Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Ary Indrayuda Pratama (20111041031126)
Rizkie Zaqiyah (20111041031126)
Yulianita Purnamasari (20111041031126)
Ajeng Putri Bellatrix (20111041031126)
Apres Syahwalia (20111041031126)
Riza Bagus Setiaji (201110410311261)
Vita Rizki Firmanila (201110410311262)
Prima Windiana D. (201110410311263)
Aldila Ayu Widyastuti (201110410311264)
Virginia Rahardiyanti P. (201110410311268)
Rini Prayatni (201110410311270)
Vasakonstroksi (sementara)
Pelepasan Mediator – mediator kimia
Hilangnya nyeri
b. Nama Lain
Nama lain dari rimpang temu putih diantaranya adalah Curcuma zerumbet
Roxb., Costus nigricans Blanco, Amomum zedoaria Berg., Roscoea lutea Hassk.
Nama simplisianya adalah Zedoariae Rhizoma.
c. Deskripsi Tanaman
Temu putih ditanam sebagai tanaman obat, dapat ditemukan tumbuh liar pada
tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab. Tanaman ini mirip dengan temulawak
dan dapat dibedakan dari rimpangnya. Tanaman temu putih tingginya dapat mencapai
2 meter. Batang berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwarna coklat
muda -coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan
aromatik. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau
coklat tua. Bentuk buah bundar, berserat, segitiga, kulitnya lunak dan tipis. Biji
bentuknya lonjong, berselaput, ujungnya berwarna putih.
e. Kegunaan Tanaman
Khasiat dari tanaman ini sangat banyak, di masyarakat biasanya digunakan
sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain
pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih darah dan penguat (tonik)
sesudah nifas. Rimpang temu putih yang rasanya sangat pahit, pedas, sifatnya hangat
dan berbau aromatik ini mempunyai afinitas ke meridian hati dan limpa. Temu putih
termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan,
melancarkan sirkulasi vital energi dan menghilangkan nyeri. Selain itu juga berfungsi
sebagai antikanker dan antiinflamasi.
D. Infusa
Infusa adalah sediaan ca ir yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Untuk simplisia yang mengandung minyak
atsiri diserkai setelah dingin. Cara pembuatan : simplisia dibasahi dengan air sebanyak 2
kali berat bahan. Simplisia ditambah dengan air secukupnya dan dipanaskan di atas
penangas air selama 15 menit pada suhu 900C, sambil sesekali di aduk. Diserkai selagi
panas dengan kain flanel dan ditambah air panas secukupnya dengan dialirkan melalui
ampas sehingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.
III. ALAT
Plestimometer
Spuit
Sonde
Spidol
IV. BAHAN
Tikus
Larutan Karagenin 1%
Aquadest 2.5ml/20gBB (kontrol negatif)
Na diklofenak 6.75 mg/kgBB (kontrol positif)
Infus rimpang temu putih 5% (dosis 0.625 g/kgBB)
Infus rimpang temu putih 10% (dosis 1.25 g/kgBB)
Infus rimpang temu putih 20% (dosis 2.5 g/kgBB)
V. PROSEDUR KERJA
1. Mula-mula semua hewan uji dipuasakan 6-8 jam. Pengosongan lambung bermanfaat
terhadap proses absorbs obat. Keberadaan makanan dalam gastric seringkali
mengganggu proses absorbsi, sehingga terjadi manipulasi efek obat.
2. Salah satu kaki belakang tikus diberi tanda dengan spidol, kemudian diukur
volumenya dengan cara mencelupkannya ke dalam tabug air raksa pada alat
plestimometer sampai dengan batas tanda tersebut.
3. Pemberian bahan uji
Semua kelompok diberikan masing-masing bahan uji secara per oral 2.5 ml/200gBB
4. Selang 10-15 menit , kemudian pada masing-masing tikus diberikan penginduksi
udem larutan karagenin 1% sebanyak 0.1 ml secara subkutan pada bagian dorsal
kaki yang sama.
5. Volume kaki tikus diukur kembali pada setiap interval waktu 5 menit sampai efek
udemnya hilang.
6. Data-data yang perlu dicatat adalah:
Mula kerja dan durasi aksi bahan penginduksi
Mula kerja dan durasi aksi obat antiinflamasi
Diukurvolumenya
Pemberianbahanuji
200
Persen Efektifitas (%)
150 Aquadest
Na. Diklofenac
100 Infus 5%
Infus 10%
50 Infus 20%
0
15' 30' 45' 60'
Waktu (menit)
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Thomas B. Boulton & Colin E. Blogg, 1994, Anestesi edisi x, EGC, Jakarta