Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
arteri, vena dan kapiler. Arteri adalah pembuluh darah yang meninggalkan
jantung dan umumnya membawa darah yang kaya oksigen kecuali yang menuju
paru-paru sebaliknya vena adalah pembuluh yang menuju jantung dan umumnya
2002).
Arteri yang keluar dari jantung disebut aorta yang merupakan arteri paling
besar kemudian bercabang menjadi arteri dan bercabang lagi menjadi yang lebih
kecil yang dikenal dengan arteriol. Kapiler merupakan akhir dari arteriol dan
awal dari venula yaitu vena kecil-kecil yang kemudian menuangkan darah ke vena
yang lebih besar dan dilanjutkan ke vena cava yang akan berakhir di jantung
(Price, 2002).
Dinding pembuluh darah terdiri dari terdiri dari 3 (tiga) lapisan, dari luar ke
dalam yaitu: tunika adventisia, tunika media dan tunika intima. Tunika
adventisia memberikan kekuatan utama pada pembuluh darah dan terdiri atas
berkas fibril kolagen, serabut elastis, fibroblast dan beberapa sel otot polos.
Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos, jaringan elastin, proteoglikan,
glikoprotein dan jaringan kolagen. Tunika intima terdiri dari selapis sel endotel
11
12
yang bersentuhan langsung dengan darah yang mengalir dalam lumen, dan selapis
pembuluh darah arteri lebih tebal dibandingkan dengan vena walaupun keduanya
memiliki tiga lapisan tersebut sementara dinding kapiler hanya terdiri dari satu
Sel endotel dulu dianggap sebagai sel inert yang memungkinkan pergerakan
zat ke dalam dan keluar dinding sel. Pengertian terbaru adalah bahwa sel endotel
agak dinamis dan memiliki berbagai fungsi dan fungsi sel endotel akan berubah
2.1.2 Aterosklerosis
yang lebih besar seperti aorta, cabang-cabangnya yang besar dan arteri berukuran
sedang seperti yang menyuplai untuk daerah ekstremitas, otak, jantung dan organ
aterosklerosis) terdiri dari masa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrous
kompleks antara leukosit, trombosit dan sel-sel dari dinding pembuluh darah
(Omoigui, 2007).
13
pada arteri dapat berkembang menjadi lebih berat (Dessi, et al., 2013). Salah satu
beberapa bentuk cedera tunika intima yang mengawali inflamasi kronis dinding
LDL
LDL teroksidasi
Plak Halus
Ruptur plak
Gambar 2.1
Peranan LDL dalam aterosklerosis
( sumber Rackley dalam Price, 2002)
14
nitrat (NO) dan gangguan vasodilatasi. Dalam hal ini LDL teroksidasi berperan
terbentuk dari asam amino arginin melalui Nitric Oxide Synthase (NOS). Ada
tiga bentuk NOS; neuronal NOS (nNOS atau NOS1), endothelial NOS (eNOS
atau NOS2), dan inducible NOS (iNOS atau NOS3). Dengan adanya disfungsi
vasodilatasi.
terhadap radikal bebas dalam sel endotel dinding arteri menyebabkan terjadinya
Hiperkolesterolemia memacu adhesi monosit, migrasi sel otot polos sub endotel,
15
dan penimbunan lipid dalam makrofag dan sel-sel otot polos. Apabila terpajan
dengan LDL yang teroksidasi, makrofag menjadi sel busa (foam cell), yang
beragregasi dalam lapisan intima, yang terlihat secara makroskopis sebagai bercak
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada
dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau
perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada
makrofag.
Sel T sistem imun serta makrofag akan tertarik ke dalam lesi aterosklerotik
seiring dengan semakin bertambahnya usia lesi. Secara keseluruhan, lesi tersebut
telah terbukti memiliki banyak karakteristik infeksi ringan. Sel otot polos dan sel
endotel juga menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang terlibat dalam
migrasi dan proliferasi sel, dan terdapat bukti adanya shear stress response
elements di DNA yang mengapit gen-gen relevan di sel endotel (McPhee dan
Ganong, 2006).
16
2.2 Kolesterol
esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis
di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan precursor asam empedu dan
hormon steroid di dalam tubuh (NCEP, 2002 ; Botham dan Mayes, 2006).
partikel yang mengandung lipid dan protein. Tiga kelas utama lipoprotein yang
ditemukan dalam serum adalah low density lipoproteins (LDL), high density
lipoproteins (HDL), dan very low density lipoproteins (VLDL) (NCEP, 2002).
mengambil kolesterol dari sel perifer dan memindahkannya ke hati tempat zat ini
Kolesterol LDL merupakan bagian paling besar dalam kolesterol serum total
yaitu sebanyak 60-70 % dan memiliki satu apolipoprotein yaitu apo B-100 (apo
B). LDL adalah lipoprotein yang berperanan besar dalam proses terjadinya
kolesterol. HDL yang terkandung dalam kolesterol serum total adalah sebanyak
20-30 %. Apolipoprotein yang utama dalam HDL apo A-I and apo A-II. Kadar
dan menjaga pembuluh darah dari proses aterosklerosis. VLDL adalah lipoprotein
yang kaya akan trigliserida dan terkandung sebanyak 10-15 % dari kolesterol
serum total. Apolipoprotein utama dalam VLDL adalah apo B-100, apo Cs (C-
17
I, C-II, and C-III), and apo E. VLDL diproduksi di hati dan merupakan precursor
2.3 Hiperkolesterolemia
atau trigliserida serum di atas batas normal (Prince, 2002). Kadar kolesterol
serum normal adalah di bawah 200 mg /dl, sedangkan kadar 200-239 mg/dl
perbatasan yang mengarah tinggi (borderline high), lebih atau sama dengan 240
ateroma. Kadar optimal LDL serum adalah di bawah 100 mg/dl, mendekati
optimal 100-129 mg/dl, 130-159 mg/dl perbatasan, 160-189 mg/dl tinggi dan
lebih besar atau sama dengan 160 mg / dl kategori sangat tinggi (NCEP, 2002).
dan keparahan aterosklerosis. Aterogenesis telah terjadi ketika kadar LDL serum
mencapai perbatasan (130-159 mg/dl) dan bertambah cepat bila kadarnya tinggi
(160-189 mg/dl) dan kadar sangat tinggi (≥190 mg/dl) (NCEP, 2002). Jumlah
darah melebihi normal. Tikus memiliki kadar kolesterol total normal dengan nilai
HDL dalam darah sehingga dikenal dengan dislipidemia. Kadar kolesterol HDL
plasma darah tikus yang normal yaitu ≥35 mg/dL (Schaerfer, et al. dalam
Hartoyo, dkk., 2008), ambang batas normal LDL pada tikus adalah 7-27,2 mg/dl.
bila memiliki kadar LDL kolesterol serum dibawah 80 mg/dl (NCEP, 2002).
sekelompok atom dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah
bentuk radikal yang sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang sangat
seluruh tipe makromolekul seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam
nukleat. Radikal bebas yang telah dikenal diantaranya adalah Reactive Oxygen
pengurangan univalen triplet molekul oksigen (3O2). Proses ini dimediasi oleh
enzim seperti NAD (P) H oksidase dan xantin oksidase atau non enzimatik oleh
nonenzimatik menjadi non radikal spesies hidrogen peroksida dan oksigen singlet.
Pada keadaan berkurangnya transisi ion logam dalam tubuh (misalnya, ion besi
yang sangat reaktif (OH •). Atau, hidrogen peroksida dapat diubah menjadi air
nitrogen guanido-terminal dari L-arginin. Proses ini dikatalisis oleh enzim NOS.
spesies nitrogen reaktif (RNS) seperti nitrosonium kation (NO +), nitroxyl anion
Radikal bebas, reaktif oksigen dan nitrogen spesies, ROS / RNS, memainkan
peran pedang bermata dua karena di satu sisi memiliki fungsi fisiologis penting
gangguan dan penyakit. Salah satu contoh tersebut adalah oksidasi low density
terhadap LDL akan menyebabkan terjadinya oksidasi LDL (ox-LDL) yang lebih
seperti SR-A1, SR-A2, dan reseptor lektin LDL teroksidasi (LOX-1). Ox-LDL
dapat meningkatkan ekspresi reseptor LOX-1 pada sel endotel dan mengaktifkan
sel-sel ini. Selain itu, ox-LDL mengakibatkan pertumbuhan dan migrasi sel otot
spesies oksigen reaktif yang secara fisiologis melawan agen berbahaya yang
masuk ke dalam tubuh, tetapi bila berlebihan, dapat menyebabkan keadaan stres
Stres oksidatif terjadi pada saat adanya ketidak seimbangan yang diakibatkan
stres oksidatif, dihasilkan oleh reaksi oksidasi berbagai jenis polyunsaturated fatty
acid (PUFA) dalam LDL. Oksidasi LDL akan merangsang makrofag untuk
nasib keseluruhan Ox-LDL in vivo tetap tidak jelas (Itabe, et al., 2011). Respon
2.5 Interleukin-6
vaskuler, fibroblas dan sel lain sebagai respon terhadap mikroba dan sitokin lain
melalui dua protein pada sel. Pertama adalah IL - 6 reseptor (IL - 6R) merupakan
21
kD dan yang kedua adalah ikatan protein membran gp130 yang memiliki berat
molekul sekitar 130 kD dan terlibat dalam transduksi sinyal ikatan non ligan
(Omoigui, 2007).
IL-6 memberikan efeknya dengan mengikat IL-6 reseptor (IL-6R) pada sel
target. Beberapa sel mengekspresikan reseptor ini, yang ditemukan pada monosit,
sel B (sel plasma), hepatosit dan neutrofil. Sebuah subset sel T juga
menanggapi IL-6 melalui proses yang disebut trans-sinyal, yang dimulai dengan
IL-6 yang terikat oleh bentuk larut IL-6R (sIL-6R ). IL-6 signaling melibatkan
digunakan oleh anggota lain dari kelompok IL kecuali IL-31. IL-6 dapat
streak sebanyak 5 kali lipat, sedangkan injeksi IL-6 pada mencit dengan ApoE
defisiensi yang mendapat diet tinggi lemak ditemukan peningkatan ukuran lesi
lemak 2 kali lipat (Huber, et al., 1999), menunjukkan bahwa IL-6 adalah sitokin
proaterogenik. Pemberian IL-6 dalam jangka waktu yang lama pada mencit
plak, kemudian terjadi pelepasan IL-10 dan berkurangnya sel-sel inflamasi yang
IL-6 memiliki efek proinflamasi pada berbagai jenis sel. Endotelial cell
(EC), vascular smooth muscle cell (VSMC), dan makrofag mensintesis IL-6 yang
serum pasien dengan coronary artery disease (CAD) dan angina tidak stabil
sehingga dianggap sebagai faktor risiko independen untuk penyakit arteri koroner
(Tedgui and Mallat, 2006). IL-6 meningkatkan ekspresi cell adhesion molecule
pada IL-6 / ApoE ganda knockout tikus merupakan mekanisme potensial untuk
hasil yang berlawanan yaitu peningkatan dari IL-10, dan peningkatan reseptor IL-
density lipoprotein (Ox- LDL) yang dimediasi oleh Interleukin-6. Inkubasi IL-6
pada tikus meningkatkan degradasi Ox-LDL makrofag dan ekspresi CD36 mRNA
dapat ditemui dalam lesi aterosklerotik awal. E-LDL menumpuk di sel-sel otot
polos vaskular manusia (VSMC), dan merangsang ekspresi gp130, rantai sinyal-
transducing dari IL-6 reseptor (IL-6R) dan sekresi Interleukin-6 (Klouche, et al.
Sel endotel mensintesis dan melepaskan oksida nitrat (NO) dan prostaglandin
(seperti PGE2 dan PGE3) dalam jumlah yang cukup dan menjaga keseimbangan
23
namun aktivitas antiinflamasi oleh IL-6 ini tidak dapat dikompensasikan dengan
morfologi garis lemak ke fibroatheroma dan plak lanjutan yang disertai oleh
adaptif (adaptive intimal thickening); Tipe II, lapisan lemak (fatty streak ); Dan
tipe III, lesi transisi atau intermediat; tipe IV, plak ateroma (advanced plaques
atheroma) Tipe V, fibroateroma atau ateroma dengan tutup fibrosa tebal; Dan tipe
VI, plak yang kompleks dengan defek permukaan, dan / atau hematoma-
hemodinamik pada cabang dan bifurcatio mudah terjadi penurunan aliran laminar
Daerah ini lebih rentan terjadi lesi aterosklerosis awal yang dikenal dengan fatty
streak. Lesi ini terdiri dari agregasi makrofag dan lipid yang berkumpul di intima
dan umum hadir di sebagian besar individu, termasuk anak-anak (Robbie and
Libby, 2001).
merupakan ciri khas lesi aterosklerotik awal. Ox-LDL juga mengaktifkan VSCM
makrofag dan mendorong proliferasi sel otot polos pembuluh darah (Tavakoli
media ke dalam lapisan intima pada dinding arteri. VSMC memproduksi kolagen
sehingga terbentuk topi fibrosa yang melapisi ateroma dan menutupi plak
gamma (IFNγ). IFNγ menghambat proliferasi VSMC dan deposisi kolagen pada
Kecenderungan plak pecah dikaitkan dengan integritas struktural dari topi, yang
sebagai akibat dari penurunan konten VSMC, atau degradasi oleh matriks
Davies (1996), menyatakan bahwa plak yang rawan pecah adalah plak dengan
core lipid besar, VSMC konten rendah, kadar makrofag tinggi dan topi fibrosa
Gambar 2.2.
Peran monosit dan makrofag dalam aterogenesis
(Tavakoli and Asmis, 2002)
26
Plak stabil ditandai dengan core lipid yang kecil, topi fibrus tebal, sedikit
makrofag, densitas microvessel rendah, tanpa perdrahan plak, tanpa rupture plak
dan thrombus sedangkan plak yang tidak stabil sebaliknya. Gambaran antara plak
Gambar 2.3
Kriteria Plak Stabil dan Tidak Stabil
( W.van Lameran, et al., 2011)
pasien coronary artery disease (CAD) ditemukan bahwa terjadi peningkatan Ox-
Pada manusia, PON1 dan PON3 diekspresikan terutama dalam hati, meskipun
dalam jumlah rendah ekspresi PON3 juga bisa ditemukan di ginjal (She, et al.,
hati, paru-paru, plasenta, usus, limpa, lambung, dan testis. Sel dari dinding arteri,
termasuk sel-sel endotel, sel otot polos (SMCs), dan makrofag, juga dapat
ekspresi PON1 sangat terbatas ke hati dan paru-paru. PON2 dan PON3 tikus
ditemukan lebih universal dalam berbagai jaringan termasuk jantung, ginjal, hati,
paru-paru, otot, usus, limpa, lambung, ovarium, aorta, dan otak (She, et al., 2009).
PON3 mRNA dan protein ditemukan dalam murine tapi tidak dalam makrofag
manusia (Rodrigo, et al., 2001). Pada kelinci dan tikus, PON3 dapat dimurnikan
dari mikrosom hati (Rodrigo, et al., 2003). PON1 dan PON3 berasosiasi dengan
HDL dalam sirkulasi dan ditemukan juga dalam plak aterosklerotik (She, et al.,
2012).
dan aktivasi gen. PON1 berperan dalam menghidrolisis ox-LDL dan sebagai
(Watzinger, et al., 2002). Kelompok pria dengan kadar PON1 serum yang tinggi,
60% lebih kecil kemungkinan untuk memiliki PJK dibandingkan mereka dengan
PON2 adalah anggota kedua dari family PON dan diperkirakan dapat
meskipun aktivitas ester aromatase dan hidrolisisnya lebih rendah dari daripada
PON1 (Ng, et al., 2001). Sel yang mengekspresikan lebih banyak PON2 kurang
PON 3 merupakan anggota ketiga dan dikode oleh 353 asam amino. Pada
kelinci PON 3 lebih efisien untuk melindungi LDL dari oksidasi dibandingkan
Sifat antioksidan yang dimiliki oleh PON3 menunjukkan bahwa enzim ini
aktivitas monosit kemotaktik (Ng, et al., 2005). PON3 mirip dengan PON1 dalam
mm-LDL (Reddy, et al., 2001). PON3 juga merupakan protein yang disekresikan
29
terkait dengan fraksi HDL plasma manusia tetapi tidak ada dalam fraksi LDL.
juga terkait dengan fraksi HDL serum dan lebih efektif daripada PON1 kelinci
dalam melindungi LDL dari oksidasi, ini menunjukkan bahwa secara in vivo,
pada mencit berperan dalam metabolisme lipid dan asam empedu yaitu
melindungi dari aterosklerosis, batu empedu dan obesitas (Shih, et al., 2007).
Ekspresi PON3 dalam HDL berhubungan dengan fungsi antioksidan dari HDL.
setiap penyakit. Spesies oksigen reaktif yang dihasilkan oleh enzim dan sistem
sterol teroksidasi yang akan berlanjut menjadi lingkaran setan peradangan yang
tidak diinginkan dan stres oksidatif yang makin bertambah. Stres oksidatif
aterosklerosis menegaskan bahwa LDL merupakan target utama dari oksidasi dan
2002).
Sejumlah studi menunjukkan bahwa PON2 dan PON3 melindungi sel dan
jaringan dari stres oksidatif dengan mengurangi spesies oksigen reaktif. PON2
dan PON3 dapat menghambat oksidasi LDL dan meningkatkan sifat antioksidan
lipoprotein (Ng, et al., 2006). Pada model binatang, baik PON2 maupun PON3
PON3 yang memiliki massa molekul sekitar 40 kDa juga telah memiliki sifat
dalam sel dan pada model binatang menunjukkan hubungan molekul fisiologis
menurunkan kolesterol pada tikus yang diberi perlakuan PON3 adalah dengan
mengontrol HDL (Aviram, et al.,1998). HDL dari mencit yang diberi PON3
secara signifikan lebih protektif terhadap oksidasi LDL dalam uji monosit
kemotaksis, bila dibandingkan dengan HDL dari mencit kelompok kontrol. Hal
(Schweikert, et al., 2012). Hal ini menggambarkan bahwa efek anti aterogenik
dari PON2 / 3 adalah sebagian dimediasi oleh perannya dalam fungsi mitokondria.
31
Gambar 2.4
Mekanisme Antioksidan PON2 dan PON3
(Witte, et al., 2012)
dalam pertahanan terhadap radiasi ultraviolet atau agresi oleh patogen. Polifenol
dan sayuran salah satunya adalah bulung boni (Caulerpa sp). Bulung boni
hubungan terbalik antara risiko penyakit kronis pada manusia dan konsumsi diet
yang kaya polifenol (Arts and Hollman, 2005). Fenolik dalam polifenol dapat
and Rizvi, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang kaya
32
polifenol pada konsentrasi agen pereduksi lainnya (sparing efek polifenol pada
Pengamatan yang dilakukan pada makanan dan minuman yang kaya polifenol
polifenol dapat melindungi sel terhadap kerusakan oksidatif dan oleh karena itu
terbentuknya plak. Pengamatan pada konsumsi teh hitam sekitar 450 ml dapat
ukuran HDL yaitu menjadi HDL2 dibandingkan dengan yang diberi minyak
zaitun dengan kandungan polifenol 2.7 mg/kgbb. HDL2 memiliki ukuran lebih
besar dari HDL3 dan memiliki stabilitas yang lebih besar terhadap oksidatif
(Hernáez, et al., 2014). Polifenol dalam minyak zaitun juga dapat meningkatkan
kadar HDL plasma (Covas, et al., 2006). Ekstrak bulung boni yang mengandung
endotel (Mackness, et al., 2006; Ng, et al., 2006; Shih , et al., 2007; Ng, et al.,
2007). Draganov, et al. (2000), menemukan rasio PON3 / PON1 pada kelinci
yaitu sekitar 1/200. Meskipun kadar PON 3 lebih rendah namun memiliki
kekuatan 100 kali lebih kuat per mg protein dibandingkan dengan PON1 dalam
melindungi LDL dari peroksidasi lipid, yang menunjukkan bahwa PON3 serum
Peningkatan stres oksidatif pada tikus dengan nonalcoholic fatty liver disease
potensi sebagai antioksidan dapat mempengaruhi aktivitas PON2 dan PON3 yang
berakhir dengan normalisasi stres oksidatif dalam serum dan hati. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan PON2 dan PON3 dan / atau penurunan PON
inaktivasi akibat stres oksidatif (Assy, et al., 2006; Hussein, et al., 2012). PON3
beredar dalam plasma terkait dengan HDL (Reddy, et al., 2001 ; Marsillach, et al.,
meningkatkan PON3.
Bulung boni (Caulerpa,sp) adalah tanaman rumput laut yang tergolong dalam
karena struktur morfologinya tidak bisa dibedakan antara akar, batang, daun
sejati (Bunga, 2014). Semua struktur morfologi alga terdiri dari batang (thalus)
dan umumnya hidup di perairan. Rumput laut hidup melekat di dasar laut dan
dikenal dengan berbagai nama antar lain agar-agar dan ganggang. Rumput laut
tumbuhnya adalah daerah yang selalu tergenang air dengan kedalaman sampai
Ada lima belas golongan alga berdasarkan warnanya, bulung boni termasuk
dalam Chloropyta dan mampu hidup sendiri (autotrof) karena bisa fotosintesis,
sekundernya dapat dipakai sebagai bahan obat serta bahan industri lainnya.
Bulung boni bisa dimakan langsung sebagai sayur karena memiliki zat gizi yang
Gambar 2.5
Foto Bulung Boni (Caulerpa sp)
Ekstrak bulung boni mengandung tiga jenis vitamin yaitu: vitamin A (beta
karoten), vitamin C dan vitamin E serta enam macam mineral dan 15 asam
amino. Ekstrak bulung boni juga memiliki total polifenol sebesar 567,06 mg/100
Mikronutrien yang terkandung dalam ekstrak bulung boni dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1
Kandungan Vitamin dalam Ekstrak Bulung Boni (Wiraguna, 2013)
Tabel 2.2
Jenis Karotenoid yang terkandung dalam Ekstrak Bulung boni (Julyasih, 2011)
Tabel 2.3
Jenis Asam Amino yang terkandung dalam Ekstrak Bulung boni
(Wiraguna, 2013)
Tabel 2.4
Jenis Mineral yang terkandung dalam Ekstrak Bulung Boni (Wiraguna, 2013)
Perairan Indonesia merupakan perairan tropika yang kaya akan sumber daya
rumput laut (menurut ekspedisi oleh Van Bosse 1899-1900 mencapai 555 jenis),
membuat komoditas rumput laut menjadi salah satu hasil laut yang diunggulkan
mencapai 384,73 ribu ha) dengan target produksi pada tahun 2014 sebesar 10 juta
ton. Berdasarkan data tahun 2010 produksi tertinggi ditempati oleh Provinsi
Sulawesi Tengah dengan jumlah 833.327 ton, kemudian diikuti oleh Provinsi
Sulawesi Selatan (750.134 ton), Nusa Tenggara Timur (596.348 ton), Jawa Timur
2013).
beberapa species tertentu, yakni Gracillaria sp. dan Euchema sp., sedangkan
potensi pemanfaatan rumput laut di Indonesia sangat besar. Salah satu jenis
rumput laut yang jarang dimanfaatkan secara ekonomis adalah jenis Caulerpa sp.
(Bunga, 2014).
Beberapa komponen yang terdapat dalam bulung boni dapat berperan sebagai
menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi beta karoten lebih dari 11.000
IU per hari mempunyai resiko mengindap penyakit jantung 22% lebih rendah
Beta karoten sebagai antioksidan berperan dalam meredam singlet oxygen dan
dalam melindungi DNA dan membran dari serangan oksidatif endogenus (Murray
et al., 2009). Beta karoten merupakan antioksidan yang paling efisien untuk
inaktivasi singlet oxygen dalam sistem biologis. Potensi beta karoten untuk
karotenoid tergantung pada jumlah ikatan rangkap terkonyugasi dan pada jenis
dan jumlah grup fungsional struktur cincin molekul karotenoid. Untuk dapat
bertindak sebagai penghilang singlet oxygen yang efektif, paling sedikit harus
terdapat tujuh ikatan terkonyugasi, dan makin efektif bila jumlah ikatan
Angiotensin II pada aktivitas JNK dan p38 dari Vascular Smooth Muscle Cell
(VSMC) (Kyaw, et al., 2001), dan hal ini mendukung temuan dalam penelitian
beberapa kategori, antara lain asam fenolik dan flavonoid. Banyak penelitian telah
fungsi endotel, dan memodifikasi tingkat lipid (Siasos, et al., 2013). Senyawa
polifenol yang ada pada buah cranberry dan blueberry dapat dideteksi sampai di
lapisan endotel dan dapat menurunkan kerentanan sel endotel baik di membran
IL-8, MCP-1 dan ICAM-1, sehingga senyawa ini dapat dikatakan memberikan
Aktifitas PON1 dan kadar mRNA PON1 meningkat pada pemberian diet yang
dilakukan oleh Wei, et al. (2013) menunjukkan bahwa polifenol bunga delima
dapat mengurangi lemak hati , meningkatkan mRNA PON1 dan ekpresi protein
hati tikus diabetes. Polifenol quercetin juga dapat meningkatkan PON2 dalam sel
Beta karoten mampu menangkap oksigen reaktif dan radikal peroksil (Paiva
1999). Apabila oksidasi asam arakhidonat dapat dihambat maka tidak terbentuk
oksigen reaktif yang dapat menyebabkan nyeri dan inflamasi. Penurunan aktivitas
1999). Adanya hambatan pada oksidasi asam arakhidonat dan penetralan oksigen