You are on page 1of 14

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar).Klien memberipersepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati.F 2011).

Menurut Varcarolis (dalam Yosep,2009) Halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergantungnya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus yang nyata.

Persepsi adalah proses akhir dari pengamatan oleh proses pengindraan (Sunaryo, 2004). Sensori adalah
mekanisme neurologis yang terlibat dalam pengindraan (Sunaryo, 2004). Gangguan persepsi sensori
diantaranya adalah halusinasi. Halusinasi diantaranya merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, 2011).

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan
persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang
seseorang mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yeng sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki &Hanik,
2015)

ETIOLOGI

2. Faktor penyebab halusinasi menurut Stuart (2007)

a. Faktor predisposisi

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai di pahami. Ditujukan oleh penelitian – penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia, luka pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada sistem reseptor dopamin di kaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kontrikal menunjukan terjadinya atropi yang signifikan
pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis di temukan pelebaran lateral ventrikel.
Atropi korteks bagaian depan dan atropi otak kecil ( cerebellum).Temuan kelainan anatomi otak tersebut di
dukung oleh otopsi ( post –mortem ).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien.Salah
satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi ganggaun orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasandalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi ganggaun orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya
(perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi di sertai stres.

b. Faktor presipitasi

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.

2) Stres lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan.

3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menaggapi stresor .

A. Jenis –jenis halusinasi

Jenis halusinasi antara lain menurut Stuart (2007).

1. Halusinasi pendengaran

Karakteristik ditandai dengan suara, terutama suara –suara

orang,biasanya klien mendengar suara orang sedang berbicara apa yang

sedang dipikirkan dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Halusinasi penglihatan

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk

pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambaran kartun dan/atau

panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau

menakutkan.

3. Halusinasi pengidu

Karakteristik di tandai dengan adanya bau busuk,amis dan bau yang

menjijikan seperti darah urine atau feses. Kadang–kadang bau harum.

Biasanya berhubungan dengan stroke tumor kejang dan dementia.

4. Halusinasi peraba

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak

tanpa stimulus yang terlihat contoh merasa sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi pengecap

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,amis

dan menjijikan,merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi kenestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine

Menurut (Yosep, 2011) yaitu:

a. Halusinasi pendengaran

Data subyektif :

1) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

2) Mendengar suara atau bunyi

3) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

4) Mendengar seseorang yang sudah meninggal

5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain

atau yang membahayakan


Data obyektif :

1) Mengarahkan telinga pada sumber suara

2) Bicara atau tertawa sendiri

3) Marah marah tanpa sebab

4) Menutup telinga mulut komat kamit

5) Ada gerakan tangan

b. Halusinasi penglihatan

Data subyektif :

1) Melihat orang yang sudah meninggal

2) Melihat makhluk tertentu

3) Melihat bayangan

4) Melihat sesuatu yang menakutkan

5) Melihat cahaya yang sanat terang

Data obyektif :

1) Tatapan mata pada tempat tertentu

2) Menunjuk kea rah tertentu

3) Ketakutan pda objek yang dilihat

c. Halusinasi penghidu

Data subyektif :

1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau

masakan, dan parfum yan menyengat

2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu


Data obyektif :

1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium

2) Adanya gerakan cuping hidung

3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu

d. Halusinasi peraba

Data subyektif :

1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya

2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya

3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit

4) Merasakan sangat panas, atau dingin

5) Merasakan tersengat aliran litrik

Data obyektif :

1) Mengusap dan menggaruk kulit

2) Meraba permukaan kulit

3) Menggerak gerakan badanya

4) Memegangi terus area tertentu

e. Halusinasi pengecap

Data subyektif :

1) Merasakan seperti sedang makan sesuatu

2) Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya

Data obyektif :

1) Seperti mengecap sesuatu

2) Mulutnya seperti mengunyah


3) Meludah atau muntah

f. Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik

Data subyektif :

1) Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya

2) Merasakan tidak ada denyut jantung

3) perasaan tubuhnya melayang laying

Data obyektif :

1) klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri

klien memegangi tubuhnya sendiri

A. Rentang Respon Neurologis Halusinasi

Respon adaptif Respon maladaptif


 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan pikiran
 Persepsi akurat menyimpang
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan  Reaksi emosi  Sulit
pengalaman tidak stabil merespon
 Perilaku sesuai  Perilaku aneh emosi
 Berhubunga / tidak biasa  Perilaku
n sosial  Menarik diri disorganisasi
 Isolasi sosial

Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi (Muhith, 2015):

1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2) Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggungjawab


kepada orang lain atau sesuatu benda
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal

4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

Menurut Stuart Sundeen, 1998 sumber koping dapat meliputi :


a. Aset ekonomi.
b. Kemampuan dan keahlian.
c. Teknik defensif.
d. Sumber sosial.
e. Motivasi.
f. Kesehatan dan energi.
g. Kepercayaan.
h. Kemampuan memecahkan masalah.
i. Kemampuan sosial.
j. Sumber sosial dan material.
k. Pengetahuan.
l. Stabilitas budaya.

Sumber koping yang dapat dilakukan pasien dengan halusinasi adalah


1. Personal ability : Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain, pengetahuan
tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang tidak adekuat.
2. Social support : Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset : Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal
4. Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif terhadap
pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan
Terapi dalam jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dan farmakologi,

tetapi juga pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan

gejala atau penyakit klien yang akan mendukung penyembuhan klien jiwa.

Pada terapi tersebut juga harus dengan dukungan keluarga dan sosial akan

memberikan peningkatan penyembuhan karena klien akan merasa berguna


dalam masyarakat dan tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang di

alaminya (Kusmawati & Hartono, 2010).

7. Psikofarmakologis

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.

Obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka

atau psikotropika atau pherentropika. Terapi gangguan jiwa dengan

menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterpi atau

medikasi psikotropika yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik

langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak / sistem

saraf pusat. Obat bias berupa haloperidol, Alprazolam, Cpoz,

Trihexphendyl.

8. Terapi Somatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

ganggua jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif menjadi

perilaku adaptif dengan melakuakn tindakan yang di tujukan pada kondisi

fisik kien.Walaupun yang di beri perilaku adalah fisik klien,tetapi target


adalahperilaku klien. Jenis somatic adalah meliputi

pengingkatan, terapi kejang listrik,isolasi, dan fototerapi.

a. Pengingkatan

Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau

manual untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan

untuk melindungi cedera fisik sendiri atau orang lain.

b. Terapi kejang listrik / Elekrto convulsive Therapy (ECT)

Adalah bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang

(grandma) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah

(2- 8joule) melalui elektroda yang ditempelkan beberapa detik

pada pelipis kiri / kanan (lobus frontal) klien (Stuart, 2007).

9. Terapi Modalitas

Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan

jiwa.Tetapi diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan

perilaku yang maladaftif menjadi perilaku adaftif.Jenis terapi

modalitas meliputi psikoanalisis, psikoterapi.terapi perilaku

kelompok, terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi psikodrama,

terapi lingkungan (Stuart, 2007).

Obat – obat antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin,

flufenazin, haloperidol, loksapin, perfenazin, trifluoperazin dan tioridazim)

terbukti mampu mengurangi gejala skizofrenia dan secara signifikan

menurunkan risiko simtomatik dan dirawat inap ulang. Namun efek


samping neurologis yang serius menyebabkan obat ini sulit ditoleransi

oleh banyak pasien dengan skizofrenia (Stuart, 2013). Berikut adalah

golongan obat berdasarkan fungsinya:

1. Anti psikotik

Jenis : clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP).

Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamine dan otak sebagai

penenang, menurunkan aktivitas motorik,

mengurangi insomnia, sangat efektif untuk

mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan

proses berpikir.

Efek samping :

a. Gejala ekstrapiraidal, kekakuan atau spasme otot, berjalan

menyeret kaki, postur condong kedepan, banyak keluar air liur,

wajah seperti topeng, disfagia, akatisia (kegelisahan motorik), sakit

kepala, kejang

b. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan kabur,

glaucoma
c. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah,

konstipasi, diare, berat badan berkurang

d. Sering berkemih, retensi urine, impotensi, amenorea

e. Anemia, leukopenia, dermatitis

Kontraindikasi : gangguan kejang, glaukoma, klien lansia, hamil

dan menyusui.

2. Anti ansietas

Jenis : atarax, diazepam (chlordiazepoxide)

Mekanisme kerja : meredamkan ansietas atau ketengangan yang

berhubungan dengan stimulus tertentu

Efek samping

a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, binggung, tremor, letih,

depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, kejang, delirium, kaki

lemas, ataksia, bicara tidak jelas.

b. Hipotensi, takikardi, perbuahan EKG, pandangan kabur.

c. Anoreksia, mual mulut kering, muntah, diare, konstipasi,

kemerahan dermatitis, gatal – gatal.

Kontaindikasi : penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal,

glaucoma, kehamilan, menyusui, penyakit

pernafasan
3. Anti depresan

Jenis : asendin, anafranil, norpramin, sinequan, tofranil,

pamelor, vivactil, surmontil.

Mekanisme kerja : mengurangi gejala depresi, sebagai penenang

Efek samping :

a. Tremor, gerakan tersentak – sentak, ataksia, kejang, pusing,

ansietas, lemas, insomnia.

b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi.

c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual, muntah,

diare, ikterus.

4. Anti manik

Jenis obat : lithobid, klonopin lamictal

Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi

sensifitas reseptor dopamine.

Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,

suara tidak jelas, otot lemas hilang koordinasi,

letargi, stupor.

Kontaindikasi : hipersensitif, penyakit kardiovaskular, gangguan

kejang, dehidrasi, penyakit ginjal, hamil atau

menyusui.
5. Anti Parkinson

Jenis obat : levodova, tryhexipenidil (THP)

Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine, untuk mengatasi gejala

parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik,

menurunkan ansietas, iritabilitas

Efeksamping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi


gangguan persepsi sensori 1 halusinasi b. Isolasi sosialc. 5esiko periaku mencederai diri

You might also like