You are on page 1of 4

BAB 3.

METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit


Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, pada hari Senin, 20 Maret
2019, pukul 16.00 WITA sampai selesai.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah dua lot benih kedelai
(Glycine max), benih jagung (Zea mays), benih kacang hijau (Vignaradiata) dan
benih padi sawah (Zea mays) dan kertas label.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat penghancur (pistil dan
alu), oven, desikator, cawan porselin, tang asbes, sarung tangan asbes, alat
destilasi, silet/cutter, moisture tester dan timbangan analitik.

3.3. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan dalam praktikum ini yaitu:


A. Menimbang contoh kerja (dilakukan dalam gram dengan ketelitian tiga
desimal).
a. Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan yang contoh
kerjanya diambil secara terpisah dimana bobot benih yang diambil tergantung
dari metode yang dipakai dan ukuran wadah.
b. Pada metode oven, contoh kerjanya diambil sebanyak 5 gram (pada wadah
dengan diameter < 8 cm) atau 10 gram (pada wadah dengan diameter > 8 cm)
sedang pada metode destilasi bobot benih tidak ditentukan asalkan diperoleh 2-
5 ml air.
c. Sebelum contoh kerja diambil, contoh kiriman harus dicampur terlebih dahulu
secara merata dengan cara mengaduk contoh kiriman di kantong/wadah dengan
menggunakan sendok atau dengan menempatkan contoh kiriman pada kantong
plastic yang agak longgar, kemudian benih digoncang ke atas dan ke bawah
secara bergantian, dimana hal ini dimaksudkan agar diperoleh contoh kerja
yang homogeny sehingga diperoleh contoh yang benar-benar mewakili
(representatif).
d. Dalam proses pengambilan contoh kerja, contoh benih tidak boleh dibiarkan
terbuka berhubungan dengan udara luar lebih dari 30 detik.
B. Penghancuran
a. Benih yang besar harus dijadikan partikel kecil yang lebih kecil dengan cara
digiling atau ditumbuk, kecuali pada benih yang memiliki kandungan minyak
sangat tinggi hingga sulit digiling dengan sempurna atau yang minyaknya
mengandung iodium yang tinggi (seperti benih Linum) karena dapat
menyebabkan bobot benih meningkat akibat oksidasi dari minyak selama
pemanasan sehingga menyebabkan kesalahan pada penetapan kadar air.
b. Penggilingan/penumbukan benih dilakukan pada sub sampel sebelum contoh
kerja diambil.
c. Besar kecilnya partikel/butir-butir hasil tumbukan tidak sama tergantung dari
spesiesnya :
o Pada benih serealia (termasuk jagung, padi serta sorgum) dan kapas
minimum 50% dari partikel harus dapat melewati saringan dengan mesh
0,50 dan tidak lebih dari 10% tertinggi pada saringan dengan mesh 1,00
mm.
o Pada benih leguminosa (Flola sp., Glysine sp., Phaseolus spp., Pisum sp.
Dan Lupinus sp.) dan tanaman keras (tree seed) (Quercus spp. dan Fagus
spp.) minimum 50% dari partikel harus melewati saringan dengan mesh
4,00 mm.
C. Metode oven dengan suhu rendah konstan
a. Sebelum digunakan, wadah (cawan porselin/cawan petri + tutup) dipanaskan
terlebih dahulu menggunakan oven dengan suhu 1300 C selama 1 jam,
kemudian didinginkan dalam desikator.
b. Setelah dingin,cawan + tutup ditimbang (M1 gram), kemudian masukkan
contoh kerjanya dan ditimbang lagi (M2 gram).
c. Segera wadah tersebut dimasukkan ke dalam oven yang sudah mencapai panas
1030 C. Setelah pengeringan selesai, wadah ditutup dan diletakkan dalam
desikator untuk pendinginan selama 30-45 menit.
d. Setelah dingin, wadah + air + tutup ditimbang (M3 gram). Saat mengerjakan
penetapan kadar air,kelembaban udara nisbi Laboratorium harus dibawah 70%.
D. Metode oven suhu tinggi
a. Prosedur sama dengan di atas, suhu diatur 1300 C – 1330 C selama 4 jam untuk
jagung (Zea mays L.), 2 jam untuk serelia lainnya dan 1 jam untuk spesies
lainnya.
b. pada saat pelaksanaan tidak memerlukan persyaratan kelembaban nisbi tertentu
di laboratorium.
E. Perhitungan
1. Apabila menggunakan metode oven, kadar air dinyatakan dalam persen (%)
terhadap bobot semula dengan ketelitian satu decimal. Cara menghitungnya
adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar Air = (M2 – M3) x 100 %
(M2 – M1)
Keterangan :
M1 = bobot wadah + tutup dalam gram
M2 = bobot wadah + isi + tutup dalam gram sebelum dikeringkan
M3 = bobot wadah + isi + tutup dalam gram setelah dikeringkan
2. Apabila memerlukan pengeringan pendahuluan, maka penghitungan kadar air
menggunaka rumus sebagai berikut :
Kadar Air = (S1 + S2) – S1 x S2
100
Keterangan :
S1 = Kadar air pada pengeringan I
S2 = Kadar air pada pengeringan II
S1 dan S2 dihitung dengan rumus : (M2 – M3) X 100 %
(M2 –M1)
5. Toleransi
Toleransi antara kedua contoh kerja tersebut maksimum 0,2 %. Apabila
perbedaan hasil antar kedua ulangan lebih dari 0,2 %, maka penetapan kadar air
harus diulangi dengan menggunakan contoh kerja yang baru.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Bobot (g) Kadar


Jenis Ulangan I Ulangan II Air
Metode
Benih Benih
M1 M2 M3 M1 M2 M3 (%)
Padi (O.
sativa) 1 27,550 32,100 32,094 27,129 32,397 31,791 0,21-
25,8
Jagung
(Z. mays) 1 27,071 32,071 31,347 27,882 32,882 32,152 14,48-
14,6
Kacang
Hijau (V. 1 26,883 31,835 31,175 27,772 32,722 32,044 3,972-
3,971
radiata)
Kedelai
(G. max) 1 27,04 32,700 32,043 27,65 32,023 31,521 11,607-
11,681

You might also like