You are on page 1of 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Penanggulangan Air Sadah.
Laporan ini ditulis dari hasil yang diperoleh selama mengikuti praktikum.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium
Pengembangan atas bimbingan dan arahan dalam melaksanakan praktikum.
Penulis berharap, dengan membaca laporan praktikum Penanggulangan air
Sadah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan dan Pengetahuan kita.
Laporan praktikum Penaggulanagan Air Sadah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Medan, Maret 2018

` Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN .........................................................i
LEMBAR ASISTENSI......................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Tujuan Percobaan Praktikum...........................................................1
1.2. Landasan Teori ………………………………………………........1
1.2.1. Kualitas Air Sumur Desa Banaran Sungai Bengawan Solo
Berdasarkan Aspek Kemasyarakatan dan Starndart Menteri
Kesehatan............................................................................. 1
1.2.2. Air Sadah ………..….......……………….........................…13
1.2.3. Karakteristik Air.........................................................….......14
1.2.4. Pengolahan Air Sadah Menjadi Air Minum..........................14
1.2.5. Penanggulangan Air Sadah....................................................15
BAB II. METODOLOGI ………………………………….…..........................17
2.1. Alat dan Baha................…...............................................................17
2.2. Tahap Pengolahan Air Sadah...........................................................18
2.2.1. Perancanagan Alat..................................................................18
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatana Regen........................................18
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air Sadah...................................19
2.2.4. Prosedur Kerja Ca Dalam Air................................................20
2.2.5. Prosedur Kerja Mg Dalam Air..............................................20
2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Ca2+ dan Mg2+............22
BAB III DATA DATA DAN PENGOLAHAN DATA.....................................23
3.1. Data Pengamatan..............................................................................23
3.2. Pengolahan Data...............................................................................25
3.2.1. Pembuatan Regen..................................................................25
3.2.2. Perhitungan Kadar Ca2+ dan Mg2+.........................................26
3.2.3. Reaksi....................................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................32


5.1 Kesimpulan........................................................................................32
5.2 Saran..................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Hasil karakterisasi humin................................................................10


Tabel.3.1. Data Analisa kadar Ca2+dalam aqua.................................................21
Tabel 3.2. Data Analisa kadar Mg2+dalam aqua................................................23
Tabel 3.3. Data Analisa kadar Ca2+dalam zeloid...............................................23
Tabel 3.4. Data Analisa kadar Mg2+dalam zeloid..............................................23

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1.Spektrum IR humin hasil isolasi setelah pemurnian........................19
Gambar 1.2. Struktur EDTA mengkhelat logam .................................................19
Gambar 1.3.Penurunan kesadahan air menggunakan humin...............................19
Gambar 2.1. Prosedur Kerja Pengolahan Air Sadah............................................19
Gambar 2.2. Prosedur kerja Analisa Kadar Ca2+ .................................................19
Gambar 2.3. Prosedur kerja penentuan Mg2+........................................................20
Gambar 2.4. Bagan tahapan pengolahan air Sadah dan Alanisa Hardnes
Dalam Air.........................................................................................20

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum Analisa Hardness dalam Air adalah:
1. Mempelajari analisa Hardness dalam air
2. Mengetahui logam penyebab Hardness dalam air
3. Menganalisa kadar Ca2+ dan Mg2+ serta kesadahan total dalam air

1.2 Landasan Teori

1.2.1. Potensi Humin Hasil Isolasi Tanah Hutan Damar


Baturraden Dalam Menurunkan Kesadahan Air

Pendahuluan

Air yang akan digunakan sebagai air minum harus memenuhi


syarat kriteria kualitas air yang aman dan dapat digunakan sebagai
air minum. Parameter yang digunakan antara lain parameter fisika,
kimia, bakteriologi dan radioaktivitas. Salah satu parameter kimia
adalah kesadahan air. Kadar kesadahan yang dianjurkan untuk air
yang layak diminum adalah sebesar 10- 300 mg/L (Depkes, 1990).
Kesadahan didefinisikan sebagai jumlah dari ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) terlarut dalam air. Kedua ion ini merupakan
unsur kesadahan yang paling besar, walaupun beberapa logam
lainnya juga temasuk unsur sadah, namun konsentrasinya dalam air
alami sangat kecil. Pada umumnya air dengan kesadahan total lebih
dari 200 mg/L (sebagai CaCO3) dikatakan air sadah (Hauser, 2002)

Kadar kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif


terhadap kesehatan misalnya penyakit batu ginjal dan karang gigi
karena air sadah banyak mengandung ion logam Ca2+ dan Mg2+
(Atastina dkk, 2002). Kandungan kalsium dan magnesium yang
tinggi dalam air akan menyebabkan sabun sukar berbusa dan timbul

1
kerak pada panci atau pipa. Kandungan maksium kalsium dan
magnesium yang diperbolehkan dalam air minum masing-masing
adalah 75 - 200 mg/L dan 30 - 150 mg/L (Alaerts dan Santika,
1987). Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan jika
mengkonsumsi air dengan kadar kesadahan tinggi maka perlu
dilakukan upaya untuk menurunkannya.
Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mengatasi
kesadahan air yang tinggi, salah satunya adalah dengan metode
adsorpsi. Bahan absorben yang sering digunakan antara lain
karbon aktif, tanah diatomea, zeolit dan lain-lain. Bahan alternatif
lain yang dapat digunakan sebagai absorben dengan harga yang
relatif murah dan mudah diperoleh adalah tanah yang banyak
mengandung humin.
Tanah tersusun dari komponen organik dan komponen
anorganik. Komponen organik tanah terbagi dalam dua kelompok
yaitu bahan humat dan non humat. Bahan non humat meliputi
karbohidrat, asam amino, protein, lipid asam nukleat dan lignin.
Bahan humat merupakan hasil akhir dekomposisi bahan tanaman
di dalam tanah. Bahan humat bersifat reaktif karena mempunyai
elektronegativitas yang besar. Gugus – COOH, -OH fenolat, -OH
alkoholat serta gugus –C=O pada bahan humat mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi ion logam termasuk Ca2+ dan
Mg2+. Berdasarkan karakteristik kelarutannya, bahan humat
digolongkan dalam tiga fraksi yaitu asam humat, asam fulvat dan
humin. Bahan humat banyak terdapat pada tanah yang
mengandung humus antara lain tanah gambut dan tanah hutan
(Tan, 1994).

Humin merupakan fraksi yang tidak dapat larut dalam alkali,


asam atau alkohol. Martin et.al., (2004) menyatakan bahwa humin
merupakan fraksi terbesar bahan humat. Humin memiliki gugus
karboksilat dan gugus –OH fenolat yang dapat mengadsorpsi ion

2
logam, namun masih sedikit penelitian tentang humin dan
pemanfaatan humin sebagai material adsorben logam-logam
khususnya untuk menurunkan kesadahan air yang banyak
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan pernyataan di atas
maka dalam penelitian ini akan dilakukan karakterisasi humin dari
tanah hutan damar Baturraden dan kemampuannya untuk
menurunkan kesadahan air.
Metode Penelitian
Tanah untuk isolasi humin diambil dari hutan damar
Baturraden, sampel air sadah diambil dari sumber mata air di Desa
Darmakradenan Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: eksikator;
mortar; ayakan 100 mesh; neraca analitik; muffle furnance;
spektroskopi infra merah (IR); pH meter; dan alat-alat gelas. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH, HCl, HF,
Ba(OH)2.8H2O, Ca(CH3COO)2, CH3COONH4, NH2OH.HCl,
Na4P2O7.10H2O,CaCO3, MgSO4, Gas N2, asam nitrat, aquademin,
EDTA, indicator pp, indicator metil kuning, EBT, NH4Cl, NH4OH,
NaCl.
Prosedur Penelitian.
Humin diisolasi dari tanah hutan damar Baturraden. Sampel
tanah dibersihkan dari kerikil dan pengotor dengan cara diayak.
Sebanyak 2 gram sampel tanah yang telah dibersihkan diekstraksi
dengan larutan NaOH 0,5 M dalam botol plastik ukuran 1,5 liter
kemudian ditambahkan gas nitrogen (N2), ditutup rapat dan
dikocok dengan bantuan shaker selama 24 jam. Residu ekstraksi
dipisahkan dari larutan dengan sentrifugasi pada kecepatan 2500
rpm selama 15 menit, lalu didekantasi dan selanjutnya dilakukan
pengasaman dengan menambahkan HCl 6 M hingga pH < 2.
Residu disaring dengan saringan buchner, dibilas dengan larutan
HCl 0,01 M dan dicuci dengan akuades, kemudian dikeringkan

3
udarakan. Humin yang diperoleh dari tahap ini merupakan humin
kotor. Ekstraksi humin dilanjutkan dengan tahap pemurnian.
Humin kotor diekstraksi dengan larutan campuran HF- HCl
sebanyak tiga tahap. Tahap pertama, humin kotor dicampur dengan
(1:1 v/v) 0,2 M HCl dan 0,2 M HF selam 64 jam lalu disaring.
Tahap kedua, residu yang diperoleh dimasukkan dalam campuran
1:1 HF (5,5) dan HCl (1,1 M) tiga kali selama satu jam, masing-
masing didekantasi. Tahap ketiga, residu dimasukkan dalam
larutan 5,5 M HF empat kali masing-masing selama 16 jam.
Endapan dipisahkan dari pelarutnya dengan sentrifugasi pada
kecepatan 2500 rpm selama 15 menit, didekantasi, dibilas dengan
0,1 M HCl dan terakhir dibilas dengan akudes empat kali. Residu
yang diperoleh merupakan humin yang bebas pengotor,
selanjutnya humin dikeringudarakan, dihaluskan, diayak dengan
ayakan 120 mesh. Humin yang diperoleh dikarakterisasi dan
digunakan untuk menurunkan kesadahan air Karakterisasi Humin
Identifikasi gugus fungsional humin
Humin kotor dan humin yang telah dimurnikan dikarakterisasi
menggunakan metode spektroskopi infra merah (IR) untuk
mengetahui gugus fungsinya.

Kadar air

Sebanyak 50 miligram humin hasil isolasi yang telah


dikeringudarakan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah
diketahui bobotnya. Cawan berisi humin tersebut dipanaskan dalam
oven pada suhu 105˚C selama 24 jam dan didinginkan dalam
desikator kemudian ditimbang. Masing-masing dilakukan dua kali
(duplo). Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumusan sebagai
berikut : Kadar air (%) =A B AX 100 %
A= massa humin sebelum pengeringan (gram)

4
B= massa humin setelah pengeringan (gram)
Kadar abu
Penetapan kadar abu dilakukan dengan pembakaran dalam
tungku perapian (furnace) pada temperatur 440˚C selama 6 jam,
setelah dilakukan pengujian kadar air. Masing-masing dilakukan
dua kali (duplo). Perhitungan kadar abu dilakukan dengan rumusan
sebagai berikut :

Kadar abu (%) = Cx100 : B


Keterangan:
B = berat benda uji kering oven (gram)
C = berat abu (gram)
Keasaman total (Tan, 1994)
Sebanyak 20 mg humin dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125
mL dan ditambahkan 10 mL larutan Ba(OH)2 0,2 N dalam kondisi
atmosfer nitogen. Erlenmeyer ditutup rapat dan dishaker selama 24
jam pada temperatur kamar. Suspensi yang terbentuk disaring
kemudian residu dibilas dengan aquades bebas CO2, filtrat dan air
bilasan digabung lalu dititrasi secara potensiometri dengan larutan
standar HCl 0,2 N hingga pH 8,4. Titrasi ini juga dilakukan pula
terhadap larutan blangko yaitu larutan jenuh Ba(OH)2 0,2 N
sebanyak 10mL. Perhitungan kemasaman total dilakukan dengan
rumusan sebagai berikut :
Keterangan :

Vb = volume HCl yang digunakan untuk mentitrasi


blangkoKandungan gugus karboksilat (Tan, 1994)
Sebanyak 20 mg humin dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 10 mL larutan Ba(CH3COO) 2 0,2 M dan 40
mL aquades bebas CO2. Dalam waktu yang sama dilakukan juga
terhadap larutan blangko yaitu 10 mL larutan Ba(CH3COO) 2

0,2 M dan 40 mL

5
aquades bebas CO2 kemudian larutan dishaker selama 24 jam
pada suhu kamar. Suspensi yang terbentuk disaring kemudian
residu dibilas dengan air destilat bebas CO2. Filtrat dan air bilasan
digabung, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan standar
0,1M NaOH hingga pH 9,8. Perhitungan kandungan gugus
karboksilat dilakukan dengan rumusan sebagai berikut

(Vs Vb)xNx105
Gugus COOH = miligram sampel
Keterangan :

Vb = volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi blangko


Vs = volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi sampel
N = normalitas larutan standar basa
Kandungan gugus OH fenolat
Kandungan gugus –OH fenolat merupakan selisih antara
kemasaman total dengan kandungan gugus –COOH. Perhitungan
kandungan gugus OH fenolat dilakukan dengan rumusan sebagai
berikut,

Potensi Humin untuk menurunkan kesadahan air

Humin sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam gelas beker


yang telah berisi 1 liter air yang akan diturunkan kesadahannya.
Kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic striter. Analisis
kesadahan air dilakukan dengan variasi waktu yaitu 0 ; 10 menit ;
30 menit ; 60 menit ; 1 jam ; 3 jam ; 5 jam ; 10 jam ; 20 jam dan 24
jam. Adapun analisis Ca dan Mg (kesadahan total) adalah sebagai
berikut :
1. Penetapan kalsium dengan EBT sebagai indikator

6
a. ditimbang 0,4 g kalsium karbonat dimasukkan ke dalam labu
250 mL, teteskan sedikit demi sedikit HCl 5 N sambil diaduk-
aduk hingga cairan menjadi jernih (semua CaCO3 larut),
kemudian diencerkan hingga tanda batas.
b. diambil 25 mL dengan pipet seukuran dan dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL. ditambahkan 25 mL air, 1 tetes
phenolpthalein 0,1%. Netralkan cairan ini dengan NaOH 0,1 N
dan dicatat pemakaian larutan
NaOH ini (x mL)
c. pekerjaan (b) diulangi tetapi tanpa penambahan phenoltthalein
kemudian ditambahkan 1 mL larutan buffer pH = 10 yang
mengandung Mg-EDTA dan 0,1 g indikator EBT dalam NaCl
atau 3 tetes larutan indikator EBT
d. dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas
Ca2+ + Na2H2Y CaH2Y + 2Na+
Berat atom Ca = 40,08
Berat setara = 20,04

2. Penetapan magnesium dengan EDTA


a. ditimbang 0,95 g MgSO4.7 H2O dimasukkan ke dalam labu
250 mL isi sampai tanda batas
b. diambil 25 mL dengan pipet seukuran dan dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL ditambah 25 mL air, 1 mL
larutan buffer dan 0,1 g indikator EBT dalam NaCl atau 3
tetes larutan indikator EBT
c. dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga terjadi
perubahan dari merah anggur menjadi biru yang jelas

7
Mg2++ Na2H2Y MgH2Y + 2 Na+
Berat atom Mg = 24,32 Berat setara = 12,16

3. Penetapan derajat kesadahan air


a. diambil 100 mL contoh air dengan gelas ukur, dimasukkan
ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
b. ditambahkan 2 mL larutan buffer pH= 10 dan 0,2 g
indikator EBT dalam NaCl.
c. dititrasi dengan larutan EDTA 1/56 M sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru yang jelas
Keterangan
Kesadahan air dinyatakan dalam derajat kesadahan jerman (D0) per
liter
1 D0 = 10 mg CaO per liter larutan EDTA 1/56 = 1 mg CaO

Hasil dan pembahasan


Humin hasil isolasi setelah proses pemurnian dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometer inframerah Shimadzhu FTIR-
8201PC dengan sel KBr untuk mengetahui adanya gugus
fungsional humin yang diharapkan mengandung gugus –COOH
dan -OH fenolat.
Hasil analisis kualitatif gugus fungsional humin setelah proses
pemurnian dapat dilihat pada Gambar 1.1

8
Gambar 1.1.Spektrum IR humin hasil isolasi setelah pemurnian

Spektrum IR humin setelah pemurnian menunjukkan adanya


gugus – OH terlihat pada pita serapan dengan bilangan gelombang
3433,1 cm-1. Bilangan gelombang 1637,5 cm-1 menunjukkan
vibrasi ulur C=C aromatik atau C=O (keton terkonjugasi) mengikat
hidrogen, sedangkan bilangan gelombang 2920 cm-1 dan 2850,6
cm-1 merupakan vibrasi ulur C-H alifatik. Adanya –OH dari –
COOH ditunjukkan dengan pita serapan pada bilangan gelombang
2345,3 cm-1 (Aiken, et.all., 1985).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam


bahan yang dinyatakan dalam persen. Penetapan kadar air
dilakukan dengan memanaskan humin pada suhu 105˚C selama 24
jam. Kadar abu suatu bahan adalah kadar residu hasil pembakaran
semua komponen organik di dalam bahan yang biasanya berupa
mineral. Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara memanaskan
humin kering pada suhu 440˚C selama 6 jam (SNI 13-6793, 2002).
Penentuan gugus fungsional humin secara kuantitatif yaitu nilai
keasaman total, gugus karboksilat dan gugus –OH fenolat
dilakukan dengan metode titrasi potensiometri. Keasaman total
atau kapasitas tukar senyawa humat tanah dikarenakan oleh

9
kehadiran proton yang dapat terdisosiasi atau ion-ion H pada
gugus-gugus karboksil aromatik dan alifatik dan gugus hidroksil
fenolik (Tan, 1994). Hasil karakterisasi humin hasil isolasi terlihat
pada tabel 1.

Tabel 1.1. Hasil karakterisasi humin

Kadar
Air (%) Abu (%) Keasaman total Karboksilat OH fenolat
(cmol/kg) (cmol/kg) (cmol/kg)
Humin 16,62 9,2 475 200 275
murni

Efektifitas proses pemurnian akan makin tinggi apabila makin


banyak mineral yang hilang dari humin. Abu yang dihasilkan
merupakan residu proses pembakaran humin pada temperatur
tinggi yaitu mineral, maka kadar abu dapat digunakan sebagai
ukuran keberhasilan suatu proses pemurnian. Makin efektif proses
pemurnian maka kadar abu semakin sedikit.

Potensi Humin untuk Menurunkan Kesadahan Air


Air yang mempunyai sifat sadah tidak dapat dikonsumsi secara
langsung. Air tersebut harus diproses terlebih dahulu. Penggunaan
air sadah untuk minum tanpa diproses terlebih dahulu dapat
menyebabkan penyakit batu ginjal atau kandung kemih. Hal ini
disebabkan air sadah mengandung ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+).

Penurunan kesadahan dapat dilakukan dengan metode adsorpsi.


Metode adsorpsi untuk menurunkan kesadahan air pada penelitian
ini menggunakan humin sebagai adsorben. Air sadah diadsorpsi
oleh humin menggunakan sistem ”batch” dengan variasi waktu 0;
10 menit; 30 menit; 60 menit ; 1 jam ; 3 jam ; 5 jam ; 10 jam
; 20 jam dan 24 jam, kemudian dianalisis kesadahan totalnya.

10
Kesadahan total merupakan jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang
dapat ditentukan dengan metode titrasi. Analisis kesadahan total air
pada penelitian ini menggunakan titrasi kompleksometri.
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan yang biasanya menggunakan EDTA (Etilen Diamin
Tetra Asetat) sebagai pentiter. EDTA dapat bereaksi dengan ion
logam seperti ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang terkandung dalam air
sadah membentuk senyawa kompleks. Gambar1.2
memperlihatkan struktur EDTA dalam mengkhelat logam.

Gambar 1.2. Struktur EDTA mengkhelat logam (Day dan Underwood,


2002)

11
Pengendapan CaCO3 dapat terjadi pada sampel air sadah hasil
adsorpsi, jika terjadi pengendapan akan mengurangi kadar
kesadahan terlarut dalam air. Penambahan asam dapat mencegah
terjadinya pengendapan CaCO3. Pengenceran juga dapat mencegah
terbentuknya endapan yang disebabkan kadar Ca2+ terlalu tinggi
dalam larutan. Penambahan buffer ammonia-amonium klorida pH
10 dilakukan sebelum titrasi. Penambahan buffer pH 10 ini
berfungsi untuk menstabilkan kompleks yang terjadi antara ligan
EDTA dengan kation Ca2+ dan Mg2+ yang ada dalam sampel air
sadah, namun pH yang terlalu tinggi pada air sadah dapat
menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan karena terjadi
pengendapan Mg(OH)2 (Alaerts dan Santika, 1984).
Analisis kadar kesadahan total air dari desa Darmakradenan
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas menunjukkan kadar
kesadahan yang cukup tinggi yaitu 548 mg/L sebagai CaCO3.
Depkes RI menetapkan kadar kesadahan total maksimal untuk
standar kualitas air minum yang diperbolehkan adalah 300 mg/L
sebagai CaCO3, dengan demikian kesadahan total air di Desa
Darmakradenan sudah melebihi ambang

batas. Penurunan kesadahan air menggunakan


humin dapat terlihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3.Penurunan kesadahan air menggunakan humin

12
Gambar 1.3 menunjukkan penurunan kesadahan total air oleh
humin semakin meningkat dengan meningkatnya waktu kontak
dan mencapai kesetimbangan pada waktu 600 menit (10 jam).
Waktu kesetimbangan yaitu waktu setelah permukaan adsorben
jenuh atau telah tertutupi semua oleh adsorbat maka adsorben tidak
mampu lagi mengadsorpsi adsorbat. Perpanjangan waktu kontak
tidak memberikan pengaruh besar terhadap persentase penurunan
kesadahan air karena permukaan abu terbang telah jenuh.
Permukaan adsorben yang telah jenuh oleh molekul teradsorpsi
tidak akan mampu lagi untuk meningkatkan daya adsorpsinya
meskipun konsentrasi adsorbat diperbesar (Lubis dan Nasution,
2002). Hasil penelitian diperoleh kesadahan pada waktu
kesetimbangan sebesar 248 ppm dengan persen penurunan sebesar
54,745%.

Kesimpulan
1. Karakteristik humin hasil isolasi dari tanah
hutan damar Baturraden memiliki kadar air 16,62%;
kadar abu 9,2%; kandungan keasaman total

2. 475 cmol/kg; kandungan gugus karboksilat 200 cmol/kg


dan kandungan gugus -OH fenolat 275 cmol/kg. Penurunan
kesadahan air di Desa DarmakradenanKecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas menggunakan humin hasil isolasi tanah
hutan damar Baturraden sebesar 54,745% dengan waktu
kesetimbangan 600 menit (10 jam)

13
8
4
1.2.2. Air Sadah
Air sadah atau hardnes adalah kandungan mineral-mineral
tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air
yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Selain ion kalsium dan
magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain
maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana
untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air
lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah,
sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali
busa.
1.2.3.Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yng khas yang tidak dimiliki senyawa kimia
yng lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan,yakni 0-100oc,air
berwujut cair. Suhu 0oc merupakan titik beku dan suhu 100oc
merupakan titik didih air. Tampa sifat tersebut,air yang terdapat
didalam jaringan tubuh makluk hidup maupun air yang terdapat di
laut,sungai,danau,dan badan air yang lainnya akan berbentuk gas
atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan dimuka bumi
ini, karena sekitar 60-90% bagian sel makluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sanggat baik. Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas maupun dingain dengan
seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya
stress pada makluk hidup karena adanya perubahan suhuyang
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makluk
hidup.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini

14
memerlukan energy panas dalam jumlah yang besar.
Sebaiknya,proses perubahan uap menjadi cairan melepaskan
energy panas yang besar. Pelepasan energy ini merupakan salah
satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat keringat.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam
jumlah yang sangt sedikit, sedangkan air laut mengandung senyawa
kimia hingga 35000 mg/liter (terbbut,1992). Sifat ini
memungkinkan unsure hara terlarut diangkut keseluruh jaringan
tubuh makluk hidup dan memingkinkan bahan-bahan toksik yang
masuk kedalam jaringan tubuh makluk hidup dilarutkan untuk
dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan
sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemaran yang
masuk ke badan air.
1.2.4. Pengolahan Air Sadah Menjadi Air Minum
Proses pengolahan air sadah merupakan upaya untuk
mendapatkan air bersih dan sehat sesuai setandar mutu air untuk
kesehatan. Ada beberapa cara proses pengolahan air minum yaitu
proses fisik, kimia dan biologi. Agar air memenuhi syarat yang
digunakan sebagai air minum. Proses kimia pada pengolahan air
minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi, dan
oksidasi. Pengolahan air secara biologi gunanya untuk mematikan
pathogen dapat berlangsung bersama-sama dengan reaksi kimia
dan fisik dengan pemberian desinfektan, dan penyaringan
menggunakan zeolite.
1.2.5. Penanggulangan Hardness
A. Penanggulangan Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara dapat dieliminir dengan pemanasan
atau pendidihan, sehingga terbentuk endapan CaCO3- atau MgCO3-
Garam MgCO3 mempunyai kelarutan yang lebih di air
panas,namun semakin rendah temperature air kelarutan MgCO3

15
semakin kecil , bahkan menjadi tidak larut dan dapat mengendap.
Garam CaCO3 kelarutannya lebih kecil dari MgCO3 sehingga pada
air panas sebagian CaCO3 mengendap, pada air dingin
pengendapan nya akan lebih banyak lagi.
B. Penanggulangan Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan pengendapan
kimia dapat dilakukan dengan proses kapur – soda ( lime soda
softening ) atau dengan proses soda kaustik. Dengan penambahan
kapur tersebut dapat terjadi pengendapan. Endapan yang terjadi
dapat dipisahkan dari air dengan cara pengendapan.

16
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer 300 ml : 2 buah
2. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
3. Pipet Volum 25 ml : 2 buah
4. Beaker Glass 100 ml : 1 buah
5. Beaker Glass 200 ml : 3 buah
6. Beaker Glass 250 ml : 1 buah
7. Beaker Glass 500 ml : 2 buah
8. Gelas Ukur 10 ml : 2 buah
9. Botol Semprot : 1 buah
10. Bola Hisap : 3 buah
11. Buret 50 ml : 1 buah
12. Pipet mili 1 ml : 2 buah
13. Pipet mili 5 ml : 1 buah
14. Pipet Tetes : 3 buah
15. Corong : 1 buah

b. Bahan yang digunakan

1. Larutan HONH2HCl 10% : 2 ml


2. Indikator murexsid : ½ spatula
3. Larutan EDTA : 36,7 ml
4. Larutan KCN 10 % : 2 ml
5. Larutan Buffer pH 10 : 8 ml
6. Indikator EBT : ½ spatula
7. Aqua : 50 ml
8. Larutan KOH 50 % : 16 ml
9. Zeolid : 12 gr

17
2.2. Tahapan pengolahan Air Sadah.
2.2.1. Perancangan alat
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Bahan-bahan yang akan digunakan dibersihkan
3. Kemudian bagian atas galon dipotong dengan rapi
4. Lalu batu kerikil besar dimasukkan ke dalam galon (wadah)
5. Busa dimasukkan ke dalam galon yang telah ddisediakan
6. Lalu tambahkan ijuk kedalam galon tersebut
7. Arang dimasukkan kedalam galon yang berisi bahan-bahan yang
telah dimasukkan kedalam galon tersebut
8. Setelah itu dilapisi dengan busa sampai arang tertutupi dengan rata
9. Pasir ditambahkan kedalam galon tersebut
10. Lalu dilapisi dengan busa kembali sampai tertutup merata
11. Ijuk dimasukkan kedalam galon yang telah beisi bahan-bahan
yang telah dimasukkan sebelumnya
12. Kerikil kecil ditambahkan kedalam galon tersebut
13. Busa dimasukkan kedalam galon yang telah disediakan
14. Kerikil sedang ditambahkan kedalam galon tersebut
15. Setelah itu ijuk diasukkan kedaam galon sebagai lapisan terakhir
didalam galon tersebut
2.2.2. Prosedur pembuatan reagen

1. KCN 10% disimpan dalam botol plastik (beracun)


2. Hydroksi Ammonium Chlorida (HONH2HCl)
3. Buffer pH 10
Timbang dengan teliti 67,5 gram NH4Cl, tambahkan 570 ml NH3
pekat setelah larut jadikan jadi 11 dengan aquadest.
4. Larutan Indikator EBT 0,5%

18
Larutkan 0,5 gram EBT dalam 10 ml methanol, tambahkan 0,5
gram HONH2HCl, simpan dalam botol plastic
5. Larutan EDTA 0,01 M standart
Timbang dengan teliti 3,7224 gram Na2EDTA yang telah
dikeringkan dalam oven pada temperature 80oC, dilarutkan
menjadi 1 liter dengan aquadest.
6. KOH 50%
Larutkan 250 gram KOH dalam 500 ml aquadest, simpan dalam
botol plastik.
7. Indikator NaNa
Larutkan 0,5 gram Nana (2 Oxy – 4 sulfo I Naptilozo). (2,0 V I -3
Naphtonic acid) dalam 100 ml ethanol, tambahkan 0,5 gram
HONH2HCl,simpan dalam botol warna gelap (coklat).
2.2.3. Prosedur kerja Analisa Kadar Ca2+ dalam CaCL2H2O.
1. Sampel di pipet sebanyak 25 ml kedalam erlenmeyer.
2. Aquadest ditambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml.
3. Larutan KOH 15% ditambahkan sebanyak 4 ml dan di biarkan
selama 5 menit
4. Larutan HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
5. Indikator NaNa ditambahkan secukupnya hingga terjadi
perubahan warna menjadi ungu.
6. Larutan di titrasi dengan larutan EDTA sampai warna berubah
menjadi ungu.

Gambar 2.2. Prosedur kerja Analisa Kadar Ca2+ dalam CaCL2H2O.

19
2.2.4. Prosedur kerja Analisa Kadar Mg2+ dalam MgSO45H2O.
1. Sampel dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Aquades sebanyak 50 ml ditambahkan kedalam erelmeyer.
3. KCN 10% ditambahkan sebanyak 0,5 ml
4. HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 5 tetes.
5. Larutan buffer pH 10 ditambahkan sebanayak 2 ml ke erlenmeyer.
6. Indikator EBT ditambahkan secukupnya hingga berubah warna
menjadi merah tua.
7. Larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai warna berubah
menjadi biru .

Gambar 2.3. Prosedur kerja penentuan Mg2+ dalam MgSO45H2O.


2.2.5. Prosedur kerja Analisa Kadar Ca2+ dalam Aqua.
1. Sampel di pipet sebanyak 25 ml kedalam erlenmeyer.
2. Aquadest ditambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml.
3. Larutan KOH 15% ditambahkan sebanyak 4 ml dan di biarkan
selama 5 menit
4. Larutan HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
5. Indikator murexid ditambahkan secukupnya hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah tua.
6. Larutan di titrasi dengan larutan EDTA sampai warna berubah
menjadi biru gelap.

20
2.2.6. Prosedur kerja Analisa Kadar Mg2+ dalam Aqua.
1. Sampel dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Aquades sebanyak 50 ml ditambahkan kedalam erelmeyer.
3. KCN 10% ditambahkan sebanyak 0,5 ml
4. HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 5 tetes.
5. Larutan buffer pH 10 ditambahkan sebanayak 2 ml ke erlenmeyer.
6. Indikator EBT ditambahkan secukupnya hingga berubah warna
menjadi merah tua.
7. Larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai warna berubah
menjadi biru gelap.

21
2.2.7. Bagan tahapan pengolahan air sadah dan analisa hardnes dalam
air
Air Baku
Analisa Kadar Mg2+ dan
Analisa Kadar Ca2+
Media
Filtrasi

Air HasilFiltrasi

Analisa Kadar Mg2+ dan


Air HasilFiltrasi Analisa Kadar Ca2+
Tidak
Sesuai SNI
Ya

Air Bersih

Gambar 2.4. Bagan tahapan pengolahan air Sadah dan Alanisa Hardnes
Dalam Air

22
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data pengamatan


Tabel 3.1. Data Analisa kadar Ca2+
No Sampe Volume Volume Volume Volume Volume EDTA
. l Sampel Aquadest KOH HONH2 0,01M
(ml) (ml) 50% HCl (ml)
(ml) (ml)
1. Aqua 20 50 4 0,5 2,4

A. Pengamatan Sempel
1. Air Aqua
Aqua + Aquadest Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl Larutan tidak berwarna
Larutan Tidak berwarna + Larutan Muraxid Larutan warna merah
titrasi
Larutan warna ungu Larutan Biru Gelap
Lar.EDTA 0,01 M

Tabel 3.2. Data Analisa kadar Mg2+


No Sampel Volume Volume Volume Volume Buffer Volume
. Sampel Aquadest KCN10 HONH2 pH 10 EDTA
(ml) (ml) % HCl (ml) 0,01M
(ml) (tetes) (ml)
1. Aqua 25 50 0,5 3 2 3,5

A. Pengamatan Sempel
1. Air Aqua
Aqua + Aquades Larutan tidak berwarna

23
Larutan Tidak berwarna+ KCN 10% Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Indikator EBT Larutan ungu
titrasi
Larutan ungu Larutan Biru gelap
Lar.EDTA 0,01 M

Tabel 3.2. Data Analisa kadar Ca2+


no Volume Zeloid Volume Volume volume Indicator Volumeeume
Sampel (gr) Filtrate KOH HON2HCL Murexid Titrasi
(ml)
(ml) (ml) (gr) (ml) (gr)
1 50 0,6049 10 4 0,5 1 14

1. Air Aqua

Aqua + zeloid Larutan keruh


diagitasi
Larutan keruh Larutan keruh
10 menit

disaring
Larutan keruh Larutan tidak berwarna
Aqua + Aquades Larutan tidak berwarna
Larutan Tidak berwarna+ KON 50% Larutan putih
Larutan putih + HONH2HCl Larutan putih
Larutan putih + NaOH Larutan putih
Larutan putih + Indikator murexid Larutan merah muda
titrasi
Larutan merah muda Larutan ungu
Lar.EDTA 0,01 M

Tabel 3.3. Data Analisa kadar Ca2+


no Volume Zeloid Volume Volume volume Indicator Volumeeume
Sampel (gr) Filtrate KOH HON2HCL Murexid Titrasi
(ml)
(ml) (ml) (gr) (ml) (gr)
1 50 0,6299 10 4 0,5 1 19,5

24
Aqua + zeloid Larutan keruh
diagitasi
Larutan keruh Larutan keruh
10 menit

disaring
Larutan keruh Larutan tidak berwarna
Aqua + Aquades Larutan tidak berwarna
Larutan Tidak berwarna+ KON 50% Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + NaOH Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Indikator EBT Larutan merah tua
titrasi
Larutan merah tua Larutan ungu
Lar.EDTA 0,01 M

3.2. Pengolahan Data


3.2.1. Pembuatan Regen
A. Pembuatan KOH 50%
% = berat / volume
Berat = % x volume
= 50% x 250 mL
= 125 gr
B. Pembuatan HONH2HCl 10%
% = berat / volume
Berat = % x volume
= 10% x 100 mL
= 10 gr
C. Pembuatan KCN 10%
% = berat / volume
Berat = % x volume
= 10% x 100 mL
= 10 gr

25
D. Pembuatan Na-EDTA 0,01 M
Molaritas EDTA = 0,01 M
Volume pelarut = 1 L
BM EDTA = 292,24 gr/mol
gr EDTA = ?
gr EDTA = M x BM x V
= 0,01 x 292,24 x 1
= 2,924 gr
3.2.2. Perhitungan Kadar Ca2+ dan Mg2+
A. Perhitungan Kadar Ca2+
1. Aqua
a (Volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 2,4 ml
v (Volume sampel) = 20 ml
(0,4 mg Ca2+ ~ 1 ml EDTA)
Kadar Ca2+ dalam air = …?
Ca2+ = a x 1000/v x 0,4
= 2,4 x 1000/20 x 0,4
= 48 ppm
2. zeloid

a (Volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 14 ml


v (Volume sampel) = 20 ml
(0,4 mg Ca2+ ~ 1 ml EDTA)
Kadar Ca2+ dalam air = …?
Ca2+ = a x 1000/v x 0,4
= 14 x 1000/20 x 0,4
= 280 ppm

B. Perhitungan Kadar Mg2+


1. Aqua
b (volume EDTA untuk titrasi penentuan Mg) = 5,3 ml
a (volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 2,4 ml

26
VMg (volume sampel yang dipipet untuk Mg) = 20 ml
VCa (volume sampel yang dipipet untuk Ca) = 20 ml
(0,243 = 1 ml EDTA ~ 0,243 mg Mg+2)
Kadar Mg2+ dalam air =...?
Mg2+ = b/VMg – a/VCa x 1000 x 0,243
= 5,3/ 25 – 2,4/ 20 x 1000 x 0,243
= 0,212 – 0,12 x 1000 x 0,243
= 22,356 ppm
2. Zeloid
b (volume EDTA untuk titrasi penentuan Mg) = 19,5 ml
a (volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 14 ml
VMg (volume sampel yang dipipet untuk Mg) = 20 ml
VCa (volume sampel yang dipipet untuk Ca) = 20 ml
(0,243 = 1 ml EDTA ~ 0,243 mg Mg+2)
Kadar Mg2+ dalam air =...?
Mg2+ = b/VMg – a/VCa x 1000 x 0,243
= 19,5/ 25 – 14/ 20 x 1000 x 0,243
= 0,975 – 0,7 x 1000 x 0,243
= 66,825 ppm
3.2.1. Perhitungan Persen Penurunan Ca2+ dan Mg2+
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ
% penurunan Ca = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑥 100%

= 48 ppm x 100 %
280 ppm
= 17,14%

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ
% penurunan Mg = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑥 100%

= 22,5 6ppm x 100 %


66,825 ppm
= 33,72 %

27
3.3. Reaksi
1. Reaksi Penetapan Kadar Ca2+
a. Ca2+ + 2KOH Ca(OH)2 + 2K+
Kalsium kalium hidroksida kalsium hidroksida kalium

b. Ca(OH)2 + 2HONH2HCl CaCl2 +


Kalsium hidroksida hidroksi amonium klorida kalsium klorida
2NH3 + O2 + 2H2O
Amonia oksigen air

c. 2CaCl2 + H2O(CH2)NH2CH2N CH2COOH2 H2O +


Kalsium klorida indikator nana air
Ca2(CH2) NH2CH2N CH2COOCl2 + 2H+

Larutan merah lembayung


d.

28
2. Reaksi Penetapan Kadar Mg2+
a. Mg2+ + 2KCN Mg(CN)2 + 2K+
Magnesium kalium sianida magnesium sianida kalium
b. Mg(CN)2 + 2HONH2HCl MgCl2 +
Magnesium sianida hidroksi magnesium klorida magnesium klorida
2NH3 + 2HCN + O2
Amonia asam sianida oksigen
c.

29
d.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Kesadahan atau hardnees adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh
air. Penyebabnya air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+.
Air sadah adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. penyebanya air menjadi sadah
adalah karena adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ Atau dapat juga di sebabkan karena
adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervariasi banyak) seperti Al,
Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam
jumlah kecil.
Air sadah banyak di jumpai di daerah pegunungan kapur atau di daerah
pesisir pantai dan sungai. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah
air tanah khususnya air tanah dalam. Pengertian kesadahan air adalah kemampuan
air mengendapkan sabun ataupun unsur lainnya, dimana sabun diendapkan oleh
ion-ion Ca2+ dan Mg2+(khususnya Ca2+), maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan
Mg2+. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai “air sadah”,atau air yang sukar untuk dipakai mencuci.
Air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+dan Mg2+ akan
berikatan dengan sisa asam karboksilat pada sabun dan membentuk endapan
sehingga sabun tidak berbuih. Dalam praktikum kali ini penentuan kesadaan pada
air merupakan hal yang sangat penting bagi kita mengingat air yang kita gunakan
sehari-hari seperti air minum. Dalam data yang telah di ambil bahwa pada Air
sungai sesudah fitrasi dengan alat fitrasi yang telah di rancang, bahwa kadar Ca2+
dalam air meningkat hal ini disebabkan bahwa alat fitrasi yang digunakan masih
mengandung unsur Ca ataupun unsur logam lainnya.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Kadar Ca2+ yang diperoleh adalah :
• Untuk sampel Aqua = 48 ppm
• Untuk sampel zeloid = 280 ppm
2. Kadar Mg2+ yang diperoleh adalah :
• Untuk sampel Aqua = 22,356 ppm
• Untuk sampel zeloid = 66,825 ppm
3. Semakin Kecil kadar Magnesium yang terdapat dalam sampel maka
sampel lebih layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran
Pada saat fitrasi sempel air sungai terlebih dahulu mencuci alat tersebut
berkali-kali hingga bersih agar kandungan Mg dan Ca pada alat dapat
berkurang, sehingga tidak mengalami kenaikan kadar Mg ataupun Ca pada
sempel yang difiltrasi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Atastina. 2010. Penghilangan Kesadahan Air yang Mengandung Ion Ca+ Dengan
Menggunakan Zeolite Alam Lampung Sebagai Penukar Kation.
Depok:Universitas Indonesia.

Cahyaning,Beti Astuti.2012. Kualitas Air Sumur Desa Bantaran Sungai


Bengawan Solo Berdasarkan Aspek Kemasyarakatan dan Standart Mentri
Kesehatan. Jakarta:F-MIPA UPBJJ-UT.

Dewi,Ismail.2013. Pengaturan Air Untuk Industry Air Kemasan dan Dampaknya


Bagi Masyarakat Lokal.Jakarta:Universitas Indonesia.

Mulia,M Ricki.2015. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta: graha ilmu

Sihombing,juna. 2018. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri.


Medan: PTKI.

33

You might also like