You are on page 1of 31

BAB 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
dari penelitian yang telah dilakukan, meliputi hasil pembuatan mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat, kurva baku amoksisilin trihidrat, hasil
optimasi kecepatan dan lama pengadukan terhadap respon ukuran partikel,
entrapment efficiency, dan kekuatan mucoadhesive. Selain itu, juga diuraikan hasil
dan pembahasan dari karakteristik formula optimum yang didapatkan.

4.1 Hasil Pembuatan Mucoadhesive Microspheres Amoksisilin Trihidrat


Pada penelitian ini dibuat empat formula berdasarkan rancangan
desain faktorial. Faktor yang terpilih kemudian dimasukkan ke dalam rumus
umum desain faktorial yaitu 2n dengan n sebagai jumlah faktor yang digunakan
sehingga diperoleh empat formula yaitu F(1), F(A), F(B), F (AB). Faktor dan
banyaknya replikasi dimasukkan ke dalam software design expert 10 versi trial.
Faktor yang dioptimasi dalam penelitian ini yaitu kecepatan dan lama
pengadukan, sedangkan respon yang diamati yaitu ukuran partikel, entrapment
efficiency, dan kekuatan mucoadhesive.Respon nilai ukuran partikel dipilih karena
dapat dihubungkan dengan nilai entrapment efficiency yang menentukan
banyaknya obat yang terjerap ke dalam sistem. Respon kekuatan mucoadhesive
dipilih untuk mengetahui seberapa baik sistem mucoadhesive microspheres
melekat pada jaringan mukosa lambung sehingga dapat meningkatkan efektivitas
obat.
Preparasi mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat dalam
penelitian ini menggunakan metode solvent evaporation dimana bahan aktif dan
polimer dilarutkan ke dalam fase internal kemudian dilakukan emulsifikasi ke
daalam fase eksternal. Microspheres terbentuk karena adanya penguapan pelarut
organik pada fase eksternal(Naik et al, 2012). Hasil dari masing-masing formula
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4. 1 Mucoadhesive Microspheres Amoksisilin Trihidrat (A) Formula 1; (B)
Formula A; (C) Formula B; dan (D) Formula AB

Hasil organoleptis masing-masing formula menunjukkan bentuk


yang hampir sama dengan warna serbuk kekuningan. Sediaan yang dihasilkan
memiliki bau khas dari bahan aktif amoksisilin trihidrat. Polimer yang digunakan
tidak berpengaruh pada bau dari masing-masing formula. Hasil organoleptis
masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Organoleptis mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat

Formula
Organoleptis
1 A B AB
Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
Bau amoksisilin amoksisilin amoksisilin amoksisilin
trihidrat trihidrat trihidrat trihidrat
4.2 Pembuatan Kurva Baku Amoksisilin Trihidrat
4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum amoksisilin trihidrat ditentukan
dengan cara mengukur absorbansi larutan baku amoksisilin trihidrat pada
konsentrasi 180 ppm dalam aquadest dengan rentang panjang gelombang 200-400
nm menggunakan Spektrofotometer UV. Penentuan panjang gelombang
maksimum berdasarkan absorbansi tertinggi dan masuk ke dalam rentang
absorbansi yaitu 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007). Amoksisilin trihidrat
dalam aquadest pada panjang gelombang 272 nm dihasilkan absorbansi yaitu
sebesar 0,484 nm. Hal ini sesuai dengan panjang gelombang maksimum
amoksisilin trihidrat dalam pelarut aquadest sebesar 272 nm (Moffat et al., 2005).
Spektra panjang gelombang maksimum amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Hasil selengkapnya absorbansi larutan baku amoksisilin trihidrat
dapat dilihat pada Lampiran A.1.

3,5

2,5
Absorbansi

1,5

0,5

0
200 225 250 275 300 325 350 375 400
Panjang Gelombang (nm)

Gambar 4. 2 Spektra panjang gelombang amoksisilin trihidrat

4.2.2. Pembuatan Kurva Baku Amoksisilin Trihidrat


Kurva baku amoksisilin trihidrat dalam aquadest dibuat dari
pengenceran larutan baku induk 500 ppm dan 600 ppm menjadi lima larutan baku
dengan beberapa konsentrasi yang berbeda yaitu 100 ppm; 120 ppm; 180 ppm;
200 ppm; dan 300 ppm, kelima larutan baku tersebut diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotmeter UV pada panjang gelombang maksimum yaitu 272
nm. Hasil absorbansi amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada Lampiran B.1.
Kurva baku amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Nilai yang dmasukkan dalam software Validation Method of Analysis yaitu
konsentrasi dan absorbansi kurva baku amoksisilin trihidrat. Persamaan regresi
linear yang dihasilkan yaitu y = 0,0033 + 0,0026 x dengan nilai r = 0,999. Nilai
Vx0 dan Xp yang dihasilkan masing-masing yaitu 1,8175 % dan 23,5285. Hasil
tersebut dikatakan baik apabila nilai koefisien korelasi ( r ) lebih dari 0,99, nilai
Vx0 berada dalam rentang 0%-5% dan nilai Xp lebih kecil dari konsentrasi paling
rendah larutan kurva baku yang digunakan yaitu 100 ppm. Hasil r hitung
dibandingkan dengan r table dan hasilnya r hitung lebih besar dari r table (0,999 >
0,7293). Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa nilai r,
Vx0, Xp dan r hitung memenuhi persyaratan linearitas yang baik. Hasil
selengkapnya linearitas dapat dilihat pada Lampiran B.3.
0,9
0,8 y = 0,0026x + 0,0033
R² = 0,999
0,7
0,6
Absorbansi

0,5
Series1
0,4
Linear (Series1)
0,3
0,2
0,1
0
0 100 200 300 400
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. 3 Kurva baku amoksisilin trihidrat

4.3 Hasil Penentuan Ukuran Partikel


Salah satu respon yang digunakan dalam penentuan formula
optimum yaitu ukuran partikel. Mucoadhesive microspheres mempunyai rentang
ukuran partikel yaitu 1-1000 μm (Kaurav et al., 2012). Evaluasi ukuran partikel
dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan cara menyebarkan sampel pada
kaca preparat kemudian diamati dibawah mikroskop optik dengan perbesaran 200
kali. Ukuran partikel microspheres ditentukan dengan cara mengukur diameter
partikel sejumlah 50 microspheres secara acak selanjutnya ditentukan rata-ratanya
dan kemudian dibuat kurva distribusi ukuraan partikel (Sabitha et al., 2010).
Ukuran partikel mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat
yang dihasilkan dari semua formula menunjukkan hasil yang sesuai dengan
persyaratan ukuran partikel mucoadhesive microspheres seperti pada Gambar 4.4.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil ukuran partikel mucoadhesive microspheres
amoksisilin trihidrat. Hasil selengkapnya pengukuran 50 partikel mucoadhesive
microspheres masing-masing formula dapat dilihat pada Lampiran C1-C4.
Tabel 4. 2 Hasil pengujian nilai ukuran partikel

Rata-rata Nilai Ukuran


Formula Pengadukan
Partikel ± SD (µm)
(1) 600 rpm selama 1 jam 706,25 ± 10,62
(A) 1000 rpm selama 1 jam 451,48 ± 20,66
(B) 600 rpm selama 2 jam 605,06 ± 11,29
(AB) 1000 rpm selama 2 jam 335,06 ± 11,88

Formula (AB) Kecepatan pengadukan 1000 rpm dalam waktu 2 jam pada
memberikan nilai rata-rata ukuran partikel yang paling kecil yaitu 335,958 µm.
Nilai rata-rata ukuran partikel paling besar terdapat pada formula (1) yaitu
706,251 µm dengan kecepatan pengadukan 600 rpm dalam waktu 1 jam. Formula
(A) dan formula (B) menghasilkan nilai rata-rata ukuran partikel yaitu 451,475
µm dan 605,063 µm.
Hasil analisis One Way ANOVA dari software SPSS versi 16 pada
Lampiran F1 menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran data
yang normal dan homogen dengan nilai signifikansi >0,05 sehingga data yang
diperoleh dapat dilanjutkan ke analisis ANOVA. Hasil analisis ANOVA nilai
ukuran partikel antar formula memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai respon ukuran partikel antar formula memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui letak perbedaan signifikansi dari
nilai respon ukuran partikel antar formula dilakukan analisis post hoc (LSD).
Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan signifikansi antar formula pada nilai ukuran
partikel. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa nilai respon ukuran partikel
antar formula memiliki perbedaan yang signifikan.
Tabel 4.3 Hasil analisis post hoc (LSD) nilai ukuran partikel antar formula

Formula F(1) F(A) F(B) F(AB)


F(1) BS BS BS
F(A) BS BS BS
F(B) BS BS
F(AB) BS BS BS
*BS : Berbeda Signifikan
Kecepatan dan lama pengadukan dapat mempengaruhi ukuran partikel
yang dihasilkan, semakin cepat dan semakin lama pengadukan yang dilakukan
maka semakin kecil ukuran partikel microspheres yang dihasilkan, hasil tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patel & Cahvda (2009). Adapun
kurva distribusi ukuran partikel dapat dilihat pada Gambar 4.4

Indeks polidispersitas (PI) dihitung untuk mengetahui distribusi ukuran


partikel. Nilai PI dapat dihitung melalui persamaan berikut :

PI .......................................................................................(5)

Hasil nilai PI keempat formula yaitu 0,01 untuk formula 1, formula A


0,05, formula B 0,01, formula AB 0,03. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem
mucoadhesive microspheres tergolong distribusi ukuran partikel yang sempit
(Nidhin et.al., 2009). Menurut Haryono et.al. (2012), nilai PI yang semakin
mendekati nol maka nilai distribusinya semakin homogen atau seragam. Distribusi
ukuran partikel yang sempit mengindikasikan bahwa partikel memiliki sifat alir
yang baik (Rahman et al., 2012). Kurva distribusi ukuran partikel mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat masing-masing formula dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Kurva Distribusi Ukuran Partikel : (A) Formula 1; (B) Formula A; (C)
Formula B; (D) Formula AB

1.3.1 Analisis Desain Faktorial pada Ukuran Partikel


Hasil analisis software design expert dari data respon nilai ukuran partikel
menghasilkan hubungan antara (kecepatan dan lama pengadukan) dan respon
(ukuran partikel) dalam persamaan umum desain faktorial Y = B0 + BaXA + BbXB
+ BabXAXB dalam bentuk coded (yang digunakan dalam bentuk notasi level) dan
actual (yang digunakan dalam bentuk jumlah yang sebenarnya) sebagai berikut :
Final Equation in Terms of Coded Factors :
Ukuran partikel = +524,46 - 131,20*A - 54,20*B - 3,81*AB............................(6)
Final Equation in Terms of Actual Factors :
Ukuran partikel = +1166,79533 –0,59890*Kecepatan pengadukan -78,36333
*Lama pengadukan – 0,038053*Kecepatan pengadukan*Lama pengadukan…..(7)

Keterangan : A = faktor kecepatan pengadukan; B = faktor lama pengadukan; AB


= interaksi kedua faktor

Persamaan di atas menunujukkan bahwa faktor kecepatan pengadukan


mempunyai koefisien persamaan coded sebesar -131,20 dan untuk persamaan
actual sebesar -0,59890. Faktor lama pengadukan mempunyai koefisien
persamaan coded sebesar -54,20 dan untuk persamaan actual sebesar -0,0038053.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua faktor mempunyai efek
menurunkan ukuran partikel.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan ukuran partikel yaitu
kecepatan pengadukan karena memberikan efek negatif paling besar terhadap
ukuran partikel, sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecepatan
pengadukan yang diberikan maka ukuran partikel yang dihasilkan semakin
kecil,hal tersebut terjadi karena peningkatan kecepatan pengadukan
mengakibatkan viskositas larutan polimer menjadi lebih rendah sehingga akan
mudah membentuk microspheres dengan ukuran yang lebih kecil (Rai et al.,
2014) . Faktor lama pengadukan juga memberikan efek negatif terhadap ukuran
partikel, sehingga dapat diartikan bahwa semakin lama pengadukan yang
dilakukan maka ukuran partikel semakin menurun, namun faktor lama
pengadukan tidak memberikan efek yang signifikan terhadap ukuran partikel
microspheres (Rai et al., 2014). Interaksi antara kedua faktor tersebut juga
memberikan efek negatif terhadap ukuran partikel, sehingga interaksi dari kedua
faktor tersebut dapat menurunkan ukuran partikel, namun efek interaksi antara
kedua faktor tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan efek faktor kecepatan
pengadukan, sehingga pengaruhnya terhadap respon ukuran partikel juga jauh
lebih kecil daripada efek faktor kecepatan pengadukan.
Grafik contour plot menunjukkan komposisi optimum dan efek kedua
faktor terhadap respon. Respon dalam grafik contour plot ditunjukkan oleh
berbagai warna. Daerah yang menunjukkan warna merah mempunyai efek paling
tinggi, sedangkan daerah yang menunjukkan warna biru mempunyai efek paling
rendah. Grafik contour plot mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat
terhadap nilai ukuran partikel dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi dapat
dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Gambar 4. 5 Contour plot 2D dari respon ukuran partikel

Gambar 4. 6 Contour plot 3D dari respon ukuran partikel

Berdasarkan Gambar 4.5, sumbu x yang mewakili faktor kecepatan


pengadukan menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan yang
diberikan maka nilai ukuran partikel yang dihasilkan semakin kecil ditandai
dengan semakin ke kanan semakin biru warna yang dihasilkan. Sumbu y yang
mewakili lama pengadukan menunujukkan bahwa semakin lama waktu
pengadukan yang dilakukan maka ukuran partikel yang dihasilkan semakin kecil.
Berdasarkan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa semakin tinggi bidang sumbu z,
maka nilai ukuran partikel semakin meningkat yang ditandai dengan semakin
merah warna yang dihasilkan.

4.4 Hasil Penentuan Entrapment Efficiency


Entrapment efficiency merupakan respon yang digunakan untuk
menentukan formula optimum karena menunjukkan jumlah obat yang
terperangkap ke dalam partikel microspheres.
Nilai entrapment efficiency yang didapatkan merupakan salah satu
indikator keberhasilan dalam pembuatan mucoadhesive microspheres. Semakin
besar nilai entrapment efficiency maka semakin banyak bahan aktif yang
terperangkap dalam partikel microspheres. Tabel 4.4 menunjukkan hasil
pengujian nilai entrapment efficiency masing-masing formula mucoadhesive
microspheres.
Tabel 4. 4 Hasil pengujian nilai entrapment efficiency

Formula Pengadukan Rata-rata ± SD (%)


(1) 600 rpm selama 1 jam 82,356 ± 0,211
(A) 1000 rpm selama 1 jam 85,390 ± 0,237
(B) 600 rpm selama 2 jam 77,567 ± 0,374
(AB) 1000 rpm selama 2 jam 81,931 ± 0,221
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa Formula (B) memberikan nilai
rata-rata entrapment efficiency terkecil yaitu 77,567 %. Nilai rata-rata entrapment
efficiency terbesar terdapat pada formula (A) yaitu 85,390 %. Formula (1) dan
formula (AB) menghasilkan nilai rata-rata entrapment efficiency yaitu 82,356 %
dan 81,931 %.

Hasil analisis One Way ANOVA dari software SPSS pada Lampiran F2
menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran data yang normal dan
homogen dengan nilai signifikansi >0,05 sehingga data yang diperoleh dapat
dilanjutkan ke analisis ANOVA. Hasil analisis ANOVA nilai entrapment
efficiency antar formula memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai respon entrapment efficiency antar formula memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui letak perbedaan signifikansi dari
nilai respon entrapment efficiency antar formula dilakukan analisis post hoc
(LSD). Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan signifikansi antar formula pada nilai
entrapment efficiency. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa nilai respon
entrapment efficiency antar formula tidak seluruhnya memberikan perbedaan yang
signifikan. Formula 1 terhadap formula AB maupun sebaliknya tidak memberikan
efek yang signifikan. Hal tersebut terjadi karena koefisien faktor lama pengadukan
lebih besar daripada faktor kecepatan pengadukan, dimana semakin lama
pengadukan yang dilakukan maka nilai entrapment efficiency semakin menurun,
sehingga nilai entrapment efficiency formula 1 dengan formula AB tidak berbeda
signifikan.
Tabel 4.5 Hasil analisis post hoc (LSD) nilai entrapment efficiency antar formula

Formula F(1) F(A) F(B) F(AB)


F(1) BS BS TBS
F(A) BS BS BS
F(B) BS BS BS
F(AB) TBS BS BS
*BS : Berbeda Signifikan
*TBS : Tidak Berbeda Signifikan
4.4.1 Analisis Desain Faktorial pada Entrapment Efficiency
Hasil analisis software design expert 10 versi trial dari data respon nilai
entrapment efficiency menghasilkan hubungan antara (kecepatan dan lama
pengadukan) dan respon (entrapment efficiency) dalam persamaan umum desain
faktorial Y = B0 + BaXA + BbXB + BabXAXB dalam bentuk coded (yang digunakan
dalam bentuk notasi level) dan actual (yang digunakan dalam bentuk jumlah yang
sebenarnya) sebagai berikut :
Final Equation in Terms of Coded Factors :
Entrapment efficiency = +81,2 + 1,85*A - 2,06*B + 0,34*AB………………(8)
Final Equation in Terms of Actual Factors :
Entrapment efficiency = +84,62883 +4,19417E-003*Kecepatan pengadukan -
6,80483*Lama pengadukan +3,35917E-003*Kecepatan pengadukan*Lama
pengadukan……………………………………………………………………(9)
Keterangan : A = faktor kecepatan pengadukan; B = faktor lama pengadukan; AB
= interaksi kedua faktor

Persamaan di atas menunujukkan bahwa faktor kecepatan pengadukan


pada persamaan coded memiliki koefisien sebesar 1,85 dan untuk persamaan
actual memiliki koefisien sebesar 4,19147E-003. Faktor lama pengadukan pada
persamaan coded memiliki koefisien sebesar -2,06 dan pada persamaan actual
memiliki koefisien sebesar -6,80483. Hasil tersebut disimpulkan bahwa faktor
kecepatan pengadukan memiliki efek meningkatkan entrapment efficiency
sedangkan faktor lama pengadukan memiliki efek menurunkan entrapment
efficiency.
Faktor kecepatan pengadukan merupakan faktor yang paling dominan
karena memberikan efek positif paling besar terhadap respon entrapment
efficiency. Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan
maka nilai entrapment efficiency yang dihasilkan semakin meningkat. Faktor yang
berupa lama pengadukan memberikan efek negatif terhadap respon entrapment
efficiency. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin lama waktu pengadukan yang
dilakukan maka nilai entrapment efficiency akan menurun. Interaksi antara kedua
faktor tersebut juga memberikan efek positif , hal ini memiliki arti bahwa adanya
interaksi dari kedua faktor tersebut juga dapat meningkatkan nilai entrapment
efficiency yang dihasilkan, namun nilai efek interaksi dari kedua faktor tersebut
lebih kecil daripada faktor kecepatan pengadukan, sehingga pengaruhnya terhadap
respon entrapment efficiency juga relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
efek kecepatan pengadukan.
Pada proses pengadukan, kecepatan dan lama pengadukan
memiliki pengaruh terhadap ukuran partikel yang mempengaruhi nilai entrapment
efficiency yang dihasilkan pada microspheres. Kecepatan pengadukan yang terlalu
lambat akan menghasilkan droplet yang akan menjadi microspheres memiliki
ukuran yang relatif besar sehingga proses pembentukan emulsi menjadi kurang
optimal yang mengakibatkan nilai entrapment efficiency yang dihasilkan pada
microspheres menurun. Sedangkan pengadukan yang terlalu cepat akan
menghasilkan ukuran partikel microspheres yang lebih kecil yang juga
berhubungan nilai entrapment efficiency pada suatu microspheres (Dashora & Jain
2009; garud &Garud 2012).
Lama pengadukan juga berpengaruh terhadap nilai entrapment
efficiency pada microspheres yang dihasilkan. Pengadukan yang terlalu singkat
mengakibatkan proses pembentukan emulsi untuk menjerap bahan aktif ke dalam
polimer yang digunakan untuk membentuk partikel microspheres belum
sempurna, sedangkan pengadukan yang terlalu lama dapat menurunkan ukuran
partikel microspheres yang dihasilkan yang mengakibatkan penurunan nilai
entrapment efficiency pada microspheres. Ukuran partikel yang terlalu kecil
mengakibatkan menurunnya kemampuan suatu partikel microspheres untuk
menjerap bahan aktif (Patel & Chavda 2009).Grafik contour plot mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat terhadap nilai entrapment efficiency dalam
bentuk dua dimesi dan tiga dimensi masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.7
dan4.8.
Berdasarkan Gambar 4.7, sumbu x mewakili faktor kecepatan pengadukan
menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan maka nilai entrapment
efficiency semakin meningkat yang ditandai dengan semakin merah warna yang
dihasilkan. Sumbu y yang mewakili faktor lama pengadukan menunjukkan bahwa
semakin lama pengadukan yang dilakukan maka entrapment efficiency yang
dihasilkan semakin menurun.
Gambar 4. 7 Contour plot 2D dari respon entrapment efficiency

Gambar 4. 8 Contour plot 3D dari respon entrapment efficiency


Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan bahwa semakin tinggi
bidang sumbu z maka nilai entrapment efficiency semakin meningkat yang
ditandai dengan semakin merah warna yang dihasilkan.

4.5 Hasil Penentuan Kekuatan Mucoadhesive


Kekuatan mucoadhesive merupakan respon yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan
mucoaadhesive microspheres dari mukosa lambung setelah diberi tekanan
tertentu. Uji kekuatan mucoadhesive dilakukan menggunakan lambung tikus dan
alat texture analyser yang dikoneksikan dengan komputer dan dioperasikan
menggunakan Exponent Lite software. Pengujian kekuatan mucoadhesive ini
menghasilkan data berupa grafik antara waktu dan kekuatan mucoadhesive. Hasil
data berupa grafik antara waktu dan kekuatan mucoadhesive dapat dilihat pada
Lampiran E.1-E.4. Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian nilai kekuatan
mucoadhesive masing-masing formula mucoadhesive microspheres.

Tabel 4. 6 Hasil pengujian nilai kekuatan mucoadhesive

Formula Pengadukan Rata-rata ± SD (g)

(1) 600 rpm selama 1 jam 54,167 ± 2,515


(A) 1000 rpm selama 1 jam 41,100 ± 0,529
(B) 600 rpm selama 2 jam 48,000 ± 1,652
(AB) 1000 rpm selama 2 jam 26,533 ± 0,416

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa, formula (1) dengan kecepatan


pengadukan 600 dan lama pengadukan 1 jam memberikan nilai rata-rata kekuatan
mucoadhesive yang paling besar yaitu 54,167 gram. Nilai rata-rata kekuatan
mucoadhesive terkecil terdapat pada formula (AB) yaitu 26,533 gram. Formula
(A) dan formula (B) menghasilkan nilai rata-rata kekuatan mucoadhesive yaitu
41,100 gram dan 48,000 gram. Hasil ini sesuai dengan penelitian Patel & Chavda
(2009) dan Dua et al., (2013) bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan yang
diberikan maka nilai kekuatan mucoadhesive menurun, sedangkan semakin lama
pengadukan yang dilakukan maka nilai kekuatan mucoadhesive juga menurun.
Hasil analisis One Way ANOVA dari software SPSS pada Lampiran F2
menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki sebaran data yang normal dan
homogen dengan nilai signifikansi >0,05 sehingga data yang diperoleh dapat
dilanjutkan ke analisis ANOVA. Hasil analisis ANOVA nilai kekuatan
mucoadhesive antar formula memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai respon kekuatan mucoadhesive antar formula memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui letak perbedaan signifikansi dari
nilai respon kekuatan mucoadhesive antar formula dilakukan analisis post hoc
(LSD). Tabel 4.7 menunjukkan perbandingan signifikansi antar formula pada nilai
kekuatan mucoadhesive. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa nilai respon
kekuatan mucoadhesive antar formula seluruhnya memberikan perbedaan yang
signifikan.
Tabel 4.7 Hasil analisis post hoc (LSD) nilai kekuatan mucoadhesive antar formula

Formula F(1) F(A) F(B) F(AB)


F(1) BS BS BS
F(A) BS BS BS
F(B) BS BS BS
F(AB) BS BS BS
*BS : Berbeda Signifikan
Pada proses pengadukan, kecepatan dan lama pengadukan memiliki
pengaruh terhadap ukuran partikel dan nilai kekuatan mucoadhesive yang
dihasilkan pada microspheres. Pengadukan yang terlalu cepat dan terlalu lama
akan menghasilkan ukuran partikel mucoadhesive microspheres yang lebih kecil
yang mengakibatkan berkurangnya jumlah gugus karboksilat pada carbomer yang
bertanggung jawab membentuk ikatan dengan asam sialat pada membran mukosa,
sehingga nilai kekuatan mucoadhesive menurun (Patel & Chavda 2009;Dua et al.,
2013).

4.5.1 Analisis Desain Faktorial pada Kekuatan Mucoadhesive


Hasil analisis software design expert 10 versi trial dari data respon
nilai kekuatan mucoadhesive menghasilkan hubungan antara (kecepatan dan lama
pengadukan) dan respon (kekuatan mucoadhesive) dalam persamaan umum desain
faktorial Y = B0 + BaXA + BbXB + BabXAXB dalam bentuk coded (yang digunakan
dalam bentuk notasi level) dan actual (yang digunakan dalam bentuk jumlah yang
sebenarnya) sebagai berikut :
Final Equation in Terms of Coded Factors :
Kekuatan mucoadhesive = +42,45 -8,63*A -5,18*B -2,10*AB ..................(10)
Final Equation in Terms of Actual Factors :
Kekuatan mucoadhesive = + 67,33333 - 0,011667*Kecepatan pengadukan +
6,43333*Lama pengadukan - 0,021000*Kecepatan pengadukan*Lama
pengadukan……………………………………………………………………(11)
Keterangan : A = faktor kecepatan pengadukan; B = faktor lama pengadukan; AB
= interaksi kedua faktor

Persamaan di atas menunujukkan bahwa faktor kecepatan pengadukan


pada persamaan coaded memiliki koefisien sebesar -8,63 dan untuk persamaan
actual memiliki koefisien sebesar -0,011667. Faktor lama pengadukan pada
persamaan coaded memiliki koefisien sebesar -5,18 dan pada persamaan actual
memiliki koefisien sebesar +6,43333. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor kecepatan dan lama pengadukan memiliki efek menurunkan kekuatan
mucoadhesive.
Faktor kecepatan pengadukan merupakan faktor yang paling dominan
terhadap penurunan kekuatan mucoadhesive, karena memiliki efek negatif yang
paling besar, artinya semakin tinggi kecepatan pengadukan maka nilai kekuatan
mucoadhesive menurun, hal tersebut terjadi karena kecepatan pengadukan yang
meningkat akan mengakibatkan penurunan ukuran partikel yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah gugus karboksilat pada polimer carbomer yang bertanggung
jawab membentuk ikatan dengan asam sialat pada jaringan mukosa. Faktor lama
pengadukan juga memberikan efek negatif terhadap kekuatan mucoadhesive
yang dihasilkan, artinya semakin lama pengadukan yang dilakukan, maka nilai
kekuatan mucoadhsive juga menurun, namun efek dari faktor tersebut lebih kecil
daripada faktor kecepatan pengadukan, sehingga tidak begitu berpengaruh
terhadap penurunan kekuatan mucoadhesive. Interaksi antara kedua faktor tersebut
juga memberikan efek negatif , hal ini dapat diartikan bahwa adanya interaksi dari
kedua faktor tersebut juga dapat menurunkan nilai kekuatan mucoadhesive yang
dihasilkan pada mucoadhesiv microspheres amoksisilin trihidrat.
Grafik contour plot mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat
terhadap kekuatan mucoadhesive dalam bentuk dua dimesi dan tiga dimensi
masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan4.10.

Gambar 4. 9 Contour plot 2D dari respon kekuatan mucoadhesive


Gambar 4. 10 Contour plot 3D dari respon kekuatan mucoadhesive

Berdasarkan Gambar 4.9, sumbu x mewakili faktor kecepatan


pengadukan menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan pengadukan maka
nilai kekuatan mucoadhesive semakin menurun yang ditandai dengan semakin
biru warna yang dihasilkan. Sumbu y yang mewakili faktor lama pengadukan
menunjukkan bahwa semakin lama pengadukan yang dilakukan maka kekuatan
mucoadhesive yang dihasilkan semakin menurun. Berdasarkan gambar 4.10
menunjukkan bahwa semakin tinggi bidang sumbu z maka nilai kekuatan
mucoadhesive semakin menurunyang ditandai dengan semakin biru warna yang
dihasilkan.
4.6 Overlay Plot
Overlay plot yang dihasilkan software design expert 10 versi trial
merupakan suatu grafik yang digunakan untuk menentukan daerah optimum yang
dihasilkan. Daerah optimum ditunjukkan dengan warna kuning yang merupakan
daerah yang memenuhi kriteria dari respon yang diinginkan. Daerah tersebut
menunjukkan kecepatan dan lama pengadukan yang dapat memenuhi kriteria
respon ukuran partikel, entrapment efficiency dan kekuatan mucoadhesive. Grafik
overlay plot dari mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat dapat dilihat
pada Gambar 4.11. Tabel 4.8 menunjukkan kriteria respon yang digunakan dalam
penentuan formula optimum.

Gambar 4. 11 Overlay plot

Tabel 4 .8 Kriteria Respon dalam Penentuan Formula Optimum


Respon Kriteria Nilai
Ukuran Partikel In range 300-800
Entrapmen Efficiency Target 100
Kekuatan Mucoadhesive Maximize 60

Pada penelitian ini dipilih formula optimum berdasarkan nilai respon


tertinggi dan nilai desirability yang mendekati satu. Kriteria kecepatan dan lama
pengadukan menjadi faktor yang diatur pada level rendah dan level tinggi,
sedangkan respon ukuran partikel, entrapment efficiency dan kekuatan
mucoadhesive diatur pada tingkat maksimum. Pengaturan tersebut memiliki
tujuan agar solusi yang ditawarkan oleh Design Expert memberikan hasil ukuran
partikel, entrapment efficiency dan kekuatan mucoadhesive yang sesuai dengan
yang diinginkan. Berdasarkan optimasi yang telah dilakukan menggunakan desain
faktorial, diperoleh 4 solusi dari faktor kecepatan dan lama pengadukan dalam
preparasi mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat yang dapat
memberikan respon sesuai yang diinginkan. Solusi-solusi tersebut ditunjukkan
pada Tabel 4.9.
Tabel 4. 9 Solusi yang ditawarkan oleh desain faktorial

Lama Ukuran Entrapment Kekuatan


Kecepatan
No Pengadukan Partikel Efficiency Mucoadhesive Desirability
Pengadukan
(jam) (µm) (%) (g)
1 1000 1 451,475 85,3773 41,1000 0,935
2 998,985 1,00626 450,756 85,3557 41,0093 0,935
3 996,805 1,00002 453,511 85,3531 41,2043 0,935
4 998,987 1,08849 441,182 85,0723 39,8114 0,933

Formula optimum yang dipilih berdasarkan solusi yang ditawarkan oleh


desain faktorial merupakan formula yang mempunyai nilai desirability yang
paling mendekati nilai satu yaitu 0,935 dengan memiliki nilai ukuran partikel
sebesar 451,475, nilai entrapment efficiency sebesar 85,3773 dan kekuatan
mucoadhesive sebesar 41,0000. Berdasarkan Tabel 4,8 dapat disimpulkan bahwa
formula optimum dihasilkan pada kecepatan pengadukan 1000 rpm dan waktu
pengadukan selama 1 jam.

4.7 Verifikiasi Mucoadhesive Microspheres Amoksisilin Trihidrat


Formula optimum terpilih yang didapatkan dari software design
expert dilakukan verifikasi yang meliputi ukuran partikel, entrapment efficiency
dan kekuatan mucoadhesive yang. Hasil percobaan (observatif) dari ketiga respon
dibandingkan secara statistik dengan prediksi respon yang dihasilkan dari desain
faktorial menggunakan uji-t (One Sample T-test) dengan taraf kepercayaan 95%.
Data dikatakan tidak berbeda bermakna apabila tingkat signifikansinya > 0,05 dan
sebaliknya data dikatakan berbeda bermakna apabila tingkat signifikansinya <
0,05 (Aufiya et al., 2012). Hasil verifikasi formula optimum dapat dilihat pada
Tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Verifikasi Formula Optimum
Hasil Nilai
Respon Hasil Observatif
Prediktif Signifikansi
Ukuran Partikel 451,475 454,456 ± 17,919 0,361
Entrapment Efficiency 85.377 85,509 ± 0,963 0,835
Kekuatan
41.100 40,633 ± 0,603 0,403
Mucoadhesive

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui hasil verifikasi formula optimum


mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat terhadap respon ukuran partikel,
entrapment efficiency, dan kekuatan mucoadhesive. Hasil prediksi respon dari
desain faktorial dibandingkan secara statistik dengan hasil percobaan (observatif)
menghasilkan nilai signifikansi untuk ukuran partikel sebesar 0,361; entrapment
efficiency sebesar 0,835; dan kekuatan mucoadhesive sebesar 0,403. Ketiga nilai
signifikansi tersebut >0,05, artinya hasil prediksi respon formula optimum dari
desain faktorial tidak berbeda bermakna dengan hasil percobaan (observatif),
sehingga desain yang digunakan dalam optimasi kecepatan dan lama pengadukan
dalam preparasi mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat tepat.

4.8 Karakterisasi Formula Optimum Mucoadhesive Microspheres


Amoksisilin Trihidrat
Formula optimum terpilih yang didapatkan dari software design expert
selanjutnya dilakukan karakterisasi yang meliputi drug loading, yield, analisis
FTIR, dan morfologi partikel.
4.8.1. Nilai Drug Loading
Drug loading merupakan salah satu karakteristik yang digunakan
untuk mengetahui seberapa efisien formula yang digunakan dalam preparasi. Nilai
drug loading didapatkan dari nilai entrapment efficiency dikalikan bobot
amoksisilin trihidrat dan dibagi dengan bobot mucoadhesive microspheres yang
didapat (Garud dan Garud, 2012). Nilai rata-rata drug loading yang dihasilkan
pada formula optimum sebesar 31,215 % ± 0,412 dan untuk hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.11. Hasil tersebut lebih besar daripada nilai rata-rata
drug loading mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat yang dihasilkan
dari penelitian Yellanki et al., (2010) yaitu sebesar 29,463 %.
Tabel 4. 11 Hasil pengujian drug loading formula optimum

Replikasi Drug Loading (%) Rata-rata ± SD (%)


1 31,134
2 30,850 31,215 ± 0,412
3 31,661
Faktor yang berpengaruh pada nilai drug loading diantaranya yaitu
konsentrasi polimer yang digunakan dan rasio fase internal dengan fase eksternal
yang digunakan pada proses emulsifikasi. Secara umum semakin tinggi
konsentrasi polimer yang digunakan maka akan meningkatkan nilai drug loading
yang dimiliki microspheres. Begitu juga semakin tinggi nilai rasio fase internal
dengan fase eksternal yang digunakan pada proses emulsifikasi maka akan
meningkatkan nilai drug loading yang dimiliki microspheres (Mao et al., 2012)
4.8.2. Nilai Yield
Yield merupakan suatau karakteristik yang digunakan untuk mengetahui
seberapa efisien metode yang digunakan untuk mendapatkan jumlah
mucoadhesive microspheres yang maksimal. Nilai yield didapatkan dengan
membandingkan bobot microspheres yang didapat dengan bobot microspheres
teoritis (Metkari et al., 2014). Hasil perhitungan nilai yield dapat dilihat pada
Tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Hasil pengujian yield formula optimum

Replikasi Berat Berat Yield (%) Rata-rata ± SD


sebenarnya (g) teoritis (g) (%)
1 1581,2 1908,7 82,417
2 1589,0 1908,8 83,246 82,387 ± 1,155
3 1547,8 1909,1 81,075

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai rata-rata yield dari formula
optimum yaitu 82,387 %. Hasil tersebut lebih besar dari nilai rata-rata yield
mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat yang dihasilkan dari penelitian
Yellanki et al., (2010) yaitu sebesar 78,843 %. Hal itu menunjukkan bahwa
metode solvent evaporation yang digunakan dalam preparasi mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat menghasilkan jumlah microspheres yang
maksimal dan efisien. Yield dapat dipengaruhi oleh viskositas larutan. Semakin
tinggi viskositas larutan menyebabkan larutan menjadi sukar mengalir dan
memungkinkan banyak bahan yang tertinggal atau menempel pada alat, selain itu
proses penyaringan yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab hilangnya
microspheres sehingga nilai yield turun (Yadav & Jain 2011).
4.8.3. Analisis FTIR
Analisis FT-IR digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak gugus fungsi
amoksisilin trihidrat dengan polimer carbomer dan etil selulosa yang berubah
setelah preparasi (Prem et al., 2017). Hasil analisis FTIR dapat diketahui dengan
menganalisis karakteristik gugus fungsi pada amoksisilin trihidrat murni, polimer
carbomer, etil selulosa, dan formula optimum sediaan mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat. Hasil analisis FTIR yaitu spektra dari suatu
bahan yang ditunjukkan dengan adanya gugus fungsi spesifik pada bilangan
gelombang tertentu.
Hasil spektra FTIR amoksisilin trihidrat murni dapat dilihat pada Gambar
4.12. Pada bagian A dengan bilangan gelombang 3455,16 cm-1 menandakan
terdapat gugus amida (N-H), bagian B pada bilangan gelombang 3391,07 cm-1
menunjukkan adanya gugus alkohol (O-H), bagian C diketahui serapan pada
bilangan gelombang 1773,79 cm-1 menunjukkan adanya gugus asam karboksilat
(C=O). Pada bilangan gelombang 1665,87 cm-1 yang ditunjuk oleh bagian D
menunjukkan adanya gugus amida (C=O), bagian E pada bilangan gelombang
1580,74 cm-1 menunjukkan adanya gugus amina primer (N-H), bagian (F) pada
bilangan gelombang 1518,35 cm-1 menunjukkan adanya gugus aromatik (C=C).
Pada bilangan gelombang 1313,89 cm-1 yang ditunjuk oleh bagiaan G
menandakan adanya gugus amina (C-N) dan pada bilangan gelombang 1249,59
cm-1 yang ditunjuk oleh bagian H menunjukkan adanya gugus asam karboksilat
(C-O) (Pavia et al., 2008). Dari penjelasan hasil spektra tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel amoksisilin trihidrat murni yang digunakan dalam
penelitian ini telah sesuai dengan karakteristik bahan aktif amoksisilin trihidrat.

Gambar 4. 12 Hasil spektra FTIR amoksisilin trihidrat

Hasil spektra FTIR polimer carbomer terdapat pada gambar 4.13. Pada
bagian A diketahui serapan pada bilangan gelombang 1708,39 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus asam karboksilat (C=O). Pada bagian B diketahui
serapan pada bilangan gelombang 1246,58 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
asam karboksilat (C-O) (Pavia et al., 2008 Dari hasil tersebut diketahui bahwa
polimer carbomer yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan
karakteristik bahan polimer carbomer..
Gambar 4. 13 Hasil spektra FTIR polimer carbomer

Hasil spektra FTIR polimer etil selulosa terdapat pada Gambar 4.14. Pada
bagian A diketahui serapan pada bilangan gelombang 2974,01 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus alkana (C-H). Pada bagian B diketahui terdapat
serapan pada bilangan gelombang 1102,76 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
eter (C-O) (Pavia et al., 2008). Dari hasil tersebut diketahui bahwa polimer etil
selulosa yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan karakteristik
bahan polimer etil selulosa.
Gambar 4. 14 Hasil spektra FTIR polimer etil selulosa

Hasil spektra FTIR mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat


terdapa pada gambar 4.15. Pada bagian A diketahui serapan pada bilangan
gelombang 3468,28 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus amida (N-H). Pada
bilangan gelombang 3350,23 cm-1 yang ditunjuk oleh bagian B menandakan
adanya gugus alkohol (O-H). Pada bilangan gelombang 1773,83cm-1 yang
ditunjuk oleh bagian C menandakan adanya gugus asam karboksilat (C=O). Pada
bilangan gelombang 1667,00 cm-1 yang ditunjuk oleh bagian D menandakan
terdapat gugus amida (C=O). Pada bilangan gelombang 1557,56 cm-1 yang
ditunjuk oleh bagian E menandakan terdapat gugus amina primer (N-H). Pada
bilangan gelombang 1518,89 cm-1 yang ditunjuk oleh bagian F menunjukkan
adanya gugus C=C aromatik. Pada bilangan gelombang 1249,11 cm-1 yang
ditunjuk oleh bagian G menunjukkan adanya gugus amina (C-N) dan gugus asam
karboksilat (C-O) (Pavia et al., 2008). Dari hasil identifikasi tersebut diketahui
bahwa spektra pada amoksisilin trihidrat murni juga ditemukan pada spektra
mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat.
Gambar 4. 15 Hasil spektra FTIR mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat

Hasil spektra FTIR mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat


menunujukkan gugus fungsi yang sesuai dengan karakteristrik struktur
mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat. Hasil FTIR mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat terdapat penambahan gugus fungsi pada
bilangan gelombang 1773,83 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus asam
karboksilat (C=O) dan pada bilangan gelombang 1249,11 cm-1 yang menunjukkan
adanya gugus asam karboksilat (C-O). Kedua gugus fungsi tersebut merupakan
karakteristik gugus fungsi yang dimiliki oleh polimer carbomer. Selain itu juga
terdapat penambahan gugus fungsi pada bilangan gelombang 2924,42 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus alkana (C-H) dan pada bilangan gelombang 1103,03
cm-1 yang menandakan adanya gugus eter (C-H). Kedua gugus fungsi tersebut
merupakan karakteristik gugus fungsi dari polimer etil selulosa. Hasil pengujian
FTIR dari bilangan gelombang amoksisilin trihidrat, carbomer, etil selulosa dan
mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Hasil FTIR amoksisilin trihidrat, karbomer, etil selulosa dan mucoadhesive
microspheres amoksisilin trihidrat

Bilangan Gelombang (cm-1)


Rentang
Mucoadhesive
Gugus Bilangan
Amoksisilin Etil Microspheres
Fungsi Gelomba Carbomer
Trihidrat Selulosa Amoksisilin
ng (cm-1)
Trihidrat
A 3475-
N-H amida 3455,16 3468,28
3150
B O-H 3400-
3391,07 3350,23
alkohol 3300
C C=O asam 1800-
1773,79 1773,83
karboksilat 1700
D 1680-
C=O amida 1665,87 1637,00
1630
E N-H amina 1640-
1580,74 1557,56
primer 1550
F C=C 1600-
1518,35 1518,89
aromatik 1475
G 1350-
C-N amina 1313,89 1249,11
1000
H C-O asam 1320-
1249,59 1249,11
karboksilat 1210
A C=O asam 1800-
1708,39 1773,83
karboksilat 1700
B C-O asam 1320-
1246,58 1249,11
karboksilat 1210
A 3000-
C-H alkana 2974,01 2924,42
2850
B 1120-
C-O eter 1102,76 1103,03
1100

Hasil spektra overlay spektra amoksisilin trihidrat dan mucoadhesive


microspheres amoksisilin trihidrat dapat dilihat pada Gambar 4.16. Berdasarkan
hasil pengujian FTIR dapat disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi antara
bahan aktif amoksisilin trihidrat dengan polimer carbomer dan etil selulosa yang
dapat mempengaruhi efek terapi amoksisilin trihidrat.
: Spektra amoksisilin trihidrat
: Spektra mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat

Gambar 4. 16 Hasil overlay spektra FTIR amoksisilin trihidrat dan mucoadhesive


microspheres amoksisilin trihidrat

4.8.4. Analisis Scanning Electron Microscope (SEM)


Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan alat yang berfungsi
untuk mengidentifikasi bentuk dan morfologi permukaan microspheres yang
divisualisasikan ke dalam sebuah gambar. Hasil identifikasi bentuk dan morfologi
permukaan formula optimum mucoadhesive microspheres amoksisilin trihidrat
dengan perbesaran 600 dapat dilihat pada Gambar 4.17
Berdasarkan Gambar 4.17 diketahui bentuk microspheres yang dihasilkan
sferis dengan permukaan yang relatif halus namun tidak rata, terdapat beberapa
rongga di permukaannya. Rongga pada permukaan microspheres tersebut terjadi
karena adanya penguapan pelarut yang semula terperangkap ke dalam matriks.
Pada saat preparasi, pengadukan yang dilakukan pada fase eksternal akan
membantu proses menguapnya pelarut fase internal sehingga bekas penguapan
tersebut membentuk rongga di permukaan microspheres.
Gambar 4.17 Hasil bentuk dan morfologi permukaan mucoadhesive microspheres
amoksisilin trihidrat perbesaran 600 kali

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil faktor kecepatan dan
lama pengadukan memiliki efek yang berbeda-beda terhadap respon ukuran
partikel, entrapment efficiency, dan kekuartan mucoadhesive, tetapi kedua faktor
tersebut memberikan hasil yang berbeda signifikan antar formula.

You might also like