Professional Documents
Culture Documents
KALORIMETRI
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mencoba menentukan nilai kapasitas panas jenis (c) suatu
larutan tertentu dengan menggunakan asas Black.
2. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan antara kalor dengan rata-rata
suhu akhir campuran.
3. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kalor
jenis.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Kalor atau panas didefinisikan sebagai perpindahan energi yang
melintasi batas sistem berdasarkan perubahan suhu antara sistem dan
lingkungannya. Ketika kita memanaskan suatu zat, kita sedang memindahkan
energi ke dalamnya dengan menempatkannya pada lingkungan yang memiliki
suhu yang lebih tinggi (Serway dan Jewett, 2004). Satuan SI kalor (Q) adalah
joule. Satuan lain yang digunakan untuk kalor adalah kalori (1 kal = 4,184 J)
dan British thermal unit (1 Btu = 1054 J) (Bueche, 1989).
Jika dalam suatu sistem terdapat dua sistem yang temperaturnya
berbeda bersinggungan, maka akan terjadi perpindahan kalor. Proses di mana
sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya
akibat perbedaan temperatur ini disebut kalor. Perpindahan kalor pada
umumnya terjadi dengan tiga cara, yaitu konduksi (conduction), konveksi
(convection), dan radiasi (radiation) (Halauddin, 2005). Konduksi adalah
satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat
yang tidak tembus cahaya. Konveksi adalah proses transfer energi dengan
kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan
mencampur. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan
energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas. Sedangkan radiasi
adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang suhu tinggi ke benda
bersuhu rendah jika benda-benda tersebut terpisah di dalam ruangan,
bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut
(Kreith, 1986).
Perbandingan banyaknya energi kalor Q yang dibekalkan kepada
sebuah benda untuk menaikkan suhunya sebanyak ΔT dinamakan kapasitas
kalor C (heat capacity C) dari benda tersebut. Dengan kata lain, kapasitas
kalor adalah kalor untuk menaikkan suhu benda sebanyak satu derajat.
Kapasitas kalor dirumuskan sebegai berikut:
𝑄
𝐶=
Δ𝑇
(Halliday, 1999).
Kalor jenis c dari zat adalah kapasitas kalor per satuan massanya.
Dengan demikian, jika energi Q dipindahkan dipindahkan ke zat yang
memiliki massa m dan suhu zat berubah sebesar ΔT, maka kalor jenis zat
adalah:
𝑄
𝑐=
𝑚 . Δ𝑇
Kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya
zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin besar kalor jenis
suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus ditambahkan kepada
bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan suhu. Dari definisi ini,
kita dapat menghubungkan energi Q yang berpindah antara suatu zat
bermassa m dari sebuah bahan dan sekelilingnya yang menyebabkan
perubahan suhu ΔT sebagai:
𝑄 = 𝑚 𝑐 Δ𝑇
(Serway dan Jewett, 2004).
Pertukaran energi merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.
Untuk melakukan pengukuran semacam itu, digunakan kalorimeter. Adalah
sangat penting bahwa kalorimeter diisolasi dengan baik sehingga hanya
sejumlah minimum kalor dipertukarkan dengan luarnya (Giancoli, 1998).
Hukum Kekekalan Energi pada pertukaran kalor dan disebut Asas
Black (Wijanarko, 2013). Asas Black adalah suatu prinsip dalam
termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black. Asas ini dijabarkan
sebagai berikut:
a. Jika dua buah benda yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya akan sama (tetap).
b. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas.
c. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan.
Kesimpulan dalam percobaan asas Black yaitu jumlah kalor yang dilepaskan
sama dengan jumlah kalor yang diterima, atau dapat dirumuskan:
Qlepas = Qterima
mA x cA (Tawal air – Tcampuran) = mb x cb (Tcamp. – Tawal larutan)
(Yanti dkk., 2014).
Kalor jenis dan metode konduktivitas termal digunakan dalam
perhitungan desain reakayasa yang melibatkan pengolahan termal dari produk
pertanian. Dalam bahan pertanian, suhu dan kelembaban sangat memengaruhi
kalor jenis dan konduktivitas termal karena panas spesifik yang relatif tinggi
dan konduktivitas termal air (Akhijani dan Khodaei, 2013). Dalam jurnal
mesin makanan, disebutkan bahwa langkah agar didapatkan kopi dengan
kualitas baik langkah pemanggangan adalah sesuatu yang sangat penting
dalam membangun rasa, aroma, dan warna. Transfer panas atau kalor ke biji
kopi adalah inti proses pemanggangan (Hernandez et al., 2007).
Kalorimetri adalah pengukuran kalor dan tenaga panas
(Wadso et al., 2009). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kalor. Kalorimeter terdiri dari sebuah bejana logam yang kalor
jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan di dalam bejana lain
yang agak lebih besar. Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat.
Kalorimeter juga dilengkapi dengan batang pengaduk. Pada waktu zat
dicampurkan di dalam kalorimeter, air di dalam kalorimeter perlu diaduk agar
diperoleh suhu merata sebagai akibat pencampuran dua zat yang suhunya
berbeda. Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanaskan sampai suhu tertentu.
Kemudian zat tersebut segera dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi
air, yang suhu dan massanya sudah diketahui. Kalorimeter diaduk sampai
suhunya tidak berubah lagi. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara
adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam
kalorimeter (Wijanarko, 2013).
C. METODE PENELITIAN
1. Alat
a) Gelas beker
b) Kalorimeter
c) Timbangan
d) Termometer
e) Pemanas air
f) Pengaduk
2. Bahan
a) Air
b) Larutan kopi
c) Larutan garam
3. Cara Kerja
50 gr larutan kopi,
Pemasukkan ke dalam gelas beker
50 gr larutan garam
Pengadukan
Pengulangan
Data valid
F. KESIMPULAN
Dari praktikum Acara I Kalorimetri, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kalor jenis suatu zat bergantung pada suhu awal campuran, dengan
semakin besar suhu awal air akan semakin besar pula nilai kapasitas
kalor suatu zat.
2. Rata-rata kalor jenis larutan kopi yang didapatkan sebesar 1,141 kal/groC,
dan pada larutan garam sebesar 1,280 kal/groC.
3. Pengaruh peningkatan suhu terhadap kalor yang dihasilkan yaitu semakin
tinggi suhu, maka kalor yang dihasilkan juga akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Akhijahani, H.S., dan Jalal Khodaei. 2013. Investigation of Specific Heat and
Thermal Conductivity of Rasa Grape (Vitis vinifera L.) As a Function of
Moisture Content. World Applied Sciences Journal. Vol.22, No.7 (939-947)
Bueche, Frederick J.. 1998. Teori dan Soal-Soal FISIKA Edisi Kedelapan.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Giancoli, Douglas C.. 1998. FISIKA Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halauddin. 2005. Penentuan bilangan performan pompa kalor berdasarkan
perbedaan temperatur. Jurnal Gradien, Vol.1, No.1, Januari 2005 (16-19)
Halliday, David. 1999. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hernandez et al.. 2007. Analysis of the heat and mass transfer during coffee batch
roasting. Journal of Food Engineering. Vol.78 (1141-1148)
Imawan, Cuk dkk.. 1997. FISIKA JILID 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kreith, Frank. 1986. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Serway, R. A., dan John W. Jewett. 2004. FISIKA untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Penerbit Salemba Teknika
Wadso, L., Gomez, F. 2009. Isothermal Calorimetry for Biological Applications
in Food Science and Technology. Lund University. Vol.20, No.10 (956-961)
Wijanarko, Utut. 2013. Nilai Kalor Minyak Nabati dari Buah Kepayang. Tugas
Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri. Universitas
Gunadarma
Yanti, Resky Perdana dkk.. 2014. STUDI PENENTUAN NILAI KALORI PADA
BUAH DURIAN (Durio zibethinus). Jurnal Teknosains, Vol.8, No.2, Juli
2014 (161-174)