Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Pada perkembangan metode Kromatografi saat ini pemakaian "Thin Layer Chromato
Scanner" yang lebih dikenal dengan nama densitometer makin banyak dipakai secara luas oleh
peneliti/ilmuwan.
Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda pada lempeng KLT yang ditentukan adalah
adsorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi
semula. Keunggulannya adalah dititikberatkan untuk analisis analit-analit dengan kadar sangat
kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT.
Metode ini yang banyak diguanak dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif di bidang farmasi
terutama di bidang analisis obat bahan alam.
B. TEORI DASAR
Kromatografi Lapis Tips (KLT) merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah ngerakan pelarut
pengembang/pengembang campur.
Fase Diam
Bahan padat pada penyangga : pelat elas/logam atau plastik dengan ketebalan 0,25 mm. Fase
diam yang banyak dipakai : silika gel yang dicampur CaSO4 ; adsorben lain yang juga banyak
dipakai : alumnia, kieselguhr, celite, serbuk selulose, serbuk poliamida, kanji dan sephadex.
Jenis fase diam : sama seperti pada KCKT dikenal beberapa macam sifat polaritas. Silikal gel
dikenal sebagai fase diam polar, yang dapat dibuat menjadi non polar (RP = Reversed Phase)
setelah dilakukan pengikatan hidroksilnya dengan : C2, C8, atau C18.
Mekanisme pemisahan adalah : adsorpsi,partisi, penukar ion atau fase terbalik (adsorpsi-
partisi). Apabila sampel bersifat non polar maka pelarut pengembangnya non polar. Sedangkan
bila sample bersifat polar, maka pelarut pengembangnya bersifat polar.
Ukuran fase diam 1-25 million dalam keadaan uniform/seragam, akan menghasilkan
pemisahan baik dan aliran fase gerak cepat dan merata.
Pada prinsipnya pemisahan KLT diusahakan dilakukan dalam keadaan netral.
Image 1 : KLT
Profil Kromatogram
Kromatogram KLT akan tampak setelah visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Bila proses
pemisahan baik akan menghasilkan bercak atau noda bulat. Bila pemisahan kurang sempurna
bercak atau noda berekor, penyebabnya antara lain : pemilihan fase gerak yang tidak tepat dan
ketidakjenuhan chamber.
Penotolan sample dengan mikropipet dan selama eluasi suhu harus dijaga, karena kenaikan
suhu berpengaruh kepada Rf.
Image 3 : Kromatografi Kertas Menaik
Image 4 : Kromatogram
Faktor retardasi : Rf
adalah jarak migrasi komponen (bercak) dibagi jarak migrasi fase gerak
Rf = dR / dM = hRf / 100
Desintometri
S. Levi dan R Reisfeld telah mengangkat metode densitometri ke tingkat analisis kuantitatif ultra mikro. Keduanya telah berhasil
menentukan antara lain testosterone dalam cairan biologis pada rentang kadar 1-250 ng, dan kolesterol 4 -150 ng dengan pendar
fluor pada noda (kromatogram)KLT.
Prinsip penentuan dengan metode desintometri hampir sama dengan metode spektrofotometri.
Penetuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area / luas noda pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya dibanding dengan
metode KCKT atau KGC, sebab area noda kromatogram diukur pada posisi diam atau "zig-zag" menyeluruh.
Persamaan Kubelka-Munk
Secara teoritis Kubelka dan Munk telah berhasil menerangkan mengapa hubungan antara kadar analit yang dirajah terhadap area /
luas kromatogram tidak merupakan garis lurus. Menurut kedua ilmuwan tersebut, apabila radiasi elektromagnetik (REM) dengan
intensitas semula (I) jatuh pada permukaan lapis tipis yang tidak homogen dengan arah rambatan tegak lurus, maka sebagian dari
REM tersebut direflesikan (Is) dan sebagian diserap oleh analit lapisan tipis (I0) dan sebagian
lagi diteruskan (It).
I = I0 + Is + It
Intensitas REM yang direfleksikan tergantung pada koefisien permukaan lapis tips (E) yang dinyatakan sebagai
Is = I. E
Harga E sangat dipengaruhi oleh jenis lapisan tipis yang dipakai. Selanjutnya akan didapat :
I0 = I -Is
I0 = I - I.E = (1-E)
Apabila lapisan tipis tersebut merupakan lapisan tipis yang homogen maka akan berlaku hukumLambert-Beer seperti pada
spektrofotmetri.
It = I0.e-K.x
x = tebal medium lapis tipis , K = koefisien adsorpsi. Harga e-K.x menyatakan berkurangnya intensitas REM yang melewati medium.
Harga tersebut dikenal juga sebagai kerapatan optik atau "optical density" dan medium yang dilewati REM.
Pada semua pelat KLT tidak memberikan homogenitas fase diam karena keitdaksamaan partikel-partikel fase diamnya disamping kerja penyerapan REM juga
terjadi percikan radiasi oleh partikel fase diam.
Setiap pelat KLT yang dipakai memberikan harga SX bebrbeda (tiap merek berbeda) harga SX berkisar : 0-10
Spektro densitometer (Thin Layer Chromato Scanner) modern dilengkapi mikro komputer dengan harga operasional SX = 0-3
untuk melinearkan kurva teoritis Kubelka-Munk tanpa mempersoalkan SX lagi.
C. INSTRUMENTASI
Monokromator dengan fungsi yang sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yang diperlukan pada densitometer. Biasanya
dipakai monokromator kisi difraksi 1200 garis/mm.
Detektor PMT Photo Multiplier Tube = Tabung Penggandaan Foto) merupakan detektor umum yang dipakai pada densitometer.
D. APLIKASI
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dengan KLT-Densitometri pada prinsipnya mengacu kepada nilai Rf(Retardation factor) atau Faktor retardasi
membandingkan bercak kromatogram
yaitu : membandingkan Rf analit dengan Rf baku pembanding atau
sample dengan kromatogram"Reference Standart" yang dikenal dengan : Factro
Retensi Relatif (Rx)
Untuk penentuan kualitatif dengan Rs harus dilakukan bersamaan dengan sample pada pelatyang sama.
Instrumentasi pada TLC scanner terdiri dari sumbar cahaya, alat seleksi ƛ, sistem
kondensor dan fokus, sistem optik, detektor fotosensitisasi, mekanisme menggerakan lempeng ke
bawah berkas cahaya terfokus