Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka kematian ibu (AKI) indonesia Relatif
tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN yaitu sebesar 263 per 100.000 kelahiran
hidup (SKRT, 2005). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
memaparkan bahwa AKI di Indonesia tercatat sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk mengetahui tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan nifas. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007, bahwa AKI Jawa Barat tahun 2007 sebesar 228 per 100.000
Di Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 kematian ibu sebanyak 14 orang, diantaranya
disebabkan oleh eklamsi 1 orang, abortus 1 orang, hipertensi 1 orang, perdarahan 5 orang,
dan yang disebabkan oleh lainnya sebanyak 6 orang (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,
2008).
Kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung dan kematian obstetrik
langsung oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan dan
persalinan seperti hipertensi, DM, malaria dan anemia (Wiknyosastro). Anemia merupakan
masalah kesehatan masyarakat terbesar di Dunia terutama bagi kelompok wanita produksi.
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi
dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan kekurangan
maupun ke otak (Manuaba, 2001). Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan
Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia terutama di negara di negara berkembang
(Devoloping Countries) dan pada kelompok dewasa anemia terjadi pada wanita usia
reproduksi terutama wanita hamil dan wanita menyususi karena mereka banyak yang
tahun, 11 % wanita usia subur mengalami wanita, sementara presentase wanita hamil dari
trimester I, 12 % anemia trimester II, dan 29 % anemia trimester III. Anemia pada wanita
masa nifas /pasca persalinan dan juga terjadi sekitar 10 % dan 20 % terjadi pada ibu post
partum dari keluarga miskin. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah seperti
Menurut WHO 40 % kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan
perdarahan akut, bahkan tak jarang keduanya memberikan pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam masa nifas dan masa selanjutnya.
Prevalensi anemia defisiensi besi (ABD) pada kehamilan di Negara maju rata-rata 13 %
(Baker, 2000).
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian atonia
2. Tujuan Khusus
d. Membuktikan adanya hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian atonia uteri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
2. Manfaat Praktisi
a. Memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai pentingnya
memeriksakan kadar Hb supaya bisa diketahui tingkat anemia ibu sehingga timbul ketaatan
b. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan mengenai bahaya anemia
dalam kehamilan dan atonia uteri, pemeriksaan deteksi anemia serta pemberian konseling
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu Patologi Kebidanan terutama
2. Lingkup Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey Deskriptif Analitik
a. Waktu Penelitian
b. Lokasi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Menurut Varney H (2006), anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-
organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah
jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl.
Menurut Saifuddin (2002), Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I
Menurut Mellyna (2005), anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00
gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan
Menurut Sarwono P (2002), anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb <
11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada
perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada
trimester II.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
2. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia
karena diet.
c. Mal absorpsi
Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi
karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak
kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap
kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya.
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara
pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk
Menurut Taber (1994), tanda dan gejala anemia adalah sebagai berikut:
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala kapasitas oksigen.
Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum: Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan
mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ
utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai
d. Tes Laboratorium
Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama
kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-
33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit
Tabel 2.4.1 Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa Dan Ibu Hamil Menurut WHO
Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan
Haribowo A S, (2008):
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
1) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-
fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
b. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi
darah.
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
d. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun
pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
5. Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah
merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus
bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output
untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer
berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan,
banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap
kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan:
abortus, missed abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat
dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena
infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia,
dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum
anemia dapat menyebabkan: atonia uteri, retensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
a. Polindes
1) Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium.
b. Puskesmas
c. Rumah Sakit
2) Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa sifat, perlu tes
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi.
Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
B. Atonia Uteri
1. Definisi
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah
persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria (Kenneth, 2009).
Persarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, atonia uteri
menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus
2. Etiologi
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang
a. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan diantaranya:
2) Kehamilan gemelli
e. Infeksi intrapartum
f. Multiparitas tinggi
uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya
d. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
3. Gejala klinis
4. Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih
dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen
aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala
III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting
dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10
oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif
dibanding oksitosin.
5. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum
1) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat.
3) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan
cepat.
4) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap
di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. Berikan 10 unit oksitosin IM
7) Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
1) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas
ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali
b. Penanganan khusus
menghentikan perdarahan.
4) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau
rujuk segera.
5) Jika uterus tidak berkontraksi maka: Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari
vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya
bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:
Kompresi bimanual internal, kompresi bimanual eksternal atau Kompresi aorta abdominalis.
1) Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan
pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga
jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml
pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama
2) Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi.
Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan
secara sempurna.Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah
Uterotonika:
1) Oksitosin
Merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini
menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur
kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus
dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10
IU intramiometrikal (IMM).
Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek
2) Metilergonovin maleat
Merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit
pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis
maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM)
Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga
menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
hipertensi.
3) Prostaglandin (Misoprostol)
intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap
15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping
prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang
disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga
Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal,
dan gangguan hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian
besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif
untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka
keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan
berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan
Letakkan satu tangan anda pada dinding perut, dan usahakan sedapat mungkin meraba bagian
belakang uterus. Letakan tangan yang lain dalam keadaan terkepal pada bagian depan korpus
uteri, kemudian rapatkan kedua tangan untuk menekan pembuluh darah di dinding uterus
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut,genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,
hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan
yang terjadi.
Tabel 2.5.2 Langkah – langkah rinci penatalaksanaan atonia uteri pasca persalinan
No Langkah Keterangan
uterus
2 Bersihkan kavum uteri dari selaput Selaput ketuban atau gumpalan darah
baik
langkah selanjutnya
tambahan rehidrasi.
ligasiarteri uterina/hipogastrika
atau histerektomi
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teori pada bab sebelumnya, maka dengan segala keterbatasan, peneliti
B. Hipotesis
C. Definisi Operasional
di gr/dl
bawah 11 gr%
pada
kehamilan
trimester III
atau pada
kontraksinya persalinan
tidak pervaginam
terkendali dan
mengalami
atonia uteri
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analitik
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama mengkaji hubungan suatu
keadaan secara objektif. Penelitian ini melalui pendekatan cross sectional yaitu pendekatan
dimana objek sekali observasi dan pengukuran dilaksanakan pada saat penelitian dengan
menggunakan data KIA dan observasi langsung dengan satu pengamatan. Dimana data
dikumpulan pada waktu bersamaan dan setiap objek hanya diteliti satu kali saja. Dengan
metode ini diharapkan mengetahui bagaimana hubungan antara anemia dalam kehamilan
1. Populasi
kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat,
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dadri keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002: 79). Dalam penelitian ini pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik random sampling suatu tehnik pengambilan
C. Variabel Penelitian
Varibel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu sebagai
berikut:
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga september tahun 2011, dengan
pengambilan lokasi penelitian di RSUD Tasikmalaya dimana pemilihan tempat penelitian ini
didasarkan atas berbagai pertimbangan peneliti yaitu lokasi tempat penelitian yang sudah
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan secara langsung melalui observasi di
ruang bersalin RSUD Tasikmalaya. Data yang dikumpulkan dari pengamatan kontraksi dan
penilaian perdarahan.
1. Penilaian kontraksi:
Melakukan observasi secara langsung kontraksi uterus dengan melihat kuat dan lemahnya
2. Penilaian perdarahan:
a. Alat: pispot, bengkok, gelas ukur, timbangan, underpad “one med” (90cm X 60cm), softek
b. Cara kerja: setelah bayi lahir, darah diukur dengan menampung dalam pispot dan bengkok.
Kemudian darah yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah disediakan.
Alas underpad diganti, setelah responden selesai dibersihkan underpad ditimbang dan
dibandingkan antara yang masih bersih dengan yang telah digunakan. Kemudian hasil
perbandingan diukur kembali dengan mengisi gelas ukur yang telah ditimbang dengan darah,
isi darah pada gelas ukur setara dengan penambahan berat pada underpad yang telah
ditimbang.
Pada kala IV responden dipakaikan pembalut yang telah disediakan oleh peneliti. Setelah
kala IV, berat pembalut ditimbang dan dibandingkan seperti pada underpad. Hasil dari
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung. Data diperoleh dari rekam
medik pasien bersalin yang terdapat di ruang bersalin RSUD Tasikmalaya dan data hasil
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku KIA yang ibu hamil
Lubis, M.P. 2011. Hubungan Anemia Selama Kehamilan. [Online]. Tersedia: http://kti-
akbid.blogspot.com/2011/04/kti-hubungan-anemia-selama-kehamilan_21.html. [23 Juni
2011].