You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang

berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Dalam darah terkandung

hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Darah merupakan salah

satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar dalam tubuh.

Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang banyaknya pada orang

dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung.

Darah dialirkan keseluruh tubuh karena fungsinya yang khusus yaitu sebagai

system transportasi. Darahlah yang berjasa membawa oksigen dan nutrisi yang

dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya sebagai pembawa dan

pengedar oksigen dan nutrisi bagi tubuh, darah juga berperan penting dalam

menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dengan menjaga Ph tetap seimbang

dan sebagai bagian dari system perlindungan tubuh karena di dalam darah juga

terdapat leukosit atau sel darah putih yang berperan dalam system imun tubuh.

Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.

Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu

koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini

1
terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada

jaringan subendotel dan membentuk agregasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksu dengan bleeding time?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai bleeding time lebih dari 7 menit?

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk menentukan lamanya tubuh mengentikan perdarahan akibat trauma

yang dibuat secara laboratoris

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Darah

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan

yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai

jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur

sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun

darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-

bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan

dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan

cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma

tanpa fibrinogen (protein) dalam tubuh manusia terjadi proses sirkulasi

berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh. Diperlukan peredaran media

pengantar dan alat-alat yang turut berperan dalam sirkulasi untuk melakukan

proses ini. Media dan alat-alat ini bekerja bersama-sama membentuk suatu

sistem yang dikenal dengan sistem sirkulasi darah. Media yang berperan dalam

peredaran zat-zat penting ke seluruh tubuh ini adalah darah (Hoffbrand, A.V,

2013).

2.2 Plasma

Darah disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel

darah.Plasmadarah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan

volume ±5% dari berat badan. Apabila sejumlah volume darah ditambah

dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya kemudian diputar

3
selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm maka cairan yang terdapat pada

bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena

itu dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk

mencegah terjadinya pembekuan darah. Sitrat merupakan antikoagulan yang

langsung mengikat Ca, sehingga digunakan untuk pemeriksaan waktu

rekalsifikasi. Plasma yang diabsorpsi dengan barium sulfat mengandung

fibrinogen, faktor V, VIII, XI, XII, XIII. Plasma ini tidak dapat membeku

karena tidak mengandung protrombin, factor X dan faktor VII yang diperlukan

untuk aktivasi intrinsik. Faktor XI dan XII stabil dalam plasma simpan, tidak

diabsorpsi oleh barium dan tidak habis oleh proses pembekuan (Hoffbrand,

A.V, 2013).

2.3 Pembekuan Darah

Pembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif

sedikit zat pemula secara beruntun mengaktifkan, dengan proteolisis, reaksi

protein prekursor yang beredar (enzim-enzim faktor pembekuan) yang

memuncak pada pembentukan trombin, selanjutnya mengkonversi fibrinogen

plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada

tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak

stabil menjadi sumbatan haemostasis yang kuat, utuh, dan stabil. Kerja reaksi

enzim ini membutuhkan pemekatan setempat factor-faktor pembekuan yang

beredar pada tempat luka. Reaksi melalui permukaan terjadi pada kolagen yang

telah terpapar, faktor III dan faktor jaringan. Dengan pengecualian fibrinogen

yang merupakan sub unit bekuan fibrin, faktor-faktor pembekuan adalah

4
prekursor enzim maupun kofaktor, yaitu kemampuan menghidrolisa ikatan

peptide tergantung pada asam amino serin pada inti aktifnya (Sacher, R.A., dan

McPherson, R.A. 2000).

2.4 Definisi Bleeding Time (Waktu perdarahan)

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.

Masa perdarahan tergantung dari ketepat gunaan cairan jaringan dalam

memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan

ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi

pada jaringan sub endotel dan membentuk agregasi (Pramudianti, M.ID. 2011).

Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang

dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik.

Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan

metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode

pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun 1980-

an, sehingga muncul pertanyaan mengenai validitas pemeriksaan (Sacher,

R.A., dan McPherson, R.A. 2000).

Decterina melakukan analisis regresi linier untuk mengetahui sensitifitas,

spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari Bleeding Time (waktu

perdarahan). Nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan)

dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit,

kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan. Pemeriksaan Bleeding Time

5
(waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan skrining (penyaring) untuk

menilai gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von

willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah

trombosit terutama dibawah 50.000/mm3 , kemampuan trombosit membentuk

plug, vaskularisasi dan kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme

koagulasi tidak mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali

terjadi penurunan yang cukup parah. Pemeriksaan Bleeding Time (waktu

perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi

antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu

perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika

memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat

penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu Ivy

dan Duke. Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat, sehingga

dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy. Agar pemeriksaan terstandarisasi

maka dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan menggunakan

sfigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Tusukan dilakukan pada lengan

bagian bawah menggunakan lanset (Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. 2000).

Metode Duke kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena

tidak diadakan pembendungan. Namun metode Duke sebaiknya hanya dipakai

pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan

figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan

(R.Gandasoebrata, 2010).

6
2.5 Metode Pemeriksaan Bleeding Time (BT)

1. Metode Ivy

Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode Ivy,

tekanan darah manset ditempatkan di lengan atas dan meningkat sampai

40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau pisau bedah yang digunakan untuk

melakukan tusukan luka di bagian lengan bawah. Perangkat, pisau

otomatis pegas paling umum digunakan untuk membuat potongan

berukuran standar. Kawasan ditikam dipilih sehingga tidak ada vena

superfisialis. Ini pembuluh darah, karena ukuran mereka, mungkin kali

pendarahan lagi, terutama pada orang dengan pendarahan cacat. Waktu

dari ketika luka menusuk dibuat sampai pendarahan semua telah berhenti

diukur dan disebut waktu perdarahan (Bleeding Time). Setiap 30 detik,

handuk kertas digunakan untuk membersihkan dari darah. Tes ini selesai

ketika pendarahan telah berhenti sepenuhnya. Nilai Normal untuk metode

ini adalah 1 – 6 menit (Euis Mayangsari, 2016).

2. Metode Duke

Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang

ditusuk untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes

ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar- benar

berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada

vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai

kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah

bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat

7
menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut

dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian kosmetik. Daerah

yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus

ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat

luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena alkohol

akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. Nilai

Normal untuk metode ini adalah 1-3 (Euis Mayangsari, 2016).

2.6 Masalah Klinis pada Pemeriksaan Bleeding Time

1. Pemendekan waktu

Penyakit Hodkin

2. Pemanjangan Waktu

1) Purpura trombositopenia, disarankan untuk memeriksa jumlah trombosit

sebelum melakukan tes waktu perdarahan (v.dacie, sir john dan lewis

S.M)

2) Abnormalitas fungsi trombosit, gangguan ini bisa disebabkan oleh obat

paraprotein atau kelainan trombosit (v.dacie, sir john dan lewis S.M)

3) Abnormalitas vaskular

4) Leukemia

5) Penyakit hati kronis

6) DIC (disseminated intravascular coagulation)

7) Anemia aplastik

8) Defisiensi faktor (V, VII, XI)

9) Penyakit christmas

8
2.7 Manfaat Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)

Bleeding Time (waktu perdarahan) dalam laboratorium klinik bermanfaat

untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, tetapi

keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh. Pemeriksaan

ini adalah pemeriksaan yang dasar, apabila ditemukan kelainan maka dapat

dilakukan pemeriksaan yang lebih khusus untuk mencari suatu kelainan

tertentu (R.Gandasoebrata,2010)

2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembekuan Darah

Menurut (Pramudianti, 2011) faktor – faktor yang mempengaruhi

Pembekuan darah ada 13 faktor yaitu :

1. Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein

plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan

faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau

hypofibrinogenemia.

2. Faktor II

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma

dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan

dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan.

Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin.

Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.

9
3. Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa

sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan

Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang

mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor

jaringan.

4. Faktor IV

Kalsium : Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase

pembekuan darah.

5. Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil

dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan

fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin

mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan

faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan

berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai

derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.

6. Faktor VI

Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif

faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

7. Faktor VII

Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif

stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal

10
ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan

mengaktifkan faktor III itu. faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin,

yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang

berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan

perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator

dan stabil.

8. Faktor VIII

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang

relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi,

bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor

dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,

penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor

antihemophilic A.

9. Faktor IX

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi

penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari

pembekuan. Setelahaktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di

hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.

10. Faktor X

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil

dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi,

menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah

diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor

11
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan

mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat

menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-

faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.

11. Faktor XI

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang

terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu

mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga

faktor antihemophilic C.

12. Faktor XII

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh

kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur

intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan

faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.

13. Faktor XIII

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang

merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil

dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk

pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan

seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.

Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

12
2.9 Pengertian Hemostasis

Fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah agar

darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding

pembuluh darah disebut fungsi hemostasis. Fungsi hemostasis berguna untuk

mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah

(Euis Mayangsari, 2016)

2.10 Mekanisme Hemostasis

Euis Mayangsari, 2016. Fungsi hemostasis melibatkan berbagai sistem,

yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Vaskuler

2. Sistem trombosit

3. Sistem koagulasi

4. Sistem fibrinolisis

5. Inhibitor

Fungsi hemostasis akan bekerja dengan baik apabila sistem tersebut bekerja

sama dalam suatu proses yang seimbang dan saling mengontrol. Kelainan

disebabkan karena adanya kekurangan atau kelebihan suatu komponen.

Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan

kekurangan fungsi hemostasis akan menyebabkan perdarahan (hemorrhagic

diathesis). Langkah-langkah dalam hemostasis :

1. Langkah I : Hemostasis primer, pada langkah ini terjadi pembentukan

primary plateletplug (sumbat trombosit).

13
2. Langkah II : Hemostasis sekunder, pada langkah ini terjadi pembentukan

stable hemostatic plug (plateletdan fibrin plug).

3. Langkah III : Fibrinolisis yang menyebabkan lisis dari fibrin setelah

dinding vaskuler mengalami reparasi sempurna sehingga

pembuluh darah kembali paten.

Fungsi hemostasis terdiri atas 2 komponen, yaitu :

1. Fungsi koagulasi, yang berakhir dengan pembentukan fibrin stabil.

Fungsi koagulasi melibatkan 3 komponen, yaitu :

1) Komponen vaskuler

2) Komponen trombosit

3) Komponen koagulasi

2. Fungsi fibrinolisis, yang berakhir dengan pembentukan plasmin

2.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan

Faktor-faktor yang memepengaruhi waktu perdarahan suatu darah pada

saat pemeriksaan menurut (Riswanto, 2013) yaitu:

1. Tidak sedang mengonsumsi obat-obat seperti antikoogulan, aspirin dan

obat anti inflamasi

2. Besar kecilnya luka

3. Suhu

4. Status kesehatan

5. Umur

6. Besarnya tubuh

7. Dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah

14
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum yang berjudul “ PemeriksaanBleeding Time Metode

Duke” Dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Maret 2019 bertempat dilaboratorium

Fitokimia Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Tujuan

Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pada perdarahan buatan jingga

tidak terjadi perdarahan lagi.

3.3 Metode

Metode yang digunakan pada pemeriksaan Bleeding Timeyaitu metode

IVY.

3.4 Prinsip

Prinsip pemeriksaan Bleeding Time yaitu dilakukan perlukaan standar

pada volar lengan bagian bawah, lamanya perdarahan hingga tidak terjadi

perdarahan dicatat.

3.5 Pra Analitik

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

lancet, kapas, alkohol 70%, tisu, kertas saring, manset tensimeter dan

stopwatch

3.6 Analitik

1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensi meter

sampai 40 mmHg selama pemeriksaan.

15
2. Bersihkan permukaan volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70%

3. Pilih daerah kulit yang tidak ada vena superfical, kira-kira 3 jari dari

lipatan siku.

4. Rentangkan kulit dan tusuk kulit dengan menggunakan lancet steril

5. Amati dan setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka,

hindari jangan sampai menutup luka

6. Bila perdarahan yang telah terjadi berhenti dengan diameter <1 mm

hentikan stopwatch dan lepaskan manset tensimeter. Catat waktu

perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit.

3.7 Pasca Analitik

Metode duke: 1-7 menit

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Insial Pasien Umur Hasil Nilai Rujukan

Nn. DB 19 thn 1.30” 1-7 Menit

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bleeding Time

4.2 Pembahasan

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris.Waktuperdarahan bergantung kepada efisiensi cairan

di jaringan dalam mempercepat proses koagulasi, fungsi kapiler dan jumlah

trombosit darah dan kemampuan darah untuk membentuk gumpalan

trombosit. Perdarahan yang lama umumnya ditemukan ketika jumlah

trombosit di bawah 50.000/uL, dan bila ada kegagalan fungsi trombosit. Ketika

seorangpasien diduga mengalami gangguan perdarahan, beberapa tes dilakukan

dari hemostasis primer. Salah satu tes yang dilakukan adalah tes waktu atau

bleeding time.

Dalam pemeriksaan bleeding time, ada dua cara atau metode yang bisa

untuk dilakukan yaitu menggunakan metode Duke dan Metode Ivy. Dengan

kepakaan metode Ivy yang lebih baik, dengan nilai rujukan 1-7 menit dan 1-3

menit untuk nilai rujukan metode Duke. Pada praktikum kali ini metode yang

digunakan untuk melihat masa pendarahan yaitu menggunakan pemeriksaan

17
Metode Ivy dengan prinsip kerjanya yaitu “Dibuat perlakuan standar pada

volar lengan bawah, lamanya perdarahan diukur’’.

Hal pertama yang dilakukan yaitu mula-mula memasang manset tensi

meter pada lengan atas dan memompakan tensi meter sampai dengan 40

mmhg selama pemeriksaan. Tujuan dari tensimeter 40 mmhg yaitu agar

pemeriksaan terstandarisasi sehingga dilakukan penymaan tekanan pada

pembuluh darah. Setelah itu area permukaan volar lengan bawah yang akan

dilakukan penusukan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% hingga

kering. Untuk penusukannya sendiri disarankan agar menusuk pada bagian

volar lengan bawah yang tidak terdapat vena superficial kira-kira 3 jari dari

lipatan siku dengan panjang 2-3 mm. Kemudian ditusuk kulit bagian volar

lengan bawah dengan posisi tangan direntangkan menggunakan lancet steril

ataupun autoclik. Setelah itu diamati dan hapus bintik darah yang keluar dari

luka menggunakan tissue atau kertas saring setiap 30 detik denga tidak

menyentuk permukaan luka.bila perdarah telah berhenti, hentikan stopwatch

dan lepaskan tensimeter. Untuk mendapatkan hasil waktu perdarahan hitung

waktunya selama masa perdarahan terjadi.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil

pemeriksaan masa perdarahan Nn. DB yaitu 1.30’’ detik yang mana kondisi

perdarahan ini dapat dikatakan masih dalam keadaan normal berdasarakn

interpretasi hasil metode Ivy, masa perdarahan yang ditujukan yaitu 1-7

menit.

18
Setiap metode pemeriksaan pastilah memiliki kelebihan mapuan

kekurangan. Untuk kekurangan metode ini adalah kesulitan pada saat membuat

luka standar. Adapun keuntungan dari metode Ivy ini adalah hasil yang

didapatkan lebih teliti dan akurat dibandingkan dengan metode duke.Namun

berdasarkan literatur Pemeriksaan masa perdarahan merupakan suatu tes yang

kurang memuaskan karena tidak dapat dilakukan standarisasi tusukan baik

mengenai dalamnya, panjangnya, lokalisasinya maupun arahnya sehingga

korelasi antara hasil tes ini dan keadaan klinik tidak begitu baik.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.

Beberapa obat akan mempengaruhi hasil tes waktu perdarahan. Obat-obat ini

termasuk antikoagulan, diuretik, obat anti kanker, sulfonamide, thiazide,

aspirin, dan obat anti inflamasi. Tes ini juga dapat dipengaruhi oleh anemia

(kekurangan sel darah merah). Penggunaan aspirin dan obat-obat sejenisnya

adalah penyebab paling umum dari waktu perdarahan berkepanjangan, maka

penggunaannya harus dihentikan dua minggu sebelum pemeriksaan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya

ketika melakukan pemeriksaan pada penusukan volar lengan bawah, praktikan

tidak terlebih dahulu menggunakan autoclick namun menggunakan lancet saja

agar praktikan dapat memperkirakan seberapa dalam dan panjang penusukan

yang akan dilakukan. Dengan tidak menggunakan autoclik juga praktikan dapat

melatih skill agar dapat lebih ahli lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Euis Mayangsari, 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu


Perdarahan) Dengan Metode Ivy Dan Duke [ID]. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis [KTI]

Hoffbrand,A.V.2013. Kapita Selekta Hematologi edisi 6. Terjemahan oleh Brahm


U, Pendit, Liana Setiawan, Anggraini Iriani. Jakarta:EGC

R.Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia

dan Kanal Media.

Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, edisi 11. Terjemahan oleh Brahm U. Pendit, Dewi
Wulandari. 2004. Jakarta : EGC.

21
LAMPIRAN

Proses penusukkan pada volar lengan


bagian bawah

22

You might also like