You are on page 1of 9

Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and

Hipertension Grade I

Judul Artikel : Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with


Pleural Effusion and Hipertention Grade I
Jenis Artikel : Case Report
Nama Penulis : Adi Napanggala, S. Ked.
Lembaga Afilasi : Redaksi Journal Medula
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro No.1
Bandar Lampung, Indonesia 35145
Korespondensi
- Alamat : Imam Bonjol Residences Blok C N0. 23
Sumberrejo, Kemiling, Bandar Lampung.
- Nomor Telepon : 082186933366
- Email : big.napanggala@yahoo.com

1
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

[Laporan Kasus]

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan Efusi Pleura dan


Hipertensi Tingkat I

Adi Napanggala
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Saat ini telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular di Indonesia, yang merupakan penyakit akibat
gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Seperti PPOK dan Hipertensi, PPOK yaitu penyakit paru
kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel
atau reversibel parsial. Hipertensi yaitu suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥140 mm
Hg (tekanan sistolik) dan/ atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik). Pasien laki-laki, usia 76 tahun, BB 55 kg,
datang dengan keluhan sesak yang makin memburuk sejak 1 bulan yang lalu. Tekanan darah 150/90
mmHg, pada pemeriksaan fisik didapatkan sela iga melebar (+), Perkusi hipersonor pada kedua lapangan
paru , pernafasan 29 x/menit, ronki basah sedang +/+ . Terdapat Efusi pleura. Masalah pada pasien ini
adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Efusi Pleura serta Hipertensi Derajat I. Penatalaksanaan
menurut konsensus PPOK, dan JNC 8.

Kata kunci: PPOK, efusi pleura, hipertensi, penatalaksanaan

Abstract
In this time, there is an increase in non-infectious diseases in Indonesia, which diseases is the effect of
lifestyle and degenerative diseases. Such as COPD and hypertension, COPD is a chronic lung disease
characterized by the air flow resistance in the airway that is progressive nonreversibel or partially
reversible. Hypertension is a condition in which a person's blood pressure is ≥140 mmHg (systolic
pressure) and / or ≥90 mmHg (diastolic pressure). Male patients, aged 76 years, BB 55 kg, comes with
shortness of worsening since one month ago. Blood pressure is 150/90 mmHg, the physical examination
found enlargement between the ribs (+), Percussion hipersonor in both lung fields, breathing 29 x / min,
wet crackles + / +. There is a pleural effusion. Problem in this patients is Chronic Obstructive Pulmonary
Disease with pleural effusion and Hypertension grade I. Management diseases by according to consensus
COPD, and JNC 8.

Keywords: COPD, pleural effusion, hypertension, management

Korespondensi: Adi Napanggala ‫ ׀‬big.napanggala@yahoo.com

Pendahuluan yang disebabkan oleh pajanan gas


Penyakit Paru Obstruktif Kronik berbahaya yang dapat memberikan
(PPOK) adalah penyakit paru kronik gambaran gangguan sistemik.
yang ditandai oleh hambatan aliran Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
udara di saluran napas yang bersifat diobati. Penyebab utama PPOK adalah
progressif nonreversibel atau reversibel rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
parsial., bersifat progresif, biasanya partikel gas berbahaya. Obstruksi
disebabkan oleh proses inflamasi paru saluran napas pada PPOK bersifat

2
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

ireversibel dan terjadi karena perubahan pasien bernafas dengan mulut mencucu,
struktural pada saluran napas kecil yaitu caries gigi (+), pada leher tidak terdapat
: inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet pembesaran kelenjar getah bening (-),
dan hipertropi otot polos penyebab pergerakan dada simetris, stem fremitus
utama obstruksi jalan napas. Kebiasaan melemah pada kedua lapangan paru-
merokok merupakan satu - satunya paru, sela iga melebar (+), perkusi
penyebab kausal yang terpenting dari hipersonor pada kedua lapangan paru
faktor penyebab lainnya.1 vesikuler (+) melemah pada kedua
Penyakit Hipertensi atau yang lapangan paru, ronkhi basah sedang
lebih dikenal penyakit darah tinggi yaitu pada kedua apeks paru, bunyi jantung I
keadaan seseorang apabila mempunyai dan II irregular, pada abdomen nyeri
tekanan sistolik ≥160 mmHg dan tekan (+), hepar teraba 1 jari di bawah
tekanan diastolik ≥ 80 mmHg secara arcus costae, tajam, rata, konsistensi
konsisten dalam beberapa waktu. kenyal, pada ekstremitas atas dan bawah
Penyakit hipertensi berdasarkan eutoni, eutrofi, gerakan bebas, kekuatan
penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 +4, nyeri sendi (-).
golongan, yaitu hipertensi essensial atau Pemeriksaan penunjang pada
primer dan hipertensi sekunder. pasien ini didapatkan laboratorium
Penyebab dari hipertensi essensial Hemoglobin (Hb) 10,8 gr/dL, Foto
sampai saat ini masih belum dapat thoraks anterior posterior (AP) :
diketahui. Prevalensi hipertensi
diseluruh dunia diperkirakan antara 15-
20%.2,3

Kasus
Pasien laki-laki, usia 76 tahun, Berat
Badan 55 kg, datang ke RS Abdul
Moeloek pada tanggal 12 Januari 2015
dengan keluhan sesak yang makin
memburuk ± 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri saat bernafas, nyeri
dada, disertai batuk berdahak yang
berulang. Riwayat merokok sejak umur
20 tahun hingga 60 tahun ± 32 batang
sehari (IB > 600). Sesak memburuk saat Gambar : Foto rontgen thorax AP
pasien beraktifitas dan sesak berkurang
saat pasien beristirahat. Pemeriksaan Bacaan hasil foto rontgen : Kualitas foto
fisik didapatkan kesadaran compos kurang baik, asimetris, trakea di tengah,
mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, tulang-tulang baik, sela iga melebar,
nadi 116 x/menit, pernafasan 29 diafragma tenting (-), parenkim paru :
x/menit, suhu 36,2ºC, infiltrat di apeks kiri dan kanan,
Status generalis, warna kulit hiperaerasi, efusi pleura.
kemerahan, penderita bertubuh kurus,
Pembahasan
rambut putih, lurus, tidak mudah
Diagnosa pasien yaitu Penyakit
dicabut, konjungtiva palpebra anemis
Paru Obstruksi Kronis dengan Efusi
(+), pernapasan cuping hidung (-),
pleura serta Hipertensi tingkat II.
pendengaran berkurang, terkadang
Diagnosis ini ditegakkan dari hasil

3
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai


pemeriksaan penunjang. tempat persemaian mikroorganisme
Faktor yang berperan dalam penyebab infeksi dan menjadi sangat
peningkatan penyakit PPOK adalah purulen. Timbul peradangan yang
kebiasaan merokok yang masih tinggi menyebabkan edema dan
(laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %), pembengkakan jaringan. Ventilasi,
pertambahan penduduk, industrialisasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul
polusi udara terutama di kota besar, di hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
lokasi industri, dan di pertambangan.4 memanjang dan sulit dilakukan akibat
Derajat berat merokok dengan Indeks mukus yang kental dan adanya
Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah peradangan.6
rata-rata batang rokok dihisap sehari Obstruksi saluran napas pada
dikalikan lama merokok dalam tahun, PPOK bersifat ireversibel dan terjadi
sehingga digolongkan : Ringan : 0-200, karena perubahan struktural pada
Sedang : 200-600, Berat : >600.1 saluran napas kecil yaitu : inflamasi,
Pasien diketahui merokok sejak fibrosis, metaplasi sel goblet dan
usia ± 20 tahun dan berhenti merokok di hipertropi otot polos penyebab utama
usia ± 60 tahun. Ketika pasien masih obstruksi jalan napas. Pada pasien
merokok, pasien menghisap ± 32 batang ditemukan ciri khas yang munkin
rokok sehari. Saat ini pasien sudah tidak ditemui pada pendertia PPOK, yaitu
merokok. Dirumah pasien, tidak ada Pink Puffer ( gambaran yang khas pada
yang merokok disekitar pasien. Jika emfisema, penderita kurus, kulit
dinilai melalui Indeks Brinkman, kemerahan), Blue Bloater ( pada pasien
didapatkan hasil : 32 batang rokok x 40 ini terdapat ronki basah di basal paru),
tahun merokok, didapatkan hasil 1.280 dan pursed – lips breathing (sikap
(tergolong perokok berat : lebih dari pasien yang bernapas dengan mulut
600). mencucu dan ekspirasi yang
Kebiasaan merokok merupakan memanjang).5-7
satu-satunya penyebab kausal yang Pemeriksaan penunjang yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor dilakukan pada pasien ini adalah Uji
penyebab lainnya, seperti Riwayat Spirometri. Uji Spirometri merupakan
terpajan polusi udara di lingkungan dan suatu alat sederhana yang digunakan
tempat kerja, Hipereaktiviti bronkus, untuk mengukur volume udara dalam
Riwayat infeksi saluran napas bawah paru. Alat ini juga dapat digunakan
berulang, Defisiensi antitripsin alfa - 1, untuk mengukur volume static dan
umumnya jarang terdapat di Indonesia. volume dinamik paru. Volume statik
Komponen-komponen asap rokok ini terdiri atas volume tidal (VT), Volume
merangsang perubahan-perubahan pada cadangan inspirasi (VCI), volume
sel-sel penghasil mukus bronkus dan cadangan ekspirasi (VCE), volume
silia. Selain itu, silia yang melapisi residu (VR), kapasitas vital (KV),
bronkus mengalami kelumpuhan atau kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas
disfungsional serta metaplasia.5 residu fungsional (KRF) dan kapasitas
Perubahan-perubahan pada sel- paru total (KPT). Contoh volume
sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini dinamik adalah volume ekspirasi paksa
cmukosiliaris dan menyebabkan detik pertama (VEP1) dan maximum
penumpukan mukus kental dalam voluntary ventilation (MVV). Nilai
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari normal setiap volume atau kapasitas

4
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

paru dipengaruhi oleh usia, jenis penggunaan obat kombinasi lebih


kelamin, tinggi badan, berat badan, ras sederhana dan mempermudah penderita,
dan bentuk tubuh.7,8 Berikan juga antiinflamasi 4
Pada uji spirometri, obstruksi tablet prednison 5 mg (3x perhari),
ditentukan oleh : % VEP1(VEP1/VEP1 Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut
pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 dalam bentuk oral atau injeksi
%. Hasil pemeriksaan Uji Spirometri intravena, berfungsi menekan inflamasi
pada pasien ini adalah (VEP1 / KVP < yang terjadi, dipilih golongan
70%; 50% < VEP1 < 80%), sehingga metilprednisolon atau prednison.
pasien digolongkan kedalam Derajat II : Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
PPOK Sedang.1,7,8 panjang diberikan bila terbukti uji
Untuk mencegah kemungkinan kortikosteroid positif yaitu terdapat
yang lebih buruk lagi, pada pasien ini perbaikan VEP1 pascabronkodilator
dilakukan penatalaksanaan secara meningkat > 20% dan minimal 250
umum PPOK, meliputi : edukasi, obat- mg.1
obatan, terapi oksigen, nutrisi, dan Berikan obat antibiotik golongan
rehabilitasi. fluoroquinolon dengan spectrum luas,
Edukasi PPOK diberikan sejak yaitu 1vial ciprofloksasin 500 mg (3x
ditentukan diagnosis dan berlanjut perhari). Kemudian berikan juga
secara berulang pada setiap kunjungan, mukolitik. Mukolitik hanya diberikan
baik bagi penderita sendiri maupun bagi terutama pada eksaserbasi akut karena
keluarganya. Edukasi yang disampaikan akan mempercepat perbaikan
yaitu Pengetahuan dasar tentang PPOK, eksaserbasi, terutama pada bronkitis
Obat – obatan (manfaat dan efek kronik dengan sputum yang viscous.
sampingnya), Cara pencegahan Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
perburukan penyakit, Menghindari bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan
pencetus (berhenti merokok), sebagai pemberian rutin, sehingga
Penyesuaian aktivitas untuk pasien. diberikan 1tablet ambroxol 30 mg (3x
Edukasi merupakan hal penting dalam perhari).
pengelolaan jangka panjang pada PPOK Lakukan pemantauan rutin
stabil, karena PPOK merupakan terhadap pemberian obat dengan
penyakit kronik progresif yang melihat keluhan pasien dan selalu cek
ireversibel.9,10 laboratorium untuk darah lengkap,
Obat-obatan yang diberikan kurangi pemakaian dosis obat jika
kepada pasien ini disesuaikan dengan mengalami perbaikan.
keluhan, hasil pemeriksaan yang ada, Terapi oksigen diberikan untuk
dan derajat penyakit, diberikan mengurangi sesak, meningkatkan
bronkodilator (kombinasi antikolinergik kualitas hidup dan mengurangi
dan agonis beta-2, seperti Ipratropium vasokonstriksi, diberikan sebanyak 2
bromide 20 mikrogram dan salbutamol liter permenit melalui nasal kanul. Pada
100 mikrogram) persemprot (sebanyak pasien ini, kemungkinan malnutrisi
3 semprot, diberikan 3x perhari) karena bertambahnya kebutuhan energi
Kombinasi kedua golongan obat ini akibat kerja muskulus respirasi yang
akan memperkuat efek bronkodilatasi, meningkat karena hipoksemia kronik
karena keduanya mempunyai tempat dan hiperkapnue yang menyebabkan
kerja yang berbeda. Disamping itu terjadi hipermetabolisme, sehingga
diperlukan keseimbangan antara kalori

5
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

yang masuk denagn kalori yang primer dan Hipertensi sekunder.


dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat Penyebab dari hipertensi essensial
diberikan secara terus menerus sampai saat ini masih belum dapat
(nocturnal feedings) dengan pipa diketahui. Kuranq lebih 90 % penderita
nasogaster. Dan pemasangan IV line hipertensi tergolong hipertensi essensial
untuk pemasukan obat IV dan cairan. sedangkan 10 % nya tergolong
Kemudian lakukan rehabilitasi hipertensi sekunder.2
terhadap pasien ini setelah diberikan Hipertensi sekunder adalah
pengobatan optimal guna meningkatkan hipertensi yang penyebabnya dapat
toleransi latihan dan memperbaiki diketahui antara lain kelainan pembuluh
kualitas hidup pasien penderita PPOK. darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (
Untuk terapi pembedahan belum hipertiroid ), penyakit kelenjar adrenal
diperlukan pada pasien ini.4,9,10 (hiperaldosteronisme) dan lainlain.
Setelah dilakukan pemeriksaan Prevalensi hipertensi di seluruh dunia
Rontgen Thoraks AP, diketahui pasien diperkirakan antara 15-20%. Pada usia
juga menderita Effusi Pleura. Effusi setengah baya dan muda, hipertensi ini
pleura yaitu suatu keadaan dimana lebih banyak menyerang pria daripada
terdapatnya cairan pleura dalam jumlah wanita.2,3
yang berlebihan didalam rongga pleura. Pada golongan umum 55 -64 tahun,
Dalam keadaan normal, jumlah cairan penderita hipertensi pada pria dan
dalam ronga pleura sekitar 10-20 ml. wanita sama banyak. Faktor resiko
Maka direncanakan untuk dilakukan hipertensi dapat dibagikan dalam 2
Torakosintesis pada pasien ini.11 kelompok, yaitu faktor resiko yang tidsk
Torakosintesis adalah pengambilan dapat diubah dan faktor resiko yang
cairan melalui sebuah jarum yang dapat diubah. Pasien ini terdapat faktor
dimasukkan di antara sela iga ke dalam yang tidak dapat diubah, seperti umur,
ronga dada dibawah pengaruh jenis kelamin, dan keturunan (ibu pasien
pembiusan lokal. Penyebab dan jenis riwayat hipertensi). Dan faktor yang
dari efusi pleura pada pasien ini dapat diubah, seperti stress, merokok,
biasanya dapat diketahui dengan pasien juga kurang berolahraga, dan
melakukan pemeriksaan terhadap konsumsi makanan dengan garam
contoh cairan yang diambil melalui berlebihan.
torakosintesis ini. Torakosintesis Klasifikasi hipertensi menurut
dilakukan untuk membuang cairan, JNC-VII 2003 yaitu dikatakan normal
untuk mendapatkan specimen guna jika ≤120 mmHg (sistolik) dan ≤ 80
keperluan analisis, dan untuk mmHg (diastolik). Dikatakan
menghilangkan dispneu.11 prehipertensi jika 120-139 mmHg
Riwayat hipertensi juga ada (sistolik) dan 80-90 mmHg (diastolik).
pada pasien ini. Penyakit hipertensi atau Dikatakan Hipertensi derajat 1 jika 140-
yang lebih dikenal penyakit darah tinggi 159 mmHg (sistolik) dan 90-99
yaitu suatu keadaan dimana tekanan mmHg(diastolik). Dikatakan hipertensi
darah seseorang adalah ~140 mm Hg derajat 2 jika ≥ 160 mmHg (sistolik)
(tekanan sistolik) dan/ atau ~90 mmHg dan ≥ 100 mmHg (diastolik). Sehingga
(tekanan diastolik).2 pada pasien ini dapat digolongkan
Penyakit Hipertensi berdasarkan Hipertensi derajat 1 karena tekanan
penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 darah pasien tersebut 150/90 mmHg.2,3
golongan yaitu Hipertensi essensial atau

6
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

Untuk mengatasi hipertensi Eosinofil sputum + -


pasien adalah dengan memberikan Neutrofil sputum - +
Makrofag sputum + -
edukasi tentang penyakit, pola hidup
sehat dan konsumsi makanan yang
rendah garam sarta larangan untuk Sumber : PDPI, 2003.
merokok. Berikan obat anti hipertensi
diuretik : hidroclorotiazid dengan dosis Secara keseluruhan, PPOK
12,5mg sebanyak 3x perhari selama 3 disebabkan oleh proses inflamasi paru
hari. Penghambat ACE/penghambat yang disebabkan oleh pajanan gas
reseptor angiotensin II : Captopril 25 berbahaya yang dapat memberikan
mg sebanyak 1x perhari – rutin kontrol gambaran gangguan sistemik.
tekanan darah dan konsumsi terus Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
menerus jika tekanan darahmasih tinggi. diobati. Kebiasaan merokok merupakan
Penghambat kalsium yang bekerja satu - satunya penyebab kausal yang
panjang : Nifedipin 30 mg sebanyak 2x terpenting, jauh lebih penting dari faktor
perhari selama 3 hari. Dan penghambat penyebab lainnya. Merokok juga faktor
reseptor beta : propanolol 40 mg resiko dari Hipertensi.12
sebanyak 3x perhari selama 3 hari. PPOK terdiri dari bronkitis
Pasien dengan hipertensi kronik dan emfisema atau gabungan
diharuskann rutin mengecek tekanan keduanya. Bronkhitis kronik sendiri
darah guna menghindari dampak yang ditandai dengan adanya batuk kronik
lebih buruk dari hipertensi. Diagnosis berdahak minimal 3 bulan dalam
banding pada kasus pasien ini adalah setahun, sekurang-kurangnya dua tahun
Asma. Pemilihan diagnosis banding berturut-turut, dan tidak disebabkan
didasarkan pada keluhan pasien. penyakit lainnya. Sedangkan emfisema
Pasien mengalami sesak nafas adalah suatu kelainan anatomis paru
yang terkadang hilang timbul dan yang ditandai oleh pelebaran rongga
semakin hari semakin memburuk. Asma udara distal bronkiolus terminal, disertai
dan PPOK adalah penyakit obstruksi kerusakan dinding alveoli.
saluran napas yang sering ditemukan di Obstruksi saluran napas pada
Indonesia, karena itu diagnosis yang PPOK bersifat ireversibel dan terjadi
tepat harus ditegakkan karena terapi dan karena perubahan struktural pada
prognosisnya berbeda. saluran napas kecil yaitu : inflamasi,
Adapun karakteristik dari Asma fibrosis, metaplasi sel goblet dan
dan PPOK bisa dilihat pada tabel hipertropi otot polos penyebab utama
dibawah ini : obstruksi jalan napas.8
Faktor prognosis pada pasien ini
Tabel Perbedaan Asma, dan PPOK quo ad vitam : dubia ad bonam, Quo ad
functionam : dubia ad malam, Quo ad
Asma PPOK sanactionam : dubia.
Timbul pada usia muda ++ -
Sakit mendadak ++ - Simpulan
Riwayat merokok +/- +++ Penyakit Paru Obstrutif Kronik
Riwayat atopi ++ +
Sesak berulang +++ + (PPOK) adalah penyakit paru kronik
Batuk kronik berdahak + ++ yang ditandai oleh hambatan aliran
Hiperaktiviti bronkus +++ + udara di saluran napas yang bersifat
Reversibility obstruksi ++ - progressif nonreversibel atau reversibel
Variability harian ++ +

7
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

parsial., bersifat progresif, biasanya Departemen Kesehatan R.I.,


disebabkan oleh proses inflamasi paru Jakarta, 2003.
yang disebabkan oleh pajanan gas 5. Halim, Hadi. 2007. Penyakit-
berbahaya yang dapat memberikan penyakit Pleura. Dalam: Buku
gambaran gangguan sistemik.1,6,7 Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Penatalaksanaan PPOK harus Sudoyo AW, ae al. Edisi 4, Jilid
sesuai derajat PPOK pasiennya. II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Disamping pemberian obat-obatan, Departemen IPD FKUI; hal.
penderita PPOK perlu diberikan edukasi 1056-60.
yang adekuat. Begitupun pada pasien 6. Antonio et all 2007. Global
Hipertensi. Prognosis apabila keduanya Strategy for the Diagnosis,
terjadi bersamaan adalah dubia ad Management, and Prevention of
malam jika tidak segera mendapatkan Chronic Obstructive Pulmonary
penatalaksanaan yang tepat. Disease. USA, p. 16-19 Didapat
dari :
Daftar Pustaka http://www.goldcopd.com/Guide
lineitem.asp. [Diakses tanggal
1. PDPI. Pedoman Diagnosis & 22 April 2015].
Penatalaksanaan Penyakit Paru 7. Drummond MB, Dasenbrook
Obstruktif Kronis Di Indonesia, EC, Pitz MW, et all 2011.
2003. Available URL: Inhaled Corticosteroids in
http://www.klikpdpi.com/Konse Patients With Stable Chronic
nsus/ppok.html. Obstructive Pulmonary Disease.
2. James PA, Oparil S, Carter BL, Journal of American Medical
Cushman WC, Himmelfrab CD, Association, p. 2408-2416.
Handler J, et al.2014 Evidence- [Diakses tanggal 23 April 2015].
Based Guideline for the 8. Riyanto BS, Hisyam B 2006.
Management of High Blood Obstruksi Saluran Pernafasan
Pressure in Adults Report From Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit
the Panel Members Appointed to Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat
the Eighth Joint National Penerbitan Departemen IPD
Committee (JNC 8) [published FKUI, p. 984-5.
online December 18, 2013]. 9. Promosi Kesehatan. Jejaring
Journal American Medical Nasional Pencegahan dan
Association. 2013 [Diakses Penaggulangan Penyakit Tidak
tangal 23 April 2015]. Menular. Departemen
3. Page MR. The JNC 8 Kesehatan R.I., 2005.
Hypertension Guidelines: An 10. Rani AA 2006. Panduan
IN-Depth Guide [published Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat
online January 21, 2014]. The Penerbitan Departemen IPD
American Journal of Managed FKUI, p. 105-8.
Care. 2014 [Diakses tanggal 01 11. McGrath E. Diagnosis of Pleural
Mei 2015]. Available from Effusion: A Systematic
www.ajmc.com. Approach. American Journal of
4. R.1. Kebijakan dan Strategi Critical Care 2011 ; 20: 119-
Nasional Pencegahan dan 128. [Diakses tanggal 22 April
Penanggulangan PTM. 2015].

8
Adi Napanggala ‫ ׀‬Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD) with Pleural Effusion and
Hipertension Grade I

12. Slamet H 2006. PPOK Pedoman


Praktis Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta:. p. 1-18.

You might also like