Professional Documents
Culture Documents
Alamat Korespondensi :
Christian Palullungan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP: 085656189212
Email: christianpalullungan@gmail.com
2
ABSTRAK
Penelitian tentang biomarker stroke dapat memberikan informasi tambahan tentang risiko, deteksi awal jenis stroke
maupun prognosis stroke dimana kami mencari hubungan antara volume infark berdasarkan CT scan kepala sebagai
modalitas standar baku pemeriksaan radiologi pada stroke akut dengan kadar GFAP sebagai biomarker terbaru pada
kasus-kasus iskemik serebral. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara volume infark dengan
kadar GFAP pada penderita stroke iskemik akut. Metode penelitian merupakan penelitian studi potong lintang (cross
sectional) dilakukan di RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya, dengan pendekatan uji diagnostik untuk
menghubungkan volume infark berdasarkan CT scan kepala dengan kadar GFAP pada penderita stroke iskemik
akut. Hasil penelitian pada 77 sampel bila dilakukan perhitungan berdasarkan uji Kruskal-Wallis dan uji post-hoc
Mann-Withney: volume kecil vs sedang p =0,024; volume sedang vs besar p=0,001; volume kecil vs berat p =
0,033. Nilai p pada ketiga kelompok sebesar 0,001 sehingga didapatkan hubungan yang signifikan antara volume
infark dengan kadar GFAP.Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara volume
infark dengan kadar GFAP pada penderita stroke iskemik akut.
ABSTRACT
Biomarker research on stroke can provide additional information about the risk , early detection type of stroke and
the prognosis of a stroke where we find the relationship between the volume of myocardial based on ct scan the
head as standard modalities raw examination of radiology at levels of acute stroke gfap as a biomarker with the
latest in cases of cerebral ischemic. The research aimed at investigating the correlation between infarct volume and
and content of GFAP on acute ischemic stroke patients. The research the cross sectional method. The research was
conducted in the Wahidin Sudirohusodo hospital and the its network. The research used the diagnostic test
approach to correlate between the infark volume based on the head CT scan and GFAP content on the acute
ischemic stroke patients. The research result that of 77 samples using the calculations based on Kruskal-Wallis test
and Mann-Withney post-hoc test indicated small volume vs moderate volume p=0,024; moderate volume vs large
volume p=0,001; small volume vs large volume p=0,033. The p value of three groups were 0.001, so that is obtained
the significant correlation between infark volume and GFAP content.
PENDAHULUAN
Stroke adalah salah satu penyakit pembuluh darah otak dan hingga saat ini masih menjadi
masalah utama dalam bidang kesehatan. Hal ini terjadi baik pada negara sedang berkembang
maupun maju, meskipun di negara yang telah maju, mortalitas dan prevalensi stroke telah
menurun. Di negara-negara industri, saat ini stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga
setelah penyakit jantung koroner dan keganasan sedangkan di seluruh dunia menempati urutan
kedua setelah penyakit jantung, (Aliah & Widjaja, 2004). Data di Indonesia menunjukkan
kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan.
Kejadian stroke (insidensi) sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan; 1,6 % tidak berubah,
4,3 % semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan menyerang
usia produktif dan usia lanjut, (Pokdi Stroke PERDOSSI, 2011).
Secara umum terdapat dua jenis stroke yaitu stroke iskemik yang terjadi pada sekitar 80%
kasus dan dan stroke hemoragik pada sekitar 20% kasus, (Aliah, 2005). Stroke iskemik pada
dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah ini jika semakin
parah dapat menyebabkan jaringan otak mati, yang sering disebut sebagai infark, (Gofir, 2009).
Pada penanganan stroke dapat terjadi fluktuasi perjalanan klinis yang kadangkala sulit
diperkirakan sebelumnya, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan (monitoring) keadaan
penderita dari sudut klinis, laboratorium, dan sebagainya. Salah satu upaya monitoring stroke
ialah dengan pengukuran derajat iskemik otak dengan mengukur kadar biomarker plasma darah.
Pengukuran salah satu biomarker iskemik otak yang terakhir ditemukan adalah Glial
Fibrillary Acidic Protein (GFAP). GFAP merupakan protein yang sangat spesifik untuk otak
(Highly Brain Specific Protein) yang tidak dihasilkan sel lain di luar SSP, (BioVendor
Laboratory, 2010; Pelinka, 2004).
Laporan atau tulisan mengenai GFAP pada stroke iskemik masih sangat terbatas. Antara
lain di Indonesia, sebagian tulisan tentang GFAP dihubungkan dengan trauma kapitis,
(Adhimarta, 2009; Widodo, 2012). Di Indonesia sendiri belum pernah dilakukan penelitian
tentang hubungan volume infark dan kadar GFAP pada stroke iskemik akut. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan volume infark dan kadar Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP)
pada penderita stroke iskemik akut.
4
Analisis data
Data yang dikumpul diolah melalui analisis statistik untuk melihat karakteristik sampel
digunakan analisa univariat dengan statistik deskriptif dan untuk mengetahui hubungan antara
volume infark dengan kadar GFAP penderita stroke iskemik akut digunakan uji Kruskal-Wallis.
HASIL
Karakteristik sampel
Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin dan
ada tidaknya faktor risiko HT pada subjek penelitian. Rerata umur pada sampel penelitian 62
(32-92). sampel paling banyak pada rentang usia 61-70 tahun yaitu 25 sampel (32,5%). Jenis
kelamin laki-laki (53,8%) lebih banyak daripada perempuan (44,9%). Sampel dengan faktor
risiko HT sebanyak 65 sampel (83,3%).
Analisa statistik
Tabel 2 menunjukkan volume infark pada penderita stroke iskemik. Pada penelitian ini
ditemukan paling banyak sampel dengan volume infark sedang yaitu 49 sampel (63,6%).
Sedangkan sampel dengan infark besar hanya ditemukan pada 8 sampel (10,4%).
Tabel 3 dan gambar 1 histogram menunjukkan kadar GFAP dan uji normalitas penderita
stroke iskemik. Pada tabel kadar GFAP tampak bahwa median 0,1260 (0,06-22,929). Dari
gambar histogram tampak bahwa kurva tidak simetris dan miring ke kanan. Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai P = 0,000. Karena P < 0,05 maka distribusi kadar GFAP
tidak normal.
Tabel 4 menunjukkan perbedaan kadar GFAP dengan volume infark. Pada tabel di atas,
nampak terdapat perbedaan bermakna antara kadar GFAP pada volume infark kecil, sedang dan
besar, dengan uji Kruskal-Wallis P < 0,05. Pada analisa post-hoc uji Mann-Withney P < 0,05
pada kelompok kecil dan sedang, sedang dan besar, juga ringan dan besar. Sehingga kelompok
yang memiliki perbedaan bermakna kadar GFAP yaitu pada kelompok volume infark kecil dan
sedang, sedang dan besar, juga ringan dan besar.
PEMBAHASAN
6
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara volume infark
dengan kadar GFAP. Derajat beratnya iskemik otak yang diukur dalam bentuk volume infark
berbanding lurus dengan peningkatan kadar GFAP. Sesuai dengan pembagian menurut
Broderick (1999), yang membagi volume lesi menjadi 3 kelompok yang dianggap bermakna
secara klinis yaitu kecil, sedang dan besar. Pada penelitian Vannucci et al (2004), yang
menggunakan tikus, diperoleh hasil yang signifikan antara peningkatan kadar mediator radang
dan immunohistokimia seperti MAP-2, SNAP-25, GFAP, Phosphocreatine (PCr) dan ATP
setelah perlakuan hipoksia-iskemik serebral dengan cara memotong arteri karotis tikus. Beberapa
penelitian lain yang menghubungkan antara pemeriksaan kadar laboratorium dan volume infark
antara lain dilakukan oleh Susilo (2012), yang menyatakan terdapat korelasi positif sedang antara
kadar mean platelet volume ( MPV) dengan volume infark pada penderita stroke trombotik akut.
Santoso (2011), menyatakan terdapat korelasi antara jumlah leukosit darah tepi dan volume
infark pada stroke iskemik akut. Penelitian oleh Mursyida (2007), menyatakan terdapat
hubungan antara serum Neuron-Spesific Enolase (NSE) dengan volume infark pada stroke
sirkulasi anterior.
Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 77 orang terdiri dari laki-laki (53,8%) lebih
banyak daripada perempuan (44,9%). Rerata umur pada sampel penelitian 62 (32-92). Sampel
paling banyak pada rentang usia 61-70 tahun yaitu 25 sampel (32,5%). Dari data ini terlihat
peningkatan kejadian stroke yang berkorelasi dengan bertambahnya umur. Untuk jenis kelamin,
kejadian stroke lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan pada usia kurang dari 60
tahun dan relatif menjadi sama pada usia di atas 60 tahun. Adapun laporan statistik stroke di
berbagai negara diperoleh data rata-rata umur yang bervariasi, hal ini dapat mungkin dipengaruhi
pola hidup dan serta tingkat pengetahuan pada masing-masing negara, (Misbach, 2011; Gilroy,
2000).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama stroke. Dikategorikan hipertensi bila tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Menurut penelitian Harmsen et al (2006),
usia, diabetes melitus dan tekanan darah tinggi memiliki hubungan yang independen dengan
peningkatan risiko stroke. Studi penelitian di Toronto menyimpulkan bahwa hipertensi
meningkatkan risiko stroke 3 kali lipat dibandingkan faktor risiko lain, (Gilroy, 2000).
Meskipun distribusi kadar GFAP tidak normal, penelitian ini menunjukkan peningkatan
kadar GFAP dibandingkan nilai normal pada seluruh sampel (100 %). GFAP merupakan
7
monomeric intermediate filament protein ditemukan spesifik di astrosit pada SSP sehingga
GFAP banyak digunakan dalam neuropatologi sebagai penanda imunohistokimia dari sel glial
dan meningkat spesifik pada iskemia otak. Hal ini sejalan dengan penelitian Maas and Furie
(2009), yang membuktikan bahwa pada setiap keadaan iskemik serebral akan diikuti oleh
kerusakan sel-sel glia, (Maas and Furie, 2009). Penelitian oleh Nylen (2007), menunjukkan
bahwa GFAP akan diekspresikan ke dalam plasma darah segera setelah terjadi iskemik otak.
Pada SSP yang mengalami cedera, astrosit akan mengalami respon reaksi yang disebut
astrogliosis. Astrogliosis ini ditandai dengan ekspresi GFAP yang cepat dan banyak oleh sel
astrosit, (Nylen, 2007).
Faktor yang menjadi keterbatasan penelitian adalah sulitnya mendapatkan sampel yang
homogen berdasarkan letak lesi kortikal atau subkortikal dan metode perhitungan volume infark
yang masih menggunakan metode manual berdasarkan rumus Broderick.
DAFTAR PUSTAKA
Adhimarta., Islam. (2009). Inflammation Process and Glukoneogenesis Process at Severe Head
Injury, in The Indonesian Journal of Medical Science, Vol 1, No. 6, Oktober, pp 368-79
Aliah & Widjaja. (2004). Faktor Risiko Stroke pada Beberapa Rumah Sakit di Makassar
(Januari-September 2000). J Med Nus. Vol 25 No.1
Aliah. (2005). Analisis Dinamika Kadar Interleukin-10 dan Tumor Necrosis Faktor Alpha Serum
dan Liquor Serebrospinalis Terhadap Derajat Klinis pada Penderita SI Akut. Disertasi.
Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar
BioVendor Laboratory. (2010). Human GFAP ELISA, BioVendor Laboratory Medicine.
Broderick et al. (1999). The ABCs of measuring intracerebral hemorrhage volumes.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8711791
Gilroy. (2000). Basic Neurology. Edisi ke-3. New York : Mc Graw Hill Co. Inc.
Gofir. (2009) Definisi Stroke, Anatomi Vaskularisasi Otak dan Patofisiologi Stroke dalam
Manajemen Stroke Evidence Based Medicine, Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta, hal
19-42
Harmsen et al. (2006). Long-Term Risk Factors for Stroke : Twenty-Eight Years of Follow-Up
of 7457 Middle-Ages Men in Göteborg Sweden. Stroke, 37, pp. 1663-7
Maas and Furie. (2009). Molecular Biomarkers in Stroke Diagnosis and Prognosis. Biomark
Med, August 1; 3(4), pp. 363-83
Misbach. (2011). Stroke : Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Kelompok Studi Stroke
PERDOSSI, Badan Penerbit FKUI.
Mursyida. (2007). Hubungan serum Neuron-Spesific Enolase (NSE) dengan volume infark pada
stroke sirkulasi anterior (Tesis). Medical Research Unit, Medical Faculty University of
Indonesia.
Nylen. (2007). Studies of Biochemical Brain Damage Markers in Patients at a Neurointensive
Care Unit. Institute of Neuroscience and Physiology Department of Neurology. Goteborg,
Sweden.
Pelinka. (2004). Serum Markers of Severe Traumatic Brain Injury : Are They Useful? Indian J
Crit Care Med, Juli-September, Vol 8, Issue 3, pp 190-3
Pokdi Stroke PERDOSSI. (2011). Guideline Stroke Tahun 2011.
Santoso dkk. (2011). Korelasi antara jumlah leukosit darah tepi dan volume infark pada stroke
iskemik akut (Tesis). UNS Digital Library.
Susilo dkk. (2012). Korelasi antara platelet volume (MPV) dengan volume infark berdasarkan
metode manual tracing the perimeter pada CT scan kepala terhadap penderita stroke
trombotik akut di RSUD dr.Soetomo Surabaya (Tesis). Pusat Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat , Universitas Airlangga Surabaya
Vannucci et al. (2004). Secondary Energy Failure After Cerebral Hypoxia–Ischemia in the
Immature Rat. Journal of Cerebral Blood Flow & Metabolism 24:1090–1097 © 2004 The
9
International Society for Cerebral Blood Flow and Metabolism. Published by Lippincott
Williams & Wilkins, Baltimore.
Widodo. (2012). Dinamika Kadar Glukosa, Laktat dan Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP)
Serum Sebagai Prediktor Luaran Pasien Cedera Otak Tertutup(Disertasi). Makassar:
Universitas Hasanuddin
Volume infark N %
Volume Kecil 49 63,6
Volume Sedang 20 26,0
Volume Besar 8 10,4
Sumber : Data primer
Uji Kruskal-Wallis. Uji post-hoc Mann-Withney: Ringan vs sedang p =0,024; sedang vs berat p=0,001;ringan vs berat p =
0,03