You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAAN

OSTEOARTHRITIS

A. Pengertian

Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan


sendi tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti menjadi bagian
dari proses penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia
diatas 65 tahun. Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa awam masyarakat kita sering
dinamakan pekapuran sendi, adalah proses degenerasi atau penuaan sendi (Ahmad
Aby, 2014).
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga,
maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi
(Elizabeth J.Corwin, 2009)
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur(Long, C Barbara,
1996 hal 336).

B. Etiologi
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Misal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan
anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. Heberden node merupakan salah
satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang
tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya
yang terkena.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada
kaukasia.Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitandengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
7. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
8. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
9. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
10. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa
akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
11. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

C. Tanda dan Gejala


 Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya akan berlangsung 15 -
30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik pada
tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul,
dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama
pada malam hari.
 Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak. Sendi tampak
mengalami deformitas.
 Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari
tangan, dapat terbentuk.
 Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan tanda-tanda
inflamasi pada saat-saat tertentu
 Kehilangan fungsi secara progresif

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

D. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,


dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga
kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses
degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah
berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit tersebut
hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan dengan
penuaaan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar
sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa.
Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia,
asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise kaput femoris.
Faktor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga
turut terlibat. Factor-faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan
robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan sering berlutut.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi
atau nodulus.
E. Pathway

Umur, Idiopatik, trauma, infeksi, penyakit radang lainnya, dll.

Kurang informasi tentang proses penyakit

Reaksi peradangan

Nyeri akut
Kurang pengetahuan Sinoviom menebal

Deformitas sendi

Kerusakan kertilago dan tulang Hambatan nutrisi pada kartilago


artikulasi

Tendon dan legamen melemah


Kartilago nekrosis
Hilangnya kekuatan otot
Erosi kertilago
Resiko cidera

Adhesi pada permukaan sendi

Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Hambatan mobilitas fisik Defisit perawatan diri


F. Komplikasi
1. Gangguan/kesulitan gerak
2. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
3. Resiko jatuh
4. Patah tulang

G. Penatalaksanaan
Medis
1) Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas
untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon
steroid (OAINS)bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologisosteoartritis.
a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari
atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun
perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS
seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid.
Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan
mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan
jika osteoarhtritis pada lutut.
2) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis.
Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak
dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan
dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
Keperawatan
1 Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
2 Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatanosteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
3 Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
4 Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
5 Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin
dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber
panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
6 Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7 Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan
sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi
yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta
postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk
mengadopsi strategi penangan mandiri.
H. Data Fokus Pengkajian
1. Wawancara
Pengkajian merupakan pengkajian sistamatis untuk mengumpulkan data baik
subyektif atau obyektif dan kemudian menganalisanya. Data-data dalam
pengkajian ini meliputi :
a. Identitas
Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajiian, nomor rekam medik, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

c. Keluhan utama
Pada klien dengan osteoartritis biasanya mengeluh nyeri sendi yang bertambah
dengan adanya gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat, kaku sendi
kurang dari 30 menit, pembengkakkan sendi teraba panas tanpa adanya
kemerahan, lelah, penurunan berat badan dan demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Kaji nyeri klien menggunakan PQRST.
 P : Provokatif (Sebab Masalah)
 Q : Quality (Kualitas dan Kuantitas Masalah)
Kaji nyeri yang dirasakan klien, 1-3 : ringan, 4 : sedang, 5: berat.
 R : Region (Tempat dan Area Yang Dirasakan)
 S : Skala
 T : Time (Waktu)
Berapa lama nyeri yang dirasakan klien.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakan ada mempunyai riwayat penyakit reaksi lain ?
f. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada klien, apakah ada keluarga yang menderita penyakit AO ?
Atau penyakit turunan lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada osteoartritis pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dilakukan pada pasien
yang pertama adalah
 pengukuran berat badan
 tinggi badan
 pemeriksaan tanda-tanda
 pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan fisik otot dan sendi
dengan cara inspeksi, palpasi dan pergerakan pada sendi bahu, siku,
pergelangan tangan dan tangan (dengan tambahan tes sensoris jari untuk
menguji integritas dari n. ulnaris pada palmar dan dorsal manus: digiti IV
bagian medial dan digiti V, n.radialis pada dorsum manus: digiti I, II, III,
Ivbagian lateral, dan n.medianus pada palmar: digiti I, II, III, IV bagian
lateral), coxae (dengan tambahan tes thomas pada keadaan tidur terlentang),
lutut, dan pergelangan kaki dan kaki.
 Pada pemeriksaan fisik pasien osteoartritis didapatkan ;
a. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini.
Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai
sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu
arah gerak saja).
b. Krepitasi
Awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk
oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya
penyakit, krepitasi dapat didengar sampai jarak tertentu. Gejala ini
mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat
sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak ( <100 cc ). Sebab lain karena osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi.
d. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin
dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak
menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut,
pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
e. Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama,
perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan
perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
f. Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan
OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain,
seperti tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, ostoartritis juga
menimbulkan gangguan fungsi.
3. Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
 Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
 Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
 Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
 Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi.
 Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal.
I. Analisa
No Data Etiologi Masalah
.
1 Ds. Penurunan Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada lutut fungsi
- Klien mengatakan panas pada daerah lulut tulang
Do.
- Klien terlihat merintih
- Klien berbaring di tempat tidur saat lutut rasa
nyeri
- PQRST:
Klien mengetakan nyeri saat beraktivitas,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa
sekitar 20 menit, dengan skala 3.
- TTV:
TD : 160/80 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 110 x/menit
T : 36.7OC
2 Ds. Gangguan Hambatan
- Klien mengatakan sendinya terasa kaku muskulosk mobilitas
- Klien mengatakan sedikit kesulitan saat ingin eletal fisik
melakukan aktivitas
Do.
- Klien tampak menggunakan tongkat
- Klien tampak kaku saat berjalan
- TTV:
TD : 160/80 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 110 x/menit
T : 36.7OC
3 Ds. Tidak Defisiensi
- Klien mengatakan tidak begitu mengerti mengetahu pengetahu
tentang penyakitnya i sumber- an
Do. sumber
- klien terlihat sedikt bingung informasi
- klien tampak mendengarkan saat diberi
penjelasan tentang penyakitnya

J. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b/d penurunan fungsi tulang
- Hambatan mobilitas fisik b/d
- Defisiensi pengetahuan b/d tidak mengetahui sumber-sumber informasi
K. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian
penurunan keperawatan selama ... x 24 jam nyeri secara
fungsi tulang diharapkan nyeri teratasi. komprehensif
Indikator IR ER termasuk lokasi,
 Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas
(tahu penyebab dan faktor prepetasi
nyeri, mampu - Observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
teknik non ketidaknyamanan
farmakologi, untuk - Pilih dan lakukan
mengurangi myeri) penanganan nyeri
 Melaporkan (farmakologi dan non
bahwanyeri farmakologi)
berkurang dengan - Kolaborasi dalam
menggunakan pemberian analgetik
manajement nyeri untuk mengurangi
 Mampu mengenali nyeri
nyeri (skala, - Ajarkan klien tentang
intensitas, teknik non
frekuensi, tanda farmakologi
nyeri)
 Menyatakan
nyaman setelah
nyeri berkurang

2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan - Kaji kemampuan


mobilitas fisik keperawatan selama ... x 24 jam klien dalam
b/d diharapkan hambatan mobilitas mobilisasi
Defisiensi teratasi. - Monitor TTV
indikator IR ER sebelum/sesudah
 Klien meningkat latihan dan lihat
dalam aktivitas respon pasien saat
fisik latihan
 Mengerti tujuan - Dampingi dan bantu
dan meningkatkan klien saat mobilisasi
mobilitas dan bantu memenuhi
 Memverbalisasikan kebutuhan ADLs
perasaan dalam - Berikan alat bantu
meningkatkan jika klien
kekuatan dan memerlukan
kemampuan - Konsultasikan
berpindah dengan terapi fisik
 Memperagakan tentang rencana
dalam ambulasi sesuai
menggunakan alat dengan kebutuhan
bantu untuk - Ajarkan klien
mobilisasi bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

3 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan - Berikan penilaian


pengetahuan keperawatan selama ... x 24 jam tentang tingkat
b/d tidak diharapkan pengetahuan pengetahuan klien
mengetahui meningkat. tentang proses
sumber- indikator IR ER penyakit yang
sumber  Klien mengatakan spesifik
informasi pemahaman - Jelaskan patofisilogi
tentang penyakit, dari penyakit dan
kondisi, prognosis, bagaimana hal ini
dan program berhubungan dengan
pengobaan anatomi dan
 Klien mampu fisiologi, dengan cara
melaksanakan yang tepat
prosedur yang - Gambarkan tanda
dijelaskan secara dan gejala yang bisa
benar muncul pada
 Klien mampu penyakit, dengan
menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang - Gambarkan proses
dijelaskan penyakit, dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesahatan lainnya - Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
dan proses
pengontrolan
penyakit
- Diskusikan pilihan
terap dan cara
penanganan
DAFTAR PUSTAKA :

http://nurserahma.blogspot.co.id/2014/11/lp-osteoarthritis.html?m=1
http://murnicania.blogspot.co.id/2014/02/askep-osteoartritis.html?m=1
http://www.alodokter.com/osteoarthritis
http://jibonkrocksite.blogsport.co.id/2003/06/osteoartrisits.html?m=1
Nurarif, Amin Huda et al. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC jilid 2. Media Action, Yogjakarta
Nurarif, Amin Huda et al. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1. Media Action, Yogjakarta

You might also like