Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberculosis
bovis, M. leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
4) Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
5) Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
6) Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati
7) Dalam dahak pada suhu antara 30 – 37°C akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.
Kasus TB definitif adalah kasus dengan salah satu dari spesimen biologis
cepat yang telah disetujui oleh WHO (seperti Xpert MTB/RIF). (pada revisi
guideline WHO tahun 2013 definisi kasus TB definitif ini direvisi menjadi kasus
ekstraparu. Kasus yang ditegakkan diagnosis secara klinis ini bila kemudian
2014 :14)
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang
10
berasal dari 1,9% kasus TBRO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
dan pelaporan.
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
11
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat
terjangkit TB.
angka kesakitan dan kematian akibat TB di tahun 2015 jika dibandingkan dengan
tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar > 900 per
100.000 penduduk, pada tahun 2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk. Dari
semua indikator MDG’s untuk TB di Indonesia saat ini baru target penurunan
angka insidens yang sudah tercapai. Untuk itu perlu upaya yang lebih besar dan
terintegrasi supaya Indonesia bisa mencapai target SDG’s pada tahun 2030 yang
akan datang.
cara, yaitu :
1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
12
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui
65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif
adalah 17%.
3) Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
4) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang dapat dilihat
a. Paparan
Peluang peningkatan Jumlah kasus menular di masyarakat Peluang
paparan terkait kontak dengan kasus menular
dengan: Tingkat daya tular dahak sumber penularan
Intensitas batuk sumber penularan
Kedekatan kontak dengan sumber penularan
Lamanya waktu kontak dengan sumber
13
penularan
Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara
(ventilasi, sinar ultra violet, penyaringan adalah
faktor yang dapat menurunkan konsentrasi)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk
terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan
seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal
dunia karena TB
b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 – 14 minggu setelah infeksi
Reaksi immunologi (lokal) Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap
oleh makrofag dan kemudian berlangsung reaksi antigen – antibody.
Reaksi immunologi (umum) Delayed hypersensitivity (hasil
Tuberkulin tes menjadi positif)
Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi
c. Sakit TB
Faktor risiko untuk Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
menjadi sakit TB Lamanya waktu sejak terinfeksi
adalah tergantung dari Usia seseorang yang terinfeksi
: Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang
dengan daya tahan tubuh yang rendah
diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya
TB aktif (sakit TB). Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan
meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.
Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
14
dan gejala yang mungkin akan menunjukkan bahwa yang bersangkutan termasuk
terduga.
1) Gejala utama: batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Gejala tambahan
yang sering dijumpai: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas
dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat pada malam hari walaupun
2) Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
3) Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang
yang datang ke Faskes dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai terduga
15
Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
paru.
Tuberkulosis ekstra paru: Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru,
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini
yaitu:
pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium
a. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
b. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
c. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
seseorang sebagai pasien Tuberkulosis sesuai dengan keluhan dan gejala penyakit
2014)
18
Tuberkulosis paru pada orang dewasa harus ditegakkan telebih dahulu dengan
yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih Tuberkulosis. Pada
pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon)
tuberkulin, dan hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja karena foto
menular atau anak yang tinggal serumah dan sering bertemu dengan pasien
19
Tuberkulosis dan pada anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis
pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji yang
diambil dari organ tubuh yang terkena (Ditjen PPPL Kemenkes RI, 2014).
1) Pengumpulan Dahak
lebar, berpenampang 5 - 6 cm, tutup berulir, tidak mudah pecah dan bocor. Pot ini
Pagi Sewaktu (SPS). Spesimen dahak idealnya dikumpulkan dalam dua hari
pertama kali. Pada saat pulang, terduga dibekali sebuah pot dahak untuk
pagi hari kedua, setelah bangun tidur dan gosok gigi, Pot kemudian dibawa dan
terbuka, terkena sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain. Jika keadaan
20
dahak, terduga dan petugas segera mencuci tangan dengan sabun dan air.
tempat terbuka, terkena sinar matahari langsung dan jauh dari risiko menulari
pihak lain. Jika keadaan tidak memungkinkan, gunakanlah ruang terpisah yang
mempunyai ventilasi yang baik dan sinar matahari langsung. Dianjurkan setelah
Diagnosis TB Paru
tersebut tidak dapat dipenuhi, maka rentang waktu antara fiksasi spesimen
Sewaktu (S) yang pertama dan yang kedua tidak lebih dari 7 hari. Bila
yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada
underdiagnosis.
(Sewaktu–Pagi)
Gambar 1.
hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan
sebagai berikut:
23
Host
(Penjamu)
Sumber : Lidya M., & Rizki M. (2010). Epidemologi Kesehatan Pendekatan Penelitian, edisi 1.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Segitiga Epidemiologi
Gambar 2.
1) Agent
Agen (faktor penyebab) adalah unsur, organisme hidup atau kuman infektif
yang dapat menyebabkan kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Yang
protein, vitamin
b) Faktor Kimia
zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, kobalt atau zat
alergen
24
c) Faktor Fisik
Faktor fisik dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk fisik atau benda
yang dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran misalnya suhu,
d) Faktor Biologis
penyebab pasti suatu penyakit sedangkan faktor resiko merupakan seluruh faktor
termasuk faktor resiko terjadinya penyakit diantaranya adalah faktor gaya hidup,
gangguan gizi, kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olahraga dan lain-lain.
Host atau pejamu adalah manusia atau mahluk hidup lainnya yang menjadi
a) Genetika
b) Umur
penyakit menyerang umur tertentu, misalnya usia balita dan usia lanjut
menurun
terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan mungkin pada wanita atau
hanya pada lelaki saja, misalnya pada wanita terjadi kanker serviks, pada
d) Etnis/ras/warna kulit
antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam, misalnya ras kulit putih
memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker kulit dibandingkan orang ras
kulit hitam
f) Keadaan imunologis
g) Perilaku
pribadi, rekreasi
h) Penyakit sebelumnya
yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua
menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit
3) Lingkungan
a) Lingkungan fisik, misalnya air, tanah, udara iklim, suhu bumi dan
sebagainya
salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan
penghuninya.
disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai
tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga
tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
28
keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO
tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan
dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan
secara langsung dapat terjadi setelah terpajan, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi
hidung dan tenggorokan, serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue),
terjadi beberapa tahun kemudian setelah terpajan, antara lain penyakit paru,
jantung, dan kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal (USEPA, 2007).
Kronik (PPOK), kanker paru, kematian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
kematian bayi usia kurang dari satu minggu, otitis media dan ISPA, tuberculosis
sering dijumpai pada lingkungan dengan kualitas udara dalam ruang yang tidak
baik
29
1) Persyaratan Fisik
2) Persyaratan Kimia
dan jamur
Catatan :
yang dipersyaratkan
Upaya penyehatan terhadap sumber pencemar fisik yang terdiri dari suhu,
persyaratan fisik akibat faktor risiko dapat menimbulkan dampak kesehatan dan
1) Suhu
a) Dampak
b) Faktor risiko
antara lain:
3. Kepadatan hunian
5. Kondisi Geografis
6. Kondisi Topografi
c) Upaya Penyehatan
2) Pencahayaan
a) Macam-macam pencahayaan
1. Pencahayaan Alami
satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60
– 120 Lux.
jendela yang baik minimal mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.
2. Pencahayaan Buatan
dipengaruhi oleh:
b) Dampak
Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga sangat baik
(Winarsih,2007).
tuberculosis dapat bertahan hidup, selain itu nilai pencahayaan (Lux) yang
pada ruangan
c) Faktor Risiko
Intensitas cahaya yang terlalu rendah, baik cahaya yang bersumber dari
d) Upaya Penyehatan.
3) Kelembaban
Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap
air) yang ada di udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan
34
partikel-partikel air yang sering bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca
berawan, musim panas atau hujan, akan ada kelembaban yang tinggi di udara.
a) Dampak
b) Faktor risiko
Konstruksi rumah yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai, dan
dinding rumah yang tidak kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik
c) Upaya Penyehatan
1. Bila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan upaya
sirkulasi udara)
2. Bila kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya
4) Laju Ventilasi
udara, seperti bakteri dan virus, dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak
menjadi penyakit.
Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar masuknya udara
juga sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar. Rumah sehat harus memiliki ventilasi atau lubang
udara. Ventilasi berfungsi untuk menjaga aliran udara didalam rumah tetap
antaranya
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai ruangan.
Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak
- Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai
lain-lain
a) Dampak
b) Faktor Risiko
persyaratan kesehatan).
c) Upaya Penyehatan.
secara rutin