You are on page 1of 8

LP TEORI ASKEP MELENA

Post By. Unknown at Tuesday, July 15, 2014


BAB 1
LANDASAN TEORI
MELENA

1.1 Pengertian
Melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara drah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. Biasanya terjadi
hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri
atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml,
baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena
sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian
atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di rumah sakit.

1.2 Etiologi
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
1) Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2) Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
3) Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
4) Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5) Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-
lain.
6) Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas,
karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian
atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas
(Hilmy 1971: 58 %)

1.3 Diagnosis Melena


Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau kesadaran
menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya
hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat
ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran
makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa
nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil
anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takara yang
praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik
agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan
fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider
naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali
dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus,
golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti
perkembangan penderita.

1.4 Manifestasi klinik


Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
1) Gelisah
2) Suhu badan mungkin meningkat
3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4) Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5) Rasa sakit di perut
6) Rasa kembung
7) Tonus dan turgor kulit berkurang
8) Selaput lendir dan bibir kering

1.5 Pohon masalah (Web of Caution)

1.6 Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K,Ca dan Potassium
serum pada diare yang disertai kejang).
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.

1.7 Pemeriksaan diagnostik


1) Pemeriksaan fisik
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Demam
2) Pemeriksaan khusus
1. Colon rektal
2. Rektosigmoideskopi
3. Kolonoskopi
4. Barium enema
5. Foto dada
6. Barium meal
3) Pemeriksaan laboratorium
1. LED
2. Hipokalsemia
3. Avitaminosis D
4. Serum albumin tinggi
4) Radiologis
5) Kolonoskopi

1.8 Penatalaksanaan Melena


Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya
diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik.
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1) Pengawasan dan pengobatan umum
1. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin,
meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
2. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti
dapat diberikan makanan cair.
3. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selama belum tersedia
darah.
4. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP
monitor.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
6. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar
hemoglobin 50-70 % harga normal.
7. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona
AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
8. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
2) Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah
lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan
menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa
lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan
setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3) Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat
menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati
dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu
perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit
jantung koroner/iskemik.
4) Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga
penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan
kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa
peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan
SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah
dijumpai.
5) Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan
bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali.
Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6) Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap
berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan
adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif
dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

1.9 Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :
Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup :
Alkoholisme, kebiasaan makan

2) Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2. Eliminasi :
a) BAB :
konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat, jumlahnya)
b) BAK :
warna gelap, konsistensi pekat
3. Neurosensori :
adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
4. Respirasi :
sesak, dyspnoe, hipoxia
5. Aktifitas :
lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
3) Pengkajian Fisik
Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
Studi diagnostik
Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum, amonoiak, albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

1.10 Diagnosa keperawatan


Dx 1 : Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal
1) Tujuan
Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
2) Kriteria Hasil
1. Tanda vital yang stabil
2. Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran
mukosa lembab.
3. Masukan dan haluaran seimbang
3) Intervensi
1. Kaji status hidrasi.
R : Mengetahui status cairan yang dibutuhkan pasien.
2. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dan vitamin
R : Memenuhi kebutuhan cairan selama cairan oral tidak memungkinkan
3. Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam
R : Memantau keseimbangan masukan dan pengeluaran cairan
4. Pantau elektrolit
R : Elektrolit seperti natrium dan kalium banyak hilang saat diare
5. Timbang klien setiap hari karena pada waktu yang sama dengan pakaian dan alat penimbang
sama
R : Penimbangan berat badan tiap hari dapat mendeteksi kehilangan cairan
4) Evaluasi:
1. Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
2. Tanda vital yang stabil
3. Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran
mukosa lembab.
4. Masukan dan haluaran seimbang

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan
absorpsi
1) Tujuan
Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
2) Kriteria hasil
1. Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
2. Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal
3) Intervensi
1. Kaji status nutrisi dan kaji klien dengan mengidentifikasikan makanan yang mengiritasi
R : makanan yang mengandung sarbitol dapat menyebabkan atau memperberat diare,dan
mengkonsumsi gula akan menyebarkan gelembung udara untuk mengurangi distensi lambung.
2. Berikan diet tinggi kalori, protein, dan mineral; rendah zat sisa, lemak dan serat
R : Makanana tinggi serat dan tinggi lemak akan menyebabkan iritasi saluran usus.
3. Berikan dorongan klien untuk mengikuti waktu makan yang telah direncanakan
R : Jadwal makan tepat waktu akan membantu proses pengosongan usus
4. Pertahankan catatan masukan dan hindari makanan yang telah di rencanakan
R : Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.
5. Berikan dorongan pada klien untuk makan dengan perlahan, menyunyah dengan baik, dan
menggigit dalam jumlah sedikit
R : Makan terlalu cepat dapat meningkatkan resiko iritasi lambung
6. Sajikan makanan dengan menarik di ruangan yang berventilasi baik
R : Menambah nafsu makan
4) Evaluasi:
1. Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
2. Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
3. Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal

Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan iritasi


1) Tujuan
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
2) Kriteria hasil
1. Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
2. Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
3) Intervensi
1. Kaji karakter, intensitas, dan letak nyeri
R : Mengetahui derajat nyeri dan membantu dalam perencanaan intervensi
2. Kaji ketidakefektifan/efek samping sedatif, analgesik, dan supositoria rektal dan salep
R : Sedatif dan analgetik dapat menurunkan nyeri
3. Ubah posisi pasien secara teratur dan gosok punggung untuk mengurangi rasa tidak nyaman
R : Posisi yang sama dalam waktu lama dapat menambah nyeri pada area yang menonjol
4. Berikan aktivitas yang bersifat hiburan dan istirahat yang teratur pada klien
R : Membantu mengalihkan perhatian terhadap keluhan nyeri
5. Ambulasikan klien dengan bantuan sesuai toleransi Berikan dorongan dan dan ajarkan metode
alternatif penatalaksanaan nyeri
R : Pasien dapat menentukan sendiri teknik alternatif bila nyeri dirasakan berat
4) Evaluasi:
1. Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
2. Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
3. Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

Dx 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kebutuhan


perawatan di rumah.
1) Tujuan
Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang pencegahan dan perawatan lanjutan di rumah.
2) Kriteria hasil
1. Pasien dan keluarga mengatakan mengerti tentang proses penyakit, dan aturan diet
2. Pasien dapat menggunakan kemampuan koping positif secara sederhana
3. Pasien dan keluarga dapat merubah gaya hidup dengan makan-makan bergizi tinggi serat
3) Intervensi
1. Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan untuk dihindari; buah-
buahan dan sayuran mentah, alkohol, cokelat, dan makanan yang menghasilkan gas
R : Makanan yang tinggi serat, mengandung gas, dan alkohol dapat merangsang dan mengiritasi
saluran usus
2. Diskusikan pentingnya mencoba satu jenis makanan baru setiap kali makan
R : Memodifikasi makanan dapat meningkatkan nafsu makan
Diskusikan pentingnya mengindari stres selama waktu makan dan mengunyah makanan dengan
baik dan perlahan
R : Kondisi stress saat makan akan menyebabkan produksi asam lambung meningkat sehingga
timbul perasaan mual dan nyeri perut
3. Jelaskan hubungan penyebab stres pada proses penyakit dan gejala kekambuhan atau
kemajuan penyakit untuk dilaporkan pada dokter.
4. Berikan informasi tentang obat-obatan; termasuk nama, dosis, tujuan waktu pemberian, efek
samping, dan interaksi, jelaskan pentingnya untuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas
kecuali bila telah dibicarakan sebelumnya dengan dokter
5. Berikan dorongan untuk melakukan perjanjian kunjungan tindak lanjut.
4) Evaluasi:
1. Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
2. Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
3. Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

Dx 5 : Hipertermi berhubungan dengan respon imun terhadap peradangan pada saluran cerna
1) Tujuan
Individu dapat mempertahankan suhu tubuh
2) Kriteria hasil
1. Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
2. Kulit hangat
3) Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital tiap 4 jam
2. Pantau asupan dan haluaran
3. Anjurkan pentingnya peningkatan asupan cairan selama cuaca hangat dan latihan
R : Penggunaan aktivitas berlebih saat cuaca hangat dan saat latihan dapat meningkatkan water
loss yang tidak disadari
4. Jelaskan perlunya penggunaan pakaian kendur dan penggunaan topi atau payung
5. Beri kompres hangat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat antipiretik

4) Evaluasi:
1. Individu dapat mempertahankan suhu tubuh
2. Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
3. Kulit hangat

1.11 Evaluasi
1) Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan.
2) Tanda vital yang stabil.
3) Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran
mukosa lembab.
4) Masukan dan haluaran seimbang.
5) Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
6) Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal.
7) Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2.
8) Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks.
9) Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
10) Individu dapat mempertahankan suhu tubuh.
11) Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
12) Kulit hangat.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief.(2000). Kapita selekta kedokteran.Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia;Jakarta

Inayah.(2004).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan.


SelembaMedika;Jakarta.

Carpenito Linda Juall. (1999).Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta

You might also like