You are on page 1of 28

KERAMIK & BATU BATA

 KERAMIK Berasal Dari Bahasa Yunani


KERAMOS Yang Berarti Bahan Yang
Dibakar. 1

 Bahan baku keramik berupa oksida-


oksida mineral yang terdapat di alam
berupa batuan atau pelapukan batuan.
jenis oksida mineral tsb. meliputi :
Sio2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O
Dan Na2O. Oksida-oksida ini banyak
terdapat pada tanah liat (lempung),
dalam bentuk LEMPUNG, FELDSPAR,
KWARSA dan BATU KAPUR.
1. LEMPUNG/TANAH LIAT
2

Lempung : jenis tanah hasil penguraian


batuan alam yang mengandung mineral
Alumina Silikat Hidrat. Jenis tanah ini bersifat
plastis, bila dipanasi pada suhu tinggi akan
mengeras. Lempung terdiri dari butiran halus
yang mengandung bermacam-macam mineral,
sehingga pada umumnya lempung tidak
mempunyai susunan kimia tertentu.
Jenis Lempung (Kandungan Material)
3
a. Lempung Kaolinit :
 Susunan kimianya : Al2O3.2SiO2.2H2O disebut
mineral kaolin.
 Lempung ini berwarna putih bila kadar besinya
rendah.
b. Lempung Monmorilonit :
 Berwarna kelabu hingga hijau, bila basah bersifat
sangat plastis dan mudah mengembang, bila kering
keras dan mudah hancur.
 Karena sifatnya yang mudah mengembang, serta sifat
susut kering yang tinggi maka lempung jenis ini jarang
dipakai.
Jenis Lempung (Kandungan Material)
4
c. Lempung Illit
Lempung ini mengandung illit yaitu sejenis kristal
hidromika yang mempunyai sifat susut muainya rendah.
d. Lempung Klorit
Bentuk kristalnya monokolin, warna khas hijau dan
berkilap kaca hingga pudar seperti tanah. Bersifat susut
bakar rendah sehingga baik untuk bahan keramik.
Jenis Lempung (Cara Terbentuknya)
5
a. Lempung Primer :
 Berupa lempung residu, yang terdapat di sekitar
batuan induknya yang lapuk.
 Lempung ini tidak tercampur dengan bahan lain.
Sebagai contoh, lapuknya flespar akan membentuk
kaolin yang bercampur silika.
 Lempung kaolin ini bersifat baik sebagai keramik
putih.
Jenis Lempung (Cara Terbentuknya)
6
b. Lempung Sekunder/Endapan :
 Berasal dari lempung lapukan batuan induk, yang
terbawa arus air, angina atau es, sehingga jauh dari
batuan asalnya kemudian mengendap di suatu tempat.
 Jenis lempung ini antara lain :
 Lempung Alluvial (lempung yg mengendap sepanjang
aliran sungai, rawa atau cekungan di darat),
 Lempung Estuarin (yang mengendap di muara sungai),
 Lempung Lakustrin (lempung danau atau rawa),
 Lempung Marine ( lempung yang mengendap di laut ),
 Lempung Glacial (yang terbawa angin atau aliran es ).
2 . F E LS PA R
7

Felspar merupakan jenis batuan yang tidak terlalu


keras, tersusun dari mineral Alumina Silikat. Felspar di
industri keramik dipakai sebagai bahan pelebur
(merendahkan suhu leleh), glasir, gelas/kaca.
Ada dua jenis :
1) Flespar Kalium (mengandung K2O) disebut
Orthoclase feldspar.
2) Felspar Natrium (mengandung Na2O) disebut
Plagioclase Felspar.
3. KWARSA
8

Berbentuk batuan keras atau pasir. Dalam industri


keramik kwarsa digunakan sebagai :
 Campuran pembuatan keramik putih dan keramik
halus.
 Campuran pembuatan glasir dan email.
 Bahan dasar pembuatan gelas atau kaca.
 Bahan dasar pembuatan batu tahan api jenis silika.
Pasir kwarsa kadar tinggi dipakai sebagai bata silika
alam untuk bata tahan api.
4. BATU KAPUR
9

Dalam industri batu kapur digunakan


sebagai bahan campuran keramik.
PROSES PEMBUATAN KERAMIK
10

A. Penyiapan Bahan Mentah


B. Pembentukan Produk Keramik
C. Pengeringan
D. Pembakaran
A. Penyiapan Bahan Mentah
11

Penyiapan bahan mentah, meliputi : penggalian


bahan mentah, penimbunan dan penggilingan.
a. Penggalian bahan mentah, bahan mentah keramik
lempung/tanah liat. Sebagian besar lempung
berbentuk endapan yang terletak di permukaan bumi
sehingga penggaliannya dengan cara terbuka.
b. Penimbunan, bahan mentah hasil galian ditimbun
dulu. Selama penimbunan, lempung diairi atau ,
direndam, agar tidak lapuk dan untuk melarutkan
garam sulfat yang merugikan. Pada saat penimbunan
dilakukan pencampuran dengan bahan pasir.
1. Penyiapan Bahan Mentah
12
c. Penggilingan,
 Lempung yang berbentuk bongkahan yang keras, harus
digiling terlebih dahulu.
 Penggilingan dilakukan dengan menggunakan kollegrang
yang dasarnya berlubang untuk mendapatkan susunan
butiran yang lebih homogen.
 Selama digiling, bahan yang sudah menjadi tepung ditambah
air sambil digiling, hingga berbentuk lempung basah. Untuk
mendapatkan lempung yang lebih homogen, dilakukan
penggilingan lagi di pugmill (mixer). Kemudian, bahan
diolah lagi di dalam extruder. Dalam extruder lempung
diaduk dan ditekan, hingga dihasilkan lempung yang benar-
benar padat berbentuk kolom segi empat atau bulat.
B. Pembentukan Produk Keramik
13

Proses pembentukan produk keramik sangat


menentukan sifat fisik suatu produk keramik. Cara
pembentukan keramik tergantung pada : tujuan
pemakaian, sifat bentuknya dan bahan dasarnya. Ada
empat cara proses pembentukan produk keramik, :
a. Proses lempung lembek (Soft mud process).
b. Proses lempung kaku (Stiff mud).
c. Proses lempung masa slip.
d. Proses lempung kering.
a. Proses Lempung Lembek
(Soft mud14 process)
 Cara ini biasanya untuk membentuk produk
keramik yang dikehendaki, sehingga dapat
dilakukan dengan tangan.
 Tidak dapat dikerjakan dengan alat lain, misalnya
produk keramik halus yang dilakukan dengan cara
proses putar.
 Kadar air proses lembek ini sekitar 25 – 40%, dengan
syarat lempung masih kuat menahan beratnya
sendiri sehingga tidak terjadi perubahan bentuk.
b. Proses Lempung Kaku
(Stiff Mud)
15

 Masa yang dipakai berupa lempung kaku yang


cukup berat bila dicetak/dibentuk dengan tangan.
 Kadar air proses lempung kaku antara 15 – 30%.
 Memerlukan alat pembentuk extruder.
 Biasanya dipakai untuk pembuatan produk
keramik berat dan keramik bahan bangunan,
yaitu : genteng keramik, bata merah, bata
berlubang, pipa tanah dan bentuk produk keramik
kasar lainnya.
c. Proses Lempung Masa Slip
16
 Cara ini dipakai bila lempung yang akan dicetak
disiapkan dalam bentuk bubur yang halus sekali dan
berbentuk lumpur cair.
 Biasanya lempung terdiri dari susunan butiran yang
halus sekali.
 Kandungan air lempung ini 12 – 50%.
 Cara ini biasanya dilakukan dengan membuat cetakan
dari gips yang telah dibakar dan dengan cara mencetak
tersebut dapat dibuat produk yang sama.
 Selain itu,juga memungkinkan untuk membentuk benda
yang sulit dibentuk dengan cara tangan atau mesin,
biasanya produk sanitair (closet, wastafel, dll).
d. Proses Lempung Kering
17

Kadar air proses lempung kering antara 4% – 12%.


Cara membentuknya biasanya dengan alat tempa
(press) yang bertekanan tinggi untuk mendapatkan
produk yang mempunyai kepadatan tinggi.
Cara ini umumnya dipakai untuk membuat produk
keramik yang mempunyai kepadatan tinggi tetapi hasil
bakarannya tidak sampai meleleh, antara lain :
produk ubin keramik, bata klinker dan bata tahan api.
C. Pengeringan
18

 Pada saat keramik selesai dibentuk, kandungan


kadar air antara 7%-30 % sehingga keramik masih
dalam kondisi mentah dan basah. Kadar air harus
dikurangi dengan cara dikeringkan terlebih dahulu,
sebelum dilakukan proses pembakaran. Tujuannya
saat dibakar tidak banyak terjadi kerusakan, tidak
berubah sifat maupun bentuknya.
 Pada saat pengeringan, akan terjadi penyusutan
karena air di dalam bahan mentah akan menguap.
 Penyusutan akan terhenti apabila air yang menguap
telah mencapai ± ½ - 1/3 kali. Apabila penyusutan
telah selesai, maka produk kering sudah tidak
mengalami perubahan bentuk lagi.
C. Pengeringan
19

Pengeringan produk keramik mentah dilakukan dengan


2 cara, yaitu :
a. Pengeringan alami, yaitu dengan memanfaatkan
panas matahari dan suhu di sekitar benda.
Kecepatan pengeringan alami tergantung oleh suhu
udara di sekitarnya, kelembaban udara dan
kecepatan angin.
b. Pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan
tungku pemanas sehingga radiasi panas dari tungku
dimanfaatkan untuk mengeringkan keramik mentah
tadi.
D. Pembakaran
20

 Pembakaran produk keramik bertujuan untuk


mendapatkan produk yang bersifat tidak berubah
bentuknya, keras, kuat menahan beban, tahan air, padat
dan tahan terhadap pengaruh cuaca.
 Tahapan proses pembakaran keramik, antara lain :
1) Tahap penguapan air, kadar air turun ± 3% – 10%.
Pembakaran dilakukan secara perlahan dengan suhu
40-150ºC untuk menghindari penguapan secara
mendadak yang menyebabkan retak. Kenaikan suhu
pembakaran biasanya diatur antara 5 atau 10ºC/jam.
D. Pembakaran
21

b. Tahap Penguapan air mineral, air yang terkandung


di dalam masa lempung tidak lepas pada suhu di
bawah 200ºC dan air terlepas pada suhu 500ºC -
700ºC. Pada tahap ini, benda keramik menjadi lebih
berpori dan kurang kuat.
c. Tahap Pembakaran cepat. Pada tahap ini terjadi
sedikit peleburan pada dinding partikel lempung
sehingga partikel satu dengan yg lainnya melekat.
Untuk beberapa produk keramik yang memerlukan
penyerapan air rendah, maka dilakukan peleburan
lebih lanjut sehingga pori-pori yang ditinggalkan air
bebas maupun air mineral menjadi tertutup.
BATU BATA
22

Jenis-jenis Batu Bata :


A. Bata Merah Biasa
B. Bata Merah Berlubang
C. Bata Merah Pelapis
D. Bata Merah Berongga
E. Bata Merah Klinker
A. Bata Merah Biasa
23

 Kuat Tekan :
 50 kg/cm2  produk industri kecil.
 150 – 200 kg/cm2  produk industri
menengah/besar
 Daya Serap :
 40%  produk industri kecil.
 20–24%  produk industri menengah/besar
 Di dalam bata merah tidak boleh mengandung garam
sulfat, karena bila mengering akan mengkristal yang
merusak jaringan tanah di dalam bata.
A. Bata Merah Biasa (lanj)
24
 Ukuran bata merah biasa menurut SII 021 :
M 6 : 55x110x230 mm → Untuk pasangan tembok ½ bata.
 M 5a : 65x90x190 mm → Untuk pasangan tembok ½ bata.
 M 5b : 65x140 x190 mm→ Untuk pasangan tembok ½ bata.
 Penyimpangan ukuran : panjang mak 4 mm, lebar dan tebal mak 2
mm. Penyimpangan ukuran yang besar mengakibatkan ketebalan siar
adukan bata tidak sama tebal.
 Tebal siar maks pasangan bata : 3 mm,bila tebal siar > 3 mm maka
kekuatan tembok turun 15 %.
B. Bata Merah Berlubang
25

 Menurut SII 0604-81 bata berlubang : bata yang pada


permukaannya terdapat lubang-lubang, dan jumlah luas
lubang 15 – 35 % luas penampang batanya.
 Mutu bata berlubang lebih tinggi dari bata biasa.
 Bata jenis ini terdapat 5 kelas menurut kuat tekannya :
250, 200, 150, 100 dan 50 kg/cm2.
 Penyerapan bata berlubang < 20 %.
 Bata Berlubang dipakai pada konstruksi tembok
pemikul, kecuali untuk yang mutu rendah untuk partisi.
C. Bata Merah Pelapis
26

 Cara pembuatannya sama dengan bata berlubang.


 Ukuran sama dgn bata biasa dengan ketebalan 10
mm.
 Penyimpangan ukuran panjang dan lebar mak 2 %.
 Penyerapan air mak 15 % dan tidak boleh mengandung
garam sulfat.
 Penggunaannya untuk melapis dinding.
D. Bata Merah Berongga
27

 Bata berongga berlubang pada salah satu penampang sisi


bata, berjumlah 35 – 75 % luas penampangnya. sering
disebut bata karawang.
 Bata berongga digunakan untuk elemen pembentuk
balok/tiang yang menahan beban lentur seperti balok
beton dan pengisi untuk pembuatan dinding dan lantai.
E. Bata Klinker
28

 Sering disebut jenis bata keramik bakaran keras (vitreous


brick), dimana bata ini dibakar pada suhu hampir mencapai
titik lelehnya.
 Bahan bakunya tanah liat tahan api dicampur dengan atau
tanpa serpih (lempung keras) yang bermutu baik.
 Pembuatannya dibentuk dengan proses lempung kaku ( stiff
mud) dengan pres tekanan tinggi sehingga mencapai
kepadatan yang optimal.
 Suhu pembakaran yang digunakan biasanya 1200 ºC.
 Bata klinker terutama dipakai untuk melapis permukaan jalan
raya. Bata jenis ini belum dibuat di Indonesia

You might also like