Professional Documents
Culture Documents
DEFENISI
Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya
haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu
pelayanan (asuhan medik dan keperawatan) seyogyanya dilaksanakan secara berkesinambungan
mulai dari seorang pasien masuk rumah sakit sampai kondisi kesehatannya dapat dipulangkan ke
rumah.
Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar rumah sakit, suatu
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke
lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya.
Perencanaan pulang (discharge planning) seharusnya dilaksanakan mulai pasien diterima di satu
unit pelayanan kesehatan, dimana rentang waktu pasien menginap dapat diperpendek. Discharge
Planning yang efektif mencakup ruang lingkup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan
informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan pemberi layanan kesehatan.
Semua pasien rawat inap di rumah sakit memerlukan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang sehingga
membutuhkan perencanaan pulang khusus, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau
pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh
anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical
Mutual of Ohio, 2008).
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
1. Discharge Planning merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-sumber memberi
pendapat untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan pasien setelah keluar dari Rumah
Sakit.Prosedur
2. Discharge Planning harus dilakukan secara konsisten pada semua pasien.
3. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
4. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan.
5. Penyusunan rencana pemulangan harus didiskusikan antara tim kesehatan dengan pasien
dan keluarga sebagai care giver.
6. Pertimbangan unsur kepercayaan dan budaya dalam menyusun Discharge Planning.
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya dan
ekonomi. Proses discharge planning dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu :
a. Tahap I : Saat pasien masuk yaitu mengenai pengkajian fisik psikososial, status fungsional,
kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi pasien serta pemahaman pasien dan keluarga
dari disiplin klinis lainnya seperti fisioterapis atau ahli gizi).
b.Tahap II : Fase Diagnostik, yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai
kondisi pasien serta penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik pasien itu.
c.Tahap III : Fase Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan sudah adanya perkiraan kapan
pasien pulang dengan melakukan pendidikan kesehatan dan diskusi mengenai rencana ke
depannya setelah pasien pulang.
d.Tahap IV : Fase Recharge, yaitu saat pasien akan pulang dengan melakukan diskusi dengan
keluarga pasien mengenai pengawasan pada pasien di luar Rumah Sakit.
Prose Discharge Planning melibatkan dokter, perawat, fisioterapis, ahli nutrisi, farmasi,
organisasi atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit, serta wali dan keluarga pasien
Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien (Estimated Discharge Date/ EDD) ditetapkan sedini
mungkin (maksimal kurang dari 48 jam setelah pasien diadmisi) untuk mengantisipasi gangguan
dan hambatan saat proses pemulangan dan dievaluasi Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien
tersebut setiap hari. Perkiraan waktu pemulangan pasien terdokumentasi dalam status rekam
medik yaitu pada form Discharge Planning (RM – 27).
1.Pengkajian
Pengkajian awal mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang pasien, keluarga
harus aktif dilibatkan dalam proses ini agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat berlangsung
efektif. Pengkajian awal dilakukan untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien saat akan
dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana asuhan
2.Penentuan Masalah
3.Perencanaan
Menurut Luverna & Barbara, 1988 perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi
kebutuhan spesifik pasien berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang pasien yang disingkat dengan METHOD, yaitu :
a.Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang
b.Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya
memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatan.
c.Treatment (perawatan)
Pasien diberikan edukasi tentang pembatasan dietnya dan diharapkan mampu memilih diet yang
sesuai untuk dirinya.
4.Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang
diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pasien pulang / discharge
planning (RM – 27). Informasi tentang perawatan di rumah seperti; gambaran tentang jenis
pembedahan, pengobatan, status fisik dan mental, faktor sosial dan kebutuhan lainnya diberikan
sebelum pasien pulang.
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan
sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan pada hari pemulangan.
a.Persiapan sebelum hari pemulangan
1.2 (dua) hari menjelang Proses Kepulangan
i)Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari rumah sakit
ii)Konfirmasi kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas
iii)Persiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan
kesehatan di komunitas.
iv)Tentukan hambatan dan kemauan pasien untuk belajar, adakan sesi pengajaran kepada pasien dan
keluarga sedini mungkin selama pasien dirawat dirumah sakit (seperti tanda dan gejala penyakit,
komplikasi yang mungkin timbul, obat-obatan, diet, pembatasan aktifitas, latihan dan perawatan
berkelanjutan).
v)Berikan leaflet, buku-buku, rekaman video atau jelaskan sumber-sumber informasi dari internet.
6.Melengkapi dokumen ringkasan klinis/resume medis pasien pulang serta kelengkapan administrasi
7.Rencana kontrol
8.Jika diperlukan salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan
9.Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi meliputi point yang
disebutkan diatas dengan metode read-back (sebutkan kembali).
5.Evaluasi
Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas pelayanan.
Evaluasi berjalan terus menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjutan
dilakukan 3 (tiga) hari sampai dengan seminggu setelah pasien berada dirumah yang dilakukan
melalui telepon ke rumah.
b.Apabila pasien memiliki keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko, staf rumah sakit
memberitahukan dokter tersebut
c.Pasien dan keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien dapat masuk kembali ke
dalam program pengobatan, misalnya memberikan nomor telepon rumah sakit, nomor telepon
IGD, atau ambulance yang dapat diakses atau dihubungi pihak pasien dan keluarga
1.Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detil
kontak yang dapat dihubungi dan informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan
tatalaksana selanjutnya.
Perencanaan pasien pulang dimulai sejak pasien dirawat dirumah sakit sebagai pasien rawat inap.
Dalam pengkajian awal rawat inap didalamnya ada poin-poin yang harus dikaji secara
berkelanjutan mengenai persiapan kepulangan pasien. Poin-poin tersebut harus dilakukan secara
bertahap setiap hari dan selesai sebelum pasien pulang.
Discharge Planning adalah form yang digunakan untuk mengecek kesiapan pemulangan pasien
(terlampir). Salinan Discharge Planning diberikan kepada pasien atau keluarga pasien saat akan
pulang dari Rumah Sakit.
Kurun waktu penyusunan Discharge Planning : pasien harus dibuatkan discharge planning
maksimal 1 x 24 jam setelah pasien rawat inap memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.Umur > 65 tahun
b.Keterbatasan mobilitas fisik, Misal : stroke, pasien post operasi, multiple fraktur,
luka bakar yang luas, paska amputasi, pasien lumpuh, pasien dengan ulkus diabetikum.
c.Kebutuhan perawatan atau pengobatan lanjutan
d.Kebutuhan bantuan dalam memenuhi kebutuhan ADL (Activity Daily Living).