You are on page 1of 4

Kelompok 3 :

1. ANINDYAH K. (11180000187)
2. NURKHOLISA DEWI (1118000191)
3. DEWI SRI M. (11180000146)
4. SHELLA MELINDA (11180000174)
5. AYU DYAH P. (11180000145)
6. RETNO SAFITRI (11180000179)
7. SURYADI (11180000154)

“HUBUNGAN PERSEPSI & PENGAMBILAN KEPUTUSAN”

1. Jenis-Jenis Hubungan Persepsi

1. Ke bawah > Komunikasi yang manajer kepada para karyawannya.


contohnya;
Pertemuan balai kota: Rapat-rapat umum informal dimana eksekutif puncak
menyampaikan informasi, mendiskusikan isu-isu, atau menyatukan karyawan
untuk merayakan prestasi.

2. Ke atas > Komunikasi yang mengalir ke atas dari para karyawan kepada para
manajer.

3. ke samping > Komunikasi yang terjadi di antara para karyawan pada tingkatan
organisasi yang sama.

4. Diagonal > Komunikasi yang melintasi wilayah kerja dan tingkatan organisasi.

2. Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu

KELOMPOK 3 – PERILAKU ORGANISASI 1


menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau
suatu opini terhadap pilihan.

Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli :


 Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

 Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan


yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

 Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang


digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu
cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan
suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua
pihak.

3. Proses-Proses Pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang memerlukan
penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh
langkah berikut (Gibson dkk, 1987).

 Menerapkan tujuan dan sasaran :


Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran
keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan
apa ukuran pencapaian hasil tersebut.

 Identifikasi persoalan :
Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus
diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi
batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan
upaya penggalian.

 Mengembangkan alternatif :
Tahap ini berisi pengidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan
untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada hubungannya,

KELOMPOK 3 – PERILAKU ORGANISASI 2


walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan
analisis.

 Menentukan alternatif :
Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang
sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun juga
kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan
keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang
dipandang layak untuk dilaksanakan.

 Memilih alternatif :
Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif
yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan
alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada
masa yang akan datang.

 Menerapkan keputusan :
Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupaka
abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.

 Pengendalian dan evaluasi :


Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga
agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.

4. Tipe – Tipe Pengambilan Keputusan


Pada dasarnya tipe-tipe pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua hal,
yaitu:

1. Keputusan yang diprogramkan :

Keputusan yang diprogramkan merupakan keputusan yang direncanakan sesuai


dengan kebiasaan, aturan, atau prosedur yang berlaku. Biasanya hasil atau dampak
dari keputusan ini tidak mengejutkan karena cenderung berulang-ulang dan lebih
bersifat rutinitas. Kehadiran keputusan ini sering dengan mudah dapat diantisipasi
sebelumnya oleh karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe
keputusan ini: Kegiatan audit mutu internal, Rapat tinjauan manajemen, Pemeliharaan
rutin, Pemeliharaan suku cadang secara rutin, Mengikuti pelatihan yang direncanakan.

2. Keputusan yang tidak diprogramkan :

KELOMPOK 3 – PERILAKU ORGANISASI 3


Keputusan yang tidak diprogramkan merupakan keputusan yang tidak
direncanakan sebelumnya. Biasanya berkenaan dengan masalah-masalah baru dan
bersifat khusus. Dalam menangani tipe keputusan ini, pimpinan cenderung
menggunakan pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Tipe keputusan ini relatif lebih sulit
dibandingkan dengan keputusan yang diprogramkan. Waktunya sering tidak bisa
diduga, bersifat darurat dan segera sehingga cukup menyulitkan pimpinan dalam
mengambil keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan
ini: Keluhan dari pelanggan, Keterlambatan distribusi ke pelanggan, Kerusakan mesin
yang berakibat fatal, Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa dan pemogokan
karyawan.

3. Keputusan – keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian :

Para manajer membuat keputusan-keputusan sekarang adalah bagi kegiatan-


kegiatan yang akan dilaksankan dan tujuan yang akan dicapai di waktu yang akan
datang. Situasi-situasi pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek
yang tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan, seperti reaksi pesaing tertentu, atau
tingkat inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat ketidakpastian dalam berbagai situasi akan
berbeda-beda oleh karena itu, manajer akan menghadapi ketiga macam situasi :
kepastian, risiko, dan ketidakpastian.

Dalam kondisi kepastian (certainty), para manajer mengetahui apa yang akan
terjadi, di waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat, terpercaya
dan dapat diukur sebagai dasar keputusan. Dalam kasus ini, situasi di waktu yang akan
datang adalah dapat diperkirakan dengan pasti.
Dalam kondisi risiko (risk) manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap
kemungkinan hasil, tetapi informasi lengkap tidak tersedia.
Dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) manajer tidak mengetahui
probabilitas bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasi-hasil. Kondisi-kondisi
ketidak pastian pada umumnya menyangkut keputusan-keputusan kritis dan paling
menarik.
Pembuatan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan lebih tepat
dengan mempergunakan metode-metode kuantitatif untuk mengantisipasi dan
memperkirakannya.

KELOMPOK 3 – PERILAKU ORGANISASI 4

You might also like