Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar
informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan
dengan kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu,
komunikasi adalah faktor yang paling penting ,yang digunakan untuk menetapkan
hubungan antara perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang
membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu komunikasi
yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien, hal tersebut
dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal –hal tersebut tidak hanya
berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang salah yang
dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan kegagalan
pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman
pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat
memahami hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi .
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
- Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Perawat yang kurang cakap dalam
berbicara, berbicara tersendat-sendat, dapat menyebabkan pendengar atau pasien menjadi
Jengkel dan tidak sadar.
1. Sikap yang kurang tepat. Seorang perawat yang sedang berbicara atau melayani
pasien harus memberikan sikap yang baik dan sopan agar pasien merasa nyaman dan
tenang.
3. Kurang memahami sistem sosial dan budaya lawan bicara (pasien) dapat
menyebabkan ketersinggungan lawan bicara.
5. Jarak fisik. Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan
komunikator berjauhan ataupun berdekatan
2
9. Mendominasi pembicaraan
A. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan
oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
b. Intensifikasi gejala
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan
yang bersifat sementara
3
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan
sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan
yang dulu)
B. Transferens
C. Kontertransferen
4
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan Kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah
h. Mencoba untuk menolong Klien dalam segala hal yang tidak berhubungan
dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
D. Pelanggaran Batas
Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dansundeen, dalam Intan,
2005)
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari
perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan
klien.
5
2). Batas waktu
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang.
Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin
tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar
batas
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat
dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
6
7). Batas bahasa
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi
dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan
pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan
tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien yang
tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.
- Klien mengajak makan dengan perawat disaat siang maupun makan malam
diluar
7
E. Pemberian hadiah
Peduli kepada penerima pesan berarti bahwa akan mengambil langkah atau yang
dapat dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti danbermakna bagi
penerima. Berempati dan bersikap peka pada perasaan penerima adala cara terbaik
untuk mengatsi hambatan komunikasi. Karen perbedaan emosi dan persepsi akan
menimbulkan ganguan. Dalam penerimaan pesan, bila seseorang menyadari perasaan
orang lain maka akan mampu memlilih kata-kata netral memahami pandangan
mereka dan mungkin akan berempati dengan posisi mereka dengan mencoba
memandang situasi lewat kacamata mereka.
8
serta kebebasan untuk mengakui kesalahan atau untuk tidak stuju dengan atasan dan
kebebasan menyatakan pendapat.
Etika adalah prinsip-prinsip yang menjadi acuan bagi seseorang atau sekelompok
orang untuk bersikap dan berperilaku. Orang yang tidak etis biasanya egois dan tidak
peduli salah atau benar, menghalalkan segala cara unuk mencapai hasil akhir. Orang
yang etis pada umumnya adapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai hak
oranglain dan memperhatikan dampak tindakan mereka pada masyarakat.
Etika memainkan peran penting dalam komunikasi. Bahasa itu sendiri terdiri dari
kata-kata yang membawa nilai . jadi hanya dengan mengataknsesuatu denga cara
tertentu,
Pesan yang efektif dan efisin akan memeperlancar proses komunikasi, sehingga
dapat mengatasi hambatan komunikasi. Ciri-ciri pesan yangefektif dan efisien antara
lain, padat dan tidak mempunyai pengertian yang mendua atau membingungkan.
9
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam pengertian lain komunikas terapeutik adalah proses yang dingunakan oleh
perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatanny
dipsuatkan pada klien.
Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Perawat yang kurang cakap dalam
berbicara, berbicara tersendat-sendat, dapat menyebabkan pendengar atau pasien menjadi
Jengkel dan tidak sadarsehingga dapat menjadi penhambat komunikasi terapeutik
3.2 Saran
Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.
Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan setiap
klien.
10
DAFTAR PUSTAKA
Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Pernerbit Salemba Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam
Keperawatan(terjemahan). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fanna, Achmad dan Trikaloka H.putri (2013) Komunikasi
Kesehatan. Yogyakarta : Merkid Press
http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-dalam-komunikasi-
terapeutik.html
Nasir, abdul dkk (2009) Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
11