You are on page 1of 16

Mata Kuliah : MIKROBIOLOGI

Dosen Pengampu : ENDANG SULISTYARINI GULTOM, S.Si, M.Si, Apt

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“MIKROBIOLOGI PERTANIAN”

OLEH :

ADELINA AFRIANI SITUMEANG

4161220002

BIOLOGI NONDIK A 2016

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2017
BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, teknologi di bidang


pertanian, termasuk pengendalian penyakit tanaman juga berkembang dengan cepat, namun
perkembangannya masih terfokus pada pengendalian secara kimiawi yaitu penggunaan
pestisida sintetik.
Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta
ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun tanah gambut yang
ada tidak semuanya layak digunakan untuk lahan pertanian karena gambut memiliki
variabilitas yang sangat tinggi, baik dari segi ketebalan, kematangan maupun kesuburannya
(Agus dan Subiksa, 2008).
Bacillussubtilismerupakan salah satu bakteri yang banyak dikembangkan sebagai
agens hayati untuk mengendalikan patogen tanaman. B. subtilistermasuk bakteri gram positif,
berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Bakteri tersebutdapat
membentuk endospora dan dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama padakondisi
lingkunganyang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya (Woitke, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengetahui jumlah populasi dan aktivitas mikroba didalam suatu tanah dapat
menjadi indikasi kesuburan tanah karena populasi mikroba yang tinggi?

1.3 Tujuan

Mengetahui fungsi mikroba di dalam tanah dan bagaimana peranan mikroba yang
berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah serta pertumbuhan tanaman.
BAB II

RINGKASAN JURNAL

2.1 RINGKASAN JURNAL 1


PENDAHULUAN

Bacillus subtilis merupakan bakteri saprofit yang mampu bertahan dan


berkembangbiak pada sisa-sisa bahan organik. Berdasarkan sifat tersebut sehingga bakteri ini
dapat ditumbuhkan dan diperbanyak pada limbah organik cair yang tersedia melimpah di
masyarakat seperti limbah air kelapa, air tahudan molase.Giyanto et. al. (2009) menyatakan
bahwa limbah cair organik sangat berpotensi sebagai media perbanyakan agens hayati karena
mengandung komposisi nutrisi yang baik untuk pertumbuhan mikroba seperti karbohidrat,
protein, air, asam amino, lemak, garam-garam mineral dan nutrisi lainnya.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit Ilmu Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Halu OleoKampus Bumi Tridharma Kendari yang
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2013.
Bahan.
Bahan-bahan digunakan dalam penelitian ini adalah limbah air kelapa, air tahu, molase,
Bacillus subtilisST21e (koleksi LaboratoriumIHPT), cendawan Rhizoctonia solani, akuades,
media Tryptic Soy Broth (TSB,media Tryptic Soy Agar(TSA),media Potato Dextrose
Agar(PDA, agar-agar, alkohol 70%, spritus dan media sintetik (Protease pepton dan MgSO4).
Tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian:
Peremajaan isolat bakteri B. subtilisST21e. StrainbakteriBacillus subtilisST21e yang berasal
dari stok penyimpanan (larutan glyserol 15%)dikultur ulangpada media TSA di dalam cawan
petri dan diinkubasi pada suhu ruang selama 2 x 24 jam. Penyediaan media perbanyakan
limbah cair pertanian dan inokulum B. subtilisST21e. Data pada tahap pertama dianalisis
secara sederhana dengan membandingkan pola pertumbuhan B. subtilisST21epada setiap
jenis media cair yang digunakan, sedangkan data hasil pengamatan pada tahap kedua
dianalisis menggunakan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai absorbansi (Optical Density) B. subtilisST21e dalam berbagai media limbah
cair. Hasil pengukuran absorbansi pertumbuhan B. subtilis ST21e pada berbagai media cair
limbah pertanian pada pengamatan 5 jam pertama hingga 25 jam terakhir disajikan pada

Tabel 1, sedangkan pola pertumbuhannya disajikan pada Gambar 2.

Tabel 1. Nilai absorbansi (OD) Perlakuan Nilai OD pada Waktu


B. subtilis ST21e dalam Limbah Pertanian Pengukuran (jam)
berbagai media perlakuan No.
5 10 15 20 25
1. Air Kelapa 0,041 0,046 0,222 0,275 0,329
+ 10% TSB
2. Air Tahu + 0,047 0,056 0,459 0,414 0,305
10% TSB
3. Molase + 0,041 0,535 0,072 0,045 0,047
10% TSB
4. TSB 100% 0,275 0,724 1,078 1,114 1,011

Hasil pengamatan
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada dasarnya agens hayati B.subtilisST21edapat
tumbuh dan berkembang pada berbagai media limbah cair pertanian sepertiair kelapa, air
tahudan molase, hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan nilai absorbansi kerapatan sel
bakteri pada semua media yang digunakan. Hasil pengukuran kerapatan sel
(OD)menunjukkan bahwa dari awal pengamatan hingga diakhir pengamatan pertumbuhan
tertinggi bakteri terdapat pada media cair berbahan kimia sintetik (TSB),namundarigrafik
polapertumbuhan menunjukkan bahwa kerapatan sel bakteri dalam media TSB 100%
mengalami penurunansetelah pertumbuhan 20 jam, hal yang sama terjadi pada media
perbanyakan limbah airtahu dan molase.Sebaliknya pada media perbanyakan yang
menggunakan air kelapa + 10% media TSB, secara konsistensi terus mengalami peningkatan
pertumbuhanyang baik hingga akhir pengamatan, dengan nilai OD pada waktu pertumbuhan
5 jam pertama hingga 25 jam berturut-turut 0,041; 0,046; 0,222; 0,275 dan 0,329.Jumlah
koloni pada berbagai media limbah cair. Hasil perhitungan rata-rata jumlah koloniB.
subtilisST21e dari berbagai media limbah cair pada pengamatan umur pertumbuhan 24 jam
disajikan pada Tabel2.

Tabel 2. Rata-rata jumlah koloni B. subtilis ST21e dari berbagai media cair pada umur 25
jam

No. Media Pertumbuhan Jumlah koloni

(log CFU/mL)

1 Air Kelapa + 10% TSB 15,35

2 Air Tahu + 10% TSB 15,04

3 Molase + 10% TSB 15,13

4 TSB100% 15,43

Jumlah koloni Bacillus subtilis ST21e dalam bahan formulasi air kelapa. Hasil uji
rataan jumlah koloni B. subtilis pada berbagai perlakuan konsentrasi air kelapa pada
pengamatan minggu ke 2, 4, 6 dan 8 dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Jumlah koloni B. subtilis ST21e pada berbagai perlakuan konsentrasi


media air kelapa

No Perlakuan Rata-rata jumlah koloni (log CFU/mL) B. subtilis pada

. penyimpanan minggu ke-

2 4 6 8

1. (A) 100% MS 13,20a 12,57bc 12,17bc 12,08ab

2. (B) 100% Air kelapa 12,58b 12,12c 11,51c 11,50b

3. (C) 75% Air kelapa + 25% MS 13,38a 12,07c 10,90c 11,86b

4. (D) 50% Air kelapa + 50% MS 13,11a 12,95ab 13,08ab 12,58a

5. (E) 25% Air kelapa + 75% MS 13,41a 13,31a 13,60a 12,50a

Persentase Daya Hambat Bacillus subtilisST21e terhadap Rhizoctonia solani. Hasil


rataan daya hambat B. subtilispada berbagai perlakuan konsentrasi air kelapa pada
pengamatan minggu ke 2, 4, 6 dan 8 setelah penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan B. subtilis ST21e


pada setiap media biakan yang digunakan menghasilkan kerapatan sel (OD) yang berbeda -
beda. Perbedaan kerapatan sel pada masing - masing media diduga disebabkan oleh
perbedaan kandungan nutrisi pada media tersebut, baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Menurut Giyanto et al. (2009) salah satu faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri selain kondisi untuk pertumbuhan seperti suhu, pH, kadar air, aerasi dan
agitasi, juga sangat ditentukan oleh kandungan nutrisi media perbanyakannya.Hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa penyimpanan bahan formulasi bakteri pada umur 2, 4, 6 dan 8
minggu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah koloni B.
subtilisST21e. Hal ini menggambarkan bahwa waktu penyimpanan dapat mempengaruhi
pertumbuhan jumlah sel B.subtilis.
2.2 RINGKASAN JURNAL 2

PENDAHULUAN

Menurut Wagner dan Wolf (1997) cit. Husen (2007) tanah memiliki kandungan C
organik terbesar di alam, yakni 1,2–1,6 x 1015kg C sehingga mampu menyokong kehidupan
berbagai jenis mikroba dari beragam tipe morfologi dan fisiologi, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Peranan mikroba yang dapat bermanfaat dalam usaha pertanian saat
ini belum disadari sepenuhnya bahkan sering dianggap sebagai komponen yang merugikan.
Menurut Saraswati et al.,(2008) fungsi mikroba di dalam tanah digolongkan menjadi empat,
yaitu sebagai penyedia unsur hara dalam tanah, perombak bahan organik dan mineralisasi
organik, memacu pertumbuhan tanaman, serta sebagai agen hayati pengendali hama dan
penyakit tanaman. Dengan demikian peranan mikroba juga berpengaruh terhadap sifat kimia
dan fisik tanah serta pertumbuhan tanaman. Saraswati etal., (2006) juga menjelaskan bahwa
dengan mengetahui jumlah populasi dan aktivitas mikroba di dalam suatu tanah dapat
menjadi indikasi kesuburan tanah tersebut karena populasi mikroba yang tinggi menunjukkan
adanya bahan organik yang cukup, suhu yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan
kondisi ekologi tanah yang mendukung.

BAHAN DAN METODE

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara komposit yaitu menggabungkan sampel


tanah yang didapatkan dari beberapa titik yang berbeda dengan kedalaman yang sama. Lokasi
pengambilan sampel dilakukan di lahan perkebunan kelapa sawit umur tanaman 3 tahun
dengan luas lahan 25 ha dan lahan perkebunan kelapa sawit umur tanaman 6 tahun dengan
luas lahan 30,15 ha. Setiap areal diambil 9 anak sampel yang kemudian dikompositkan
berdasarkan kedalaman yang sama yaitu sampel tanah permukaan, kedalaman 25 cm, 50 cm,
75 cm, dan 100 cm sehingga didapat 5 sampel tanah. Tanah yang diambil sebagai sampel
adalah tanah yang berada di sekitar piringan tanaman kelapa sawit. Lokasi sampel yang
diambil tanahnya dibersihkan dari seresah, kemudian bor tanah gambut yang disiapkan
disemprot dengan alkohol 90%. Selanjutnya bor ditekan ke dalam tanah, lalu tanah yang
berada dalam bor diambil menggunakan spatula. Sampel tanah yang diambil dimasukkan ke
dalam botol sampel dan ditutup rapat kemudian diberi label kemudian dibawa ke
laboratorium.

Isolasi bakteri dan Perhitungan Jumlah Koloni


Larutan tanah dan NaCl 0,85% pada seri pengenceran 10-2-10-5 diteteskan pada
media padat Nutrient Agar (NA) dalam cawan petri sebanyak 0,5 ml kemudian diratakan
menggunakan batang penyebar. Setiap pengenceran diulang dua kali. Kemudian cawan petri
diinkubasi dalam posisi terbalik selama 3-4 hari dengan suhu 370C. Metode yang digunakan
untuk menghitung jumlah koloni adalah metode cawan hitung. Cawan yang dipilih dan
dihitung adalah cawan petri yang mengandung koloni antara 30-300. Jika tidak ada, maka
dipilih yang mendekati 300. Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan dalam media, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop.
Rumus menghitung jumlah koloni adalah sebagai berikut (Omar et al., 1996) :
Pewarnaan gram bertujuan untuk membedakan bakteri menjadi dua kelompok yakni,
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri yang
berumur kurang dari 20 jam. Identifikasi bakteri tanah gambut dilakukan secara mikroskopis
dan makroskopis. Pengamatan makroskopis bertujuan untuk mengamati morfologi koloni
yang tumbuh pada media NA yaitu meliputi pengamatan bentuk koloni, tepi koloni,
permukaan koloni, dan warna koloni. Pengamatan mikroskopis bertujuan untuk mengamati
pewarnaan Gram dan bentuk sel bakteri tanah gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.pH Tanah

Hasil analisis pH tanah pada perkebunan kelapa sawit 6 tahun dapat dilihat bahwa
kedalaman tanah mempengaruhi pH tanah (Table 1). Menurut Hardjowigeno (1987) tanah
masam disebabkan oleh tingginya H+ daripada OH- , sedangkan apabila OH- Lebih tinggi
daripada H+ maka tanah akan menjadi alkalis atau basa. Suwondo (2002) juga menjelaskan
bahwa tingginya ion H+ dapat disebabkan oleh hasil dari proses dekomposisi anaerob oleh
mikroba tanah seperti bakteri yang menghasilkan
asam - asam humit. Tingginya tingkat kemasaman tanah gambut ini sesuai dengan pernyataan
Agus dan Subiksa (2008) bahwa tanah gambut mempunyai tingkat kemasaman yang relatif
tinggi dengan kisaran pH 3-5.

Tabel 1. pH Tanah Gambut pada Kebun Kelapa Sawit Umur 3 dan 6 Tahun

pH tanah kebun kelapa pH tanah kebun kelapa


Kedalaman sawit sawit

Tanah umur 3 tahun umur 6 tahun

0 cm 3,73 3,83

25 cm 3,63 3,79

50 cm 3,97 3,64

75 cm 4,05 3,41

100 cm 4,48 3,41

Rataan pH 3,97 3,62

2. Jumlah Bakteri

Secara keseluruhan populasi bakteri terbanyak berada pada permukaan tanah (0 cm)
dibanding dengan kedalaman 25, 50, 75 dan 100 cm. Alexander (1977)cit.Ardi (2009)
mengatakan bahwa secara umum populasi mikroorganisme terbesar terdapat di lapisan
horizon permukaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nurjanna (2001) bahwa
jumlah populasi bakteri asal tambak tanah gambut pada kedalaman 0-10 cm lebih tinggi
daripada kedalaman 100-110 cm. Tingginya jumlah populasi bakteri di permukaan tanah atau
rizosfer diduga karena pada permukaan tanah memiliki syarat tumbuh yang cocok untuk
pertumbuhan bakteri.
Menurut Mariana (2013) tingginya populasi bakteri di permukaan tanah disebabkan
oleh sistem perakaran tumbuhan yang memungkinkan ketersediaan substrat dan suplai
makanan sehingga metabolit akar tanaman akan meningkatkan nutrisi di dalam tanah yang
berpengaruh terhadap populasi bakteri tanah. Hal yang sama juga dinyatakan Gibson (1987)
cit. Purwaningsih et al.(2004) bahwa keadaan mikrobiologi tanah pada daerah perakaran
sangat ditentukan oleh aktivitas metabolisme dan senyawa metabolit yang dilepaskan
tanaman melalui akar. Golongan mikroba Transient juga mempengaruhi jumlah populasi
bakteri di permukaan tanah. Menurut Sutedjo etal.(1991) mikroba transient adalah organisme
tanah yang diinokulasi di dalam tanah dengan disengaja (inokulasi leguminosa) maupun
dengan tidak disengaja (unsur - unsur penyakit hewan dan tanaman) akan tetapi keberadaan
organisme di dalam tanah hanya sementara.

3.Hubungan Jumlah Bakteri dengan pH Tanah

Menurut Cahayaningtyas & Sumantri (2012) pH tanah sangat berperan pada


ketersediaan nutrisi untuk mikroorganisme tanah dan juga berperan pada daya kerja
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. pH optimum bagi kebanyakan bakteri adalah
minimum 4 dan maksimum adalah 9, namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan
masam atau basa (alkalin) (Hajoeningtijas, 2012).

Gambar 1.menunjukkanbahwa pH tanah di perkebunan kelapa sawit umur 6 tahun tingkat


kemasaman makanan untuk menjadi energi. Agus dan Subiksa (2008) juga berpendapat
bahwa dalam keadaan jenuh air atau anaerob menyebabkan rendahnya perkembangan biota
pengurai. Golongan bakteri yang dapat berkembang dalam keadaan ini adalah bakteri anaerob
yaitu bakteri yang tidak menggunakan udara bebas untuk hidupnya. Menurut Hartatik et
al.(2011) kondisi anaerob akan menyebabkan dekomposisi kayu-kayuan kaya lignin
menghasilkan asam-asam fenolat sehingga kemasaman akan meningkatkan kemasaman
gambut.tanahnya semakin rendah seiring dengan kedalaman tanahnya, sedangkan jumlah
populasi bakterinya juga menunjukkan semakin berkurang dengan semakin dalamnya lapisan
tanah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pH suatu tanah maka akan semakin
berkurang jumlah populasi bakteri. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Hasibuan dan
Ritonga (1981) cit. Ardi (2009) bahwa pH tanah sangat mempengaruhi aktivitas dan
perkembangan jasad renik tanah serta aktivitas jasad renik akan menurun seiring dengan
menurunnya pH tanah.
4.Morfologi Koloni

Hasil pengamatan morfologi koloni bakteri secara makroskopik menunjukkan


sebagian besar koloni mempunyai bentuk yang tidak teratur,hanya beberapa yang memiliki
bentuk berbenang dan bulat. Permukaan koloni yang terlihat berbentuktimbul datar,
menyerupaikawah, membukit, dan melengkung. Pada pengamatan tepian koloninya didapat
empat bentuk tepian koloni yaitu berbelah, berombak, keriting dan utuh. Sedangkan warna
koloni hampir semua berwarna putih hanya ada satu yang berwarna kekuningan yaitu isolat
KS3 B Dwijoseputro (2005), mengatakan bahwa koloni bakteri memiliki sifat-sifat khusus
dalam media padat. Pada agar lempengan bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat,
berbenang, tak teratur, serupa akar dan kumparan. Permukaan koloni dapat rata, timbul datar,
melengkung, mencembung, membukit, dan serupa kawah. Sedangkan tepian koloni dapat
berbentuk utuh, berombak, berbelah, bergerigi, berbenang, dan keriting. Pada warna, koloni
bakteri sebagian besar berwarna keputihan atau kekuningan, akan tetapi dapat juga berwarna
lain seperti kemerahan, coklat, jingga, biru, hijau dan
ungu.

5.Pewarnaan Gram dan Pengamatan Bentuk Sel

Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa seluruh isolat merupakan bakteri gram negatif.
Menurut Pelczar dan Chan (1986) mekanisme pewarnaan gram berdasarkan pada struktur dan
komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram negatif memiliki dinding sel yang tipis dan
komposisi lipid yang tinggi yaitu 11-22%. Sedangkan bakteri gram positif memiliki dinding
sel yang tebal dan hanya memiliki kandungan lipid sebesar 1-4%.Bakteri gram negatif
memiliki kandungan lipid yang tinggi dan dinding sel yang tipis sehingga ketika mendapat
perlakuan alkohol pada proses pewarnaan gram menyebabkan terekstraksinya lipid sehingga
memperbesar daya rembes (permeabilitas) dinding sel. Hal ini menyebabkan warna Ungu
Kristal-Yodium (UK-Y) terekstraksi sehingga organisme gram negatif kehilangan warna
tersebut. Sedangkan warna ungu pada bakteri gram positif setelah mendapat perlakuan
pewarnaan gram dikarenakan oleh rendahnya kandungan lipid pada dinding sel sehingga lipid
menjadi terdehidrasi selama perlakuan alkohol. Ukuran pori-pori mengecil, permeabilitasnya
berkurang dan kompleks UK-Y tidakdapat terekstraksi (Pelczar dan Chan, 1986).
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Kegayutan atar elemen


 Jurnal 1

Jurnal ini memiliki kegayutan antar elemen dimana jurnal ini memeiliki penjelasan
mengenai karakteristik dari bakteri tanah untuk tumbuhan. Penulis jurnal ini juga memberi
tabel mengidentifikasi genus bakteri berdasarkan morfologi, pertumbuhan dan berdasarkan
aspek biokimia juga. Jurnal ini juga sudah memberi gambar penelitian dan tabel hasil
penelitian yang mendukung penjelasan ilmiah dari jurnal ini.

 Jurnal 2

Jurnal kedua ini juga sudah cukup gayut, dimana pemaparan materi dari jurnal ini
sudah cukup jelas. Tetapi masih ada kata-kata yang sulit untuk dipahami. Tabel, grafik dan
gambar hasil penelitian juga sudah dilampirkan, begitu juga dengan tabel hasil penelitian.

B. Originalitas temuan
 Jurnal 1

Jurnal pertama ini bisa dibilang original karena dilihat dari aspeknya, jurnal ini
memaparkan hasil penelitian yang merupakan suatu informasi yang baru secara tertulis yang
diinformasikan untuk pertama kalinya. Jurnal ini juga memperluas dan mengolaborasi pada
karya yang telah ada. Sehingga bisa kita lihat referensi yang digunakan oleh sipeneliti.

 Jurnal 2

Jurnal kedua ini juga bersifat original, karena menurut saya isi jurnal ini adalah
menafsirkan ulang teori yang sudah ada dan mungkin dalam konteks yang berbeda. Sehingga
bisa dikatakan kalau jurnal ini cukup original.

C. Kemutakhiran masalah
 Jurnal 1

Jurnal ini diterbitkan pada tahun 2013 dan jurnal ini mengambil referensi sebagai pendukung
penelitian sebanyak 11

 Jurnal 2

Jurnal ini diterbitkan pada tahun 2014 dan jurnal ini mengambil referensi sebagai pendukung
penelitian sebanyak 24
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

D. Kegayutan atar elemen


 Jurnal 1

Jurnal ini memiliki kegayutan antar elemen dimana jurnal ini memeiliki penjelasan
mengenai karakteristik dari bakteri Bacillus subtilis. Penulis jurnal ini juga memberi tabel
mengidentifikasi genus bakteri berdasarkan morfologi, pertumbuhan dan berdasarkan aspek
biokimia juga. Jurnal ini juga sudah memberi gambar penelitian dan tabel hasil penelitian
yang mendukung penjelasan ilmiah dari jurnal ini.

 Jurnal 2

Jurnal kedua ini juga sudah cukup gayut, dimana pemaparan materi dari jurnal ini
sudah cukup jelas. Tetapi masih ada kata-kata yang sulit unruk dipahami. Gambar hasil
penelitian juga sudah dilampirkan, begitu juga dengan tabel hasil penelitian.

E. Originalitas temuan
 Jurnal 1

Jurnal pertama ini bisa dibilang original karena dilihat dari aspeknya, jurnal ini
memaparkan hasil penelitian yang merupakan suatu informasi yang baru secara tertulis yang
diinformasikan untuk pertama kalinya. Jurnal ini juga memperluas dan mengolaborasi pada
karya yang telah ada. Sehingga bisa kita lihat referensi yang digunakan oleh sipeneliti.

 Jurnal 2

Jurnal kedua ini juga bersifat original, karena menurut saya isi jurnal ini adalah
menafsirkan ulang teori yang sudah ada dan mungkin dalam konteks yang berbeda. Sehingga
bisa dikatakan kalau jurnal ini cukup original.

F. Kemutakhiran masalah
 Jurnal 1

Jurnal ini diterbitkan pada tahun 2013 dan jurnal ini mengambil referensi sebagai
pendukung penelitian sebanyak 11 peneliti dari jurnal ini bisa membuktikan fakta idenya
kepada pembaca jurnal ini.

Sehingga dapat saya simpulkan bahwa kohesi dan koherensinya juga sudah cukup
baik.
BAB IV

KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kegayutan atar elemen


 Jurnal 1

Menurut saya jurnal 1 itu ini tidak ada lagi masalah di kegayutan antar elemennya.
Menurut saya sudah cukup bagus.

 Jurnal 2

Jurnal kedua ini masih ada masalah di aspek kegayutannya, karena jurnal ini tidak
memberikan kesimpulan akhir dari penelitian yang dia laksanakan. Originalitas temuan

 Jurnal 1

Dalam jurnal ini sudah dibuktikannya kalau jurnal ini memang original. Karena jurnal
ini sudah memberikan data-datahasil penelitian yang sudah dilaksanakan. Sehingga menurut
saya jurnal ini memang original dan ditandainya dengan ISSN.

 Jurnal 2

Menurut saya jurnal ini juga sudah original. Sama seperti jurnak yang pertama, jurnal ini
juga sudah memberikan data-data penelitiannya yang membuktikan jurnal ini memang
original.

B. Kemutakhiran masalah
 Jurnal 1

Ada baiknya jika referensi yang digunakan 3-5 tahun supaya masalah yang diungkap
dalam jurnal ini lebih mutakhir lagi.

 Jurnal 2

Sama seperti jurnal yang pertama, baiknya referensi yang digunakan sebagai bahan
pendukung penelitian adalah jurnal 3-5 tahun supaya masalah yang diungkap dalam jurnal ini
lebih mutakhir lagi.

C. Kohesi dan Koherensi isi penelitian


 Jurnal 1Pada jurnal ini kohesi dan koherensinya menurut saya sudah cukup baik.
 Jurnal 2Pada jurnal ini kohesi dan koherensinya sudah cukup baik tetapi banyak kata-
katanya yang membuat saya bingung.
BAB V

IMPLIKASI TERHADAP

A. TEORI

Kedua jurnal ini sudah memaparkan materi yang cukup jelas. Kita sudah bisa
menjadikan kedua jurnal ini menjadi bahan pembelajaran kita untuk mata kuliah
mikrobiologi ini.

B. PROGRAM PEMBANGUNAN INDONESIA

Untuk program pembangunan di Indonesia jurnal ini bisa dijadikan sebagai referensi
dalam penelitian. Terkhusus untuk peneliti muda dalam bidang mikrobiologi, bisa
menjadikan ini menjai referensi dasar dalam penelitian tentang bakteri pseudomonas.

C. PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Jurnal ini sudah cukup baik memaparkan bagaimana cara mengidentifikasi bakteri
Pseudomonas. Dengan itu sebgaiamahasiswa kita juga bisa menjadikan ini sebagai acuan
belajara tentang bakteriBacillus subtilisdi mata kuliah mukrobiologi ini.
BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dalam jurnal 1 sudah dijelaskan bagaimana cara mengidentifikasi


bakteri Bacillus subtilis Dan pada jurnal kedua sudah dijelaskan bagaimana klasifikasi dari
bakteri Bacillus subtilis itu, walaupun banyak kata-kata yang sulit untuk saya pahami.

Saran saya untuk jurnal kedua supaya dicantumkan juga kesimpula dari hasil penelitian yang
didapatkan, supaya pembaca juga bisa menarik kesimpulan yang sebenarnya dari jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA

EFEKTIVITAS LIMBAH CAIR


KHAERUNI ANDI *), ASRIANTI, ABDUL RAHMAN. 2013.
PERTANIAN SEBAGAI MEDIA PERBANYAKAN DAN FORMULASI
Bacillus subtilis SEBAGAI AGENS HAYATI PATOGEN
TANAMAN. JURNAL AGROTEKNOS Vol. 3 No. 3. Hal 144-151

IRFANMOKHAMAD. 2014. ISOLASI DAN ENUMERASI BAKTERI TANAH GAMBUT DI

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TAMBANG HIJAU KECAMATAN TAMBANG

KABUPATEN KAMPAR. Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, : 1 - 8

You might also like