Professional Documents
Culture Documents
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
a. Beaker glass f. Kaki tiga
b. Botol semprot g. Kapas
c. Bunsen h. Labu Erlenmeyer 250 mL
d. Gelas ukur i. Pipet tetes
e. Cawan penguap j. Corong
3.2 Bahan
a. Sampel simplisia brotowali
b. Ethanol
c. Aquadest
2 gram brotowali
Filtrat Residu
Hasil
Penetapan Kadar sari larut air
2 gram brotowali
Filtrat Residu
Hasil
BAB IV
4.2 Pembahasan
Pada penentuan kadar sari larut air yang dilakukan secara duplo, 2g brotowali
terlebih dahulu direbus selama ± 1 jam dengan air sebanyak 100 mL, kemudian
ditambahkan air hingga bobot semula. Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada
pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.
Setelah zat aktif terekstraksi seluruhnya maka dilakukan penyaringan
menggunakan kapas bebas lemak, dan filtratnya ditampung sebanyak 25 mL di
dalam cawan penguap.
Kemudian cawan penguap berisi filtrate diuapkan hingga kering pada suhu
105°C di dalam oven hingga bobot tetap. Bobot tetap yang dimaksud adalah dua
kali penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram yang
ditimbang.
Hasil dari penimbangan pertama didapatkan kadar 9,86% dan penimbangan
kedua 8,42%. Rata-rata kadar dari penentuan kadar sari larut air adalah 9,14% ±
0,72. Hal ini sesuai dengan literature MMI jilid II yang menyebutkan bahwa kadar
sari larut air tidak lebih dari 15,4%.
Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol yang dilakukan secara
duplo, 2g brotowali terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95
%) dengan pengcokan pada shaker 6 jam. Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada
pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.
Setelah zat aktif terekstraksi seluruhnya maka dilakukan penyaringan
menggunakan kapas bebas lemak secara cepat, dan filtratnya ditampung sebanyak
25 mL di dalam cawan penguap.
Kemudian cawan penguap berisi filtrate diuapkan hingga kering pada suhu
105°C di dalam oven hingga bobot tetap dalam keadaan tertutup alumunium foil
agar ethanol tidak mudah menguap. Bobot tetap yang dimaksud adalah dua kali
penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram yang
ditimbang.
Hasil dari penimbangan pertama didapatkan kadar 7,58% dan penimbangan
kedua 6,9%. Rata-rata kadar dari penentuan kadar sari larut air adalah 7,24% ±
0,34. Hal ini tidak sesuai dengan literature MMI jilid II yang menyebutkan bahwa
kadar sari larut ethanol tidak lebih dari 4,4%, namun hasil masih dapat diterima
karena memiliki simpangan deviasi kurang dari 1.
BAB V
KESIMPULAN
Diperoleh rata-rata kadar sari larut air sebesar 9,14 % ± 0,72 dari sampel
brotowali.
Diperoleh rata-rata kadar sari larut ethanol sebesar 7,24 % ± 0,34 dari
sampel brotowali.
LAMPIRAN
3) Perhitungan A
a. Cawan 1 : 38,7997 g - 38,7504 g = 0,0493 g
b. Cawan 2 : 29,5512 g - 29,5933 g = 0,042 g
c. Cawan 3 : 34,9093 g - 34,8714 g = 0,0379 g
d. Cawan 4 : 39,4112 g - 39,4067 g = 0.0345 g