You are on page 1of 42

PORTOFOLIO TUGAS MANDIRI

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

Dosen Pembimbing:
Imroatul Farida S.Kep., Ns., M.Kep
NIP : 03028

Oleh :
Cahyani Tri Fajarwati
NIM. 151.0007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan portofolio mandiri KEPERAWATAN KOMPLEMENTER.

Portofolio ini merupakan salah satu tugas di program studi S1- Ilmu Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Imroatul Farida S.Kep., Ns., M.Kep selaku pjmk mata
kuliah Keperawatan Komplementer, dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan portofolio ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari portofolio ini,
baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Selanjutnya penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada
rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dalam hal perbaikan portofolio ini ke
depannya.

Surabaya, 04 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
MATERI 1 :
PERTIMBANGAN ETIK DAN APLIKASI LEGAL ETIK DALAM
PRAKTIKKEPERAWATAN......................................................................................................1
MATERI 2 :
KONSEP TEORI KOMPLEMENTER.....................................................................................11
MATERI 3
HIPNOTERAPI........................................................................................................................15
MATERI 4
TERAPI ZONA.........................................................................................................................19
MATERI 5
HIPERBARIK OKSIGEN........................................................................................................31

iii
MATERI 1

PERTIMBANGAN ETIK DAN APLIKASI LEGAL ETIK DALAM


PRAKTEK KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

A. Konsep Etik : Prinsip Keperawatan


Pengertian Etik Secara Umum
Etika berasal dari bahaya Yunani yaitu Ethos yang berarti kebiasaan, model
perilaku atau standart dalam menentukan tindakan seseorang. Sedangkan
menurut Kamus Webster, Etika adalah suatu ilmu yang membahas mengenai
tata cara bertindak seseorang yang berkaitan dengan baik dan buruk
berdasarkan nilai moral di masyarakat. Etika juga berkaitan erat dengan adat
istiadat suatu wilayah secara moral yang mempengaruhi manusia dalam
melakukan interaksi sosial.

Aspek Legal Etik Keperawatan


Keperawatan merupakan sebuah profesi yang memiliki karakteristik standar
pendidikan, otonomi, sosialisasi, yang dibentuk berdasarkan ilmu
penegtahuan, ujian masuk secara formal dan memiliki kode etik, standar
profesional dalam memberikan pelayanan dan mementingkan orang lain serta
dipercaya publik (Kurniawan, 2011).
Etik merupakan sebuah bagian dari filosofi yang menguji perbedaan antara
benar dan salah. Dengan maksud bahwa etik mempelajari kebenaran dari
sebuah tindakan. Etik melihat kebiasaan manusia yang menjadi keyakinan
dalam berperilaku (Paul, 2014).

Prinsip Etik dalam Keperawatan


Menurut (Nasrullah, 2014) etik keperawatan berprinsip pada harkat
martabak manusia. Prinsip dasar etik keperawatan antara lain :
1. Autonomy
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga harapannya perawat
memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
2. Benefisience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan
pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien
3. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap
individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti
mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
4. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien.

1
Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau
penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi
tahu tentang hal yang sebenarnya
5. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung
jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.
6. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah menjaga privasi (informasi)
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari
7. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien
8. Accountability (Akuntabilitas)
Berhubungan dengan prinsip fidelity yakni bertanggung jawab pada setiap
tindakan yang diberikan.
9. Informed consent
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian
persetujuan prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk
perlindungan terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak
diharapakan yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat
melindungi pasien terhadap intervensi / tindakan yang akan dilakukan
kepadanya.

Dasar – dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan Pasal


53 ayat ( 2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585 tentang
persetujuan tindakan medik.

B. Sikap Atau Perilaku Perawat Sesuai Etik


Perawat adalah tenaga professional di bidang kesehatan yang merupakan
lulusan dari sekolah ilmu kesehatan dan merawat pasien sakit maupun tidak

2
sakit terutama di rumah sakit.Mereka bertanggung jawab dalam merawat,
melindungi, dan memulihkan orang yang luka atau pasien penderita penyakit
kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat
yang mengancam nyawa.
Profesi perawat memiliki peran penting dalam mewujudkan masyarakat
sehat baik secara fisik dan psikologis.Tugas utama perawat adalah
memberikan layanan keperawatan kepada setiap individu yang membutuhkan
sehingga individu dapat mencapai derajat kesehatan yang diinginkan.Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu perawat-perawat profesional yang memahami
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Untuk membentuk perawat profesional
perlu proses atau tahapan, dan kerjasama semua pihak atau komponen yang
terlibat, salah satunya adalah kualitas SDM calon perawat.

1)Pengertian Sikap
Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis. Afeksi yang posistif yaitu yang afeksi senang, sedangkan afeksi
negative adalah afeksi yang tidak menyenangkan.
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seeorang mengenai
objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan
dasar pada kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya
2) Sikap Perawat Yang Harus Dimiliki dalam Merawat Pasien
Perawat harus memiliki sifat memberi kasih sayang terhadap sesama,
terutama bagi orang yang membutuhkan, misalnya pada pasien yang
dirawatnya. Setiap perawat harus memiliki sikap prihatin terhadap kebutuhan
yang diperlukan pasien agar bisa memberikan rasa aman pada pasien, bukan
malah menimbulkan kecemasan, kegelisahan, dan rasa takut. Perawat harus
ramahsuara lembut, murah senyum terhadap semua orang, paling tidak pasien
yang sedang sakit akan merasa senang, simpatidan tidak menilai perawat itu
judes atau mahal senyum dan juga menghindar ucapan kasar yang dapat
menyinggung perasaan pasien.
Setiap perawat harus dapat dipercaya karena dengan kepercayaanlah
harga diri dan kepribadian seseorang dapat dinilai serta memiliki sikap
percaya diri, atau tidak minder. Oleh karena itu perawat perlu banyak belajar,
serta menambah dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
keperawatan. Perawat harus memiliki sikap menahan diri, jangan sampai
menyalahkan, menyudutkan, mempermalukan, dan mengkritik pasien dan
keluarganya yang dapat menambah berat penyakitnya dan perawat harus

3
memiliki sifat memandirikan pasien agar pasien tidak bergantung pada
perawat. Setiap perawat harus memiliki sikap penuh pengertian dan
pengabdian serta harus memiliki sikap yang riang gembira, tidak cemberut
didepan pasien dan perawat harus memiliki sikap kooperatif atau mudah
diajak kerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lain demi kesembuhan
pasien yang dirawatnya. Kemudian perawat harus memiliki sikap yang dapat
membantu dalam mengatasi kesulitan pasien dan keluarganya serta sikap
humoris, sesuai situasi dan kondisi pasien sekedar untuk menghibur.

3)Sikap Karakteristik Menjadi Perawat yang Baik


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa alasan mahasiswa
keperawatan untuk menjadi seoarang perawat. Sebagian besar mahasiswa
(69,47%) mengatakan alasan menjadi perawat adalah menjadi orang yang
bermanfaat bagi masyarakat, ingin mengenal ilmu kesehatan dengan baik
(28,42%), masa depan yang baik (8,42%) professional (7,36%),
membahagiakan orang tua dan menciptakan generasi yang sehat (6,31%).
Hasil penelitian ini masih bersifat normative, artinya alasan subjek masih
bersifat umum. ”Menjadi Bermanfaat bagi Masyarakat” tampaknya salah satu
aspek dominan yang mendorong subjek menjadi perawat. Subjek melihat
bahwa profesi perawat erat kaitannya dengan hubungan dengan orang lain
(pasien). Dalam artian aspek humanitas dalam profesi perawat sangat tinggi.
Sementara itu, alasan yang kedua dan ketiga lebih kepada pemahaman akan
keilmuaan dan profesionalitas dalam profesi perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perawat profesional
terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
a) Berpengetahuan (Kognitif)
Disini perawat profesional harus memiliki pengetahuan yang luas yang
berhubungan dengan bidang kesehatan dan praktik keperawatan serta
bertindak sesuai dengan kaidah yang ditetapkan. Ada beberapa persepsi
bahwa perawat profesional harus memiliki pengalaman yang banyak.
Artinya, pengalaman tentunya berkorelasi dengan waktu dalam menjalani
profesi sebagai perawat (Makhfudli, 2009). Bahkan ironinya, ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hal yang
penting dalam proses pembentukan perawat profesional
b) Emosi (Psikologis)
Dalam hal ini perawat lebih menggunakan aspek emosi (psikologis)
dalam menggambarkan karakteristik perawat profesional (Makhfudli,
2009).
c) Psikomotor (Skill)
Psikomotor (skill) merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam
pelayanan keperawatan. Skill tidak hanya berkaitan dengan standar

4
kompetensi perawat (hard skill), tetapi juga kemampuan dalam
memahami kondisi psikologis perawat (soft skill) (Makhfudli, 2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika memiliki peran yang
penting dalam praktek keperawatan. Perawat yang memiliki etika yang
bagus, memiliki sopan santun dalam melakukan keperawatan, tentunya
akan mendapat respek dari pasiennya. Bila kondisi ini dapat dijaga akan
menguntungkan kedua belah pihak (perawat dan pasien).
d) Fisik
Seorang perawat harus memiliki kebersihan dan kerapihan dalam
berpakaian. Hal ini penting karena perawat berkaitan dengan pelayanan
terhadap pasien. Kalau perawat berpenampilan tidak menarik, atau kotor
dan kurang rapi, tentunya akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap
perawat. Hal tersebut berdampak pada kualitas pelayanan khususnya
kenyamanan pasien (Makhfudli, 2009). Bahkan bisa jadi pasien tidak
mau dilayani perawat yang tidak memperhatikan penampilan fisiknya.
e) Spritualitas
Spritualitas adalah segala bentuk perilaku dan tuntunan yang
mengarahkan manusia untuk selalu dengan Tuhan. Salah satu sumber
spritualitas adalah Agama. Agama mengajarkan manusia bagaimana
berinteraksi dengan Tuhan, manusia dan lingkungan sekitar (Makhfudli,
2009). Dalam konteks Indonesia, peran agama sangat penting khusunya
dalam berinteraksi dengan orang lain. Demikian pula dalam pelayanan
pada pasien. Perawat harus memiliki pemahaman agama yang memadai
guna membantu dalam pelaksanaan tugas keperawatan. Sering sekali
nasehat-nasehat agama membantu pasien dalam menghadapi
penyakitnya.
f) Dapat Berkomunikasi secara efektif
Perawat harus bisa berkomunikasi secara baik dengan klien dan perawat
perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena
isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal (Makhfudli,
2009).
g) Disiplin
Disiplin merupakan salah satu karakteristik perawat profesional yang
sangat berguna dalam pelayan keperawatan. Seoarang perawat dituntut
untuk disiplin dalam menjalankan tugasnya (Makhfudli, 2009). Dispilin
berangkat dari keinginan untuk dapat menjalankan tugas secara baik dan
tepat. Dengan disipilin pelayanan akan maksimal dan target pekerjaan
akan tercapai dan kelima, rendah hati. Dalam menjalankan tugas, perawat
harus mempunyai sifat rendah hati. Perawat harus dapat menerima

5
masukan atau saran dari lengkungan kerja, sehingga kinerja selalu dapat
ditingkatkan.
h) Ramah
Ramah yaitu suatu kondisi psikologis yang positif dengan ditunjukkan
dengan perilaku dan eksperesi muka yang selalu murah senyum,
perhatian dan suka menyapa (Makhfudli, 2009). Ramah merupakan salah
satu sifat yang harus dimiliki perawat. Perawat yang ramah tentunya akan
disukai pasien, dan secara tidak langsung dapat membatu kesembuhan
pasien.
i) Sabar
Sabar berarti menahan dan menerima segala kondisi dengan ikhlas dan
ridho. Sifat sabar merupakan salah satu yang terpuji dan sangat berguna
bagi perawat khususnya dalam melayani pasien (Makhfudli, 2009).
Profesi perawat rentan dengan stress yang diakibatkan beban kerja atau
perilaku dari pasien dan keluarga pasien. Oleh karena itu, sifat sabar
membantu perawat dalam mengatasi beban psikologis dalam bekerja.
Dengan sabar, perawat akan tetap konsisten dalam menjalankan
tugasnya, tanpa dipengaruhi kondisi kerja. Sabar juga membuat perawat
lebih tegar, kuat, dan mampu memahami sitiuasi dengan hati dan pikiran
jernih.
j) Baik
Baik merupakan salah satu sifat positif yang ditandai dengan perilaku
yang bermanfaat bagi orang lain, seperti senang membantu, perhatian,
dan berkata baik (Makhfudli, 2009). Sifat baik dalam diri perawat dapat
terwujud jika perawat memahami dengan baik apa tugas dan fungsi
seorang perawat. Seorang perawat dituntut untuk mempunyai sifat baik
terhadap pasien. Perawat harus mampu memberikan pertolongan secara
fisik, dan psikologis kepada pasiennya. Intinya perawat harus mampu
menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga pasien.
k) Memiliki Sikap Caring
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia
berpikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring
merupakan bentuk dasar dari praktik keperawatan di mana perawat
membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang
penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan
(Makhfudli, 2009).
Caring membantu perawat mengenali intervensi yang baik, dan kemudian
menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring kepada klien
nantinya.
l) Menerapkan nilai-nilai esensial perawat dalam keperawatan

6
Seorang perawat harus menerapkan nilai-nilai esensial seorang perawat.
Bagaimana pengetahuan, profesional, pemahaman, pemberian makna
serta sikap perawat mengenai nilai-nilai keperawatan (Makhfudli, 2009).

C. Dasar Hukum Terapi Komplementer


Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109
Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut aturan tersebut pelayanan komplementer- alternatif dapat
dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan
kesehatan dan pengobatannya harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji
institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
1. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
a. Pasal 1 no. 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun – temurun secara empiris yang
dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat;
b. Pasal 48 tentang pelayanan kesehatan tradisional;
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang pelayanan kesehatan tradisonal.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1076/Menkes/SK/VII/2003
tentangpengobatan tradisional;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer–alternatif di
fasilitaspelayanan kesehatan;
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,

No.HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode


pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Sedangkan Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang
pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan. Di dalam salah satu
pasal dari Permenkes tersebut menyebutkan bahwa pengobatan tradisional
akupunktur dapat dilaksanakan dan diterapkan pada sarana pelayanan
kesehatan sebagai pengobatan alternatif di samping pelayanan kesehatan pada
umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional
akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

7
keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan
pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003
mengatur tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam
peraturan tersebut diuraikan cara-cara mendapatkan izin praktek pengobatan
tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah
mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam
bahasa Indonesia sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalam
Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan
kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
D. Legalitas Hukum Terapi Komplementer Dalam Praktek Keperawatan
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik
Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf “M” yang berbunyi “Dalam
menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan
keperawatan kompelementer dan alternatif”.
Dalam penjelasannya pasal 30 ayat (2) huruf “M” tersebut adalah“Melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan
bagian dari penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukan atau
mengintegrasikan terapi komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Keterbatasan pengobatan konvensional menjadi salah
satu alasan terapi komplementer dan alternatif menjadi salah satu pilihan
dalam mengobati masyarakat Indonesia”. Pengembangan terapi
komplementer dan alternatif harus menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan
khususnya perawat.
Wewenang perawat dalam memberikan terapi komplementer dan alternatif
tidak lepas dari kultur (budaya) dan Sumber Daya Alam (SDM) Negara
Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan serta ribuan tanaman obat
yang bisa digunakan dalam pengobatan alternatif dimasyarakat. Kekayaan
alam dan budaya masyarakat Indonesia harus bisa dimanfaatkan sebaik-
baiknya khsusunya dalam bidang kesehatan. Dengan demikian ini menjadikan
alasan mengapa terapi komplementer menjadi bagian dari praktik
keperawatan (asuhan keperawatan) dikarenakan perawat merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
upaya kesehatan di masyarakat. Hampir dipastikan seluruh penyelenggaraan
pelayanan kesehatan memiliki tenaga perawat, baik itu di rumah sakit,
puskesmas, atau di fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Sehingga peran
perawat sangatlah penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Terapi komplementer dan alternatif merupakan bagian dari praktik
keperawatan (asuhan keperawatan) yang harus berdasarkan fakta ilmiah
(evidence-based practice). Beberapa terapi komplementer yang sudah banyak
diteliti memiliki efek bagi kesehatan manusia diantaranya adalah akupuntur,

8
bekam, hipnocaring, taichi, dan terapi lainya yang bisa dijadikan pilihan
intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien (intervensi
dalam asuhan keperawatan).
Sementara itu dalam Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009
menegaskan tentang penggunaan terapi komplementer dan aternatif pasal 1
ayat (16) “Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan normal yang berlaku di
masyarakat”. Pada pasal 28 ayat (1) huruf “E” disebutkan bahwa
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47
dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan tradisional. Pada undang-
undang ini juga menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional dibagi
menjadi dua yakni menggunakan keterampilan dan menggunakan ramuan.
Kemudian masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamananya.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan. 12 Mei.
https://doi.org/http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodati
n/infodatin%20perawat%202017.pdf
Hidayat, aziz alimul. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan. In 1.
https://doi.org/https://penerbitsalemba.com/v3/book-display.php?id=604
Nasrullah, D. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan: untuk Mahasiswa dan
Praktisi Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Tran iIfo Media.
Nurhayati, R. (2015). Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Informed Consent.
Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Informed Consent, 1(2), 206–229.
Oyoh, Somantri, I., & Sekarwana, N. (2017). Pengalaman Perawat dalam
Pelaksanaan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional di
RSUD Cibabat : Studi Fenomenologi Nurse Experience in the
Implementation of Professional Nursing Services System at Cibabat
Hospital : Phenomenology Study, 5(3).
Paul, S. A. (2014). Assessment of critical thinking: A Delphi study. Nurse

9
Education Today. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2014.03.008
Suhaemi, Mimin Emi, H. (2013). Etika Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik.
Jakarta: EGC.
Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200

MATERI 2

KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

A. Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun
2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan

10
non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan
dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai
media.

B. Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1. Praktek-praktek penyembuhan tradisional seperti ayurweda dan
akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral.

C. Fokus Terapi Komplementer


1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker.

D. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer


1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan
praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam
fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal
keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.

E. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan
juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi
antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih
besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi
pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh
membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga
akibat tingginya tekanan udara
3. Terapi herbal medik,

11
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam,
baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah
melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap
keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini
akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara,
terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan
sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu
makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

F. Persyaratan Dalam Terapi Komplementer


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk
sediaan farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus – menerus.

12
DAFTAR PUSTAKA
Stanhope, M. &Lancaster, J. 2004 . Community&publichealthnursing. 6th
ed. St. Louis:MosbyInc.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. 2004. Clinicalnursingskills: Basic
toadvancedskills. New Jersey: PearsonPrenticeHall.
Fontaine, K.L. 2005.
Complementary&alternativetherapiesfornursingpractice. 2thed.
New Jersey: PearsonPrenticeHall.
Snyder, M. &Lindquist, R. 2002. Complementary/alternativetherapies
innursing. 4th ed. New York: Springer.
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Diakses
dari :http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article

13
MATERI 3
HIPNOTERAPI

a. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan
penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti
atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu
gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku
menjadi lebih baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi
disebut "hypnotherapist",sedangkan orang yang di hipnoterapi disebut
“suyet”. Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan
dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam hipnoterapi
adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)

b. Proses Hipnoterapi
Aktivitas pikiran manusia dikelompokkan menjadi (Gunawan AW.,2008) :
a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas
normal. Beta digunakan untuk berpikir, proses kreatif, berinteraksi dan
menjalani kehidupan sehari-hari. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar
14–24 Cps (diukur dengan perangkat EEG)
b. Alpha adalah kondisi pikiran yang rileks dan santai, ketika seseorang
tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis,
menonton televisi), berdoa, meditasi, atau pada saat seseorang dalam kondisi
relaksasi. Manfaat utama alfa adalah sebagai jembatan penghubung pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar. Memungkinkan seseorang mengingat mimpi
saat terbangun. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7–14 Cps.
c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat

14
seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta muncul saat kita
bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Semua pengalaman
meditasi seperti keheningan, puncak kebahagiaan dapat dirasakan. Saat ingin
mengobati dan menyembuhkan tubuh atau pikiran, harus masuk ke theta.
Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps.
d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada
kondisi ini sekitar 0,5 – 3,5 Cps

Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan


theta. Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang
otaknya pasti berada di antara alfa dan theta. Yang sangat menarik, bahwa
kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung
secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian
sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan
kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. Pada saat setiap orang menuju proses
tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-
lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana
kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung
dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah
tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah
Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan
dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat baik oleh
pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena
tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkuta (Ellias.,2009).

c. Tahapan Hypnoterapi
1. Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu. Setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya,
hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun kepercayaan klien,
menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis / hipnoterapi dan menjelaskan
mengenai hipnoterapi dan menjawab semua pertanyaan klien. Sebelumnya
hipnoterapis harus dapat mengenali aspek - aspek psikologis dari klien,
antara lain hal yang diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien
terhadap hipnotis, dan seterusnya.
2. Suggestibility Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien
masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain itu,
uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga untuk
menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi. Uji sugestibilitas
juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi yang terbaik
bagi klien.

15
3. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious) ke pikiran
bawah sadar (sub conscious), dengan menembus apa yang dikenal
dengan Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. maka
frekuensi gelombang otak dari klien akan turun dari Beta, Alfa, kemudian
Theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga
berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan kondisi ter
-hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan
melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance klien).
4. Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien
ketrance yang lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.
5. Suggestions / Sugesti
Pada saat klien masih berada dalam trance, hipnoterapis juga akan
memberi Post Hypnotic Suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien
pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus
oleh pikiran bawah sadar klien meskipun klien telah keluar dari proses
hipnotis. Post Hypnotic Suggestionadalah salah satu unsur terpenting dalam
proses hipnoterapi.
6. Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan –
lahan akan membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya
ke keadaan yang sepenuhnya sadar.

d. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi hipnoterapi :


1. Kondisi Psikis (kejiwaan) klien
2. Tingkat intelegensi dan keaktifan berpikir klien
3. Kondisi dan suasana lingkungan
4. Keterampilan hipnoterapis
5. Tingkat kepercayaan klien pada kemampuan hipnoterapis
6. Keinginan yang kuat dari klien

16
DAFTAR PUSTAKA

Ellias. 2009. Hipnosis & Hipnoterapi Transpersonal / NLP. Jogjakarta: Pustaka


Pelajar
Gunawan AW. 2008. The Secret of Mindset. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kahija. 2007. Hipnotherapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktek Psikotherapi.
Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

Anam S. 2010. 4 Jam Pintar Hipnosis. Jakarta : Visi Media.

Batbual, B. 2010. HypnosisHypnobirthing : Nyeri Persalinan Dan Berbagai


Metode Penanggulangannya. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Gunawan. Adi, W. 2010. Hypnoterapy For Children. Jakarta : GramediaPustaka


Utama

17
MATERI 4

TERAPI ZONA

A. Definisi

Suatu terapi yang berasal dari China, Dikenal dengan refleksi, pada
tangan dan kaki. Memberi penekanan (rangsangan) pada daerah refleksi
tertentu sehingga mengatasi gangguan/memperbaiki organ terkait

Menurut Pamungkas (2010), pijat kaki refleksiologi adalah suatu


bentuk pengobatan dengan adopsi ketahanan dan kekuatan dari tubuh
sendiri,dengan memijat pada area yang sudah dipetakan sesuai dengan letak
zona terapi. Pijat refleksi kaki juga didefinisikan sebagai bentuk pengobatan
suatu penyakit untuk memperlancar sistem peredaran tubuh melalui titik)titik
saraf tertentu yang menghubungkan organ tubuh manusia (Giillanders, 2005).
Hal ini dikarenakan pada area telapak kaki mempunyai titik)titik saraf
tertentudengan organ tubuh manusia. Mekanisme kerja pijat refleksi kaki
yaitumerangsang relaksasi pada area yang berkaitan dengan persarafan kaki
yang telah dipijat (Wijayakusuma, 2006)

B. Manfaat

Pijat akan memberikan pengaruh pada kontraksi dinding kapiler


sehingga akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah
bening./danya peningkatan peredaran oksigen dalam darah, pembuangan
sampah metabolic akan berdampak pada munculnya hormone endorphin untuk
memberikan efek kenyamanan (Jurch, 2009 dalam Wahyuni, 2014)

Manfaat lain yang didapatkan adalah:

18
1. Pijat refleksi untuk relaksasi

Dengan melakukan pijat refleksi secara teratur, anda akan merasakan


tubuh anda menjadi lebih nyaman, fikiran menjadi lebih tenang sehingga
akan membuat perasaan menjadi lebih rileks.

2. Melancarkan peredaran darah

Sudah bukan rahasia lagi bahwasanya terapi pijat refleksi mampu


memperlancar peredaran darah. Lancarnya peredaran darah berarti
kesehatan bagi tubuh anda dan sebaliknya kurang lancarnya peredaran
darah akan berakibat tubuh mudah terserang penyakit.

3. Meluruhkan sumbatan di pembuluh darah

Pijat refleksi juga bermanfaat untuk menghancurkan berbagai sumbatan


didalam pembuluh darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan
kebutuhan tubuh dari nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah lancar
tanpa hambatan.

4. Meningkatkan kekebalan tubuh

Manfaat lainnya yang bisa anda peroleh adalah peningkatan sistem


imun, semakin kuatnya kekebalan tubuh akan membuat tubuh anda tak
mudah terserang penyakit yang datang dari dalam maupun dari berbagai
virus dari luar.

5. Mengatasi stres dan depresi

Salah satu manfaat pijat refleksi adalah mampu meringankan dan


mengobati stress, kecemasan, panik dan depresi yang anda alami. yakni
dengan melakukan pemijatan pada titik tertentu yang bisa menjadikan
perasaan menjadi lebih tenang dan nyaman.

6. Meningkatkan energi tubuh

19
Recharge energi tubuh bisa anda lakukan dengan melakukan terapi
pijat refleksi, hal itu karena terapi ini akan membuat peredaran darah
menjadi lancar, memperbaiki sistem pencernaan yang berguna agar tubuh
lebih berenergi.

7. Menyehatkan otot dan syaraf

Lancarnya peredaran darah dengan pijat refleksi juga akan memberikan


nutrisi yang cukup untuk otot dan jaringan syaraf, hal itu sangat baik untuk
kesehatan otot dan syaraf yang sedang mengalami masalah.

8. Memperbaiki sistem pencernaan

Pada titik refleksi telapak kaki terdapat beberapa syaraf yang


berhubungan dengan sistem pencernaan yang berfungsi untuk memperbaiki
masalah yang terjadi pada lambung seperti mengatasi sakit maag dan
radang pada usus.

9. Mengatasi capek dan kelelahan fisik

Rasa lelah dan capek setelah beraktifitas akan cepat teratasi dengan
terapi pijat refleksi, setelah melakukan terapi manfaat akan dirasakan oleh
anda ketika bangun tidur dengan badan yang lebih segar dan lebih
bersemangat menjalani aktifitas.

10. Menyehatkan tulang dan sendi

Dengan terapi refleksi secara rutin juga sangat bermanfaat untuk


kesehatan tulang dan persendian anda, pijat refleksi juga efektif untuk
mengobati rematik, asam urat dan radang sendi serta mempercepat
penyembuhan pada penderita patah tulang.

11. Mengobati sakit kepala

20
Salahsatu cara untuk mengobati berbagai jenis sakit kepala seperti
migrain, vertigo adalah dengan pijat refleksi yakni dengan melakukan
pemijatan pada titik refleksi kepala, otak besar dan otak kecil di telapak
kaki atau tangan.

12. Pijat refleksi untuk kesuburan

Manfaat luarbiasa lainnya yang bisa anda peroleh adalah terapi ini
bisa meningkatkan kesuburan pada pria dan wanita, terapi ini sangat
dianjurkan untuk para pasutri yang belum memiliki momongan.

13. Pemulihan penderita stroke

Banyak pengalaman para terapis refleksi yang melakukan terapi pada


penderita stroke dan menunjukkan perkembangan yang positif. Tentunya
butuh kesabaran dan ketelatenan untuk bisa mendapatkan hasil yang
optimal.

14. Menguatkan jantung

Jantung merupakan organ penting yang bekerja terus menerus tanpa


henti, oleh sebab itu menjaga kesehatan jantung sudah seharusnya menjadi
prioritas utama kita, hal itu bisa anda lakukan dengan rutin melakukan pijat
refleksi yang akan menguatkan dan mencegah melemahnya kinerja
jantung.

15. Mencerdaskan dan menguatkan daya ingat

Terapi pemijatan pada beberapa titik refleksi syaraf otak akan


mencerdaskan dan memperkuat daya ingat atau hafalan sehingga sangat
bermanfaat untuk anak-anak dan orang dewasa sekalipun.

16. Menurunkan kolesterol tinggi

17. Menormalkan tekanan darah

21
Tekanan darah yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan
menjadi normal dengan rajin terapi pijat refleksi, terapi ini adalah solusi
mudah aman dan murah untuk mengatasi hipertensi dan hipotensi dengan
pemijatan sederhana pada titik yang diperlukan.

18. Sebagai pencegahan penyakit kronis

Orang yang rutin melakukan terapi ini akan memperkecil resiko


terkena penyakit kronis seperti stroke, jantung, darah tinggi, asam urat
dan jenis penyakit kronis lainnya.

19. Pijat refleksi untuk pertumbuhan dan kesehatan balita

Selain bermanfaat untuk kesehatan orang dewasa, ternyata terapi pijat


refleksi juga sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi dan anak, dengan
rutin melakukan terapi ini akan mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan psikomotorik pada anak, juga bisa digunakan untuk
mengatasi anak yang susah makan dan lambat berjalan.

C.Indikasi

Indikasi merupakan kondisi tubuh yang dapat memberikan dapak yang baik
ketika diberikan pemijatan. Berikut ini adalah indikasi pijat refleksi kaki
sebagai berikut:

a. Kondisi tubuh yang lelah

b.Ketidaknormalan tubuh yang terjadi karena pengaruh cuaca atau kerja yang
berlebihan sehingga berakibat pada kekakuan otot dan nyeri sendiserta
gangguan

D.Kontraindikasi

1. Klien dalam kondisi terserang penyakit menular.

2. Klien dalam kondisi kalsifikasi pembuluh darah arteri

3. Klien dalam kondisi berpenyakit kulit dimana terdapat jejas, luka baru,cedera
akibat kecelakaan atau aktivitas lainnya.

22
4. Klien sedang menderita fraktur dan masih ditemukan bekas cedera maupun
luka dan belum sembuh total.

5. Klien sedang menderita tumor ganas kanker

E.Titik Refleksi Kaki

Letak titik refleksi pada tersebar di semua bagian kaki. Beberapa area
terdiri atas telapak kaki (bagian bawah kaki), bagian lateral kaki, dan punggung
kaki. Kedua kaki berhubungan dengan mekanisme peredaran darah yang
menuju organ tubuh manusia.

1. Titik refleksi pada telapak kaki (bagian bawah kaki)

Titik refleksi yang berlokasi pada kaki bagian bawah berkaitan dengan
semua organ tubuh manusia. Area titik refleksi pada telapak kaki ini terdiri
dari bagian bawah jari-jari kaki, bagian depan, bagian tengah dan bagian
belakang

a. Bagian bawah jari-jari kaki berkaitan dengan otak, dahi, hidung,leher,


mata, dan telinga

b. Bagian depan berkaitan dengan trapezius, bahu, kelenjar paratiroid,


kelenjar tiroid, dan paru-paru

c. Bagian tengah berkaitan dengan limpa, pancreas, kelenjar adrenalin, ginjal,


jantung, usus '" jari, usus besar, dan lambung.

d. Bagian belakang berkaitan dengan saluran kemih, kandung kemih,usus


kecil, anus, rektum, kelenjar reproduksi, dan insomnia.

2. Titik refleksi pada lateral kaki (bagian samping dalam kaki)

Ttik refleksi pada area depan berkaitan dengan hidung, kelenjar


tiroid,leher, dan punggung. &ada area belakang titik refleksi berkaitan

23
dengan kelangkang, pinggang, esika urinaria, femur, kelenjar getah
bening, prostat, rahim, sternum, dan anus

3. Titik refleksi pada punggung kaki

Titik refleksi yang terdapat pada punggung telapak kaki bagian depan
berkaitan dengan organ kesimbangan, diafragma, dada, rahang,
amandel,saluran pernafasan, dan kelenjar getah bening. Pada bagian
belakang danlateral berkaitan dengan lulut, pinggul, sendi siku, tulang
belikat, sternum,dan indung telur dan testis.

F. Persiapan Dan Langkah Terapi Zona

1. Menggunaan minyak atau handbody untuk mencegah lecet pada kulit saat
dilakukan pemijatan

2. Teknik pemijatan dilakukan dengan sentakan-sentakan yang berirama teratur


bertujuan untuk meningkatkan peredaran aliran darah (Tairas, 2007)

3. Pemijatan dengan ibu digunakan pada area kulit yang lunak dengan
pengecualian kuku. &ada area kulit yang tebal pada telapak kaki dapa
tmemanfaatkan tongkat kayu (Tairas,2007)

4. Pijatan yang diberikan cukup keras kecuali pada area sentra refleks
(Tairas,2007)

5. Waktu yang diperlukan untuk pemijatan sekitar 5 menit. Jika klien enderita
sakit yang parah maka pada area refleksinya paling lama 10 menit.

6. Setelah pemijatan tidak disarankan klien segera mandi karena akan berefek
badan gemetar kedinginan (Tairas,2007).

7. Menyediakan tempat yang tenang dan nyaman.

8. Menggunakan baju yang tidak membatasi pada area pemijatan.

9. Effleurage gerakan dengan mengusap ringan dan menenangkan saat


mengawali dan mengakhiri pijat untuk memeratakan minyak dan
menghangatkan otot

24
10. Posisi klien saat pemijatan adalah berbaring dengan menutup bagian kaki
dengan handuk besar dari pinggang dan kaki

G. Manfaat Titik Pada Terapi Zona

1. Kepala (otak) kanan/kiri; mengatasi pusing, stres, sakit kepala, emosional,


ketegangan, amarah, mudah tersinggung, pelupa, pikun, susah tidur

2. Dahi kanan/kiri; mengatasi sakit kepala, sirkulasi darah di atas kepala,


lembek di bagaian atas kepala, sakit dahi dan vertigo

3. Otak kecil; sakit-pegal bagian belakang kepala (tengkuk), stroke, kesemutan


bagian tangan, luka dan perdarahan diotak

4. Kelenjar di bawah otak; kendali semua organ tubuh, mengatasi kelumpuhan,


mempertahankan dorongan/sumber daya sex, lemah syahwat, impotensi,
sulit mendapat keturunan, mengatur dan pertumbuhan sel tubuh, kendali
jantung, mengatur kelenjar tiroid dan reproduksi

5. Saraf trigeminus; melawan virus, alergi, gatal, menguatkan kulit terutama


kulit kemaluan agar tidak mudah lecet, kulit kepala dan wajah, migrain,
memeprbaiki pengecapan,saraf panca indra kelenjar peluh

6. Hidung; pilek dan flu, [polip dan gangguan hidung

7. Leher; masalah leher dan membantu sakit pundak

8. Mata; mengatasi lamur, katarak, buta senja, lapisan saraf mata, mata merah,
berair dan lainnya

9. Telinga; mendengung, kurang dengar, sakit kuping, darah tinggi, hilang


keseimbangan

10.Bahu; sakit pada bahu, sulit mengangkat tangan, barang dan menyisir
rambut

11.Otot trapezius; mengatasi sakit pundak dan leher, membuka syaraf kejepit
pada organ pundak, mencegah katup bocor, stroke atau lumpuh

25
12.Kelenjar tiroid; mengatasi gondok, gangguan pada tenggorokan,
mengontrol irama metabolisme, gangguan pada saluran nafas, jantung,
wajah bengkak, kegemukan, bola mata melotot, memproduksi yodium

13.Kelenjar paratiroid; kendali dan mengatur zat kapur dalam darah dan
tulang, mengatasi kesemutan pada kaki, pegal, rematik, kram, varises dan
stroke

14.Paru-paru; mengatasi batuk, infeksi paru, radang paru, sesak nafas

15.Lambung; mengatasi sakit maag, masuk angin, kembung, perut, mencret,


pusing kepala

16.Duodenum; menetralisir asam lambung, membuang dan menodrong angin


keluar lambung

17.Pankreas; mengatasi diabetes, maag, masuk angin

18. Lever; sakit gula, hepatitis

19.Kandung empedu; diabetes, membantu kerja pankreas, menetralisir ureum

20.Serabut saraf lambung; melayani organ-organ dalam rongga perut,


dibelakang lambung

21.Kelenjar adrenal; pelumas jantung dan organ lain. Menstimulasi


persediaan gula dalam hati, menambah gula dalam darah,
membangkitkan tekanan darah, menambah hormon seksual

22.Ginjal; mengatasi sakit ginjal (radang, batu, TBC, gagal), asam urat, pegal
pinggang

23.Ureter; mengatasi sakit BAK, infeksi

24. Kandung kemih; mengatasi batu dalam KK, membantu fungsi prostat

25. Usus kecil; mengatasi kolesterol, tipes, disentri

26. Usus buntu; mengatasi penyakit usus buntu, pegal bagian kanan

27. Katup iseo-sekai; pelapis/penyaring usus buntu

26
28. Usus besar asendens; radang usus, hernia

29. Usus besar transversus; mengatasi asam urat, membantu kerja ginjal,
sembelit, radang usus

30. Usus besar desendens; mengatasi sakit perut bag. bawah

31. Rektum; sembelit, ambeien, kanker rektum

32. Anus; sembelit, ambeien, sakit perut bagian bawah

33. Jantung; mengatasi sakit jantung (lemah, radang, koroner), nyeri dada
kiri, cemas, gelisah, melancarkan peredaran darah, pingsan

34. Limpa; membantu bila ada perdarahan, produksi sel darah putih
(melawan virus, kuman, kanker, tumor), keputihan, badan panas dingin,
masuk angin
35. Lutut; mengatasi sakit lutut, asam urat, saraf terjepit pada bagian lutut

36. Kelenjar reproduksi; memproduksi sel baru, kesuburan, produksi sperma


dan telur, mengatasi rambut rontok, mandul, lemah syahwat

37. Mengendurkan perut saat nyeri haid

38. Sendi pinggul; mengatasi sakit sendi pinggul dan bahu

39. Kelenjar getah bening bagian atas; melawan infeksi pada organ bagian
atas tubuh seperti kepala, mata, telinga dll

40. Kelenjar getah bening bagian perut; mengatasi infeksi pada organ dalam
perut seperti lambung, usus, ginjal dll

41. Kelenjar getah bening bagian dada; melawan infeksi pada organ dalam
rongga dada seperti jantung, paru-paru dll

42. Organ keseimbangan; mengatasi hilang keseimbangan, kolesterol, pusing,


mabuk kendaraan, darah tinggi

43. Dada; mengatasi sakit dada akibat koroner, radang paru

44. Sekat rongga antara dada dan perut; mengatasi hernia

27
45. Amandel; mengatasi radang amandel, menetralisir racun dalam makanan,
tumor, kanker tenggorokan

46. Rahang bawah; mengatasi sakit gigi, saraf kejepit pada rahang, pelo

47. Rahang atas; mengatasi sakit gigi, saraf kejepit pada rahang, pelo

48. Tenggorokan dan saluran nafas; mengatasi sakit tenggorokan, sesak nafas,
asma

49. Kunci paha; mengatasi hernia, usus turun

50. Rahim dan kelenjar prostat; mengatasi kanker rahim dan prostat, beser
BAK dan mani pada laki-laki

51. Penis/vagina; melancarkan saruran kemih, menguatkan dan mengokohkan


alat kelamin

52. Dubur; mengatasi ambeien dan gatal di dubur

53. Tulang leher; mengatasi sakit tulang leher

54. Tulang punggung; mengatasi sakit punggung, membbuka saraf kejepit


(sendi leher, bahu, lutut, sendi siku, pergelangan tangan, pinggang

55. Tulang pinggang; mengatasi sakit tulang pinggang

56. Tulang kelangkang; untuk sakit tulang kelangkang

57. Tulang tungging; untuk tulang ekor dan gatal

58. Idem 57

59. Tulang belikat; untuk tulang belikat dan sakit pinggul

60. Sendi siku; untuk sendi siku dan sendi lain

61. Tulang rusuk; mengatasi sakit pada tulang dada

62. Pinggul; mengatasi sakit pinggul dan belikat

28
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo,Tri.2008. Pijat Refleksi Dan Ramuan Tradisional Untuk Kesembuhan


Segala Penyakit Cetakan Pertama. Yogyakarta: Media Pressindo

Gendo,Dr.Med.2006.TeoriDasarKedokteranTradisionalCina.Yogyakarta:Kanisius

Jumarani, Louis. 2009.The Essence Of Indonesian Spa: Spa Idonesia Gaya Jawa
dan Bali.Jakarta:Gramedia

Wahyuni, Indah Setya. 2014. “Pengaruh Massase Ekstremitas dengan Aroma


Terapi Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada lansia
hipertensi di kelurahan grendeng".Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jendral Soedirman

29
MATERI 5

HIPERBARIK OKSIGEN

1. Pengertian
Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam
sebuah chamber atau ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1
atmosfer. Pasien berada di dalam chamber selama beberapa jam untuk
menghirup oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk menghirup
oksigen. Awalnya terapi hiperbarik ini hanya dilakukan oleh penyelam dan
digunakan oleh angkatan laut. Saat ini terapi hiperbarik sudah dilakukan
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit lain, seperti luka bakar,
kanker, diabetes, tetanus, stroke, dan lain-lain. Terapi hiperbarik juga
digunakan untuk kebugaran, kecantikan dan keperkasaan.

2. Manfaat
a) Menormalkan jaringan hipoksia dan anoksia
b) Vasokontriksi arteri
c) Meningkatkan viabilitas sel dan jaringan
d) Meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman
e) Neovaskularisasi dan proliverasi
f) Bakteri kuman aerob
g) Bakteri kuman anaerob
h) Pentakit dekompresi

3. Indikasi
Indikasi terapi oksigen hiperbarik antara lain :
a) Keracunan karbondioksida
b) Penyakit dekompresi
c) Abses intracranial
d) Nekrosis jaringan lunak akibat infeksi
e) Kerusakan jaringan karena radiasi
f) Luka bakar
g) Penyakit endokrin : Diabetes

30
4. Kontra Indikasi
a) Kontra Indikasi Absolut :
1) Pneumothorax yang tidak diobati
2) Beberapa medikasi tertentu
b) Kontra Indikasi Relatif :
1) Asma
2) Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) / Bullous
Emphysema
3) Claustrophobia, kejang
4) Pembedahan sinus atau telinga
5) Pernah operasi thorax
6) ISPA
7) Gigi berlubang

5. Efek Samping
a) Kerusakan telinga tengah
b) Kebocoran cairan dan robekan gendang telinga akibat meningkatnya
tekanan udara
c) Kerusakan paru-paru akibat perubahan tekanan udara (barotrauma)
d) Kejang akibat terlalu banyak oksigen (tosisitas oksigen) di dalam syaraf
pusat
e) Pada keadan tertentu bisa terjadi adanya api dan kebakaran karena
lingkungan terapi kaya dengan oksigen

6. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memulai Terapi HBO


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menjalani terapi oksigen
hiperbarik adalah:
1. Sebelum menjalani terapi, pasien akan dievaluasi untuk memastikan
tidak adanya kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik,
seperti kanker, pneumothoraks, sedang flu atau demam, penderita
sinusitis, asma, infeksi saluran pernapasan atas yang sedang akut, dan
ibu hamil trimester pertama.
2. Pasien harus memberitahu obat-obatan yang sedang mereka konsumsi,
mengingat terdapat obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan
keracunan oksigen, misalnya obat-obatan jenis steroid, dan obat
kemoterapi
3. Pasien akan dimasukkan ke dalam ruangan menyerupai kapal selam
yang berukuran kecil selama 2 jam, sehingga penting sekali untuk
memastikan pasien tidak memiliki fobia terhadap ruangan sempit.
4. Saat merasa tidak kuat, pasien dapat memberitahukan petugas yang ikut
masuk ke dalam ruangan hiperbarik.

31
7. Mekanisme atau Tahapan Terapi HBO
HBO memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO)
pada selendotel. Pada sel endotel ini HBO juga meningkatkan vascular
endotel growthfactor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan
nucleotide aciddihidroxi (NADH) yang memicu peningkatan fibroblast.
Fibroblast diperlukanuntuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan
VEGF akan memacu kolagensintesis pada proses remodeling, salah satu
tahapan dalam penyembuhan luka(Lakesla, 2009).
Mekanisme di atas berhubungan dengan salah satu manfaat utama
HBO yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh
yang mengalamiedema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal
bebas dalam jumlahyang besar. Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-
oksigen karenahipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah
disinggung sebelumnyaakan mendorong terjadinya vasodilatasi pada
daerah edema tersebut. Maka,kondisi daerah luka tersebut menjadi
hipervaskular, hiperseluler danhiperoksia. Dengan pemaparan oksigen
tekanan tinggi, terjadi peningkatanIFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN- γ
menyebabkan TH-1 meningkat yangberpengaruh pada β-cell sehingga
terjadi pengingkatan Ig-G. Denganmeningkatnya Ig-G, efek fagositosis
leukosit juga akan meningkat. Sehinggapemberian HBO pada luka akan
berfungsi menurunkan infeksi dan edema(Ishihara, 2007).
Adapun cara HBO pada prinsipnya adalah diawali dengan
pemberianO2 100%,tekanan 2 – 3 Atm. Tahap selanjutnya dilanjutkan
dengan pengobatandecompresion sickness. Maka akan terjadi kerusakan
jaringan, penyembuhanluka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan
memicu meningkatnya fibroblast,sintesa kolagen, peningkatan leukosit
killing, serta angiogenesis yangmenyebabkan neovaskularisasi jaringan
luka. Kemudian akan terjadipeningkatan dan perbaikan aliran darah
mikrovaskular (Mathieu, 2006).Densitas kapiler meningkat
mengakibatkan daerah yang mengalami iskemiaakan mengalami reperfusi.
Sebagai responnya, akan terjadi peningkatan NOhingga 4 – 5 kali dengan
diiringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATAselama 2 jam. Terapi ini
paling banyak dilakukan pada pasien dengan diabetesmellitus dimana

32
memiliki luka yang sukar sembuh karena buruknya perfusiperifer dan
oksigenasi jaringan di daerah distal.

8. Komplikasi
Terkadang dalam prosesnya, dapat ditemukan komplikasi, antara lain:
1. Barotrauma, yaitu trauma pada organ tubuh (paru, di belakang gendang
telinga, sinus paranasal) akibat tekanan udara yang tinggi.
2. Keracunan oksigen.
3. Gangguan penglihatan sementara akibat pembengkakan lensa.

9. Asuhan Keperawatan HBO


A. Pengkajian
1. Identitas pasien : nama, umur, alamat, jenis kelamin, nomor RM,
status perkawinan, informasi tentang asuransi, pekerjaan, diagnosa
medis.
2. Keluhan utama : alasan pasien masuk, pemeriksaan awal
3. Riwayat penyakit sekarang : berisi perjalanan penyakit pasien
sampai direkomendasikan HBOT
4. Riwayat penyakit dahulu : mengkaji beberapa penyakit yang pernah
dialami dan memungkinkan menjadi hal yang dikontraindikasikan
dalam HBOT
5. Riwayat keluarga
6. Pemeriksaan fisik
7. Keadaan umum meliputi kondisi kesehatan pasien (lemah / baik),
TTV
8. ROS (review of system) meliputi B1 sampai B6 (breathing, blood,
brain, bladder, bowel, bone and integumen)
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pra HBOT
a. Periksa TTV terutama tekanan darah (bila sistol mencapai > 180
mmHg atau diastol >100 mmHg maka aps00 mmHg maka pasien
tidak diperbolehkan masuk chamber)
b. Periksa ambang demam (suhu tidak boleh melebihi 38o celcius)
c. Evaluasi tanda-tanda flu (batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual,
diare) tidak diperbolehkan masuk chamber
d. Auskultasi lapang paru
e. Tes pada pasien dengan keracunan gas CO atau O2
f. Observasi cedera orthopedic mum dan luka trauma
g. Uji visus mata
2. Intra HBOT
a. Mengamati gejala dan tanda barotrauma, keracunan O2 dan efek
samping terapi HBO

33
b. Menganjurkan pasien menggunakan tehnik valsava yang benar
dan efektif
c. Perlu mengingatkan pasien bahwa valsava hanya diperlukan pada
saat penekanan / kompresi, dan dapat bernapas normal selama
terapi.
d. Jika terjadi nyeri ringan sampai sedang maka hentikan kompresi
hingga nyeri hilang, jika nyeri berlanjutkan maka pasien harus
dikeluarkan dari chamber dan diperiksa oleh dokter THT
e. Mencegah barotrauma GI dengan menganjurkan pasien bernapas
normal dan menghindari makan atau minum bergas sebelum
perawatan
f. Monitoring menganjurkan pasien bernapas normal dan
menghindari makan atau minum bergas sebelum perawatan
g. Monitoring pasien selama dekompresi terutama selama
dekompresi darurat
h. Segera periksa gula darah jika terdapat tanda hipoglikemia
3. Post HBOT
a. Jika terdapat tanda barotrauma maka uji ontologism.
b. Pada iskemik trauma akut , kompartemen sindrom, nekrosis, post
implant maka harus dinilai status neurovas, kompartemen
sindrom, nekrosis, post implant maka harus dinilai status
neurovaskular, kompartemen sindrom, nekrosis, post implant
maka harus dinilai status neurovaskular dan luka.
c. Pasien dengan intoksikasi CO segera lakukan tes psicometri /
tingkat HbCO
d. Pasien dengan DCS harus dilakukan uji neurologis
e. Pasien yang mengkonsumsi obat ansietas selama terapi dilarang
mengemudikan motor/mobil atau menghidupkan mesin
f. Melakukan pendokumentasian pasien pasca HBO
C. Diagnosa keperawatan HBOT
Terdapat 4 diagnosa utama diantara 14 diagnosa yang paling mungkin
terjadi pada pasien HBOT, yaitu:
1. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang HBOT
dan prosedur perawatan
2. Risiko cedera berhubungan dengan pasien transfer in/out dari
RUBT (chamber), ledakan peralatan, kebakaran

34
3. Risiko barotrauma (telinga, sinus, gigi,paru-paru) atau gas emboli
serebri berhubungan dengan perubahan tekanan udara dalam
RUBT (>1 ATA)
4. Risiko keracunan oksigen berhubungan dengan pemberian oksigen
100% selama tekanan atmosfer meningkat

D. Intervensi keperawatan HBOT

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Ansietas A) Pre HBOT


1. Bina hubungan saling
Tujuan: setelah dilakukan percaya dengan pasien
asuhan keperawatan 2. Identifikasi pemahaman
HBOT selama 2 jam pasien/ keluarga tentang
diharapkan ansietas HBOT
3. Berikan informasi
pasien dapat diatasi,
tentang tujuan, prosedur,
dengan kriteria hasil:
efek samping HBOT
1. Mengetahui alasan 4. Berikan kesempatan
HBOT klien untuk bertanya
2. Pasien dapat 5. Cek tekanan darah
mengungkapkan pasien
B) Intra HBOT
tujuan, prosedur, dan 1. Dampingi pasien
risiko HBOT 2. Observasi keadaan dan
respon pasien di dalam
chamber
C) Post HBOT
Dokumentasikan respon
pasien setelah HBOT

Risiko Barotrauma A. Pre HBOT


1. Bina hubungan saling
Tujuan: setelah percaya dengan pasien
dilaksanakan asuhan 2. Ajari pasien untuk
keperawatan HBOT valsava (pengosongan
selama 2 jam, telinga) dengan cara
diharapkan barotruma menelan ludah,

35
tidak terjadi pada mengunyah permen,
pasien dengan kriteria menggerakkan rahang
hasil: keatas kebawah,
menutup hidung dan
1. Pasien tidak mengeluh
mulut lalu meniupkan
nyeri pada telinga,
udara keluar dengan
sinus, gigi, dan paru-
benar
paru 3. Cek tekanan darah
2. Tidak ditemukan tanda-
pasien
tanda barotrauma pada B. Intra HBOT
pasien; Nyeri telinga, 1. Kaji kemampuan pasien
sinus, gigi, dan paru- melakukan tehnik
paru pengosongan telinga
3. Nyeri dada tajam, saat dilakukan
napas cepat penekanan
2. Lakukan tindakan
keperawatan:
3. Ingatkan pasien untuk
bernapas normal selama
perubahan tekanan
4. Beritahu operator jika
pasien tidak dapat
menyesuaikan
perubahan tekanan
(pusing, telinga sakit)
5. Monitoring tanda dan
gejala barotrauma
C. Post HBOT
Dokumentasikan respon
pasien terhadap terapi
HBO

Risiko Cedera A. Pre HBOT


1. Bina hubungan saling
Tujuan: setelah dilakukan percaya dengan pasien
asuhan keperawatan 2. Bantu pasien masuk ke

36
HBOT selama 2 jam RUBT / chamber
3. Ingatkan pasien
maka cidera tidak akan
mengenai barang-barang
terjadi, dengan kriteria
yang tidak boleh dibawa
hasil:
kedalam RUBT
1. Pasien keluar RUBT B. Intra HBOT
1. Amankan peralatan
dengan kondisi aman
2. Tidak terjadi kebakaran dalam RUBT sesuai
3. Tidak ditemukan cidera kebijakan dan SOP
pada tubuh 2. Dampingi dan
obeservasi kondisi
pasien
C. Post HBOT
Bantu pasien keluar RUBT /
chamber

Keracunan Oksigen A. Pre HBOT


Catat hasil pengkajian pasien
Tujuan: setelah dilakukan dari dokter HBO
asuhan keperawatan meliputi tekanan darah,
selama 2 jam, suhu, riwayat
keracunan oksigen penggunaan obat
tidak akan terjadi, kortikosteroid, riwayat
dengan kriteria hasil: kejang
B. Intra HBOT
1. Pasien tidak mengeluh 1. Monitor kondisi pasien
pusing saat terapi berlangsung
2. Tidak ditemukan tanda- 2. Dampingi dan observasi
tanda keracunan tanda dan gejala
oksigen keracunan oksigen
3. Mati rasa dan berkedut, C. Post HBOT
Beritahu dokter jika tanda
vertigo
4. Penglihatan kabur dan gejala keracunan
5. Mual
oksigen muncul

37
DAFTAR PUSTAKA

LAKESLA. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya:


Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL.

Grim. 2009. HyperbaricOxygenTherapie.


http://www.hbotofaz.org/research/hbot.htmDiakses tanggal 1 Desember
2018.

Mahdi, H. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya : Lakesla.

Oktaria,S.2011.Terapi oksigen
hiperbarik
.http://hiperbarikterapi.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/.
Diakses 1 Desember 2018.

Riyadi, 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya :
Lakesla.

Supondha, Erick. 2010. Perkembangan Hiperbarik di Indonesia.


Hiperbaricmedicineconsultant. Edisi 14 Agustus 2010.

38
39

You might also like