesarea.
8
d. Kadar Hb
Anemia pada kehamilan lazim terjadi biasanya disebabkan oleh karena
defesiensi besi sekunder, terhadap kehamilan sebelumnya atau masukan besi
yang tidak adekuat. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah <11 gr%.
3. Faktor Kesehatan
a. Tekanan darah
Hipertensi pada kehamilan yang paling sering ditemui merupakan tanda
pada penyakit preeklamsia dan eklamsia yang merupakan indikasi dari
seksio sesarea.
b. Penyakit penyerta
Wanita yang mempunyai penyakit-penyakit kronik sebelum kehamilan,
seperti jantung, paru, ginjal, diabetes mellitus, malaria, dan lainnya
termasuk dalam kehamilan risiko tinggi yang dapat memperburuk proses
persalinan.
c. Penyakit infeksi dan parasit
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit seperti
toksoplasmosis, penyakit kelamin, dan virus seperti HIV/AIDS yang dapat
menyebabkan kelainan jalan lahir dan kelainan kongenital.
d. Riwayat komplikasi obstetrik
Wanita yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan maupun
persalinan sebelumnya, seperti abortus, lahir mati, bayi prematur, persalinan
sebelumnya dengan tindakan yaitu ekstraksi vakum dan forcep dan seksio
sesarea merupakan risiko untuk persalinan selanjutnya.
9
yang rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
daya guna (efisien) dan hasil guna.
c. Tempat tinggal
Keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemilihan
tenaga penolong persalinan. Jarak membatasi kemampuan dan kemauan
seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan, terutama jika sarana
transportasi yang tersedia terbatas,komunikasi sulit, dan di daerah tersebut
tidak terdapat rumah sakit.
d. Penolong persalinan sebelumnya
10
BAB III
PEMBAHASAN
Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian,
kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka
bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko
yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga
kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
11
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
· Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau
banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat
dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
· Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang
membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,
2003).
Batasan Faktor Risiko / Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO
(kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai
ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
Bayi lahir belum cukup umur
Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua
· Lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
Suami istri tinggal serumah
Suami atau istri tidak sering keluar kota
Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya,
misalnya pre-eklamsia.
Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).
12
lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
Bahaya yang terjadi antara lain:
Hipertensi / tekanan darah tinggi
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir
dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari
45 tahun.
Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang
usianya lebih dari 45 tahun
Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24
tahun.
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam
midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak
kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis
dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah
satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga
terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add
all, 2001)
13
Persalinan dapat berjalan tidak lancar
Perdarahan pasca persalinan
Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji
Rochjati, 2003).
5. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
Kekendoran pada dinding perut
Tampak ibu dengan perut menggantung
Kekendoran dinding rahim
14
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar
kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu
(umur bayi) 7 hari atau kurang
Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan
lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar,
bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar.
(Poedji Rochjati, 2003).
15
Perdarahan pasca persalinan
Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan
tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
Radang, bila tangan penolong tidak steril
Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
Perdarahan
Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan
pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan
membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).
10. Bekas operasi sesar
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding
rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan
kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).
16
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
Kematian janin mati
Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
Persalinan lama
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:
kematian mudigah
kematian perinatal
prematuritas
dapat terjadi cacat bawaan
cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)
b.Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
Panas tinggi
Menggigil, keluar keringat
Sakit kepala
Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan
mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
Bahaya yang dapat terjadi:
Abortus
IUFD
Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
c.Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
Batuk lama tak sembuh-sembuh
Tidak suka makan
Badan lemah dan semakin kurus
Batuk darah
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah
dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.
17
Bahaya yang dapat terjadi:
Keguguran
Bayi lahir belum cukup umur
Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
d.Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
Sesak napas
Jantung berdebar
Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
Nadi cepat
Kaki bengkak
Bahaya yang dapat terjadi:
Payah jantung bertambah berat
Kelahiran prematur
Dalam persalinan:
BBLR
Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula
dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)
e.Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu
terakhir
Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
Persalinan prematur
Hydramnion
Kelainan bawaan
Makrosomia
Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
18
Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,
2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:
pre-eklamsia
kelainan letak janin
insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
inersia uteri dan atonia uteri
distosia bahu karena anak besar
lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea
lebih mudah terjadi infeksi
angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat
penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi.(Hanifa
Wiknjosastro, 1999)
f.HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:
Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah
pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
prematur
Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati,
2003).
g.Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang
tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:
Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji
Rochjati, 2003).
2.Pre-Eklamsia ringan
Tanda-tanda:
Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
Tekanan darah tinggi
19
Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin
masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak
pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia
ringan.
Bahaya bagi janin dan ibu:
Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim.
Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
Sesak napas
Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
Varises
Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
Keracunan kehamilan
Hidramnion
Anemia
Persalinan prematur
Kelainan letak
Persalinan sukar
Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan
persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.
20
Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak
pertama lahir.
Pengaruh terhadap Janin:
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan
kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan
lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan
tinggi.
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi
kedua tinggi.
Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian
janin. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
4.Hidramnion / Hamil kembar air
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada
trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
Sesak napas
Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
Keracunan kehamilan
Cacat bawaan pada bayi
Kelainan letak
Persalinan prematur
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari
normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
penyakit jantung
nefritis
edema umum (anasarka)
anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur
esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)
5.Janin mati dalam rahim
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
21
Tidak terasa gerakan janin
Perut terasa mengecil
Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan.
Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,
kehidupan janin mungkin terancam.
Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
DJJ tidak terdengar
Hasil tes kehamilan negatif
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk
ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
6.Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan
pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
Janin mengecil
Kulit janin mengkerut
Lahir dengan berat badan rendah
Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
7.Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim
dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
8.Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir
melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan
dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu
mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
22
Bahaya bagi ibu
Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
Infeksi
Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
c.Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO
(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1.Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang
dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah
menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka
terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat
menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
Dapat membahayakan ibu:
Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ibu dapat meninggal
Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2.Pre-Eklamsia berat / Eklamsia
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani
dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-
23
kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu
diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
Bahaya bagi janin:
Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3.2 Langkah-langkah Pencegahan
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan
skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama
kehamilan:
1.Satu kali pada triwulan I (K1)
2.Satu kali pada Triwulan II
3.Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang
kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa
kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu
hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1.Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan
janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2.Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan
rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan
secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas,
suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3.Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong
dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan
komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi
untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
24
Tujuan perawatan antenatal:
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir
dengan:
1.Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
meupun mental yang merugikan.
2.Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3.Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
4.Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah
kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).
Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil
Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan
persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh
karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara
dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,
2003).
Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan
tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002)
Asuhan Antenatal
1. Anamnesis
25
muntah persalinan · Epilepsy · Kebiasaan makan dan
· Masalah / prematur · Penyakit hati minum
kelainan pada· Jumlah anak · Pernah kecelakaan · Kebiasaan merokok,
kehamilan hidup menggunakan obat –
sekarang · Jumlah obatan dan alkohol
· Pemakaian obat keguguran · Kehidupan seksual
– obat (termasuk· Jumlah aborsi · Pekerjaan dan aktivitas
jamu – jamuan) · Perdarahan pada sehari – hari
kehamilan, · Pilihan tempat untuk
persalinan, nifas melahirkan
terdahulu. · Pendidikan
· Adanta · Penghasilan
hipertensi dalam
kehamilan pada
kehamilan
terdahulu
· Berat bayi <2,5
kg atau berat
bayi 4 kg
· Adanya masalah
– masalah
selama
kehamilan,
persalinan, nifas
terdahulu
2. Pemeriksaan
26
· Suhu badan tinggi fundus· Edema · Glukosa
· Nadi uteri · Hemeroid · VDRL
· Pernafasan · Palpasi untuk · Kelainan lain
· Berat badan menentukan Urin:
· Tinggi badan letak janin (atau Pemeriksaan · Warna, bau, kejernihan
· Muka : Edema, lebih 28 minggu) dengan · Protein
pucat · Auskultrasi Spekulum untuk · Glukosa
· Mulut & Gigi : detak jantung menilai: · Nitrit/LEA
kebersihan, janin · Serviks
karies, tonsil, · Tanda-tanda
paru infeksi
· Tiroid / gondok · Cairan dari
· Tulang ostium uteri
belakang/
punggung :
scoliosis Pemeriksaan
· Payudara : untuk menilai:
puting susu, · Serviks*
tumor · Uterus*
· Abdomen : · Adneksa*
bekas operasi · Bartholin
· Ekstermitas : · Skene
edema, varises, · Uretra
reflesk patella *bila usia
· Costrovertebral kehamilan <12
Angle minggu
Tenderness
(CVAT)
· Kulit :
kebersihan/
penyakit kulit
Kunjungan
berikut:
· Tekanan darah
27
· Berat badan
· Edema
· Masalah dari
kunjungan
pertama
v Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi
v Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai
bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah
palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.
Palpasi perut untuk menetukan :
· Besar dan konsistensi rahim,
· Bagian-bagian janin, letak, presentasi,
· Gerakan janin,
· Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.
Cara palpasi ada bermacam-macam :
· Menurut Leopold dengan variasi
· Menurut Knebel,
· Menurut Budin, dan
· Menurut Ahlfeld
Manuver palpasi menurut Leopold:
Leopold I :
· pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
· menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
· konsistensi uterus
Variasi menurut Knebel:
· menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas
simfisis
Leopolld II :
· menentukan batas samping rahim kana-kiri
· menentukan letak punggung janin
· pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Variasi menurut Budin:
28
· menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
Leopold III :
· menentukan bagian terbawah janin
· apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang
Variasi menurut Ahlfeld:
· menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut
Leopold IV:
· pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
· bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul
Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus,
gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M, 1998)
Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri.
Akhirbulan Besar uterus Tinggi fundus uteri
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam
kandungan:
(1) Dihitung dari tunggal haid terakhir
(2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “felling life” (quickening)
29
(3) Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm
dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
(4) Menurut Ahlfeld :” Ukuran kepala-bokong”= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak
kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.
(5) Rumus Johnson –Tausak:BB =(mD - 12) x 155
v Auskultasi
Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung janin
(djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:
(1) dari janin :
· djj pada bulan ke 4-5
· bising tali pusat
· gerakan dan tendangan janin
(2) dari ibu:
· bising rahim (uterine souffle)
· bising aorta
· peristaltic usus
Cara menghitung djj:
· setiap menit misalnya 140 kali per menit
· dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj,
contoh:
11 12 11
djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur
10 14 9
djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur
(Rustam M, 1998)
v Pemeriksaan Dalam
· Vaginal toucher (VT)
· Rectal toucher (RT)
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :
(1) Bagian terbawah janin
(2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung,
orbita, mulut, dan sebagainya.
(3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii
(4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya
(5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul
30
Perlvimetri klinik :
· Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba
promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk
dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila
dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV)
32
membutuhkan rujukan kondisi kegawatdaruratan lain pada
segara ibu dan bayi.
4. Penatalaksanaan
Kategori Gambaran
Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal
awal.
· Lihat bagian penilaian
33
- Perdarahan per vaginam,
- Sakit kepala lebih dari biasa
- Gangguan penglihatan
- Pembengkakan pada wajah / tangan
- Nyeri abdomen (epigastrik)
- Janin tidak bergerak sebanyak bisanya
· Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan
aman di rumah (untuk tingkat desa) :
- Sabun dan air
- Handuk dan selimut bersih untuk bayi
- Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan
- Mendiskusikan praktek – praktek tradisional, posisi
melahirkan, dan harapan – harapan
- Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan selama
persalinan di rumah.
· Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah
buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air
dan dikeringkan
· Petunjuk dini : untuk mencegah keterlambatan dalam
pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya
komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota
keluarga yang lain untuk :
- Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup
dana untuk menutup biaya – biaya perawatan kegawatdaruratan.
- Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang
mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan
cara mengeluarkan puting susu dengan menggunakan kedua ibu
jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.
Kehamilan normal1. Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas
dengan kebutuhan2. Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan
khusus masalah – masalahnya
34
kesehatan/komplikasi (dokter, puskesmas, dokter obgin dsb)
yang membutuhkan
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan.
rujukan untuk
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
konsultasi atau kerja surat dengan hasil dari rujukan
sama penanganann 4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan
5. Memberikan layanan / asuhan antenatal
6. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah
:
35
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama
hamil. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dini
komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah
sakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan partograf menurut WHO,
sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk ke rumah sakit.
(Ida Bagus Gde Manuaba,1998)
Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian
besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus
Gde Manuaba,1998)
3.3 Cara mendeteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati
Cara nilai skor poedji rochjati sebagai berikut
Bagi tenanga paramedic atau tenaga kesehatan lainnya, memang agak sulit
menggolongkan kasus resiko tinggidengan cara criteria. Maka dibuatlah cara yang lebih
praktis yaitu membuat daftar nilai yang dapat diisi para medis sebagai contoh, disini
dikemukakan daftar skor oleh Rochjati (Surabaya). Daftar skor ini dapat diisi pada setiap
kasus yang datang waktu pemeriksaan antenatal. Dengan perhitungan secara statistic
diperoleh nilai 150 sebagai batas pemisah antara kehamilan resiko tinggi dan bukan resiko
tinggi. Dasar perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian evaluasi terhadap hasil
persalinan berupa: prematuritas, skor APGAR dibawah 7, dan kematian perinatal.
36
EL R III.1 III.
I II
F. 2
R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
c. diberi infus/transfuse 4
37
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Faktor risiko dalam kehamilan pada skor poedji rochjati terdiri dari faktor medis dan
non medis. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT (Kehamilan Risiko
Tinggi) adalah risiko yang dibedakan antara risiko rendah, risiko menengah, dan risiko tinggi.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok, yaitu Kehamilan Risiko Rendah
(KRR) dengan jumlah skor 2, Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, dan
Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Menurut Poedji Rochyati,
faktor-faktor tersebut memiliki batasan risiko/masalah yakni adanya APGO (Ada Potensi
Gawat Obstetri), AGO (Ada Gawat Obstetri), dan AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetri).
Tentunya setiap dampak yang ditimbulkan memiliki langkah pencegahan sendiri. Untuk itu,
dibentuk cara mendeteksi faktor resiko kehamilan dengan skor Poedji Rochjati. Dengan
perhitungan secara statistic diperoleh nilai 150 sebagai batas pemisah antara kehamilan resiko
tinggi dan bukan resiko tinggi. Dasar perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian
evaluasi terhadap hasil persalinan berupa: prematuritas, skor APGAR dibawah 7, dan
kematian perinatal.
4.2 Saran
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu untuk melakukan pendeteksian dini
terhadap semua ibu hamil untuk mengetahui kemungkinan mengalami kehamilan yang
berisiko tinggi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Syaifuddin, Prof. dr., Sp.OG, MPH, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi ke – 1, cetakan ke – 3, JNPKKR – POGI, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 2002, hal 03-336.
Ben-zior Taber, MD, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Edisi-1, Cetakan-
1, EGC, Jakarta, 1994, hal 121-24.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-2, EGC,
Jakarta, 2006, hal 934-1312.
Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kandungan, Edisi-2, Cetakan ke-3, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 336-498.
Ida Bagus Gde Manuaba, Prof, dr, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunan, dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1998, hal 26-252.
Indra Cahaya S, Ir,Msi, http://library.USU.ac.id, Pengaruh Malaria Selama Kehamilan,
Google, 2003.
Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan Faktor
Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan-1, Airlangga University Press,
Surabaya, 2003, hal 27-128.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta
Yeyeh, Ali. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Trans Info Media : Jakarta
40