Professional Documents
Culture Documents
Lampiran 1
Parameter Nilai
DAFTAR PUSTAKA
BAB 3
METODA PERCOBAAN
1. Neraca Analitis
3. Indikator Phenolphtalein
4. Akuades
dipanaskan (tidak lebih 10oC diatas melting point) dan dikocok sampai
minyak.
detik.
7. Iso Propanol 99% dapat digunakan sebagai pelarut untuk pengganti Ethyl
Alkohol 95%
8. Limbah hasil analisa dikumpulkan dalam wadah yang telah ditentukan dan
BAB 4
4.1. Hasil
Data yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kadar
asam lemak bebas pada refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Penelitian Kadar Asam Lemak Bebas Refined Bleached Deodorized
4.2. Perhitungan
ml alkali x N x 25,6
% FFA sebagai Asam Palmitat =
W
Keterangan :
N = Normalitas NaOH / KOH standar
W= Berat Sampel
Contoh perhitungan:
ml alkali x N x 25,6
% FFA sebagai Asam Palmitat =
W
= 0,068 %
4.3. Pembahasan
Kenaikan asam lemak bebas disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak
sewaktu masih dalam buah tandan segar yang dipercepat oleh adanya enzim dan air,
serta hidrolisa minyak CPO yang kadar airnya tinggi. Hasil hidrolisa minyak sawit
Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bau (odor), dan
warna (colour). Proses pemurnian dilakukan pada life steam dengan peningkatan
suhu secara bertahap, yaitu pada suhu 200 – 250oC pada tekanan 1 atm dan
selanjutnya pada tekanan rendah (± 10 mm Hg) sambil dialiri uap panas selama 4 – 6
jam untuk mengangkut senyawa yang menguap. Jika masih ada uap air yang
tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut sari minyak bersama –
sama dengan uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan
mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
dilaksanakan dengan semboyan tuliskan dan kerjakan, maka dari hasil uji mutu
minyak refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) telah memenuhi standar yang
BAB 5
5.1. Kesimpulan
lemak bebas pada refined bleached deodorized palm oil RBDPO dimana bila
temperatur berada pada suhu optimum antara 200-250oC maka kadar asam
lemak bebas akan menjadi kecil. Tetapi jika temperature melewati suhu 250oC
maka kandungan asam lemak bebas akan naik yang disebabkan turunnya uap
oil (RBDPO) pabrik kelapa sawit PT. SOCFINDO perkebunan tanah gambus
yaitu kadar asam lemak bebas (ALB) mempunyai nilai yang sesuai dengan
5.2. Saran
Untuk menghasilkan minyak produksi RBDPO dan asam lemak bebas sesuai dengan
standar mutu, maka kondisi operasi harus diperhatikan agar tidak menyimpang dari
tahap deodorisasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang
termasuk dalam family Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani
Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea,
yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan
curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-32oC. Panen kelapa sawit terutama
didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan kandungan
asam lemak bebas minimum, yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan
tertentu (ripe). Kriteria kematangan dapat dilihat dari warna kulit buah dan jumlah
adanya hubungan linear antara jumlah yang rontok pada tiap tandan dan persentase
minyak yang terdapat pada mesocarp kelapa sawit. Kenaikan jumlah yang rontok dari
sebesar 5 persen dan kadar asam lemak bebas meningkat dari 0,5 persen menjadi 2,9
Belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya Bogor (s’Lands Plantentuin
Buitenzorg). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hooker mencoba menanam 700 bibit
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan
dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibagi atas lima
varietas, yaitu :
1. Dura
Tebal tempurung antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar
Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
lain. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.
Penyerbukan silang antara Pisifera dan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan
Pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan
tinggi, antara 60 – 95 %.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya sangat tipis sekali.
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging
buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa
sawit kasar atau Crude Palm Olein (CPO). Sedangkan minyak yang kedua adalah
berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung sekitar 500 – 700 ppm β -
karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu
CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak
sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan
mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan
berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar
tersebut menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan
setelah ditanam. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS) atau fresh
fruit bunch (FFB). TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan
intiya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi.
Minyak mentah atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (kernel, IKS) harus diolah
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun
ramp).
Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang bisa
menampung 10 lori per unit (25-27 ton TBS). dalam proses perebusan, TBS
dipanaskan dengan uap pada temperature sekitar 135oC dan tekanan 2,0 – 2,8 kg/cm2
selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak
Tujuan dari proses perebusan tandan buah segar yaitu untuk menghentikan
perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA), memudahkan
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kea
lat pamipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat
tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga
tandannya.
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan/
daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat
bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kea lat
pengempaan. Pada umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran,
baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari
Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena
prosen pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnnya dikirim ke oil tank,
sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang
masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada
Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan untuk meperoleh biji
sebersih mungkin. Kemudian, dari biji tersebut harus menghasilkan inti sawit secara
rasional, yakni kerugian yang sekecil-kecilnya dgan hasil inti sawit yang setinggi-
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak sawit adalah untuk menghilangkan rasa
serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam
industri.
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir – lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa mengurangi
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidratasi gum atau kotoran lain
agar bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan
proses pemusingan (sentrifusi). Caranya ialah dengan melakukan uap air panas
kedalam minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi sehingga
bagian lendir terpisah dari air. Pada saat proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan
bahan kimia yang dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur
(NaCl). Suhu minyak pada waktu proses sentrifusi berkisar antara 32 – 50oC, dan
pada suhu tersebut kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah
dari minyak.
2.4.2. Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock). Pemisahan asam lemak bebas dapat juga
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat – zat warna
yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur
minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung
yang dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada
suhu sekitar 105oC selama 1 jam. Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak
mencapai suhu 70 – 80oC dan jumlah adsorben ± sebanyak 1,0 – 1,5 % dari berat
tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna
dengan cara penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan cara pengepresan
dengan filter press. Minyak yang hilang karena proses tersebut ± 0,2 – 0,5 % dari
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses
deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau
keadaan vakum.
Pada tahap ini BPO (Bleaching Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam
lemak bebas (FFA), bau (odor), dan warna (colour). Proses pemurnian dilakukan
Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan vertikal.
Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak dan dipanaskan pada
suhu 200 – 250oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada tekanan rendah (± 10 mm
Hg) sambil dialiri uap panas selama 4 – 6 jam untuk mengangkut senyawa yang
menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap
selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih
rendah.
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut sari minyak bersama –
sama dengan uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan
mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
dengan mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun
menjadi ± 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan dikeluarkan dari ketel. (Ketaren,
2005)
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang
dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 30 – 40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
(Ketaren, 2005)
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang
berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dalam proses
gliserol dengan tiga molekul asam – asam lemak yang membentuk satu molekul
Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air Minyak yang mula – mula terbentuk
dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan
Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu
lemak atau minyak, yang umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak
bercabang.
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap
antara atom – atom karbon pada rantainya, dan pada umumnya mempunyai titik lebih
yang tinggi.
Tabel 2.1. Asam – Asam Lemak Jenuh Pada Minyak Kelapa Sawit
Asam kaprilat dan asam kaprat merupakan dua senyawa yang penting dalam
berbagai zat – zat kimia fungsional dan produk pangan sehat yang disebut trigliserida
rantai sedang atau TSR (Medium Chain Triglicerid (MCT) / fat). Asam Kaprilat dan
Kaprat diperoleh dari kedua minyak tersebut melalui jalur yakni hidrolisis dan
metanolisis. Jalur metanolisis (yang menghasilkan ester metal asam – asam kaprilat
dan kaprat).
B. Asam Laurat
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang
(Ing Middle-Chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama
asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50 % asam laurat,
Asam laurat memiliki titik lebur 44,2oC dan titik didih 225oC sehingga pada
suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan.
Rumus kimia CH3(CH2)10COOH, berat molekul 200.3 gr.mol-1, asam ini larut dalam
pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon (metal)
C. Asam Miristat
Asam Miristat atau asam tetradekanoat merupakan asam lemak jenuh yang
tersusun dari 14 atom C. Asam ini pertama - tama diekstraksi dari tanaman pala
(Myristica fragrans). Meskipun demikian, aroma khas pala tidak berasal dari asam ini
melainkan minyak atsiri dan juga dapat dijumpai pada tanaman ini.
dan kelapa sawit (Elaeis guenensis) merupakan sumber asam lemak ini. Minyak
Asam palmitat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon
(CH3(CH2)14COOH). Pada suhu ruang asam palmitat berwujud padat berwarna putih,
E. Asam Stearat
Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah
diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang,
dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari bahasa Yunani
Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada
suhu dan tekanan tinggi. Titik lebur asam stearat 69,6oC dan titik didihnya 361oC.
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap di antara atom – atom karbonnya, dan pada umumnya mempunyai
Tabel 2.2. Asam – Asam Lemak Tak Jenuh Pada Minyak Kelapa Sawit
A. Asam Oleat
Asam Oleat atau asam Z-Δ9-oktadekanoat merupakan asam lemak tak jenuh
yang banyak terkandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom C
dengan satu ikatan rangkap diantara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak
zaitun (55 – 80 %), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga matahari
kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur. Rumus kimianya
CH3(CH2)7CHCH(CH2)7COOH.
Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning
pucat atau kuning kecoklatan. Asam ini memiliki aroma yang khas. Ia tidak larut
B. Asam Linoleat
fatty acid, PUFA) yang tersusun dari rantai 18 atom karbon. Salah satu isomer asam
linoleat, asam alfa linolenat (ALA), adalah asam lemak Omega-3 yang dikenal
memiliki khasiat lebih dari asam alfa linolenat nabati dapat diperoleh misalnya dari
Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit
hampir sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat. Selain mengandung
800 ppm, dan fosfatida 500 – 1000 ppm. Kesemua zat tak tersabunkan tersebut hanya
0,3 % dari minyak sawit. Kadar tokoferol tersebut tergantung pada kehati – hatian
perlakuan dalam pengolahan minyak yang berkadar asam lemak bebas (ALB) tinggi
lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, dan fosfalipida. Dua
unsure yang disebut pertama, yaitu karoten dan tokoferol mempunyai nilai lebih
kemantapan minyak terhadap oksidasi. Dengan kata lain, keberadaan kedua unsure
tersebut dalam suatu jenis minyak menyebabkan minyak relativ tidak mudah tengik.
Selain itu, karoten mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai obat anti kanker,
Sifat fisiko - kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan,
slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity
Beberapa sifat fisiko - kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table
berikut ini :
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam –asam lemak dan gliserida tidak bewarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-
asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak
Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak
kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar-benar
murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit dalam
arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik
lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua , yaitu mutu
minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat
kadar asam lemak bebas (ALB, FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
Tabel 2.4. Standart Mutu Minyak Sawit CPO (Crude Palm Oil) Di PT. Socfin
Indonesia
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor - faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya selama penanganan
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam minyak sawit
minyak turun. Hal ini terjadi karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak dan
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi
Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari tiga golongan, yaitu kotoran
yang tidak larut dalam minyak (Fat Insoluble) dan kotoran yang terdispersi dalam
minyak. Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan getah, serat -
serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Mg, Cu, Fe, dan Ca,
serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara
3. Pemucatan
sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan dengan adsorben. Salah
satu adsorben yang digunakan adalah tanah liat (bleaching earth). Aktivitas tanah liat
dengan asam mineral (misal : HCl) akan mempertinggi daya pemucat karena asam
mineral akan larut dan bereaksi dengan komponen seperti tar, garam Ca dan Mg yang
menutupi pori - pori adsorben. Namun pemakaian asam mineral akan menimbulkan
bau lapuk pada minyak. Disamping itu, tanah liat juga akan menaikkan kadar asam
lemak bebas dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan
4. Kadar Logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara
lain adalah besi, tembaga dan kuningan. Logam - logam tersebut biasanya berasal
dari alat - alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus
dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan alat -
alat dan pipa adalah mengusahakan alat - alat dari stainless steel.
Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam - logam tersebut
akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam - logam tersebut dapat menjadi
katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat diamati
dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya
menyebabkan ketengikan.
5. Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak kelapa sawit menjadi
menurun.
Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dapat
menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka inilah dapat
diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung sehingga dapat pula
dinilai kemampuan minyak kelapa sawit untuk menghasilkan barang jadi yang
memiliki daya tahan d an daya simpan yang lama. (Tim Penulis, 2007)
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan pigmen yang menghasilkan warna merah. Selain itu, terdapat komponen
utama yaitu asam lemak jenuh palmitat yang menyebabkan minyak bertekstur kental-
semi padat dan menjadi lemak padat didaerah beriklim sedang. Minyak kelapa sawit
merupakan bahan baku yang penting untuk berbagai masakan tradisional di Afrika
Barat. Mulai abad ke-14 hingga ke-17, buah sawit dibawa dari Afrika ke Amerika.
Negara dengan beriklim tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi (minimum
1.600 mm/tahun). Perkembangan industri kelapa sawit di Negara beriklim tropis telah
didorong oleh produktivitas yang sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberikan
hasil tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain
itu, hasil panen kelapa sawit ternyata menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak
kelapa sawit dan minyak kernel (inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat diminati
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industry melalui
Bleached, Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi
minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD
disamping untuk bahan baku industry sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK
dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol.
(Redzwan, 2005)
Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bau (odor), dan
warna (colour). Proses pemurnian dilakukan pada life steam dengan peningkatan suhu
secara bertahap, yaitu pada suhu 200 – 250oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya
pada tekanan rendah (± 10 mm Hg) sambil dialiri uap panas selama 4 – 6 jam untuk
mengangkut senyawa yang menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam
minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut sari minyak bersama –
sama dengan uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan
mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk memilih judul “Penentuan Kadar
Asam Lemak Bebas Dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) Pada
Proses Deodorisasi”
Dalam hal ini penulis ingin mengidentifikasi bagaimana cara penentuan kadar
asam lemak bebas pada refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) dan apakah
asam lemak bebas dari refined deodorized palm oil telah memenuhi standar mutu
internasional?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas dari refined bleached deodorized palm oil
(RBDPO).
nilai kadar asam lemak bebas dalam refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).
ABSTRAK
Pengolahan CPO menjadi minyak goreng harus melalui beberapa tahap pemurnian,
salah satunya adalah deodorisasi. Pada tahap deodorisasi minyak dari bleaching
DBPO (Degumming Bleaching Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak
bebas (FFA), bau (odor), dan warna (colour). Pada suhu yang tinggi, komponen yang
menimbulkan bau pada minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen
tersebut diangkut sari minyak bersama – sama dengan uap panas. Penurunan tekanan
selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan
mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
ABSTRACT
Processing the oil into cooking oil must go through several stages of purification, one
of which is deodorization. At the stage of bleaching oil deodorization DBPO
(Degumming Bleaching Palm Olein) will be purified of free fatty acid (FFA), smell,
and color. At high temperatures, the components that cause odor in the oil will be
more volatile, so that the components are transported with oil extracts with the hot
steam. The pressure drop during the deodorization process will reduce the amount of
steam used and prevents hydrolysis of oil by water vapor.
vi
TUGAS AKHIR
FEBRI MAIHENDRA
102401047
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya
FEBRI MAIHENDRA
102401047
PERSETUJUAN
Disetujui di
Medan, Juli 2013
Diketahui
Program Studi D-3 Kimia Pembimbing
FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
FEBRI MAIHENDRA
102401047
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat serta karunia-
Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan
baik. Dan tidak lupa pula sholawat beriringkan salam penulis hanturkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan sehingga
dapat merasakan alam yang berpendidikan ini.
Karya ilmiah ini berjudul “Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Dari Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) Pada Proses Deodorisasi”. Karya ilmiah
ini merupakan syarat untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan D3 Kimia Universitas Sumatera
Utara.
Dalam menyelesaikan tugas karya ilmiah ini, penulis banyak menemukan
masalah, namun berkat bantuan dari pihak, sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan fasilitas
yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah dilaksanakan, kepada :
1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Drs. Albert Pasaribu, Msi selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.
3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nasution, Msi selaku Ketua Jurusan Kimia Industri.
4. Bapak Drs. Darwis Surbakti, MS selaku dosen pembimbing penulis yang
bersedia memberikan waktu, tenaga, pikiran dalam membantu penulis
menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Kedua orang tua dan paman penulis, Ayahanda Alm. Koten, Ibunda Nurtaini
dan Pamanda Ali Mawir yang sangat penulis sayangi dan banggakan yang
telah memberikan dukungan moril maupun material serta dukungan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Bapak/Ibu staff pengajar, khususnya program studi Kimia Industri FMIPA
USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan
Mahasiswa Kimia Industri 2010 dan staff PT. Socfin Indonesia Perkebunan
Tanah Gambus.
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih memiliki
kekurangan dalam materi dan cara penyajian penulisannya, untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis berharap
karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
FEBRI MAIHENDRA
iv
ABSTRAK
Pengolahan CPO menjadi minyak goreng harus melalui beberapa tahap pemurnian,
salah satunya adalah deodorisasi. Pada tahap deodorisasi minyak dari bleaching
DBPO (Degumming Bleaching Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak
bebas (FFA), bau (odor), dan warna (colour). Pada suhu yang tinggi, komponen yang
menimbulkan bau pada minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen
tersebut diangkut sari minyak bersama – sama dengan uap panas. Penurunan tekanan
selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan
mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
ABSTRACT
Processing the oil into cooking oil must go through several stages of purification, one
of which is deodorization. At the stage of bleaching oil deodorization DBPO
(Degumming Bleaching Palm Olein) will be purified of free fatty acid (FFA), smell,
and color. At high temperatures, the components that cause odor in the oil will be
more volatile, so that the components are transported with oil extracts with the hot
steam. The pressure drop during the deodorization process will reduce the amount of
steam used and prevents hydrolysis of oil by water vapor.
vi
DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar isi vii
Daftar table ix
Daftar Lampiran x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit 4
2.1.1. Tanaman Kelapa Sawit 4
2.1.2. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia 5
2.1.3. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 5
2.2. Minyak Kelapa Sawit 6
2.3. Pengolahan Minyak Sawit 7
2.3.1. Stasiun Penerimaan Buah 7
2.3.2. Stasiun Perebusan (sterilizer) 8
2.3.3. Stasiun Pemipilan (stripper) 8
2.3.4. Status Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser) 8
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
BAB 3 METODOLOGI
3.1. Metodologi 24
3.1.1. Alat-Alat 24
3.1.2. Bahan-Bahan 24
3.2. Prosedur Penelitian 24
4.1. Hasil 27
4.2. Perhitungan 27
4.3. Pembahasan 28
5.1.Kesimpulan 30
5.2.Saran 30
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran