You are on page 1of 5

PEMERIKSAAN HBSAg DENGAN ENTEBE RPHA CELL

Kategori : Imunoserologi

Disusun oleh :
Arum Rachmatunnaim
G0C.007.006

1.1. Latar Belakang


Hepatitis/istilah peradangan hati merupakan penyakit dengan berbagai penyebab, dapat karena
infeksi maupun non infeksi (misal kimia, keganasan). Agen etiologis hepatitis karena infeksi
sangat bervariasi, dapat disebabkan oleh golongan bakteri, jamur, protozoa maupun virus.
Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B. Penyakit
hepatitis ini dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyakit kuning karena memang salah satu
ciri-ciri orang yang terinfeksi penyakit hepatitis ini tubuhnya berwarna kuning. Hepatitis B
merupakan penyakit yang dapat ditularkan kepada orang lain. Penyakit hepatitis B sebagian
besar akan sembuh dengan baik dan hanya sekitar 5-10 persen yang akan menjadi kronik. Bila
hepatitis B menjadi kronik maka sebagian penderita hepatitis B kronik ini akan menjadi sirosis
hati dan kanker hati. Namun hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis B yang berkembang
menjadi kanker hati.
Untuk mengetahui adanya infeksi Virus Hepatitis B pada tubuh dapat dilakukan beberapa
serangkaian pemeriksaan. Salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa
Hepatitis B yakni pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan serologis adalah pemeriksaan yang menggunakan prinsip antigen-antibodi.
Pemeriksaan serologis untuk diagnosa penyakit HBsAg ada beberapa macam metoda yang dapat
digunakan, salah satunya yakni dengan metoda New Spot HBsAg Test Device.

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian diatas didapatkan rumusan masalah yakni Bagaimanakah diagnosis penyakit
Hepatitis B dengan menggunakan pemeriksaan HBsAg metoda New Spot HBsAg.

1.3. Tujuan Pemeriksaan


• Untuk membantu menegakkan diagnosa Hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg dengan
metoda New Spot HBsAg.
• Untuk medeteksi adanya antigen HBsAg yang terdapat dalam serum pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis. Beberapa
macam virus dapat mengakibatkan hepatitis, tetapi yang utama adalah tiga jenis virus, yaitu
Hepatitis A Virus (HAV), Hepatitis B Virus (HBV), dan Virus Hepatitis Non A Non B (NANB)
atau yang dikenal dengan istilah Hepatitis C Virus.
4.2. Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis B adalah virus DNA berukuran 42nm yang tergolong virus Hepadraviridae yang
dikenal dengan partikel Dane. Partikel ini lebih kompleks. Permukaan luar, atau pembungkus,
mengandung HBsAg dan mengelilingi suatu inti 27 nm yang mengandung HBcAg.
Pembawa HBsAg yang kronik dapat menunjukkan atau tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit
hati. Hepatitis akut kronik memperlihatkan suatu spektrum perubahan histopatologik dari
peradangan dan nekrosa ke runtuhnya kerangka retikulum normal dengan penyambungan antara
triad portal atau vena hepatitis terminalis. HBsAg terlihat pada 10-50% dari penderita ini.
Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis, perlu dilakukan serangkaian tes fungsi hati yang
sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim), yaitu :
1. Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati, antara lain SGOT, SGPT, GLDH dan LDH
2. Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan pada kantung empedu,
yaitu Gamma GT dan alkali fosfatase
3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati, yaitu kolinesterase.
Jika serangkaian tes enzimatik tersebut menandakan adanya gangguan pada hati, dan dari
diagnosa dicurigai adanya hepatitis, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi
(sel), yaitu pemeriksaan HBsAg, HBeAg, antiHBe dan HBV DNA.
HBsAg dan HBeAg keduanya adalah antigen (pasangan antibodi). Fungsi pemeriksaan HbsAg
adalah untuk mengetahui apakah pasien merupakan penderita hepatitis B, yang ditandai dengan
HBsAg positif, sedangkan fungsi pemeriksaan HBeAg adalah untuk mengetahui apakah adanya
replika virus dalam hepatosit (sel hati). HBeAg berkaitan erat dengan HBV DNA, yaitu DNA
virus Hepatitis B. Pada beberapa kasus, ada yang nilai HBeAg-nya negatif namun bukan
pertanda mutlak bahwa yang bersangkutan tidak memiliki virus, misalnya pada penderita
Hepatitis B yang mengalami mutasi.
Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya antigen dan atau antibodi spesifik pada serum. Ada
tiga bentuk sistem antigen-antibodi yang sangat bermanfaat secara klinis yang ditemukan pada
infeksi hepatitis B yaitu : 1) antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dan antibodi terhadap
HBsAg (anti-HBs); 2) antigen core hepatitis B(HBcAg) dan antibodi terhadap HBcAg (anti-
HBc); dan 3) antigen e hepatitis B (HBeAg) dan atibodi terhadap HBeAg (anti-HBe). Perangkat
komersial (RIA dan ELISA) tersedia dipasaran untuk pemeriksaan semua hep. B marker tersebut
kecuali HBcAg. HBsAg dapat ditemukan pada serum beberapa minggu sebelum timbulnya
gejala sampai dengan beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan setelah timbulnya
gejala; pada penderita infeksi kronis bertahan seumur hidup. Anti-HBc muncul pada saat timbul
gejala sakit dan lamanya bertahan tidak diketahui. Ditemukannya anti-HBc dalam serum sebagai
pertanda bahwa infeksi HBV terjadi pada saat ini atau pada masa lalu; IgM anti-HBc muncul
dengan titer yang tinggi selama infeksi akut dan biasanya menghilang setelah 6 bulan, meskipun
IgM anti HBc ini bertahan pada sebagian kasus hepatitis kronis; oleh karena itu, pemeriksaan
marker ini cukup dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa infeksi HBV akut. HBsAg
muncul dalam serum selama infeksi akut dan tetap ditemukan selama infeksi kronis.
Ditemukannya HBsAg dalam darah menunjukkan bahwa orang tersebut potensial untuk
menularkan. Ditemukannya HBeAg artinya orang tersebut sangat menular.
Jika pada pemeriksaan selama lebih dari 6 bulan berturut-turut pasien memiliki HBsAg positif,
maka pasien dikategorikan penderita hepatitis B kronis. Dan jika pada pemeriksaan muncul
antibodi HBs atau anti-HBs, maka artinya pasien sedang dalam masa penyembuhan infeksi.
Pasien dengan HBsAg ini biasanya ditemukan secara sengaja atau tidak sengaja setelah
pemeriksaan kadar SGOT/SGPT nya ketahuan meningkat, pasien ditawarkan untuk melakukan
pemeriksaan HBsAg. Atau kadang pasien dengan keluhan perut terasa tidak nyaman yang
langsung datang ke bagian radiology untuk minta diperiksa USG dan ternyata hasilnya adalah
hepatitis atau sirosis hepatic, pasien ini diminta untuk melakukan pemeriksaan penunjang yang
lain yaitu HBsAg dan SGOT/SGPT. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti HBs
positif berarti pasien pernah terinfeksi virus Hepatitis B, namun virus tersebut sudah tidak ada
lagi dalam darah (HbsAg negatif). Itu bahkan menunjukkan bahwa pasien sekarang sudah
mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B (anti HBs positif). Karena itu selama kadar antibodi
anti HBs tinggi, maka tak perlu lagi dilakukan vaksinasi. Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai
sejak bayi.
HbsAg timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang setelah tiga bulan. Bila
persisten lebih dari enam bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Pemeriksaan ini juga
bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau
superinfeksi dengan virus lain.
2.3. Cara Penularan
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah dan produk
darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial dan synovial; cairan
amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan
jaringan tubuh yang terlepas. Ditemukannya antigen e atau DNA virus menunjukkan bahwa titer
virus dalam tubuh orang tersebut tinggi dan tingkat penularan lebih tinggi pada cairan tersebut.
Penularan dapat terjadi perkutan (IV, IM, SC atau intradermal) dan terjadi pemajanan
permukosal apabila terjadi pemajanan terhadap cairan tubuh yang infeksius. Oleh karena HBV
dapat tahan hidup pada permukaan lingkungan paling sedikit selama 7 hari, inokulasi tidak
langsung HBV dapat juga terjadi melalui obyek tersebut. Penularan fekal-oral atau melalui
vector belum terbukti.
Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual atau kontak
rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal terjadi dari ibu kepada
bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan terlarang dan melalui pajanan
nosokomial di rumah sakit. Penularan seksual dari pria yang terinfeksi kepada wanita sekitar 3
kali lebih cepat daripada penularan pada wanita yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual
melalui anal, baik penerima maupun pemberi, mempunyai risiko sama terjadinya infeksi.
Penularan HBV di antara anggota rumah tangga terutama terjadi dari anak ke anak. Secara
umum, kadang-kadang penggunaan pisau cukur dan sikat gigi bersama dapat sebagai perantara
penularan HBV. Penularan perinatal biasa terjadi pada saat ibu pengidap HBV dengan positif
HBeAg. Angka penularan dari ibu yang postif HBsAg, dan juga dengan HBeAg positif adalah
lebih dari 70%, dan angka penularan untuk ibu yang positif HBsAg , dengan HBeAg negatif
adalah kurang dari 10%.
Penularan yang dikaitkan dengan penggunaan obat suntik para pecandu Napza dapat terjadi
melalui darah yang tercemar HBV melalui alat suntik yang dipakai bersama baik secara
langsung melalui alat suntik atau karena kontaminasi perlengkapan untuk menyiapkan obat.
Pajanan nosokomial yang mengakibatkan terjadinya penularan HBV termasuk melalui transfusi
darah atau poduk darah, hemodialisa, akupunktur dan karena tertusuk jarum suntik secara tidak
sengaja atau luka lain yang disebabkan karena tertusuk peralatan yang tajam adalah cara-cara
penularan yang dilakukan oleh petugas rumah sakit. IG, fraksi protein plasma yang dilakukan
pemanasan, albumin dan fibrinolisin dianggap aman untuk diberikan.
2.4. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 – 180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan
waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai
selama 6-9 bulan; perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain
jumlah virus dalam inoculum, cara-cara penularan dan faktor pejamu.
2.5. Masa Penularan
Semua orang dengan HBsAg positif berpotensi untuk menular. Darah dari sukarelawan yang
diinfeksi secara sengaja menjadi infektif beberapa minggu sebelum timbulnya gejala pertama
dan tetap infektif selama perjalanan klinis akut dari penyakit tersebut. Tingkat penularan pada
sesorang yang mengalami infeksi kronis berbeda mulai dari sangat menular (positif HBeAg)
sampai dengan infeksius ringan (positif anti-HBe).
2.6. Kerentanan dan Kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi umum. Biasanya penyakit lebih ringan dan sering anicteric
pada anak-anak, dan pada bayi biasanya asimtomatis. Kekebalan protektif terbentuk setelah
terjadi infeksi apabila terbentuk antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) dan HBsAg negatif.
Seseorang dengan sindroma Down, penyakit lymphoproliferative, infeksi HIV dan mereka yang
sedang menunjukkan hemodialisis lebih mudah menderita infeksi kronis.

BAB III METODA

3.1. Metoda Pemeriksaan HBsAg Test


3.1.1 Bahan dan Alat
• Serum atau plasma
• New Spot HBsAg Test Device

3.1.2 Prinsip Kerja


New Spot HBsAg didesain untuk penentuan HBsAg secara kualitatif yang terdapat di dalam
serum atau plasma manusia. Tes ini merupakan suatu cromatographic immunoassay yang cepat
berdasarkan satu tahap untuk tes in vitro. Ketika serum/plasma ditambahkan dalam sampel pad,
serum akan bergerak menuju pad konjugat yang dilapisi dengan gold-monoclonal antibody
sebagai anti HBs konjugat. Campuran tersebut bergerak di sepanjang membran oleh aksi kapiler
dan bereaksi dengan cocktail monoclonal dan polyclonal antibody anti HBs yang melapisi area
test. Apabila terdapat HBsAg pada tingkat minimal 0,5ng/ml, hasilnya terbentuk warna pada tes
tersebut. Jika tidak ada HBsAg dalam sampel, warna pada area tidak akan nampak. Selanjutnya
sampel akan menuju ke kontrol area dan membentuk warna merah / ungu mengindikasikan
bahwa tes bekerja dan hasilnya valid. Tes ini digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
HBsAg.

3.1.3 Cara Kerja


a. Semua spesimen dan test device harus dipersiapkan dalam kondisi yang sesuai dengan suhu
ruang sebelum digunakan kira-kira 20-30 menit.
b. Masukkan 100 l serum kedalam test device New Pot HBsAg pada lubang sampel (S)
c. Tunggu hingga muncul garis warna merah atau ungu pada test.
d. Baca Interpretasi dalam 20-30 menit.

3.1.4 Interpretasi Hasil


• Positif (+) : Adanya dua garis warna pada tanda T dan C
• Negatif (- ) : Hanya ada satu garis warna pada kontrol (C)
• Invalid : Tidak ada garis warna pada kontrol (C)

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi Virus Hepatitis B
(HBV).
Untuk menegakkan diagnosa penyakit Hepatitis B dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologis
kualitatif untuk HBsAg yakni dengan metoda New Spot HBsAg. Pemeriksaan ini menggunakan
prinsip ikatan antigen-antibodi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya antigen
HBsAg yang terdapat dalam serum penderita.

DAFTAR PUSTAKA

• http://puskesmasmojoagung.wordpress.com/.../jumlah-pasien-dengan-hbsag-positif-di-
puskesmas-mojoagung/
• www.labtestsonline.org/understanding/analytes/hepatitis_b/test.html
• http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=37
• Review of Medical Microbiology, edisi 16 : Fakultas Kedokteran UI.
• Boediana Kresno, S. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, edisi ketiga : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
• http://www.mediasehat.com
• http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wcb7dc3af72c1e.htm

You might also like