You are on page 1of 8

MAKALAH DISKUSI

OLEH

KELAS VIII 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran. Guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat
memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode
diskusi.
Namun setiap metode pembelajaran yang di berikan pastinya ada manfaat atau
kelemahannya, sehingga para guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru
dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian tentang metode diskusi?
2. Bagaimana kelemahan-kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam
pembelajaran di kelas?
3. Bagaimana kekuatan dari metode diskusi secara umum?
4. Bagaimana kelemahan dan kekuatan metode diskusi dalam mata pelajaran sejarah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang metode diskusi.
2. Mengetahui kelemahan-kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam
pembelajaran di kelas.
3. Mengetahui kekuatan dari metode diskusi secara umum.
4. Mengetahui kelemahan dan kekuatan metode diskusi dalam mata pelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian metode diskusi


Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-
ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
suatu kelompok untuk mencari kebenaran.
Metode diskusi merupakan metode yang dapat membuat siswa aktif karena siswa
memperoleh kesempatan berbicara atau berdialog untuk bertukar pikiran dan informasi
tentang suatu topik atau masalah dan mencari fakta atau pembuktian yang dapat digunakan
bagi pemecahan masalah. Metode diskusi adalah metode mengajar yang erat hubungannya
dengan memecahkan masalah atau problem solving (Muhibbin Syah,2000). Metode diskusi
adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dengan
tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi adalah
cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat probematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama
(Djamarah dan Aswan: 2006).
Dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang
didukung oleh argumentasi yang mana argumentasi kontra dengan argumentasi. Cara ini
menimbulkan perhatian dan perubahan pada tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi
dimaksudkan juga untuk merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan
mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.
Prinsip dari metode diskusi adalah melibatkan siswa secara aktif, diperlukan ketertiban
dan keteraturan dalam mengemukakan pendapat secara bergilir dengan dipimpin oleh seorang
ketua atau moderator, masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan dan
kemampuan berfikir siswa, guru mendorong siswa yang kurang aktif untuk melakukan atau
mengeluarkan pendapatnya, siswa dibiasakan untuk menghargai pendapat orang lain dalam
menyetujui atau menentang pendapat. Metode diskusi sangat sesuai digunakan apabila materi
yang disajikan bersifat rendah kesempatannya, untuk mengembangkan sifat-sifat atau tujuan
pengajaran yang bersifat efektif, dan untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistematis dan
tingkat pemahaman yang tinggi.
Terdapat beberapa jenis metode diskusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membimbing siswa dalam belajar, antara lain: yang pertama diskusi kelas, yakni guru
mengajukan persoalan di kelas dan siswa menanggapi. Guru berfungsi sebagai pengatur,
pendorong, dan pengarah pembicaraan. Diskusi semacam ini disebut juga diskusi formal.
Pembicaraan dalam diskusi ini diatur oleh ketua diskusi dan yang hendak berbicara kadang-
kadang harus mencatatkan diri baru kemudian dipersilahkan untuk berbicara. Semua
pembicaraan dicatat dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan. Kedua adalah
diskusi kuliah, yakni di mana seorang pembicara atau guru atau perwakilan siswa berbicara di
muka kelas untuk mengemukakan persoalannya sekitar 20 menit atau 30 menit. Setelah itu
diadakan pertanyaan-pertanyaan.
Diskusi terbatas pada satu persoalan yang dikemukakan pembicara sehingga melalui
diskusi semacam ini persoalan diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam.
Ketiga adalah Symposium, di mana symposium ini hampir sama dengan diskusi kuliah, tetapi
pada symposium terdapat beberapa orang yang berbicara atau pengarah persoalan. Suatu
masalah ditinjau dari berbagai segi, karena itu para pembicara diharapkan berbeda pandangan
terhadap suatu persoalan. Dalam symposium permasalahan dibahas secara meluas. Keempat
adalah diskusi panel, yakni terdapat beberapa orang yang membahas suatu persoalan.
Biasanya 4 – 5 orang pembicara. Diskusi hanya dilakukan oleh mereka yang ditunjuk saja,
sedangkan yang lain melihat dan mendengarkan dari belakang.
Kemudian untuk mengetahui apakah siswa lainnya yang tidak ikut berbicara mengikuti
atau tidak, maka ada baiknya mereka diberi tugas tentang isi pembicaraan diskusi panel dan
pada kesempatan terakhir mereka mengemukakannya atau menilai diskusi panel yang telah
berjalan. Kelima adalah diskusi kelompok kecil, di mana guru kadang-kadang
mengemukakan suatu persoalan dengan beberapa aspek, kemudian siswa dikelompokkan
antara 3 – 7 orang untuk mendiskusikan permasalahan yang dikemukakan tadi dalam
kelompok-kelompok kecil. Diskusi semacam ini disebut juga buzz groups (Engkoswara,
1984:51-52).

2.2 Kelemahan metode diskusi dalam pembelajaran


Metode diskusi apabila diterapkan dalam pembelajaran juga memiliki kelemahan,
seperti tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, peserta diskusi mendapat informasi
yang terbatas, dikuasai oleh anak-anak yang suka bicara, dan biasanya anak menghendaki
pendekatan guru yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,2000). Ketika diskusi
berlangsung, anak yang tidak ikut aktif cenderung akan melepaskan diri dari tanggung jawab.
Selain itu juga banyak waktu yang terpakai, kadang-kadang hasilnya tidak sesuai yang
diharapkan. Dalam hal ini penyelesaian hasil diskusi sulit untuk diramalkan atau
diperhitungkan. Diskusi sukar diterapkan di tingkatan sekolah dasar, tetapi bukan tidak
mungkin diterapkan di sekolah dasar. Diskusi memerlukan ketajaman dalam menangkap inti
masalah yang dibicarakan. Hal ini tidak mudah, sehingga sering dalam diskusi itu keluar dari
topik permasalahan. Dalam prakteknya sering diskusi itu akan diborong oleh beberapa siswa
saja, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar setia walaupun guru sudah memberi
kesempatan kepada semua siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Harapan agar dalam pelaksanaan diskusi dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu
mencari pemasalahan yang kira-kira tepat untuk menjadi bahan diskusi. Masalah dan
pertanyaan yang baik untuk dijadikan bahan diskusi yang baik hendaknya memenuhi syarat-
syarat seperti: harus mengandung berbagai kemungkinan jawaban, sehingga setiap jawaban
memiliki kebenaran yang dapat ditinjau dari sudut pandang tertentu. Masalah-masalah itu
hendaknya memiliki arti bagi siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
Masalah dan pertanyaan tersebut harus dapat mengembangkan taraf belajar siswa yang lebih
tinggi.
Nilai metode diskusi dalam rangka pelaksanaan pengajaran tidak dapat disangkal, tetapi
biasanya guru tidak melaksanakannya. Hal ini dikarenakan ada anggapan bahwa
menggunakan metode diskusi dipandang lebih sukar daripada menggunakan ceramah. Guru
banyak mencari cara yang dirasakannya lebih mudah. Biasanya guru berpendapat bahwa
metode diskusi memakan waktu terlalu banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah
atau tugas. Ada juga anggapan bahwa siswa belum sanggup berdiskusi karena siswa belum
banyak pengetahuan sehingga lebih baik diberi tahu saja. Hal ini adalah suatu anggapan yang
salah karena belajar yang baik tidak selalu harus menerima tetapi juga mencari dan
memikirkan sendiri (Engkoswara, 1984: 52).
(Engkoswara, 1984: 53) dalam metode diskusi biasanya ada siswa yang memborong
pembicaraan atau aktif dan ada siswa yang pasif. Dalam hal demikian guru hendaknya dapat
memperhatikan dan memberi jalan kepada siswa-siswa supaya dapat ikut serta dalam diskusi
dengan merata.

2.3 Kekuatan-kekuatan dari metode diskusi


Seperti metode-metode lain, metode diskusi juga memiliki kekuatan-kekuatan, yakni
suasana kelas menjadi hidup, karena anak akan mengarahkan pemikirannya pada masalah
yang sedang didiskusikan. Partisipasi siswa dalam metode diskusi sangat baik. Siswa berlatih
kritis dengan mempertimbangkan pendapat dari teman-temannya, kemudian menentukan
sikap menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama sekali. Metode diskusi juga dapat
menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti sikap toleransi, demokratis, kritis, dan
berfikir sistematis. Selain itu juga berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam alam
demokratis. Metode diskusi merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib
yang berlaku dalam musyawarah.
Tujuan dari metode diskusi ini sendiri adalah untuk menanamkan dan mengembangkan
keberanian dalam mengemukakan pendapat sendiri, mencari kebenaran secara jujur melalui
pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu
juga bertujuan untuk melatih siswa agar belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui
musyawarah, dan memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati kegiatan hidup yang
sebenarnya. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran adalah metode yang digunakaan. Metode diskusi dipilih karena dengan
menggunakan metode diskusi ini akan mendorong siswa berfikir sistematis dengan
menghadapkannya kepada masalah-masalah yang akan dipecahkan. Selain itu dengan
menggunakan metode diskusi maka siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Dengan diskusi siswa dapat saling bertukar informasi dan dapat mempertahankan
pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Saran
Setiap menerapkan metode apapun dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru dan
siswa saling mempengaruhi. Sebagai seorang guru dalam mengajar hendaknya dipersiapkan
terlebih dahulu agar dapat menguasai metode yang digunakan nantinya pada saat mengajar.
Berhasil tidaknya proses mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru pada saat
mengajar. Setiap guru diharapkan mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran agar
siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas.

3.2 Kesimpulan
1. Metode diskusi adalah adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru
memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke
berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
2. Kelemahan metode diskusi meliputi peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas,
dikuasai oleh anak-anak yang suka bicara, banyak waktu yang terpakai.
3. Kekuatan metode diskusi meliputi suasana kelas menjadi hidup, melatih berfikir kritis,
dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, merupakan latihan untuk memenuhi
peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.
DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud. 1994. Didaktik Atau Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Engkoswara. 1984. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Usaha Nasional.

You might also like