You are on page 1of 12

BAB V

ANALISA LABORATORIUM

5.1 Analisa FFA (Free Fatty Acid)

Analisa FFA dilakukan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang
terkandung didalam material maupun produk.

Prosedur :

1. Timbang 20 gram untuk sampel RBDPO, RBDPKO, RBDHPO, RBDHPKO dan


2 sampai 3 gram untuk sampel CPO dengan menggunakan erlenmeyer dan
neraca digital
2. Tambahkan 20 ml larutan IPA (Isopropil Alkohol)
3. Letakkan erlenmeyer yang berisi campuran sampel dan larutan IPA diatas
hot plate dan diamkan selama 5 menit
4. Setelah 5 menit, tambahkan indikator PP sebanyak 3 sampai 4 tetes
5. Titrasi dengan larutan NaOH 0.02 N untuk sampel RBDPO, RBDPKO,
RBDHPO, RBDHPKO sampai tercapai warna titik akhir titrasi yaitu warna
merah muda, dan larutan NaOH 0.1 N untuk sampel CPO sampai tercapai
warna titik akhir titrasi yaitu warna merah.
Setelah didapatkan volume titrasi dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑁)𝑥𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑁)𝑥𝐵𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚
% FFA = x 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔𝑟)𝑥 1000

Keterangan :
 Untuk sampel RBDPO dan RBDHPO dianggap sebagai asam palmitat
dengan berat molekul 256

50
 Untuk sampel CPKO, CPKST dianggap sebagai asam laurat dengan berat
molekul 200
5.2 Analisa PV (Perokside Value)
Analisa PV dilakukan untuk mengetahui derajat kerusakan pada minyak atau
lemak dalam istilah milli ekuivalen peroksida dalam 1000 gram sampel yang
mengoksidasi kalium Iodida dibawah kondisi pengujian.
Prosedur:
1. Timbang 5 gram sampel kedalam erlenmeyer dengan menggunakan
neraca digital
2. Tambahkan 30 ml larutan 3:2 as.asetat:chloroform
3. Tambahkan 2 ml KI jenuh lalu dikocok selama 1 menit
4. Setelah 1 menit, tambahkan 30 ml aquadest
5. Tambahkan 2 ml larutan starch
6. Titrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.01 N sampai
tercapai warna titik akhir titrasi yaitu warna putih
Setelah didapatkan volume titrasi dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒Na2S2O3(𝑁)𝑥𝑁Na2S2O3(𝑁)𝑥1000
PV = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔𝑟)

51
5.3 Analisa IV (Iodine Value)
Analisa IV dilakukan untuk mengetahui derajat ketidak jenuhan minyak
ataupun lemak. Ini dinyatakan dengan jumlah gram iodine yang diserap oleh 100
gram lemak. Bilangan iodine tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh
dalam minyak.
Prosedur:
1. Timbang 0.3-0.5 gram sampel kedalam erlenmeyer dengan menggunakan
neraca analitik
2. Tambahkan 20 ml larutan cyclohexane dan dikocok
3. Tambahkan 25 ml larutan wijs dan dikocok
4. Tambahkan 2 ml katalis berupa Natrium asetat dan dikocok lalu diamkan
ditempat gelap selama 5 menit
5. Setelah 5 menit, tambahkan 25 ml larutan KI 15 % dan dikocok
6. Tambahkan 100 ml aquadest dan dikocok
7. Titrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.1 N sampai
tercapai warna titik akhir titrasi yaitu warna kuning muda
8. Tambahkan 2 larutan starch dan titrasi kembali dengan larutan Natrium
Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.1 N sampai tercapai warna titik akhir titrasi
yaitu warna putih

Setelah didapatkan volume titrasi dilakukan perhitungan dengan rumus


sebagai berikut :
(𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑁𝑎2𝑆2𝑂3(𝑁))𝑥𝑁𝑁𝑎2𝑆2𝑂3(𝑁)𝑥12.69
IV = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔𝑟)

5.4 Analisa Moisture Karl Fischer Reagent


Analisa M & I dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang sebenarnya
pada sample lemak dan minyak dengan titrasi menggunakan reagent fischer yang
mana memberikan reaksi menurut banyaknya air.
Prosedur:

52
1. Tekan tombol stop/power untuk menyalakan alat dan bila ingin mematikan
alata tekan tombol stop selama beberapa detik Tekan off untuk memulai
analisa
2. Tekan tombol OK untuk konfirmasi
3. Tekan tombol Start hingga sampai muncul “Conditiong OK”
4. Tekan tombol Start
5. Injeksikan sampel segera 1sampai 2 gram
6. Timbang sample pada neraca analitik
7. Tekan tombol OK kemudian tekan tombol Numlock pada keyboard dan
input berat sample yang di injeksikan
8. Tekan tombol Numlock dan tombol Enter
9. Tekan tombo start untuk mulai melakukan titrasi
10. Catat hasil yang tertera di display alat

5.5 Analisa SMP (Slip Melting Point)


Analisa SMP dilakukan untuk mengetahui Slip Melting Point pada minyak
sawit dan olahan lemak-lemak keras dan termasuk minyak inti sawit, stearin,
lemak hydrogenasi dan minyak gemuk.
Prosedur:
1.Mengisi Slip point Cappilaries
1.1 Cairkan sampel lemak, campur hingga benar-benar homogen dan saring.
Celupkan capillary slip point kedalam lemak sampel kolom lemak pada
kapiler setinggi 1 cm.
1.2 Bersihkan bagian luar kapiler secara cepat setelah diisi dan sekaligus
tempat pada es untuk beberapa detik sampel bentuk solid terbentuk.
1.3 Tempatkan kapiler dan thermometer kedalam campuran 2:1 dari air dan
garam pada 10oC dan biarkan selama 5 menit.
2.Penentuan Slip point
2.1 Sesuaikan temperatur awal dari air 8-10oC dibawah slip point dari
sampel.

53
2.2 Gantungkan termometer beserta dengan slip point capillary yang telah
berisi ditengah-tengah gelas air hingga bagian paling ujung bawah slip
point capillary adalah 3 cm.
2.3 Nyalakan pemanas listrik sambil pengadukan dilakukan untuk menaikkan
suhu dari penangas air rata-rata 1oC/menit, perlahan 0,5oC/menit hingga
slip point didekati.
2.4 Lanjutkan pemanasan hingga colom lemak naik dan catat temperatur.

5.6 Analisa Lovibond Color


Analisa Lovibond Color dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah
pengukuran menggunakan lovibond.
Prosedur:
1. Penyediaan sampel : Cairkan sampel 10oC diatas melting point dan
saring untuk membuang sisa-sisa kandungan air bila diperlukan.
2. Tuangkan sampel kedalam cell yang kering, bersih dan telah
dihangatkan.
3. Tempatkan cell dalam cell holder.
4. Tentukan segera warnanya dengan menggunakan rak warna pada ratio
yang benar hingga warna yang akurat diperoleh.
5. Nyatakan hasilnyya sebagai berikut :Jumlah red, yellow dan blue atau
pembacaan netral untuk memperoleh kecocokan.

5.7 Analisa SFC (Solid Fat Content)


Analisa SFC dilakukan untuk mengetahui banyaknya padatan trigliserida alam
larutan minyak atau lemak pada temperatur pengukuran yang ditentukan.
Prosedur:
1. Cairkan sampel yang akan diperiksa pada temperatur 80oC
2. Masukkan sample kedalam tabung berdiameter 10 mm, isi setinggi 4 cm
3. Jaga temperatur sampel pada suhu 60oC selama 5 menit
4. Pindahkan tabung ke suhu 0oC selama 1 jam. Disini ketepatan waktu harus
dijaga untuk menjamin ketelitian

54
5. Taruh sampel ke temperatur yang diinginkan selama 30 menit
6. Masukkan tabung kedalam Minispecs untuk mengukur Solid Fat Content

5.8 Analisa DOBI (Deterioration of Bleachability Index)


Analisa DOBI dilakukan untuk mengetahui daya pemucat dari bleaching
earth yang akan digunakan pada proses di pabrik.
Prosedur :
1. Cairkan sampel CPO yang sebelumnya telah diketahui warnanya.
2. Sampel ditimbang 0,1 gram. Lalu larutkan dengan n-hexane PA (Pro-
Analitik) dalam labu 25 ml.
3. Masukkan n-hexane PA kedalam dua buah cuvet dan dianggap sebagai
blanko.
4. Masukkan blanko kedalam alat spektrofotometer UV-VIS yang telah
dipanaskan sebelumnya maka secara otomatis spektrofotometer akan
memulai proses penyesuaian nol dan kemudian akan menyinpan hasilnya.
5. Setelah penyesuaian nol berhasil, lakukan pemindahan ke menu
pengukuran dengan menekan F4 pada aplikasi di komputer.
6. Masukkan cuvet yang berisi sampel kedalam spektrofotometer dan
lakukanlah pengukuran.
7. Lakukan pengukuran hingga dua kali, hasil akan tampil pada display
komputer.
5.9 Analisa Oil Loses
Analisa Oil Loses dilakukan untuk mengetahui minyak yang terkandung
dalam spent earth pada kondisi tertentu yang dinyatakan sebagai persen berat dari
spent earth.
Prosedur :
1. Timbang 20gran sampel kedalam ekstraksi timbal.
2. Timbang labu ekstraksi yang telah dipanaskan sampai didapatkan berat
yang konstan.
3. Masukkan 100 ml n-hexane kedalam labu ekstraksi.
4. Ekstraksi dengan 100 ml pelarut selama 6 jam.

55
5. Pindahkan ekstraksi timbal dari peralatan ekstraksi dan keringkan sampai
residu yang tertinggal.
6. Keringkan ekstrak pada tekanan atmosfer dan panaskan pada suhu 103+3
℃ selama 2 jam dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit sampai
didapat berat konstan.
Setelah didapatkan berat yang konstan, dilakukan perhitungan dengan
rumus sebagai berikut:
berat sampel setelah pengeringan (gr)
% massa = × 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟)

5.10 Analisa Cloud Point


Analisa Cloud Point dilakukan untuk mengetahui titik keruh dari sampel
dibawah kondisi pengujian yang disebabkan oleh tarap awal proses kristalisasi.
Prosedur :
1. Tuangkan 45 ml minyak yang sudah dipanaskan sampai 130 ℃ kedalam
botol sampel atau beaker glass.
2. Mulailah dengan mendinginkan beaker glass dan memuatnya kedalam
waterbath, aduk secukupnya untuk menjaga suhunya tetap seragam.
3. Saat sampel sudah mencapai suhu sekitar 10 ℃ diatas suhu could
pointnya, mulailah mengaduknya dengan lebig cepat dan teratur dengan
arah memutar untuk menghindari pendinginan yang berlebihan dan
solidifikasi dari kristal-kristal lemak pada sisi samping atau bawah dari
beaker glass.
4. Pada titik ini, termometer jangan dipindahkan dari sampel didalam beaker
glass tetap dijaga pada posisi ini yaitu level yang paling tinggi dari sampel
didalam beaker sejajar dengan tingginya air didalam waterbath.
5. Pindahkan beaker dari waterbath dan diinspeksi secara tetap. Titik keruh
adalah temperatur pada saat mana bagian dari termometer yang tercelup

56
didalam minyak tidak terlihat lagi waktu diamati secara horizontal melalui
beaker glass dan sampel.

5.11 Analisa FAC (Fatty Acid Composition)


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui persen bobot dari komponen-
komponen sampel dengan membandingkan respon faktor sampel itu ke standard
dan untuk mengetahui persen berat metyl ester dari asam lemak. Metoda ini
dilakukan dengan menggunakan gas kromatografi.
Prosedur :
1. Pembuatan reagent khusus
1.1 Larutan 20 gram NaOH dalam 20 ml air destilasi dan encerkan
sampai 1 l dengan metanol dalam botol tahan alkali.
1.2 Buatlah larutan silylating agent dengan mengukur bagian yang
sama dari larutan (BSTMA + 1% TCMS) dan toluen. Masukkan
kedalam botol berwarna yang sesuai dan tutup serta aduk merata.
2. Stardard kalibrasi
2.1 Panaskan vial larutan standard kalibrasi ke suhu kamar dengan cara
vial pertama yang kuat sekitar 1 menit.
2.2 Tandai garis vial, bungkus vial dengan kain da secara hati-hati
buka vialnya.
2.3 Menggunakan disposable pipet, pindahkan larutan standard ke vial
2ml.
2.4 Tambahkan 1ml reagent silylating sylon BFT ke vial. Volume ini
dapat diperkirakan separuh pengisian, vial dengan sylon BFT.
2.5 Tutup vial GC, kocok kuat.
2.6 Panaskan pada 90+3 ℃ selama 15 menit dan tidak lebih dari 60
menit. 15 menit adalah waktu minimum untuk memastikan
sempurnanya derivitisasi. Pemanasan lebih dari 60 menit dapat
menyebabkan kerusakan.
3. Persiapan sampel minyak dan lemak menggunakan reagent sylon BFT
silylating.

57
3.1 Pindahkan 100 𝜇𝑙 sampel menggunakan auto-pipet ke vial GC 7,5
ml (jika auto-pipet tidak tersedia 1 tetes dari pipet plastik sekitar
100 𝜇𝑙).
3.2 Tambahkan 2 ml 0,5 N NaOH metanolik ke vial, tutup vial GC,
kocok dengan kuat.
3.3 Panaskan pada 90+3 ℃ minimum selama 30 menit untuk
memastikan sempurnanya menjadi penyabunan. Pemanasan lebih
dari 60 menit dapat menyebabkan sampel terdekomposisi.
3.4 Tambahkan 1 ml reagent silylating sylon BFT ke vial. Volume ini
dapat diperkirakan separuh pengisian vial dengan sylon BFT.
3.5 Tutup vial GC, kocok kuat.
3.6 Panaskan pada 90+3 ℃ selama 15 menit dan tidak lebih dari 60
menit. 15 menit adalah waktu minimum untuk memastikan
sempurnanya derivitisasi. Pemanasan lebih dari 60 menit dapat
menyebabkan kerusakan.
4. Persiapan sampel minyak dan lemak menggunakan BF3 metanol
4.1 Pindahkan 100 𝜇𝑙 sampel menggunakan auto-pipet ke vial GC 7,5
ml (jika auto-pipet tidak tersedia 1 tetes dari pipet plastik sekitar
100 𝜇𝑙).
4.2 Tambahkan 2 ml 0,5 N NaOH metanolik ke vial, tutup vial GC,
kocok dengan kuat.
4.3 Panaskan pada 90+3 ℃ minimum selama 30 menit untuk
memastikan sempurnanya menjadi penyabunan. Pemanasan lebih
dari 60 menit dapat menyebabkan sampel terdekomposisi.
4.4 Tambahkan 1,5 ml reagent BF3 metanol ke vial.
4.5 Tutup vial GC, kocok kuat.
4.6 Panaskan pada 90+3 ℃ selama 15 menit dan tidak lebih dari 60
menit. 15 menit adalah waktu minimum untuk memastikan
sempurnanya derivitisasi. Pemanasan lebih dari 60 menit dapat
menyebabkan sampel terdekomposisi.

58
4.7 Tambahkan 2 ml n-hexane dan 1 ml larutan NaCl jenuh, kocok dan
biarkan selama 1 menit, sekarang larutan hexane siap untuk
diinjeksikan.

5. Persiapan sampel asam lemak menggunakan reagent sylon BFT


silylating
5.1 Pindahkan 100 𝜇𝑙 sampel menggunakan auto-pipet ke vial GC 2
ml (jika auto-pipet tidak tersedia 3 tetes dari pipet pasteur atau 2
tetes pipet polypropylen sekitar 100 𝜇𝑙).
5.2 Tambahkan 1 ml reagent silylating sylon BFT ke vial. Volume ini
dapat diperkirakan separuh pengisian, vial dengan sylon BFT.
5.3 Tutup vial GC, kocok kuat.
5.4 Panaskan pada 90+3 ℃ selama 15 menit dan tidak lebih dari 60
menit. 15 menit adalah waktu minimum untuk memastikan
sempurnanya derivitisasi. Pemanasan lebih dari 60 menit dapat
menyebabkan sampel terdekomposisi.

6. Persiapan sampel asam lemak menggunakan BF3 metanol


6.1 Pindahkan 100 𝜇𝑙 sampel menggunakan auto-pipet ke vial GC 7,5
ml (jika auto-pipet tidak tersedia 1 tetes dari pipet plastik sekitar
100 𝜇𝑙).
6.2 Tambahkan 1 ml reagent BF3 metanol ke vial.
6.3 Tutup vial GC, kocok dengan kuat.
6.4 Panaskan pada 90+3 ℃ minimum selama 30 menit untuk
memastikan sempurnanya menjadi derivitization. Pemanasan lebih
dari 60 menit dapat menyebabkan sampel terdekomposisi.
6.5 Tambahkan 2 ml hexane dan 1 ml larutan NaCl jenuh, kocok dan
biarkan selama 1 menit, sekarang lartan hexane siap untuk
diinjeksikan.

7. Melihat hasil pada grafik kromatogram.

59
5.12 Pembuatan Larutan KI 15%
1. Timbang 150 gram hablur KI dalam beaker glass dengan
menggunakan neraca digital
2. Tambahkan aquadest sampai 1000 ml
3. Aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai larutan
homogen

5.13 Prosedur Standarisasi Natrium Thiosulfat


1. Standarisasi
1.1 Timbang 0.16-0.20 gram K2Cr2O7 yang sudah dikeringkan dalam
oven sebelumnya
1.2 Tambahkan aquadest sebanyak 25 ml
1.3 Tambahkan HCl (p) 5 ml
1.4 Tambahakan larutan KI 20 ml , diamkan 2 menit diruang gelap
1.5 Tambahkan aquadest 100 ml
1.6 Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai tercapai warna titik akhir
titrasi yaitu warna kuning kehijauan
1.7 Tambahkan 1 ml indikator starch
1.8 Titasi kembali sampai warna hijau bening
1.9 Catat volume titrasi sebagai volume titrasi yang pertama
1.10 Ulangi percobaan untuk mencari volume titrasi yang kedua

Setelah didapatkan volume titrasi I dan II dilakukan perhitungan untuk


mendapatkan normalitas dari larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
dengan rumus :
𝑉.𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼 + 𝑉.𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼
Volume titrasi = 2

𝑔𝑟 𝑥 20.395
Normalitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

60
2. Pembutan Blanko
2.1 Masukkan 20 ml larutan cyclohexane kedalam erlenmeyer dan
dikocok
2.2 Tambahkan 25 ml larutan wijs dan dikocok
2.3 Tambahkan 2 ml katalis berupa Natrium asetat dan dikocok lalu
diamkan ditempat gelap selama 5 menit
2.4 Setelah 5 menit, tambahkan 25 ml larutan KI 15 % dan dikocok
2.5 Tambahkan 100 ml aquadest dan dikocok
2.6 Titrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.1 N
sampai tercapai warna titik akhir titrasi yaitu warna kuning muda
2.7 Tambahkan 2 larutan starch dan titrasi kembali dengan larutan
Natrium Thiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.1 N sampai tercapai warna
titik akhir titrasi yaitu warna putih
2.8 Volume titrasi dianggap sebagai nilai blanko

61

You might also like