You are on page 1of 24

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PAI

Disusun Oleh :
Leoni Exsan
Wulan Rahmaniati
Fia Elia N
Risma
Govi Mahardin

PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KENCANA
TASIKMALAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman sekarang ini banyak tindakan-tindakan yang tidak manusiawi.
Salah satunya adalah aborsi. Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal yang
awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa didengar. Padahal
tindakan ini sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama, dan
budaya.
Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan. Sering kali kita
melihat berita-berita di televisi yang memberitakan tindak aborsi. Janin-
janin yang umurnya baru beberapa bulan, bahkan beberapa minggu
ditemukan di tong sampah, di got, bahkan didalam kantong plastik. Kemana
hati nurani ibu dan ayah mereka? Dengan mudahnya mereka membunuh
anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka sendiri, yang seharusnya
mereka jaga, mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah
memaksa melahirkan sebelum waktunya dan membuangnya.
Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah
dewasa. Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya. Hal
itu sangat memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang
Agama dan Moral? Atau memang moral anak bengsa yang telah rusak?
Ataukah keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan
dengan moral dan agama.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian aborsi secara umum ?
2. Bagaimana pandangan agama Islam tentang tindak aborsi?
3. Apakah bahaya dari tindak aborsi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tindak Aborsi Dipandang dari Segi Umum


a. Pengertian Aborsi
Aborsi (Abortus) adalah berakhirnya suatu kehamilan (akibat factor
tertentu) pada atau sebelum kehamilan itu berusia 20 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kendungan (Lily Yulaikah,
2008: 72).
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad
Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai
terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan
pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992
disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan
medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan
medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan
tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU
Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan
masyarakat dan kalangan medis.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras
dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal
283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam
hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang
memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat
digugurkan.
Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan
memberikan peluang dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam
pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang
dimaksud tindakan medis tertentu dan kondisi bagaimana yang
dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam
bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan
norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu
diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam
pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan
atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan pengertian
yang membingungkan tentang aborsi.
b. Istilah Aborsi dalam Ilmu Kedokteran
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk
membedakan aborsi:
1. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma
kecelakaan atau sebab-sebab alami.
2. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan
yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
3. Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan
tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang
dilakukan sesudah pemerkosaan.
4. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang
cacat.
5. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan
lain.
c. Alasan-Alasan untuk Melakukan Aborsi
Berdasarkan alasan medis, dimana hal ini terjadi jika jiwa sang ibu
mengalami ancaman bahaya jika kehamilan dilanjutkan. seperti :
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed
abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks
atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan
untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya
penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi,
nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol
yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada
kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.
Berdasarkan alasan kriminalitas, hal ini terjadi karena kehadiran janin
tidak diharapkan dan dikawatirkan dapat membawa rasa malu bagi sang
calon oarng tua, ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi:
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk
punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban
ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan
antar keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga
termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
d. Metode aborsi
1. Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa
dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan
biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau
tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini,
sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan
aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing
atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua
adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
2. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam
atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan
keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh
dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
3. Partial Birth Abortion
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin
dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan
usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim,
lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari
jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam
keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk
menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah
itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan
dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.
4. Histerotomy
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika
cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari
serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam
keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana,
kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi
perobekan rahim.
5. Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan
dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak
dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat
dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim
yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan
tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat
penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini
sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah
sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang
berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari
janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering
terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.
6. Metode D&C (Dilatasi dan Kerokan)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok
dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini
lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga
dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini
tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita
dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain
robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung
kencing.
7. Pil RU 486
Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol
untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di
Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari
klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik
tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa
dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok
berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat
mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil
RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang
berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar.
Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya
lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam
setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon
prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan
wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat
kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang
perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan
kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui
apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu
dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius
dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44
hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal
sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.

2.2 Tindak Aborsi di Pandang dari Segi Agama Islam


a. Pengertian Aborsi Menurut Syariat
Dalam istilah syari’at, aborsi adalah kematian janin atau keguguran
sebelum sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat
disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia kandungan,
namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.
b. Klasifikasi Abortus
Keguguran atau abortus (al-Ijhaadh) dapat diklasifikasikan dalam tiga
jenis:
1. Al-Ijhaadh at-Tilqaa’i atau al-’Afwi (Abortus spontanea)
Yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin
yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini
terjadi dengan sebab kecacatan besar yang terkena penyakit beragam seperti
diabetes atau lainnya.
2. Al-Ijhaadh al-’Ilaaji (Abortus Provokatus Medisinalis /Artificialis/
Therapeuticus)
Yaitu abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter)
demi menyelamatkan nyawa ibu; yang dalam keadaan sangat jarang bahwa
kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhaadh al-Ijtimaa-i dinamakan juga al-Ijhaadh al-Jinaa-i atau al-
Ijraami (Abortus Provokatus Kriminalis)
Yaitu aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga
penampilan atau menutup aib dan sejenisnya. Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan alat-alat
atau obat-obat tertentu.
c. Syari’at Islam Memandang Aborsi
Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama
tidak masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya
masuk dalam firman Allah Ta’ala:
‫سا إِاله ُو ِِ ْسعَ َها‬
ً ‫َّللاُ نَ ْف‬
‫ف ه‬ ُ ِّ‫الَ يُ َك ِل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” [QS. al-Baqarah/2:286]
Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
‫طأ ُ َو النِِّسيَانُ َو َما ا ْست ُ ْك ِره ُْوا‬
َ ‫ض َع َع ْن أ ُ همتِ ْي ال َخ‬
ِ ‫ُو‬
‫َعلَ ْي ِه‬
“Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa, dan
keterpaksaan.” [HR. al-Baihaqi dalam Sunannya dan di-shahih-kan Syail
al-Albani dalam Shahihul-Jami' no. 13066]

Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan


darurat yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya
mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang ibu. Sehingga
aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam
keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu. Sehingga
aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan nyawa sang ibu; dalam
keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu dan
janinnya bersama-sama. Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para
medis spesialis kebidanan mengedepankan nyawa ibu daripada janinnya.
Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu dalam kesucian dan
penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali dengan
kematian salah satunya, maka hal ini masuk dalam kaedah “Melanggar yang
lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih berat lagi.”
[Irtikabul Akhaffi ad-Dhararain Lidaf'i A'lahuma]
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu
didahulukan daripada kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan
tiang keluarga. Dengan takdir Allah Ta’ala, ia bisa melahirkan berulang
kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazali seorang Ulama Indonesia menyatakan:
“Adapun ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila
ada sebab terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang
ibu. Hal ini karena syari’at Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan
untuk melanggar salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di
sana solusi lain kecuali menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang
ibu.” [Al-Ijhadh wa Nazharatul-Islam Ilaihi -makalah yang disusun Ahmad
al-Ghazali dan diajukan kepada muktamar ar-Ribath yang diadakan dari
tanggal 24-29/11/1972 M] Wallahu a’lam.
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi
jenis ketiga, yaitu Al-Ijhadh al-Ijtima-i yang dinamakan juga al-Ijhadh al-
Jina-i atau al-Ijrami (Abortus Provokatus Kriminalis). Hukum aborsi jenis
ini telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum
menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda
yang banyak dilihat para ahli fikih yang berbicara dalam hal ini adalah
adanya ruh dalam janin tersebut.
Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara
umum menjadi dua:
1. Aborsi sebelum ditiupkan ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat
disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3
kelompok:
a. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini
pendapat minoritas Ulama madzhab Syafi’iyah, Hambaliyah, dan
Hanafiyah.
b. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan
bentuk janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat
mayoritas mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hambaliyah. Pendapat ini
dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.
c. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan
dalam rahim. Ini pendapat yang rajih dalam madzhab Malikiyah, pendapat
Imam al-Ghazali, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali
dan Ibnu al-Jauzi. Juga pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini,
karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak
masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini dengan
menyatakan: “Para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur
setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari
permulaan kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai
kejahatan yang menyebabkan adanya diyat, karena ada upaya
menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Kami juga merajihkan larangan
aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan
pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit
akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Kami condong sepakat
dengan pendapat Imam al-Ghazali rahimahullah yang menganggap aborsi,
walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti mengubur
janin hidup-hidup (al-Wa’du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu
yang ada.” [Al-Fikhul-Islami wa Adilatuhu 3/556-557]
Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnun seorang Ulama dari Maroko
menyatakan: “Aborsi adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang
dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusiaan dan jiwa-jiwa yang
mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah
Ta’ala haramkan, perubahan ciptaan Allah Ta’ala dan menentang
takdir/kehendak Allah Ta’aka.” Islam telah melarang membunuh jiwa
seperti dalam firman Allah Ta’ala:
‫س الَّ ِتى َح َّر َم‬
َ ‫َوالَ ت َ ْقتُلُو االنَّ ْف‬
ِ ‫َّللاُ إِالَّ ِبا ْلح‬
‫َق‬ َّ
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” [QS. al-
Isra'/17:33] sebagaimana juga melarang sikap merubah ciptaan Allah Ta’ala
dalam firman-Nya:
‫َوالَ َء ُم َرنَّ ُه ْم‬
َّ َ‫فَلَيُغَ ِي ُرنَّ َخ ْلق‬
ِ‫َّللا‬
“Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka merubahnya.” [QS. an-Nisaa'/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wa’du (mengubur anak hidup-hidup) yang dahulu
pernah dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya.
Islam sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya:
‫َو ِإذَا ا ْل َم ْو‬
ْ‫س ِءلَت‬
ُ ُ‫ َدة‬, ‫ُء‬
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.”
[QS. at-Takwir/81: 8]
Baik aborsi itu dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh
padanya. Sebab semua fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus
dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan pembentukannya. Setelah
dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan
kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan, karena
menghilangkan madharat lebih didahulukan dari mengambil kemaslahatan.”
[Al-Ijhadhul-Amd, makalah disampaikan dalam muktamar ar-Ribath hal.
309-346]
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: “Diharamkan aborsi karena
merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa
lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga bahaya kematian.
Ini adalah perkara yang terlarang.” [Mauqifud-Dinil-islam minal-Ijhadh,
makalah yang disampaikan dalam muktamar ar-Ribath, lihat Islam wa
tanzhim al-Walidiyah hal. 418]
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghanim dalam kitabnya
Ahkamul-Janin: “Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi
sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai
dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan
mnjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu
syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan
keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian
juga fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzari’at yang sangat
bersesuaian dengan ruh syari’at Islam yang mulia.”
2. Aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin (setelah empat bulan)
Telah dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat di antara para ulama
dalam hukum aborsi sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah
peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan
kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:
‫ير ِِّم هم ْن‬ ٍ ِ‫ت َوفَض ْهلنَ ُه ْم َعلَى َكث‬ ‫َولَقَدْ ك هَر ْمنَا َبنِى َءادَ َم َو َح َم ْلنَ ُه ْم فِى ْال َب ِ ِّر َو ْال َبحْ ِر َو َرزَ ْقنَ ُهم ِ ِّمنَ ال ه‬
ِ ‫ط ِِّي َب‬
ِ ‫َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬
ً ‫ضي‬
‫ل‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [QS. al-Isra'/18: 70]
Dan firman Allah Ta’ala:
‫اس َج ِم ْيعًا َو َم ْن أ َحْ يَا هَا‬
َ ‫ض فَكَا َء نه َما قَت َ َل النه‬
ِ ‫ال َء ْر‬ َ َ‫سا بِغَي ِْر َن ْف ٍس أ َ ْو ف‬
ْ ‫سا ٍد فِى ا‬ َ ‫َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬
‫س َج ِميعًا‬ َ ‫فَكَا َء نه َمآ أَحْ يَا النها‬
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang
itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” [QS.
al-Maidah/5: 32]
Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi’ [Al-
Qawaninul-Fiqhiyah hal. 141], DR. Wahbah az-Zuhaili [Al-Fiqhul-Islami
wa Adillatuhu 3/556] dan DR. Muhammad Ali al-Bar [Siyasah wa Wasail
tahdidin-nasl hal. 167].
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh
pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam
keadaan sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil
keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu
bahwa adanya janin itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui
dengan adanya kemajuan sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu
serta tersedianya semua keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk
penyelamatan nyawa Ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi.
Wallahu a’lam.
d. Pengharaman Aborsi di dalam Hukum Al-Quran
Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak
sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya,
Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
manusia.”(QS 17:70)
Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang
lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang
siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32)
Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah
salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang
bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)
Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap
perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan
tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis”
yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-
Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat
keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di
muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan
kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah
mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu,
sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam
kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan
janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana
Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal
darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran
mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim
menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami
keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini
malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur
kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin
sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!
Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat
tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW –
seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang
wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya:
Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan
berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang
suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa
engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau
menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika
kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu
melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan
berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu
harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
e. Fatwa MUI tentang abortus
Majelis ulama Indonesia (MUI) memutuskan Fatwa tentang abortus :
Pertama : Ketentuan Umum
1. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.
2. Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan
besar.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada
dinding rahim ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat
ataupun hajat.
Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat
zina. Mengenai menstrual regulation, islam juga melarangnya karena pada
hakikatnya sama dengan abortus, merusak, menghancurkan janin calon
manusia yang dimuliakan oleh Allah karena ia berhak tetap dalam keadaan
hidup sekalipun hasil dari hubungan yang tidak sah (di luar perkawinan
yang sah) sebab menurut islam bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci
(tidak bernoda) sesuai dengan hadis nabi: “Semua anak dilahirkan atas
fitrah, sehingga jelas omongannya. Kemudian orang tuanya lah yang
menyebabkan anak itu menjadi yahudi, nasrani,/ majusi (H.R Abu ya’la, al-
thabrani dan al-baihaqi dari al-aswad bin sari’).

2.3 Bahaya Aborsi


Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
a. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku
“Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
- Kanker hati (Liver Cancer)
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
b. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-
hal seperti berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya.
Efek Samping Aborsi
1. Efek Jangka Pendek
o Rasa sakit yang inten
o Terjadi kebocoran uterus
o Pendarahan yang banyak
o Infeksi
o Bagian bayi yang tertinggal di dalam
o Shock/Koma
o Merusak organ tubuh lain
o Kematian

2. Efek Jangka Panjang


o Tidak dapat hamil kembali
o Keguguran Kandungan
o Kehamilan Tubal
o Kelahiran Prematur
o Gejala peradangan di bagian pelvis
o Hysterectom
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia
janin (fetus) mencapai 20 minggu. Sedangkan menurut syariat islam adalah
kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin belum
mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak
melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk
janin tersebut. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa
aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama
manusia adalah sangat mengerikan. Aborsi dalam agama Kristen sangat dilarang,
dan dikatakan bahwa betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut
“Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan
membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih
dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau roh yang
sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan
yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Dalam undang-undang pun pidana
yang mengikatnya sangat rancu dan lebih mengarah untuk tidak melakukan
pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat yang menghawatirkan
keselamatan salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan medis. Namun,
pernyataan itu juga tidak mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
tindakan aborsi sangat dilarang dalam semua agama. Tidak ada satu kitab pun
yang membenarkan tindakan aborsi dalam keadaan apapun.
3.2 Saran
Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh semua agama. Oleh karena itu
hendaknya kita sebagai seorang wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah
pada tindak aborsi. Dan sebagai seorang bidan yang berkecimpung pada
pertolongan persalinan hendaknya tidak menolong pasien yang meminta
persalinan sebelum waktunya (aborsi).
DAFTAR PUSTAKA

http://rikavert.blogspot.com/2012/12/aborsi-dalam-pandangan-beberapa-
agama_12.html/diunduh tanggal 3 November 2016

http://ineanggravoni.blogspot.com/2013/01/hukum-aborsi-dalam-pandangan-
agama-islam.html

http://rifanana21.blogspot.com/2013/05/makalah-hukum-aborsi-dalam-islam.html

http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-fiqih-tentang-abortus.html

http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id/artikel/

You might also like