You are on page 1of 35

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

AMNIOTOMI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat
pembukaan sudah lengkap/Kala II Persalinan.
Tujuan Melakukan Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal Kala II
Kebijakan

Referensi Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun
2010
Persiapan Alat dan 1. Klem setengah Kocher dan sarung tangan (dalam bak instrument DTT)
Bahan 2. Bengkok
3. Alas bokong
Prosedur 1. Siapkan alat yang akan dipergunakan
2. Posisikan klien dengan posisi litotomi
3. Cuci kedua tangan.
4. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5. Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam, Raba dengan hati-
hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa air ketuban masih
utuh/belum pecah.
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah
Kocher dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari
dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai
selaput ketuban.
7. Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan
dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan.
(Dilakukan pada saat kontraksi sedang menurun)
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan.
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan
menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5 % untuk
didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di dalam
vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan
bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau
darah.
11. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan
sarung tangan.
12. Cuci kedua tangan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan
tanpa komplikasi.
Indikasi  Memberikan asuhan kala dua persalinan
 Menilai kemajuan kala dua persalinan
 Menilai kondisi bayi selama kala dua persalinan
 Mengetahui kapan merujuk ibu bersalin dan/atau bayi baru lahir
Kebijakan

Referensi Buku Panduan Asuhan Persalinan Normal tahun 2007

Persiapan Alat dan 1. Partus set 16. Cairan infuse :


Bahan 2. Hecting set  RL : 3 lb
3. Mono aural  Dexs 5 % : 2 lb
4. Resusitasi Set/Balon Sungkup 17. Abocath No 18/20: 3 buah
5. Tensimeter & Stetoskop : 1 buah 18. Infuset : 3 buah
6. Kom obat berisi : 19. Tempat Benda tajam
 Oxytocin : 8 Ampul 20. Bak berisi :
 Lidocain 1 % : 3 Ampul  Tutup Kepala
 Ergometrin : 3 Ampul  Kaca mata
 Phetomenadion :3  Masker
Ampul  Celemek
7. Spuit :  Handuk
 1 ml : 2 Pcs  Kain ganti
 3 ml : 3 Pcs  Alas Bokong
 5 ml : 1 Pcs  Pakaian Ibu & kain
8. Jarum Hecting dan Cutgut  Topi
: 1 buah  Waslap : 2 buah
9. Kom Kapas kering  Sarung tangan Rumah
10. Kom air DTT Tangga
11. Bengkok : 2 buah 21. Tampat larutan Clorin 5 %
12. Metlin : 1 buah 22. Tempat air DTT
13. Salep Mata ( Tetraciklin 1 %) 23. Tempat Sampah basah
14. Termometer : 1 buah 24. Tempat sampah kering
15. Bak berisi : 25. Tempat Pakaian kotor
 Kassa DTT 26. Tempat placenta
 Chateter DTT 27. Sepatu BOT
 Sarung Tangan DTT
Prosedur 1. Inform Consent
2. Persiapan Asuhan Persalinan
 Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
 Persiapan perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang diperlukan
 Persiapan rujukan
 Pencatatan selama persalinan (Soap dan Partograf)
3. Asuhan Persalinan
Pemantauan Kala I :
 Fase laten ; Dimulai sejak kontraksi yang teratur/adekwat sampai
pembukaan 4 cm
 Fase Aktif ; Batasan waktu Primi/Multi : 6 jam/melewati garis waspada
 TTV: Tekanan Darah, Nadi, Suhu.
 Kontraksi Uterus, Denyut Jantung Janin, Penurunan kepala
 Pemeriksaan Dalam( setiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi)
 Asuhan sayang ibu : Dukungan moril, Posisi,Nutrisi, BAB/BAK
 Kala I berlangsung 18 jam, jika persalinan blm berlangsung maka di Rujuk
4. Pemantauan Kala II :
 Batasan waktu Primi : 2 jam, Multi : 1 jam
 TTV : tekanan darah, Nadi, Suhu.
 Kontraksi Uterus, Denyut Jantung Janin, Penurunan Kepala
 Asuhan sayang Ibu : Dukungan Moril, Pendamping persalinan, posisi
meneran, Nutrisi
 Jika tidak ada dorongan meneran lakukan mobilisasi selama 60 menit atau
sampai ada dorongan meneran, jika masih tidak ada dorongan meneran
pimpin ibu meneran dengan batasan waktu Primi/multi: 60 menit
5. Management Aktif Kala III :
 Suntik oksitosin injeksi 1 ampul/10U sebelum 1 menit
 PTT : Peregangan Tali pusat Terkendali
 Massage 15 detik
 Jika Plasenta tidak terlepas setelah 15 menit, suntik oksitosin injeksi 1
ampul/10U
 Juka plasenta tidak terlepas setelah 30 menit, jika ada perdarahan/pelepasan
sebagian dari plasenta lakukan manual plasenta, jika tidak ada perdarahan
kemungkinan plasenta acreta maka rujuk ibu
6. Pemantauan Kala IV
 TTV : Tekanan Darah, nadi dan Suhu
 Fundus Uteri, Kontraksi Uterus, Kandung Kemih, Perdarahan
 Pemantauan dilakukan pada jam pertama setiap 15 menit dan pada jam
kedua setiap 30 menit
 Jika terjadi perdarahan, pastikan penyebab perdarahan( Jika ada sisa placenta
lakukan explorasi sampai di pastikan tidak ada lagi sisa placenta, jika
perdarahan atonia uteri lakukan penanganan atonia uteri; lihat SOP Atonia
Uteri)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
CUCI TANGAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan Antisepsis dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit/tangan saat melakukan
tindakan/pemeriksaan
Tujuan  Perlindungan diri bagi penolong/petugas
 Pencegahan Inpeksi dalam penyebaran/penularan Penyakit
Kebijakan

Referensi Buku Panduan Asuhan Persalinan Normal tahun 2007

Prosedur A. Langkah Cuci tangan :


 Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
 Singsingkan baju hingga diatas siku
 Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
 Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun yang
mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela
jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus
dicuci lebih lama, Lakukan dengan cara 7 langkah mencuci
tangan (lihat Gambar)
 Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
 Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau
keringkan dengan kertas (tissue) atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
B.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EPISIOTOMI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008

Definisi Tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput


lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan
perineum.

Indikasi  Gawat janin


 Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, distosia
bahu)
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi
kemajuan persalinan.

Kebijakan

Referensi Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal tahun


2010.

Persiapan Alat dan  Bak instrument berisi Gunting Epis, Sarung Tangan DTT dan
Bahan Kassa DTT
 Lidokain unjeksi 1%
 Sprit 5 ml
 Bengok
Prosedur  Inform Concent
 Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT
 Cuci tangan dan pakai sarung tangan DTT.
 Memberikan anestesi lokal, tunggu beberapa saat hingga ibu
tidak merasakan lagi sakit.
 Lakukan tindakan episiotomi pada saat perineum menipis dan
pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi .
 Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap.
 Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka
episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi
atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi
perdarahan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KBI (KOMPRESI BIMANUAL INTERNA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan pada kasus atonia uteri pasca persalinan,
dengan memasukan secara obstetric kedalam lumen vagina, ubah
menjadi kepalan dan letakan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada forniks anterior dan dorong segmen bawah uterus ke
kranior-anterior.

Tujuan Untuk menghentikan perdarahan pasca salin karena atonia uteri

Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal


tahun 2010

Persiapan Alat dan  Sarung tangan steril


Bahan  Betadine
 Kom
 Cairan infus NACL atau RL
 Infuset
 Abocat no 18
Prosedur a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima hujung jari) melalui
introitus ke dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat
berkontraksi secara penuh
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang
d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL

Gambar: Kompresi Bimanual Internal


Sumber: Gabbe et al, 1991.
A. Periksa Kontraksi uterus:
1. frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. lama kontraksi (dalam detik).

1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalamPARTOGRAF
10 menit observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:
No. Dokumen No. Dokumen No. Dokumen

 20 detik 20–40 detik  40 detik


Sagaranten, 01 Oktober 2017
4. Catat temuan-temuan
UPTD PUSKESMAS di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian.
Kepala Puskesmas Sagaranten
SAGARANTEN
B. Berikan Obat-obatan dan cairan sesuai kondisi pasen:
1. Oksitosin Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
Pengertian
diberikan per volume cairan IV Fartograf adalah
dan dalam alattetesan
satuan yang dipakai untuk memantau kemajuan
per menit.
persalinan dan membantu petugas kesehatan mengambil keputusan
2. Berikan Obat-obatan lain dan cairandalamIVpenatalaksanaan
sesuai kondisipersalinan.
pasen
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom
Tujuan
waktunya. Untuk membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi, dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
C. Lakukan Pemeriksaan Kondisi ibu: maupun yang disertai penyulit.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Kebijakan
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
Referensi
Modul
penyulit). Beri tanda titik () pada Midwifery
kolom waktuUp date
yang tahun 2016
sesuai.
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya
Alat dan Formulir
penyulit. Beri tanda panah
Bahan padaFartograf,
partografsarung tanganwaktu
pada kolom DTT, alat
yangpemeriksa
sesuai:  DJJ, jam tangan,
tensi meter, ball point
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya
infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
2. PROSEDUR
Volume urin, TINDAKAN
protein dan aseton
A. Tanyakan
Ukur dan catatInformasi
jumlah tentang
produksiibu:urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
1. nama, umur;
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
2. gravida, para, abortus (keguguran);
3. nomor catatan medik/nomor puskesmas;
4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan
mulai merawat ibu);
5. waktu pecahnya selaput ketuban.

B. Periksa Kondisi janin:


1. DJJ; di hitung setiap 30 menit dan dihitung dalam 1 menit penuh Normal DJJ 120 – 160 kali/menit.
2. Warna dan adanya air ketuban;

 U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)


 J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
 D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (“kering”)
3. Penyusupan (molase) kepala janin.
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

C. Periksa Kemajuan persalinan:


1. pembukaan serviks;
Catat pembukaan serviks setiap 4 jam, Tanda ‘’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan
angka pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda
“O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3. garis waspada dan garis bertindak.
D. Jam dan waktu:
1. waktu mulainya fase aktif persalinan;
2. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MANUAL PLACENTA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi
tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam
kavum uteri
Tujuan Untuk mengeluarkan placenta yang tidak lahir setelah dilakukan
manajemen aktif kala tiga.
Kebijakan Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal tahun 2010

Persiapan Alat dan  Infus dan cairan


Bahan  Oksitosin
 Kateter nelaton steril
 Klem penjepit atau kocher
Prosedur
1. Kemudian gerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan
2. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus
3. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus
pada saat plasenta dikeluarkan
4. Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta
keluar (hindari percikan darah)
5. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
6. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir
7. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan
semua barang, bahan atau instrumen bekas pakai dan
bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan
8. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan
yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya
9. Lepaskan sarung tangan dan sebera cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir
10. Keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan
kering

1. PERAWATAN PASCATINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
dan instruksi apabila masih diperlukan
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau
4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan
5. Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda-
tanda bahaya yang mungkin terjadi. Minta keluarga segera
melapor pada penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu
atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN PEMASANGAN INFUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
A. PENGERTIAN:
Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan secara intravena kepada pasen yang
mengalami kebutuhan pemenuhan elektrolit/cairan tubuh.

B. TUJUAN:
1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasen yang mengalami kekurangan cairan.
2. Untuk mengatasi pasen dalam keadaan hipopolemik.
3. Untuk memberikan medikamentosa
4. Untuk penanganan pada kasus gawat darurat obstetric.

C. KEBIJAKAN:

D. REFERENSI:

E. ALAT DAN BAHAN


1. Set Intravera 6. Sarung tangan DTT
2. Abocath 7. Bengkok
3. Cairan Intravera 8. Kapas/kasa steril/DTT
4. Standar Infus 9. Gunting perban
5. Plester

F. PROSEDUR PEMBERIAN INFUS INTRAVENA


1. Dapat persetujuan dari Ibu
2. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan
4. Pastikan cairan yang diberikan pada Ibu, benar
5. Buka set Infus, kencangkan klem penutup yang berada pada bagian bawah tabung tetesan
6. Tusukan trokar kedalam kantung cairan
7. Gantung kantong cairan pada satandar infus
8. Perlahan –lahan tekan tabung tetesan agar terisi cairan
9. Buka ujung penutup selang pada sisi yang lain, arahkan pada wadah yang steril
10. Buka klem penutup secara perlahan sehingga cairan infus mengalir pada wadah steril dan
seluruh bagian selang infus terisi cairan
11. Hilangkan gelembung udara yang berada pada selang infus dengan cara mengalirkan
cairan infus Secara perlahan
12. Tutup klem pengontrol aliran cairan
13. Pasang kembali penutup ujung selang
14. Gunakan handrub dan bendung vena Ibu, Lakukan pemasangan jarum infuse (kanula)
pada vena Ibu
15. Setelah terpasang dengan baik , hubungkan jarum infus dengan selang infus
16. Atur kecepatan tetesan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
17. Pasang Balutan
18. Bereskan seluruh peralatan dan cuci tangan
19. Pantau keseimbangan cairan sesuai dengan intruksi
20. Dokumentasikan seluruh proses yang belangsung

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMERIKSAAN PERVAGINA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan/pemeriksaan fisik ibu bagian dalam vagina dengan tehnik
aseptik
Tujuan  Untuk Menentukan diagnose dan asuhan persalinan
 Untuk mengetahui kemajuan persalinan
Kebijakan Buku Panduan Asuhan Persalinan Normal tahun 2007

Persiapan Alat dan  Kom berisi Kapas DTT


Bahan  Kom berisi Air DTT
 Sarung tangan DTT/Steril dalam bak instrument
 Bengkok
 Alas bokong

Prosedur 1. Tutupi badan ibu dengan sarung atau selimut.


2. Minta ibu berbaring dengan posisi lithotomi
3. Cuci Tangan dan Gunakan sarung tangan DTT/steril
4. Lakukan VulVa Higinen, gunakan gulungan kapas DTT celupkan
ke air DTT. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan
ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja).Jika
sarung tangan terkontaminasi feses celupkan ke dalam larutan
clorin 0,5% lalu ke dalam air DTT/ ganti sarung tangan yang baru
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa
(benjolan) termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum,
atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina :
 Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan
dalam
 Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.
Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau
encer dan periksa DJJ.
 Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ
dengan seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada
tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan rujukan segera.
 Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera
 Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi.
7. Lakukan Pemeriksaan Pervaginam dengan hati-hati, jari telunjuk
yang diikuti oleh jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari
tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengindisikasikan adanya
riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya.
8. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
9. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau
kaki) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba
maka ikuti langkah-langkah gawatdarurat dan segera rujuk ibu ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.
10. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul.
Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalam
dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan)
untuk menentukan kemajuan persalinan.
11. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya
(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan
celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin
sesuai dengan ukuran jalan lahir
12. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan ke dua jari
pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung tangan ke dalam
larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama
10 menit.
13. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang
bersih dan kering.
14. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
15. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PROSES ALAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
A. Dekontaminasi alat atau Merendam alat dengan menggunakan Larutan klorin 0,5 % selama 10
menit.

% larutan konsentrat
Jumlah bagian air = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––– – 1
% larutan yang diinginkan
Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5.25% (misalkan
BAYCLIN®):
5.25%
1. Jumlah bagian air = ––––––– – 1 = 10 – 1 = 9,5
0.5%
2. Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5) air ke dalam
1 bagian larutan klorin konsentrat (5.25%).
Catatan: air tidak perlu dimasak.
B. Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:
1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang
peratalan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci secara
bersamaan dengan peralatan dari logam.
4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.
b. Buka engsel gunting dan klem.
c. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan.
d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan.
e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau
deterjen.
f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
6. Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin
0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT.
7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi
di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT
atau sterilisasi dimulai.
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian
bilas dengan seksama menggunakan air bersih.
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.
C. DTT dengan Cara Merebus
1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat.
2. Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan.
3. Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam dalam air.
4. Mulai panaskan air.
5. ulai hitung waktu saat air mulai mendidih.
6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu
dimulai.
7. Rebus selama 20 menit.
8. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.
9. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan
(jika peralatan dalam keadaan lembab maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak
terjaga).
10. Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah disinfeksi tingkat
tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya
tidak dibuka.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN VULVA HYGIENE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan untuk membersihkan alat genetalia perempuan bagian
luar.

Tujuan Supaya alat genetalia wanita bagian luar bersih mengurangi infeksi yang bisa
terjadi pada alat wanita bagian dalam.

Kebijakan Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal tahun 2010

Persiapan alat dan 1. Sarung tangan bersih


bahan 2. Alas bokong
3. Air DTT
4. Gulungan kapas
5. Larutan chlorin 0,5%
Prosedur
1. Sampaikan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada ibu/keluarga
2. Siapkan ibu dalam posisi lithotomi
3. Cuci tangan
4. Menggunakan Sarung tangan
5. Letakan alas di bawah bokong ibu
6. Bersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas atau
kasa yang bersih
7. Bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah rektum)
untuk mencegah kontaminasi tinja.
8. Lakukan pada labia mayor sebelah kiri lalu bergantian sebelah kanan dan terakhir bagian
tengah
9. Buang kapas/ kasa ke tempat sampah basah
10. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % dan lepaskan dan rendam selama 10
menit
11. Cuci tangan
Rapihkan kembali posisi ibu
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENERIMAAN PASEN BARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Langkah langkah yang dilaksanakan dalam memberikan pelayanan
bagi pasen yang baru dating ke fasilitas pelayanan kesehatan baik
kunjungan lama atau kunjungan baru.

Tujuan Untuk lebih memudahkan dalam memberikan pelayanan bagi pasen


yang baru dating sesuai dengan kebutuhan pasen dan pasen lebih
nyaman dalam menerima pelayanan.

Kebijakan Kesepakatan dari tenaga medis dan paramedic Puskesmas


Sagaranten.

Persiapan Alat dan 1. Form Status Pasen


Bahan 2. Form inform Consent
3. Meja periksa
4. Tensi meter
5. Handsoon
6. Thermometer

Prosedur 1. Ucapkan salam


2. Melakukan pengisian identitas pasen
3. Melakukan inform consent
4. Melakukan anamnesa untuk data subjektif
5. Melakukan pemeriksaan fisik untuk data objektif
6. Melakukan konsultasi/kolaborasi dengan dokter
a. Apabila konsul melalui telpon, jika dalam 3 kali panggilan
tidak ada jawaban, beritahukan bidan PONED sesuai
dengan jadwal.
b. Untuk konsultasi langsung, hasil pemeriksaan dokter
langsung ditulis oleh dokter di lembar status pasen
7. Mencatat hasil konsultasi ke status pasen jika konsultasi melalui
telpon baik konsultasi dengan dokter maupun bidan PONED (Jika
Dokter berhalangan)
8. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasen atau keluarga
9. Memberikan tindakan sesuai dengan diagnose penyakit pasen dan
prosedur tindakan
10. Melakukan rujukan untuk kasus yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas
11. Melengkapi pencatatan/asuhan kebidanan.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ANTE NATAL CARE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Pelayanan yang diberikan pada ibu dalam masa kehamilan

Tujuan Memberikan pelayanan kepada ibu hamil secara berkualitas sesuai dengan
standar kualitas pelayanan Ante Natal Care

Kebijakan

Referensi Daftar Tilik penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu Dan Anak Tingkat
Puskesmas tahun 2012

Persiapan Alat dan 1. Meja pemeriksaan


Bahan 2. Tempat tidur pemeriksaan
3. Satu bangku kecil untuk memudahkan pasen naik.
4. Pengukur tinggi Badan
5. Pengukur Berat Badan
6. Tensi Meter
7. Pengukur LILA
8. Spuit 0,5 cc
9. Lembar Balik
10. Alat pemeriksaan HB
11. Alat Pemeriksaan Urine
12. Alat untuk memeriksa DJJ
13. 1 tempat sampah dengan tutup dan plastic di dalamnya
14. I kotak pengamanan limbah jarum suntik dengan tutup dan plastic
didalamnya.
15. 1 tempat sampah medis dengan tutup dan plastic di dalamnya.
16. Buku KIA

Prosedur 1. Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama


kehamilan ( trimester pertama 1 kali, trimester ke dua 1 kali
dan trimester ke 3 2 kali)
2. Pada kontak pertama, diperiksa keadaan umum, berat
badan, tinggi badan, tekanan darah, status gizi, edema,
fungsi jantung, pemeriksaan obstetric, HB, Golongan darah,
albumin dan gula urine, serta status imunisasi.
3. Setelah kontak pertama dengan ibu hamil bidan melakukan
notifikasi.
4. Kunjungan berikutnya bumil di periksa berat badan,
tekanan darah, tinggi fundus, pemerikssan urine-gula dan
albumin, bumil mendapat TT (sesuai dengan status) dan
tablet tambah darah.
5. Memeriksa janin, denyut jantung janin, gerakan janin, dan
memperkirakan berat badan janin.
6. Bidan merespon dengan baik setiap keluhan ibu hamil dan
memberi penanganan sesuai keadaan/kebutuhan dan
kewenangan bidan.
7. Bidan menangani bumil resiko tinggi sesuai standar yang
berlaku dan segera merujuk bila diperlukan.
8. Bidan menasehati tentang senam hamil, KB, larangan
merokok, kenaikan berat badan dan gizi.
9. Bidan menasehati tentang mengenali tanda bahaya dan
kapan harus segera ke petugas kesehatan.
10. Bidan memotifasi ibu hamil untuk melahirkan ditong oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan,
menyusui segera setelah lahir dan menyusui secara
eksklusif.
11. Bidan memotifasi ibu hamil untuk melahirkan ditolong
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan.
12. Bidan memotifasi ibu hamil untuk menyusui segera setelah
lahir dan ,menyusui secara eksklusif.
13. Menjamin amanat persalinan ditandatangani.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Langkah langkah yang seharusnya dilakukan untuk pasen yang membutuhkan
pelayanan KB.
Tujuan Memberikan pelayanan kepada akseptor KB secara berkualitas sesuai dengan
standar kualitas pelayanan KB

Kebijakan

Referensi Daftar Tilik penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu Dan Anak Tingkat
Puskesmas tahun 2012

Persiapan Alat dan 1. Meja periksa


Bahan 2. Meja Ginekologi
3. Pengukur tinggi Badan
4. Pengukur Berat Badan
5. PIL KB
6. AKDR (IUD)
7. IMPLAN
8. Suntik KB
9. Kondom
10. Lembar Balik ABPK
11. K1 KB
12. K4 KB

Prosedur 1. Tersedianya lembar balik ABPK Ber-KB


2. Memberikan konseling dengan menggunakan ABPK-Ber KB
3. Tersedianya Buku pedoman pelayanan kontrasepsi
4. Memberikan pelayanan KB sesuai prosedur standar
5. Memberikan penanganan efek samping KB sesuai kewenangan
6. Melakukan pencatatan di rekam medis tentang hasil pemeriksaan
dan pelayanan dengan benar.
7. Mencatat bagi klien KB yang dirujuk
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PELAYANAN KESEHATAN BAYI 1 HARI – 2 BULAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Langkah langkah pelayanan kesehatan yang seharusnya dilakukan untuk bayi
umur 1 hari – 2 bulan
Tujuan Memberikan pelayanan kepada bayi umur 1 hari – 2 bulan sesuai dengan
langkah- langkah MTBM

Kebijakan

Referensi Daftar Tilik penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu Dan Anak Tingkat
Puskesmas tahun 2012
Persiapan Alat dan 1. Bagan MTBM
Bahan 2. Timer/jam tangan
3. Form MTBM
4. Stetoskop
5. Timbangan Bayi
6. Termometer
7. Meja periksa

Prosedur 1. Neonatal mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 2 kali untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal sesuai
standar/dengan pendekatan MTBM dengan distribusi umur 1-7
hari sebanyak 1 kali, dan umur 8-28 hari sebanyak 1 kali.
2. Pelayanan kesehatan kepada bayi umur 1 hari – 2 bulan (termasuk
neonatal) yang diberikan meliputi penanganan bila sakit
menggunakan pendekatan MTBM, pemberian imunisasi hepatitis,
dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah dengan
menggunakan buku KIA.
3. Tanyakan umur bayi
4. Timbang berat badan
5. Ukur suhu badan
6. Tanyakan bayinya sakit apa
7. Periksa kejang
8. Periksa gangguan napas
9. Periksa hipotermi
10. Periksa kemungkinan infeksi bakteri
11. Periksa Icterus
12. Periksa kemungkinan gangguan saluran cerna
13. Periksa diare
14. Periksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian ASI
15. Berikan konseling

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA (2 BULAN – 5 TAHUN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Langkah langkah pelayanan kesehatan yang seharusnya dilakukan untuk bayi
dan anak balita 2 bulan – 5 tahun
Tujuan Memberikan pelayanan kepada bayi umur 1 hari – 2 bulan sesuai dengan
langkah- langkah MTBS

Kebijakan

Referensi Daftar Tilik penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu Dan Anak Tingkat
Puskesmas tahun 2012

Persiapan Alat dan 1. Bagan MTBM


Bahan 2. Timer/jam tangan
3. Stetoskop
4. Form MTBM
5. Timbangan Bayi
6. Termometer
7. Meja periksa

Prosedur 1. Bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh petugas


kesehatan minimal 4 kali setelah mendapat pelayanan kesehatan
neonatal dengan distribusi pelayanan minimal, umur 1-3 bulan 1
kali, umur 4-6 bulan 1 kali, umur 7-9 bulan 1 kali, umur 10-11 bulan
1 kali.
2. Anak balita adalah anak umur 1-4 tahun dan memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh petugas kesehatan
minimal 2 kali pertahun, dengan distribusi setiap 6 bulan sekali
pelayanan kesehatan meliputi pemberian Vitamin A, DDTK, dan
penanganan anak sakit dengan menggunakan MTBS
3. Bidan menanyakan umur anak
4. Timbang berat badan
5. Ukur suhu badan
6. Tanyakan anak sakit apa
7. Periksa tanda bahaya umum
8. Periksa letargis atau tidak sadar
9. Tanyakan apakah batuk atau sukar bernafas
10. Tanyakan apakah diare
11. Periksa adanya Demam
12. Tanyakan masalah telinga
13. Tentukan gizi buruk dan / anemia
14. Tanyakan dan Tentukan imunisasi yang diberikan hari ini.
15. Tanyakan pemberian vitamin A dan Tentukan pemberian vitamin A
hari ini.
16. Tanyakan dan Periksa masalah/keluhan lain
17. Lakukan penilaian pemberian makan anak
18. Tentukan tindakan atau pengobatan serta tindak lanjutnya sesuai
klasifikasi yang ditentukan.
19. Berikan konseling.
20. Lakukan pencatatan di rekam medis/formulir MTBS tentang hasil
pemeriksaan dan pelayanan kesehatan dengan benar.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PELAYANAN IMUNISASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Langkah langkah pemberian imunisasi yang seharusnya dilakukan untuk sasaran
imunisasi (bayi, bumil, WUS)
Tujuan Memberikan pelayanan imunisasi sesuai dengan standar dan kebutuhan kepada
sasaran imunisasi.

Kebijakan

Referensi Daftar Tilik penyeliaan Fasilitatif Program Kesehatan Ibu Dan Anak Tingkat
Puskesmas tahun 2012

Persiapan Alat dan 1. Termos vaksin


Bahan 2. Vaksin polio
3. Vaksin DPT/HB/HIB
4. Vaksin BCG dan pelarut
5. Vaksin HB
6. Vaksin TT
7. ADS 0,5 ml
8. ADS 0,05 ml
9. ADS 5 ml
10. Kapas steril dan air matang-hangat
11. Anaphylactic shock kit
12. Sabun cuci tangan

Prosedur 1. berikan imunisasi sesuai dengan jadwal pelayanan imunisasi.


2. Berikan imunisasi sesuai jadwal, dosis dan teknik (HB, Polio,
DPT/HB/HIB, Campak, TT) sesuai prosedur
3. Gunakan kotak dingin cair (Cool pack) untuk membawa vaksin.
4. Gunakan ADS untuk imunisasi suntikan.
5. Tidak menutup kembali (recapping) jarum suntik setelah
penyuntikan.
6. masukan bekas alat suntik kedalam safety box
7. Ada penanganan limbah alat suntik yang aman ( insirenator atau
ditimbun.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGUKURAN BERAT BADAN TERHADAP TINGGI BADAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Proses yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan pengukuran berat badan
dan tinggi badan yang sesuai dengan standar.
Tujuan Untuk menentukan status gizi anak, apakah normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk.

Kebijakan Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Diteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

Referensi Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Diteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

Persiapan Alat dan


Bahan 1. Formulir pencatatan hasil pengukuran
2. Alat pengukur Tinggi Badan
3. Alat pengukur Berat Badan (timbangan bayi dan timbangan injak)
4. Standar berat badan menurut panjang badan (BB/PB)

Prosedur 1. Sampaikan salam


2. Siapkan kebutuhan untuk pengukuran berat adan dan tinggi badan
3. Lakukan prosedur pengukuran
a. Berat Badan
1) Menggunakan Timbangan Bayi
a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai
umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring
/duduk tenang.
b) Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukan angka 0.
d) Bayi sebaiknya telanjang tanpa topikaus kaki, sarung
tangan.
e) Baringkan bayi dengan hati hati diatas timbangan.
f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
g) Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan .
h) Bila bayi terus mnerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum
kekanan dan kekiri.
2) Menggunakan Timbangan Injak
a) Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak.
b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukan ke angka
0.
c) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket,topi, jam tangan, kalung, dan
tidak memegang sesuatu.
d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
f) Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, abaca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum
ke kanan dan ke kiri.
b. Tinggi Badan
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b) Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
d) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
e) Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus,
tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
f) Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
2) Cara mengukur dengan posisi berdiri.
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b) Berdiri tegak menghadap ke depan.
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur.
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun.
e) Baca angka pada batas tersebut.
4. Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara
diatas.
5. Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
6. Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat
dengan berat badan anak.
7. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas dari kolom untuk
mengetahui angka standar Deviasi (SD).
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KBE (KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan pada kasus atonia uteri pasca persalinan,
dengan menekan dinding belakang uterus dan korpus uteri diantara
genggaman ibu jari dan keempat jari lainnya, serta dinding depan
uterus dengan telapak tangan dan tiga jari lainnya.

Tujuan Untuk menghentikan perdarahan pasca salin karena atonia uteri

Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal


tahun 2010

Persiapan Alat dan  Sarung tangan steril


Bahan  Betadine
 Kom
 Cairan infus NACL atau RL
 Infuset
 Abocat no 18
Prosedur a. Lakukan inform consent
b. Pakai sarung tangan steril
c. Lakukan kompresi uterus pada dinding belakang uterus dan korpus
uteri.
d. Pertahankan posisi tersebut hingga uterus berkontraksi dengan baik
jika perdarahan per vagina berhenti.
e. Jika perdarahan tidak berhenti lakukan KBE oleh keluarga.
f. Berikan ergomentrin 0.2 mg IM
g. Pastikan infus dengan 20 unit oksitocin dalam cairan infus NACL
atau RL 60 tts/menit berjalan baik dan metil ergomtrin 0,4 mg.
tambahkan misoprostol jika perlu.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan pada kasus atonia uteri pasca persalinan,
dengan menekan aorta abdominalis.
Tujuan Untuk menghentikan perdarahan pasca salin karena atonia uteri

Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal


tahun 2010

Persiapan Alat dan  Sarung tangan steril


Bahan  Betadine
 Kom
 Cairan infus NACL atau RL
 Infuset
 Abocat no 18
Prosedur a. Lakukan inform consent
b. Raba arteri femoralis pada lipat paha
c. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada umbilicus kea rah kolumna vertebralis dengan
arah tegak lurus.
d. Dengan tangan yang lain raba pulsasi arteri femoralis untuk
mengetahui cukup tidaknya kompresi.
 Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi masih
belum cukup.
 Jika kepalan tangan mencapaiaorta abdominalis maka pulsasi
arteri femoralis akan berkurang/terhenti.
e. Jika perdaran pervagina berhenti pertahankan posisi tersebut dan
pemijatan uterus (dengan bantuan asisten) hingga uterus erkontraksi
dengan baik.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMASANGAN IUD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan dalam memberikan pelayanan KB sebagai
salah satu metode KB MKJP dengan memasukan alat kontrasepsi ke
dalam Rahim.
Tujuan 1. Untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
4. memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003

Persiapan Alat dan  Meja ginekologi


Bahan  bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar)
 tenakulum
 sonde uterus
 forsep/korentang
 gunting
 mangkuk untuk larutan anti septik
 sarung tangan DTT
 cairan antiseptic
 kain kasa/kapas
 sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu
senter sudah cukup)
 cover T 380 A IUD yang masih belum rusak dan terbuka.
Prosedur 1. jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan
klien mengajukan pertanyaan.
2. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah tersebut.
3. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum tindakan
dilakukan.
5. Periksa genetalia eksterna
6. Lakukan pemeriksaan speculum
7. Lakukan pemeriksaan panggul
8. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia da nada indikasi
9. Masukan lengan AKDR copper T 380 A di dalam kemasan sterilnya.
10.Masukan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptic.
11.Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
12.Masukan sonde uterus
13.Pasang AKDR copper T 380 A
14.Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan.
15.Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
16.Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera
setelah selesai dipakai.
17.Buka sarung tangan
18.Lakukan cuci tangan
19.Lakukan dekontaminasi alat dan bahan-bahan pakai ulang dalam
larutan chlorin 0,5%
20.Lakukan DTT alat-alat.
21.Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR
22.Minta klein menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR.
23.Lengkapi pencatatan yang diperlukan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENCABUTAN IUD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan untuk melakukan pencabutan IUD bisa
karena sudah habis masa waktunya, menginginkan punya anak lagi,
karena indikasi lain atau karena infeksi.
Tujuan Untuk mengeluarkan IUD karena indikasi

Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003

Persiapan Alat dan  Bivalve speculum (kecil, sedang, besar)


Bahan  Forsep/korentang
 Mangkuk untuk larutan antiseptic
 Sarung tangan DTT/Steril
 Cairan antiseptic untuk membersihkan serviks
 Kain kasa atau kapas
 Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
 Meja ginekologi

Prosedur 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien
untuk bertanya.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah
tindakan.
3. Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genetalianya
sebelum melakukan pemeriksaan panggul.
4. Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan periksa sekali
pakai.
5. Usapkan larutan antiseptic beberapa kali secara merata pada serviks
dan vagina sebelum tindakan.
6. Masukan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR
7. Sampaikan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.
Meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang, memberi
tahu mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal.
8. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung yang sudah di DTT atau steril dan tarik benang pelan-pelan,
tidak boleh menarik dengan kuat.
9. Untuk pencabutan sulit bila benang AKDR tidak tampak, periksa
pada kanalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila
tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukan klem atau alat
pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau
AKDR itu sendiri.
10. Lengkapi pencatatan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMASANGAN IMPLAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan dalam memberikan pelayanan KB sebagai
salah satu metode KB MKJP dengan memasukan alat kontrasepsi
dalam bentuk kapsul tepat dibawah kulit diatas lipat siku, di daerah
medial lengan atas.
Tujuan 1. Supaya lender cervik menjadi kental sehingga mempersulit
impantasi.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
3. Mengurangi transfortasi sperma
4. Menekan ovulasi
Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003

Persiapan Alat dan  Meja periksa


Bahan  Alat penyangga lengan
 Batang implant dalam kantong
 Kain penutup steril/DTT
 Sarung tangan
 Sabun untuk mencuci tangan
 Larutan anti septik untuk desinfeksi kulit (povidon iodion atau
larutan betadine)
 Zat anastesi local (konsentrasi 1% tanpa epineprin)
 Semprit 5-10 ml, dan jarum suntik(22 G) ukuran 2,5 sampai 4 cm
(1-1 setengah inch)
 Trocar 10 dan mandarin
 Scalpel 11 atau 15
 Kasa pembalut, band aid, atau plester
 Kasa steril dan pembalut
 Epineprin untuk renjatan anapilaktik
 Klem penjepit atau fosep mosquito
 Bak/tempat instrument (tertutup)
Prosedur 1. jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan
klien mengajukan pertanyaan.
2. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah tersebut.
3. Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang
mengalir, serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.
4. Tutup tempat tidur klien dengan kain bersih.
5. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang
digunakan (yang akan dipasang implant) diletakan pada lengan
penyangga atau meja samping.
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum tindakan
dilakukan.
7. Pakai sarung tangan DTT atau steril
8. Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai.
9. Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic. Gunakan klem
steril atau DTT untuk memegang kasa erantiseptik.mulai mengusap
dari tempat yang akan dilakukan insisi kearah luar dengan gerakan
melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit)
sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptic yang berlebihan hanya
bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
10.Bila ada gunakan kain penutup(doek) yang mempunyai lubang untuk
menutupi lengan. Dapat juga dengan menutupi lengan dibawah tempat
pemasangan dengan kain steril.
11.Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml oat anastesi (1% tanpa epineprin).
12.Masukan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi kemudian
lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk kedalam
pembuluh darah. Suntikan sedikit obat anastesi untuk membuat
gelembung kecil dibawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukan kebawah kulit sekitar 4 cm. hal ini akan mebuat kulit
terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum
pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikan obat
anastesi sebanyak 1 ml diantara tempat untuk memasang kapsul
implant.
13.Pasang scalpel dengan sudut 450 , buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau
dalam.
14.Dengan ujung yang tajam menghadap keatas dan pendorong
didalamnya masukan ujung trocar melalui luka insisi dengan sudut
kecil. Mulai dari kiri atau kanan dengan pola seperti kipas.
15.Untuk meletakan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trocar keatas,
sehingga kulit terangkat.
16.Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul kea rah ujung trocar
sampai terasa ada tahanan. Atapi jangan mendorong dengan paksa.
17.Pegang pendorong dengan erat ditempatnya dengan satu tangan untuk
menstabilkan. Tarik tabung trocar dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk kearah luka insisi sampai tanda 2 muncul di luka insisi dan
pangkalnya menyenyuh pegangan pendorong.
18.Tanpa mengeluarkan seluruh trocar, putar ujung dari trocar kearah
lateral kanan dan kembali lagi ke posisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas.
19.Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi
atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih
5 mm dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap
kapsul yang terdekat dengan tepi luka insisi (ujung kecil dari pola
seperti kipas) tidak lebih dari lebar 1 kapsul.
20.Sebelum mencabut trocar, raba kapsul untuk memastikan semua
kapsul sudah terpasang.
21.Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar
5 mm). bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekap dengan luka insisi,
harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali pada tempat yang
tepat.
22.Setelah semuanya terpasang dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa,
keluarkan trocar pelan-pelan, tekan tempat insisi dengan jari
menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan,
bersihkan tempat pemasangan dengan khaasa berantiseptik.
23.Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan
kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit
karena dapat menimbulkan jaringan parut.
24.Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan
pembalut untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan)
25.Buka sarung tangan
26.Cuci tangan setelah tindakan selesai
27.Buat catatan rekapan medic tempat pemasangan kapsul dan kejadian
tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
28.Amati klien lebih kurang 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan
atau luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan pasen.
29.Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemansangan, kalau
bisa berikan secara tertulis.
30.Lengkapi pencatatan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENCABUTAN IMPLAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00
1-2
UPTD PUSKESMAS
SAGARANTEN
Tanggal terbit Sagaranten, 01 Oktober 2017
Kepala Puskesmas Sagaranten

Karmi, SKM.MM
NIP. 197010171997031008
Definisi Tindakan yang dilakukan untuk melakukan pencabutan Implan
dengan melakukan insisi pada kulit dimana implant dipasang.
Tujuan Untuk mengeluarkan IMPLAN karena indikasi

Kebijakan

Referensi Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003

Persiapan Alat dan  Meja periksa


Bahan  Penyangga lengan atau meja samping
 Sabun untuk cuci tangan
 Kain penutup operasi steril yang kering
 Tiga mangkok steril atau DTT ( Untuk larutan anti septik, air
DTT, larutan chlorin 0,5% untuk dekontaminasi kapsul setelah
dicabut.
 Sepasang sarung tangan DTT/Steril
 Larutan anti septik
 Anestesi lokal
 Tabung suntik 5 atau 10 cc
 Scalpel no 18
 Klem lengkung atau lurus
 Band aid atau khaasa steril dengan plester
 Kasa pembalut
 Epineprin untuk Syok anaplaktik

Prosedur 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilahkan
klien untuk bertanya.
2. Persilahkan klein untuk mencuci lengan yang dipasang inplan.
3. Tutup tempat tidur dengan kain bersih dan kering.
4. Persilahkan klien berbaring.
5. Raba posisi kasul secara keseluruhan.
6. Pastikan posisi dari detiap kapsul beritanda dengan spidol.
7. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah
tindakan.
8. Pakai sarung tangan DTT atau steril
9. Atur alat-alat hingga mudah dicapai
10. Berikan obat anastesi
11. Pasang doek bolong
12. Tentukan lokasi insisi
13. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil
kurang kebih 4 cm
14. Mulai dengan mencabut yang mudah teraba.
15. Dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai
ujung kapsul tampak pada luka insisi.
16. Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan
jepitan mengarah kearah kulit teruskan sampai berada dibawah
ujung kapsul dekat sikut.
17. Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka
insisi.sambil menekan kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah,
masukan lagi klem lengkung sampai berada diawah ujung kapsul
jepit kapsul di dekat ujungnya dengan cara hati-hati tarik ke luar
melalui luka insisi.
18. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan
cara menggosok gosok dengan khaasa steril/ DTT.
19. Jepit kapsul, lepaskan klem pertama, cabut kapsul peln-pelan dan
hati hati dengan klem kedua.
20. Buka sarung tangan
21. Cuci tangan setelah tindakan
22. Lengkapi pencatatan.

You might also like