You are on page 1of 1

2.

7 Lembaga atau Pranata Sosial


Kelembagaan menurut Wahyuni (2003) dikelompokkan ke dalam dua pengertian, yaitu institut
dan institusi. Institut menunjuk pada kelembagaan formal, misalnya organisasi, badan, dan
yayasan mulai dari tingkat keluarga, rukun keluarga, desa sampai pusat, sedangkan institusi
merupakan suatu kumpulan norma-norma atau nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga pengertian kelembagaan pertanian yang dimaksud
adalah kelembagaan formal, seperti sebuah organisasi ataupun institusi norma-norma yang
berkaitan dengan petani. Kelembagaan pertanian tumbuh dan dikembangkan dari, oleh, dan
untuk pelaku utama. Pelaku utama yang dimaksud adalah masyarakat di dalam ataupun di
sekitar kawasan pertanian.
Kelembagaan usahatani memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pelaku usahatani (Aruchelvan dan Viswanathan, 2006). Selama
ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan usahatani, terutama kelompok petani cenderung
hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai
upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar (Wahyuni, 2003).
Dalam hal ini lembaga dapat memiliki struktur yang tegas dan formal, dan lembaga dapat
menjalankan satu fungsi kelembagaan atau lebih. Kelembagaan pertanian memiliki delapan
jenis kelembagaan, yaitu 1) kelembagaan penyedia input, 2) kelembagaan penyedia modal, 3)
kelembagaan penyedia tenaga kerja, 4) kelembagaan penyedia lahan dan air, 5) kelembagaan
usaha tani, 6) kelembagaan pengolah hasil usaha tani, 7) kelembagaan pemasaran, 8)
kelembagaan penyedia informasi.
Dalam sistem pertanian dikenal juga istilah kelembagaan rantai pasok yakni hubungan
manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara beberapa
lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Komponen kelembagaan kemitraan rantai
pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi
antarpelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi
peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut. Bentuk kelembagaan rantai pasok
pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Ikatan antara
petani dan pedagang umumnya ikatan langganan, tanpa adanya kontrak perjanjian yang
mengikat antarkeduanya dan hanya mengandalkan kepercayaan. petani dan pedagang pada
pola ini juga sering melakukan ikatan pinjaman modal. Sedangkan pola kemitraan rantai pasok
pertanian adalah hubungan kerja di antara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan
mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Dalam kontrak
tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan kewajiban pihak-pihak
yang terlibat (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

You might also like