You are on page 1of 12

Pengertian Konsiliasi

Menurut KBBI, konsiliasi adalah usaha mempertemukan


keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan
dan menyelesaikan perselisihan itu.
Menurut Gunawan Widjaja, konsiliasi adalah suatu proses
penyelesaian sengketa alternative yang melibatkan seorang
pihak ketiga atau lebih dimana pihak ketiga yang diikutsertakan
untuk menyelesaikan sengketa adalahn seorang yang secara
profesional sudah dapat dibuktikan kehandalannya.
Referensi :
• Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsiliasi,
http://KBBI.web.id/konsiliasi diakses pada tanggal 17 maret 2019.
• Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan
Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 35
Konsiliasi vs Mediasi
Konsiliasi merupakan kombinasi antara penyelidikan (enquiry)
dan mediasi (mediation). Pada prakteknya, proses penyelesaian
sengketa melalui konsiliasi mempunyai kemiripan dengan
mediasi. Tetapi:
Konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih formal jika
dibandingkan dengan mediasi.
Konsiliator memiliki peran yang lebih besar dan lebih aktif
daripada mediator. Sedangkan mediator hanya mempunyai
kewenangan untuk mendengarkan, membujuk dan
memberikan inspirasi bagi para pihak.
Dasar Hukum Konsiliasi
• Pasal 1 ayat 10 UU No 10 tahun 1999
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”
• Pasal 6 Ayat (3) UU No. 30/1999
“Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan
tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan
melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator”.
• Pasal 6 Ayat (4) UU No. 30/1999
“Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli
maupun melalui seorang mediator tidak berhasil mencapai kata
sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua
belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi sebuah
lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa untuk menunjuk seorang mediator”.
• Pasal 17 sampai dengan Pasal 28 UU PHI
Mengatur mengenai prosedur penyelesaian perselisihan melalui
konsiliasi.
Tujuan Konsiliasi
Tujuan dari pertemuan konsiliasi adalah untuk
membawa pihak yang berkepentingan untuk
bersama sama mencari jalan keluar untuk
menyelesaikan perselisihan. Konsiliasi mencari
jalan tengah yang bisa diterima kedua belah pihak
untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara
damai.
Karakteristik Konsiliasi
• Voluntary: artinya bahwa penggunaan penyelesaian secara konsiliasi ini
sepenuhnya tergantung dari keinginan para pihak, artinya tidak ada
paksaan untuk menggunakan proses konsiliasi.
• Flexible: Para pihak memiliki kebebasan untuk memilih, seperti memilih
konsiliator, tempat pelaksaan konsiliasi, bahasa yang digunakan, dan
sebagainya.
• Not binding: Sifat konsiliasi adalah tidak mengikat atau hanya rekomendasi
• Fast: Relatif lebih cepat karena tidak ada banding dan proses-proses
seperti di arbitrase atau pengadilan
• Less expensive: Relatif lebih murah karena biasanya menggunakan 1
konsiliator saja,
• Win-win solution: Menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak.
Proses Konsiliasi
Konsiliasi membantu para pihak yang berbeda untuk
merundingkan penyelesaian dengan:
• mengidentifikasi permasalahan dan memahami fakta
dan keadaan
• mendiskusikan masalah
• memahami kebutuhan para pihak
• mencapai kesepakatan yang dapat diterima satu
sama lain
Prosedur Konsiliasi
• Penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi,
• Kemudian komisi akan mendengarkan keterangan
lisan para pihak
• Dan berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh
para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi
akan menyerahkan laporan kepada para pihak
disertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian
sengketa.
Syarat Konsiliator
• Seorang konsiliator harus memenuhi syarat sebagai berikut :
• Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
• Warga negara Indonesia;
• Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun;
• Berpendidikan sekurang-kurangnya Strata Satu (SI);
• Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter;
• Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
• Memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun;
• Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan;
• Syarat lain yang ditetapkan oleh menteri.
Pasal 19 UU No. 2 Tahun 2004 jo. Pasal 2 ayat (J) Peraturan Menteri Tenaga Kerjadan
Transmigrasi No. PF.R-10/MEN/V/2005 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Konsiliator dan Tata Kerja Konsiliasi.
Wewenang Konsiliator
Menurut Zaeny Ayhadie (2009: 120) konsiliator
berwenang untuk menyelesaikan perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungankerja,
atau perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan, yang hanya bisa dilakukan
selelah para pihak yang berselisihmengajukan
permintaan penyelesaian secara tertulis kepada
konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para pihak.

You might also like