Professional Documents
Culture Documents
RIKA MAWARNI
NIDIA I SIMANGUNSONG
SEPRIADI B SIMANJUNTAK
ROMAULI OPI A SIRAIT
UNIMED
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan untuk menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Mekanika.
Sejatinya makalah ini disajikan untuk memberikan peluang kepada mahasiswa untuk
dapat berpikir secara logis dan matematis.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen mata kuliah Mekanika sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata pengantar…………………………………………………………………… ii
Daftar isi…………………………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………....1-2
RUMUSAN MASALAH .................................................................................... ..3
TUJUAN ............................................................................................................. ..3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………….. 4
2.1 Sejarah Osilator harmonik....................................................................................4
2.2 Osilasi Linear dan Non Linear ............................................................................4
2.3 Osilator Sederhana ..............................................................................................7
2.4 Energi Osilator Harrmonik Sederhana ................................................................9
2.5 Osilator Teredam ................................................................................................10
2.6 Faktor Kualitas ....................................................................................................12
2.7 Redaman Paksaan ................................................................................................12
2.8 Resonansi Amplitudo .......................................................................................... 14
2.9 Energi Resonansi .................................................................................................16
2.10Energi Disipasi.....................................................................................................17
BAB III
KESIMPULAN …………………………………………………………………... 19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..............20
iii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Akan tetapi, model Einstein kemudian dikoreksi oleh Debye dengan
mengasumsikan bahwa semua osilator tersebut sebenarnya terkopel (berpasang-
pasangan). Pendekatan Einstein cocok untuk temperatur tinggi, sedangkan
pendekatan Debye cocok untuk temperatur rendah dan tinggi. Debye, pada tahun
1912, menerapkan teori kuantum pada gelombang bunyi di dalam zat padat.
Tinjauan dimulai dengan sebuah gelombang bunyi klasik, di mana tekanan sebagai
sebuah fungsi posisi, dan mendeskripsikan gelombang itu dengan sebuah fungsi
gelombang kuantum, sebagai sebuah fungsi amplitudo, yang mana merupakan deret
sebuah osilator harmonis (eksitasi-eksitasi) yang terkuantisasi dan berjarak sama satu
dengan yang lain. Eksitasi-eksitasi tersebut dikenal sebagai phonon. Deret takhingga
dari level-level energi diskrit yang berjarak sama mirip dengan apa yang ditemukan
oleh Planck pada tahun 1900 berkaitan dengan mode/ragam medan gelombang
elektromagnetik. Hal ini disebabkan karena fakta bahwa dekomposisi (penguraian)
medan elektromagnetik menjadi mode-mode (ragam-ragam vibrasi) normal
esensinya adalah dekomposisi menjadi osilator-osilator harmonis yang tidak
terkopel. Akan tetapi, dalam pendekatan osilator harmonis kuantum untuk vibrasi
atomik kristal zat padat, pada level energi n = 0, masih ada energi tertentu yang
tidak nol, yaitu sebesar . Di sisi lain, energi terendah dari osilator harmonis klasik
adalah nol. Nilai level energi keadaan dasar, yaitu (yang mana disebut sebagai zero-
point energy), adalah efek mekanika kuantum, dan secara langsung berkaitan dengan
prinsip ketidakpastian. Nilai-nilai karakteristik osilator harmonis kuantum 1 dimensi,
misalnya, bersifat non-degenerate, karena untuk setiap nilai karakteristik terdapat
hanya satu fungsi karakteristik yang bersesuaian.
Hingga saat ini, pendekatan osilator harmonis kuantum dapat dipakai untuk
menjelaskan vibrasi atomik di dalam molekul diatomik. HCl adalah salah satu jenis
molekul diatomik yang telah dipelajari melalui pendekatan osilator harmonis,
dengan asumsi bahwa vibrasi atom H dan Cl yang terjadi tidak memiliki amlitudo
getaran yang lebih besar daripada jarak rata-rata ikatan antaratom H dan Cl.
2
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau suatu materi dengan massa m bergerak pada suatu medan gaya konservatif
yaitu energi potensial sebagai fungsi simpangan seperti gambar,untuk daerah gaya konservatif
maka energi E materi adalah :
E=K+V =konstan
Gambar 1.sebuah materi dengan massa m dan energi E bergerak pada sembarang potensial
V(x),ditunjukkan dengan kurva tebal .kurva garis patah merupakan pendekatan potensial V(x)
4
𝑑𝑥 2 [𝐸−𝑉(𝑥)]
Dalam hal ini 𝑥̇ = 𝑑𝑡
=±√ 𝑚
Andaikan dalam hal ini energi partikel E1> E0. Untuk x1< x0 dan x> x2 ,maka 𝑥̇ akan berupa
imajiner ,meskipun partikel tidak ada pada daerah tersebut .Dengan demikian suatu partikel
dengan energi E1 akan dibatasi bergerak dalam suatu dinding antara x1 dan x2 .
Posisi x(t) dari gerakan partikel dalam dinding potensial dapat diperoleh dengan
mengintegralkan persamaan :
𝑚 𝑥 𝑑𝑥
𝑡2 − 𝑡1 = √ 2 ∫𝑥 2
1 √𝐸−𝑉(𝑥)
𝑚 𝑥 𝑑𝑥
Dengan periode T osilasi sempurna ditunjukan T=2(𝑡2 − 𝑡1 ) = √ ∫𝑥 2
2 1 √𝐸−𝑉(𝑥)
Persamaan ini tidak dapat diselesaikan kecuali kita mengetahui bentuk fungsi potensial V(x)
1 𝑑3 𝑣 1 𝑑4 𝑣 4
( )
6 𝑑𝑥 3 𝑥=𝑥0
(𝑥 − 𝑥0 )3 + 24 (𝑑𝑥 4 ) (𝑥 − 𝑥0 ) + ⋯ …
𝑥=𝑥0
(6)
Untuk simpangan yang relatif kecil dalam potensial simetri ,suku V(𝑥0 ) merupakan suku yang
konstan dan dapat diabaikan ,juga kerena 𝑥0 merupakan titik terendah maka untuk keadaan
setimbang pada potensial simetris ,suku-suku ganjil harus 0
𝑑𝑣 𝑑3 𝑣
(𝑑𝑥) = 0 ,(𝑑𝑥 3 ) =0
x=𝑥0 𝑥=𝑥0
𝑑2 𝑣
Selama (𝑑𝑥 2 ) >0
𝑥=𝑥0
5
untuk (𝑥 − 𝑥0 ) =x,
𝑑2 𝑣
(𝑑𝑥 2 ) =𝑘
𝑥=𝑥0
1 𝑑4 𝑣
( )
24 𝑑𝑥 4 𝑥=𝑥0
= +𝜀
𝑑𝑉
Oleh karena gerak partikel dalam medan gaya konservatif , 𝐹(𝑥) = − 𝑑𝑥 dan disubstitusikan
untuk V(x) dari persamaan diatas diperoleh
𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥 − 𝜀𝑥 3
Dapat dilakukan pendekatan dengan mengabaikan suku-suku dari persamaan kecuali suku
pertama sehingga
1
𝑣(𝑥) = 2 𝑘𝑥 2 𝑑𝑎𝑛𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥
𝑑2𝑣 𝑑𝐹
Dalam hal ini 𝑘 = ( ) = −( )
𝑑𝑥 2 𝑥=0 𝑑𝑥 𝑥=0
Dalam hal ini gaya 𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥 selalu menuju ke keadaan semula ,proporsional dengan x
,dan disebut sebagai gaya pemulih linier.
Potensial yang berkaitan dengan gaya pemulih ini bersifat parabolic ,yang menunjukkan
adanya perubahan elastisitas dan dinyatakan sebagai hukum Hook
6
Grafik osilator non linier dan linier
Gambar 2.hubungan F(X) terhadap x ,dan V(x) pada berbagai macam sistem ,besar dan tanda
𝜀 ditentukan oleh keras lunaknya sistem yang digunakan
Hal tersebut benar jika hanya perubahan kecil dan berada dalam batas elastisitas yang
ditunjukkan pada gambar 2a .Jika simpangan sistem dari keadaan setimbang tidak kecil,maka
tidak dapat suku kedua dari persamaan (12) dan (13). Dengan demikian persamaan (13) gaya
tidak linier karena masih ada suku x3 ,sedangkan potensialnya tidak parabola lagi karena
masih ada suku x4
Gerak periodik adalah gerak berulang dari suatu objek dalam jangka
waktuyang sama. Sebagai suatu pengetahuan contohnya adalah bumi kembali ke
posisiyang sama ketika setelah setahun mengitari matahari. Pada khususnya
sebenarnyabanyak sistem yang melakukan gerak periodik yaitu molekul dalam zat
padatberosilasi disekitar titik setimbangnya, gelombang elektromagnetik
sepertigelombang cahaya, radar, dan gelombang radio merupakan karakteristik
dariosilasi listrik dan medan magnet. Gerak periodik terjadi pada sistem
mekanikketika gaya yang diberikan akan sebanding dengan jarak relatif obyek
terhadaptitik setimbangnya. Jika gaya selalu diarahkan ke titik setimbangnya maka
geraktersebut dikenal sebagai gerak harmonik sederhana.
7
1
𝑣(𝑥) = 𝑘𝑥 2
2
Dan gaya pemulihnya , 𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥
𝑑2𝑥 𝑘
= − 𝑥
𝑑𝑡 2 𝑚
2
𝑑 𝑥
= −𝜔2 𝑥
𝑑𝑡 2
𝑘
Dengan 𝜔 ≡ √𝑚 adalah frekuensi anguler osilasi
𝜔 merupakan suatu konstan dan disebut sebagai frekuensi sudut alamiah sistem, maka
dikalikan kedua sisinya dengan 2𝑥̇ sehingga,
𝑑𝑥
Maka ∫ √𝐴2 = 𝜔 ∫ 𝑑𝑡
−𝑥 2
𝑥(𝑡) = 𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜙)
8
2.4. Energi Osilator Harmonik Sederhana
𝑥 = 𝐴𝑠𝑖𝑛𝜔0 𝑡 + 𝜙
𝑘
𝑣0 = 𝜔0 𝐴 = [𝐴]√
𝑚
1 1
𝐾 = 𝑚𝑥 2 = 𝑚𝜔0 2 𝐴2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝜔0 + 𝑡)
2 2
𝐾 = 𝐾0 𝑐𝑜𝑠 2 (𝜔0 𝑡 + 𝜙)
1 1
𝐾0 = 𝑚𝜔0 2 𝐴2 = 𝑘𝐴2
2 2
Energi potensial sistem sama dengan kerja yang dilakukan gaya gaya digunakan yakni
𝐹0 = −𝐹 = −(−𝑘𝑥) = 𝑘𝑥
1 2 2
𝑉(𝑥) = 𝑘𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔0 𝑡 + 𝜙)
2
𝑉(𝑥) = 𝑉0 𝑠𝑖𝑛2 (𝜔0 𝑡 + 𝜙)
1 2
𝑉0 = 𝑘𝐴
2
Maka total energi E
1 1
𝐸 = 𝐾 + 𝑉 = 𝑚𝑥 2 + 𝑘𝑥 2
2 2
9
2.5 Osilator Teredam
Dalam keadaan nyata, osilasi lama kelamaan akan melemah (meredam) karena
adanya gaya gesek benda dengan lingkungan. Pengaruh inilah yang disebut gaya non-
konservatif seperti gesekan atau hambatan udara mengahambat gerak.
Analisis sebelumnya dari osilator harmonik ideal bahwa telah gagal dalam
memperhitungkan gaya gesek. Hal ini dikarenakan dalam sistem mekanis sampai batas
tertentu. Analoginya, selalu ada sejumlah hambatan dalam sebuah rangkaian listrik.
Untuk model tertentu, pertimbangkan objek m massa yang didukung oleh pegas
cahaya kekakuan k. Kami berasumsi bahwa ada gaya perlambatan yang merupakan
fungsi linear dari kecepatan, seperti yang dihasilkan oleh hambatan udara.
10
Terjadinya kecepatan tergantung jangka 2 𝛾𝑥 mempersulit masalah; sinus sederhana
atau solusi cosinus tidak bekerja, karena telah dicoba dan dapat diverifikasi. Dari
solusi yang bekerja cukup baik untuk persamaan diferensial orde kedua dengan
koefisien konstan. Biarkan D menjadi d/dt Operator diferensial. Kami "beroperasi"
pada x dengan kuadrat
fungsi D dipilih sedemikian rupa sehingga kita menghasilkan Persamaan 3.4.4:
[D2+2 𝛾𝐷𝜔02 ]𝑥=0 …………………….…………………………..………………3.4.5a
Kami menafsirkan persamaan ini sebagai "operasi" dengan istilah dalam kurung pada
x. Operasi dari D2 berarti pertama beroperasi pada x dengan D dan kemudian
beroperasi pada hasil operasi itu dengan D lagi. Prosedur ini menghasilkan turunan
kedua x, istilah pertama dalam Persamaan 3.4.4. Persamaan Operator dalam
Persamaan 3.4.5a setara dengan persamaan diferensial pada Persamaan 3.4.4.
Penyederhanaan yang kita dapatkan dengan menulis persamaan cara ini muncul ketika
kita faktor yang jangka operator, menggunakan teorema binomial, untuk mendapatkan
[D+𝛾 − √𝛾 2 − 𝜔02 ] [D+ 𝛾 + √𝛾 2 − 𝜔02 ] = 0 ………....…….…………………. 3.4.5b
Operasi di Persamaan 3.4.5b adalah identik dengan yang di Persamaan 3.4.5a, tapi kita
harus
mengurangi operasi dari kedua produk. Karena urutan operasi adalah bebas, solusi
umumnya adalah jumlah dari solusi yang diperoleh pengaturan hasil dari setiap
operasi pertama pada x sama dengan nol. Dengan demikian, kita memperoleh
x(t) = A1𝑒 −(𝛾−𝑞)𝑡 +A2𝑒 −(𝛾+𝑞)𝑡 ………………………………………….……….. 3.4.6
dimana
q = √𝛾 2 − 𝜔02 …………………………………………………………….………. 3.4.7
Dapat diverifikasi bahwa ini adalah solusi dengan substitusi langsung ke Persamaan
3.4.4.
Masalahnya bahwa eksponen mungkin menjadi nyata atau kompleks, karena faktor q
bisa imajiner. Ada tiga hal yang mungkin dapat terjadi:
I. q real >0 Osilasi teredam lebih
II. q real = 0 Osilasi teredam kritis
III. q imaginary Osilasi teredam kurang
11
I. Osilasi teredam lebih
Kedua eksponen dalam Persamaan 3.4.6 adalah nyata. Konstanta A1 dan A2
ditentukan oleh kondisi awal. Gerak adalah peluruhan eksponensial dengan dua
konstanta peluruhan yang berbeda, (𝛾 − q) dan (𝛾 + q). Massa, diberikan beberapa
perpindahan awal dan dibebaskan dari sisa, kembali perlahan-lahan ke awal,
dicegah dari berosilasi dengan gaya redaman yang kuat.
II. Osilasi teredam kritis
Berikut q = 0. Dua eksponen dalam Persamaan 3.4.6 masing-masing sama ke
dua konstanta A1 dan A2 tidak lagi independen. Jumlah mereka membentuk
variabel A. Konstan tunggal Solusinya berdegenerasi ke fungsi peluruhan tunggal
eksponensial. Solusi umum dibutuhkan dua fungsi yang berbeda dan konstanta
independen untuk memenuhi kondisi batas yang ditentukan oleh posisi awal dan
kecepatan untuk menemukan solusi dengan dua konstanta independen, kita
kembali ke Persamaan 3.4.5b
(D+𝛾)(D+𝛾) = 0 ………………………………………….…………… 3.4.8
III. Osilasi teredam kurang
Jika konstanta 𝛾 cukup kecil itu 𝛾 2 − 𝜔02 < 0, faktor q di Persamaan 3.4.7
adalah imajiner. Massa A awalnya tersimpan dan kemudian dibebaskan dari
terisolasi, tidak jauh beda pada situasi yang dijelaskan sebelumnya tanpa gaya
redaman sama sekali. Satu-satunya perbedaan adalah adanya faktor nyata - 𝛾
eksponen dari solusi yang mengarah ke akhir dari gerakan osilasi. Mari kita
membalikkan faktor-tor di bawah persegi tanda akar dalam Persamaan 3.4.7 dan
menulis q menjadi i𝜔𝑑 . Demikian
𝑘 𝑐2
𝜔𝑑 = √𝜔02 − 𝛾 2 = √𝑚 − 4𝑚2 ……………………………………………… 3.4.10
Teredam lebih terjadi bila redaman parameter 𝛾 lebih besar dari sudut frekuensi
Persamaan 3.4.6 kemudian memberikan solusi untuk gerak
12
di mana semua eksponen ada. Diambil turunan dari persamaan ini, dapat ditemukan
Seperti dalam kasus redaman kritis, jalur fase mendekati nol sepanjang garis lurus.
Namun, pendekatan sepanjang dua baris yang berbeda akan terjadi. Mengingat
kondisi, sedikit ilmu aljabar menghasilkan nilai berikut untuk A1 dan A2 :
(𝛾+𝑞) (𝛾−𝑞)
A1 = x0 A2 =− x0 …………………….………………. 3.5.16
2𝑞 2𝑞
Beberapa lebih aljabar menghasilkan berikut untuk dua kombinasi linear yang berbeda
dari x dan x:
x+(𝛾 − 𝑞)𝑥 = (𝛾 − 𝑞)x0𝑒 −(𝛾+𝑞)𝑡 …………………………...…………….. 3.5.17a
x+(𝛾 + 𝑞)𝑥 = (𝛾 + 𝑞)x0𝑒 −(𝛾−𝑞)𝑡 …………………………………………. 3.5.17b
Istilah di sisi kanan dari masing-masing persamaan di atas yang diberikan oleh pasang
garis lurus:
x = −(𝛾 − 𝑞)𝑥 ………………….………………………………………...... 3.4.18a
x = −(𝛾 + 𝑞)𝑥 …………………….………………………………......…… 3.4.18b
Kecuali untuk kasus khusus, jalur ruang fase gerak selalu mendekati nol sepanjang
asimtot yang kemiringannya −(𝛾 − 𝑞). Asimtot yang selalu "muncul menjadi ada"
banyak lebih cepat dari yang lain, karena faktor peluruhan eksponensial adalah (𝛾 + q)
(Persamaan 3.5.17), yang lebih besar dari dua.
Kualitas Faktor (Q), merupakan frekuensi yang digunakan dalam sistem osilasi mekanik.
Besaran Q merupakan suatu besaran tak berdimensi (tak bersatuan) dan menyatakan tingkat
redaman dari suatu osilator. Faktor kualitas (Q) didefinisikan sebagai 2 𝜋 dikalikan
perbandingan antara energi yang disimpan terhadap energi rata-rata yang hilang tiap perioda,
sehingga :
𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
Q = 2𝜋 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
Jika P didefinisikan sebagai daya yang hilang dan periode osilasi T 1= 2𝜋/𝜔 1 , maka dapat
dituliskan PT1 = P2𝜋/𝜔1
Sehingga menjadi
𝐸 𝐸
Q = 2𝜋 =
𝑃2𝜋/𝜔1 𝑃/𝜔1
13
Oleh karena 1/ 𝜔 1 merupakan waktu yang diperlukan untuk bergerak dalam satu radian,
sehingga
Jika pada sistem osilasi dikenai gaya “gerak” Fd ,maka gaya neto yang
bekerja pada sistem tersebut,
𝐹𝑛𝑒𝑡 = 𝐹𝑠 + 𝐹𝑓 + 𝐹𝑑
Oleh karena pada bagian ini dibatasi pada osilasi linear maka diasumsikan gaya
“gerak” nya mempunyai bentuk sinusioda yaitu :
𝐹𝑑 = 𝐹0 cos(𝜔𝑡 + 𝜃0 )
Maka menjadi
𝑥𝑖 = 𝐴 cos(𝜔𝑡 − 𝜙)
𝐹0
(𝑘 − 𝑚𝜔2 )𝑐𝑜𝑠 𝜙 + 𝑏𝜔𝑠𝑖𝑛 𝜙 =
𝐴
14
Dan
(𝑘 − 𝑚𝜔2 ) sin 𝜙 − 𝑏𝜔 cos 𝜙 = 0
𝑏𝜔⁄
𝑚
𝑡𝑔𝜙 =
𝑘⁄
𝑘 − 𝑚𝜔 2
Atau
2𝛾𝜔
𝑡𝑔 =
𝜔0 2 − 𝜔 2
2𝛾𝜔
𝑠𝑖𝑛𝜙 =
√(𝜔0 2 − 𝜔 2 )2 + 4𝛾 2 𝜔 2
Dan
𝜔0 2 − 𝜔 2
𝑐𝑜𝑠𝜙 =
√(𝜔0 2 − 𝜔 2 )2 + 4𝛾 2 𝜔 2
𝐹0⁄
𝑚
𝐴=
√(𝜔0 − 𝜔 )2 + 4𝛾 2 𝜔 2
2 2
Dengan demikian
𝜔0 2 − 𝜔 2
𝑥𝑖 (𝑡) = 𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 − 𝜙)
√(𝜔0 2 − 𝜔 2 )2 + 4𝛾 2 𝜔 2
2𝛾𝜔
𝜙 = 𝑡𝑔−1
𝜔0 2 − 𝜔 2
Amplitudo dan sudut phase 𝜙 pada gerak keadaan lunak “steady-state” sesuai denga
persamaan (98) dan (100) yakni
15
𝐹0⁄
𝑚
𝐴=
√(𝜔0 − 𝜔) + 4 𝛾 2 𝜔 2
2
2𝛾𝜔
𝜙 = 𝑡𝑔−1
𝜔0 2 − 𝜔 2
Pada nilai 𝜔0 tertentu ,variasi A dan 𝜙 dengan frekuensi penggerak 𝜔untukharga berbeda
dari 𝛾.
Besaran 𝜙 menyatakan beda fase antara gaya penggerak F dan hasil gerak x,dalam hhal ini
𝜋
𝜙 = 0 ketika 𝜔 = 0 ,pertambahan menjadi 𝜙 = untuk 𝜔 = 𝜔0 dan mencapai 𝜙 = 𝜋
2
karena 𝜔 → ∞ .Pada frekuensi tinggi osilasi sistem adlah 180o melebihi fase gaya penggerak
dan hal ini akan bertambah ketika 𝛾 mendekati nilai dan oerubahan fase terjadi lebih cepat
lagi serta keadaan ekstrimnya ketika 𝛾 = 0 .
𝑑𝐴
]
𝑑𝜔 𝜔=𝜔𝑟
= 0
1
Sehingga didapatkan 𝜔 = 𝜔𝑟 = (𝜔𝑜 2 − 2𝛾 2 )2
1 2𝛾 2
Dengan menggunakan teorema binomial 𝜔𝑟 = 𝜔0 ( +⋯)
2 𝜔𝑜 2
maka diperoleh
𝛾2
𝜔𝑟 ≅ 𝜔0 −
𝜔0
1
Dari persamaan diperoleh 𝜔𝑟 = (𝜔𝑜 2 − 𝛾 2 )2 dan untuk nilai 𝛾 yang kecil maka
𝛾2
𝜔𝑟 ≅ 𝜔0 − 2𝜔
0
16
Gambar variasi A dan 𝜙dengan frekuensi gerak 𝜔 untuk harga 𝛾 yang berbeda
𝑘
Sedangkan untuk osilator bebas 𝜔0 2 = 𝑚 maka 𝜔1 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝜔𝑟 ,sedangkan 𝜔0
masih lebih jauh dari 𝜔𝑟 .Dengan demikian amplitudo maksimun nya 𝐴 = 𝐴0 ,terjadi pada
𝜔 = 𝜔𝑟 dalam hal ini diperoleh
𝐹0⁄
𝑚
𝐴=
2𝛾√𝜔𝑜 2 − 𝛾2
x = A cos(𝜔𝑡 + 𝜑)
1. Energi kinetik
1 1
K(t) = 2 𝑚𝑣 2 = 2 𝑚𝜔2 𝐴2 𝑠𝑖𝑛2 (𝜔𝑡 + 𝜑)
2. Energi mekanik
1 1
U(t) = 2 𝑘𝑥 2 = 2 𝑘𝐴2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝜔𝑡 + 𝜑)
3. Energi mekanik
E(t) = K(t) + U(t)
1 1
= 𝑚𝜔2 𝐴2 𝑠𝑖𝑛2 (𝜔𝑡 + 𝜑) + 2 𝑘𝐴2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝜔𝑡 + 𝜑)
2
Dengan menstubtisikannya nilai A sari persamaan (108) kepersamaaan (117)
diperoleh
1 𝐹02/𝑚2
2
K(t) = 𝑚𝜔 𝑠𝑖𝑛2 (𝜔𝑡 + 𝜑)
2 (𝜔0 2 −𝜔2 ) 2 + 4𝛾2 𝜔2
Sehingga rata-ratanya
1 𝐹02 𝜔2
〈𝐾〉 =
4 𝑚 (𝜔0 2 − 𝜔 2 ) 2 + 4𝛾 2 𝜔 2
Dalam hal ini resonansi kinetik terjadi pada saat frekuensi bebas alami
1
𝜔0 . 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑈(𝑡) = 𝑘𝑥 2 , resonansi potensial energi dapat terjadi pada posisi
2
17
yang sama seperti pada resonansi amplitudo, yakni frekuansi resonansi energi
potensial 𝜔0 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 (111) 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎 𝜔𝑢 = 𝜔𝑟 = (𝜔0 2 − 2𝛾2)1/2
Energi total rata-rata 〈𝐸〉 dari persamaan (119)dapat dinyatakan dengan persamaan
1
〈𝐸〉 = 𝑚 𝐴2 (𝜔0 2 + 𝜔2 )
4
Bila disesuaikan nilai amplitudo A dari persamaan (108) didapatkan
1 𝐹02 𝜔 + 𝜔0 2
〈𝐸〉 =
4 𝑚 (𝜔0 2 − 𝜔 2 ) 2 + 4𝛾 2 𝜔 2
1 𝐹02 1
〈𝐸(𝜔)〉 =
8 𝑚 (𝜔 − 𝜔0 ) 2 + 𝛾 2
8𝑚 1
〈𝐸(𝜔)〉 2 = (𝜔 − 𝜔 ) 2 + 𝛾 2 = 𝐿(𝜔)
𝐹0 0
𝜔0
Untuk osilasi teredam ringan, ditunjukkan harga “faktor kulitas” yakni Q = , dan
2𝛾
pada lebar resonansi ∆𝜔 = 2𝛾 maka
ω0
Q≅
∆ω
𝑑𝑤 1
〈𝑃〉 = 〈 〉 = 〈𝐹0 𝑥̇ cos 𝑤𝑡〉 atau 〈𝑃〉 = 𝐹0 𝑥0̇ sin 𝜑
𝑑𝑡 2
18
BAB III
KESIMPULAN
Gerak harmonik terjadi jika suatu sistem jenis tertentu bergetar disekitar konfigurasi
setimbangnya. Sistemnya bisa terdiri dari benda yang digantung pada sebuah pegas
atau terapung pada zat cair, molekul dwi atom, sebuah atom dalamkisi kristal terdapat
banyak sekali contoh dalam dunia mikroskopik dan jugamakroskopik. Persyaratan
supaya gerak harmonik terjadi adalah terdapatnya gayapemulih yang beraksi untuk
mengembalikan ke konfigurasi setimbangnya jikasistem itu diganggu, kelembaman
massa yang bersangkutan mengakibatkan bendamelampaui kedudukan setimbangnya,
sehingga sistem itu berosilasi terus menerusjika tidak terdapat proses disipatif.
Fungsi gelombang yang bersesuaian dengan keenam tingkat energi yangpertama dari
sebuah osilator harmonik. Dalam masing masing kasus daerah yangberosilasi secara
klasik dengan energi total En akan terbatas seperti ditunjukkan,jelaslah bahwa partikel
itu dapat menerobos ke daerah terlarang secara klasikdengan perkataan lain, melebihi
Amplitudo (A) yang ditentukan oleh energinyadengan peluang yang menurun secara
eksponensial, sama seperti situasi sebuahpartikel dalam kotak dengan dinding tegar.
19
DAFTAR PUSTAKA
20