You are on page 1of 29

MAKALAH

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“KANDIDIASIS PADA PASIEN HIV”

Dosen Pengampu
Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt.

KELOMPOK B3-5
DISUSUN OLEH:

Iput Wardani Asmara Hapsari 1820353936


Irene Nanda Oktaviani 1820353937

PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXV


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Tubuh yang normal mempunyai berbagai jenis mikroorganisme termasuk
bakteri dan jamur. Beberapa mikroorganisme tersebut berguna untuk tubuh,
beberapa memberikan keuntungan dan beberapa ada yang merugikan bagi manusia.

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang


sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis
pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada
bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa
lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana
Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama.
Oleh karena Kandidiasis ini meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan
seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan
manusia. Maka dari itu diperlukan beberapa penanganan dalam menyembuhkannya
serta mencegahnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh
Candidicia albicans atau kadang-kadang oleh spesies kandida yang lain, yang dapat
menyerang berbagai jaringan tubuh (Siregar, 2005).

Candidiasis atau kandidiasis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh


jamur dari spesies Candida albicans. Adanya jamur pada diri manusia adalah hal
yang alami dan memang selalu ada pada diri manusia seperti di daerah mulut,
tenggorokan, vagina, dan pada sistem pencernaan lainnya. Dalam kondisi normal
(tidak berlebihan), kehadiran jamur Candidia albicans sebernarnya tidak
membahayakan. Pertumbuhan jamur yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi.

Penyakit candidiasis ini sangat rentan terhadap orang-orang yang memiliki


sistem imun yang lemah termasuk pada penderita AIDS, steroid berlebihan,
kontrasepsi hormone, diabetes, kanker, depresi, orang tua dan orang-orang dengan
kondisi medis yang kronis paling beresiko. Mengkonsumsi obat tertentu dalam
jangka lama dapat mempercepat pertumbuhan jamura candidia ini.

II. Manifestasi Klinis dan Jenis-Jenis Candidiasis


Berbagai jenis kandidiasis mempunyai ciri khas yang bergantung pada
alat-alat yang terkena. Conant, 1971 (dalam Siregar, 2005) membagi kandidiasis
dalam beberapa kelompok meliputi: kandidiasis selaput lendir, kandidiasis kutis,
dan reaksi id.
1. Kandidiasis selaput lendir, misalnya:
a. Kandidiasis oral
Disebut juga “Oral trush”, memberi gambaran klinis berupa stomatitis
akut. Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih kekuninggan
yang timbul dari dalam selaput lendir yang merah yang disebut membran
palsu.membran palsu ini dapat meluas sampai menutupi lidah dan palatum
mole.

3
Kandidiasis oral pada mukosa bibir, tampak bercak-bercak berupa
membran palsu Lesi-lesi ini dapat juga terlepas dari selaput lendir sehingga
dasarnya tampak merah dan mudah berdarah. Penderita selalu mengeluh
sakit, terutama bila waktu tersentuh makanan. Kandidiasis oral ini banyak
diderita oleh bayi baru lahir, penderita penyakit manahun yang mendapat
antibiotik dalam waktu lama, atau penderita keganasan yang mendapat obat
sitostatik atau pengobatan dengan radiasi.
b. Perlece
Kelainan tampak pada kedua sudut mulut, yang terjadi perlunakan kulit
yang mengallami erosi. Dasarnya merah dan bibir menjadi pecah-pecah,
kemudian terjadi fisura pada kedua sudut mulut. Faktor predisposisi yang
dapat menimbulkan penyakit ini ialah kekurangan vitamin B2 (riboflavin),
pada orang tua yang tidak dapat menutup mulutnya dengan baik hingga air
liur keluar terus. Hal ini akan menyebabkan maserasi kedua sudut mulut.
c. Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis
Vaginitis karena kandida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini
disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret-sekret vagina yang
mengalami infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi.
Pada mukosa vagina terlihat ada bercak putih kekuningan, meninggi dari
permukaan, yang disebut vaginal trush. Bercak-bercak ini terdiri dari
gumpalan jamur kandida, jaringan nekrotik, dan sel-sel epitel. Dari liang
vagina keluar sekret vagina yang mulala encer kemudian menjadi kental dan
pada keadaan yang menahun tampak seperti butir-butir tepung yang halus.
Di dalam gumpalan sekret ini terdapat elemen-elemen kandida dan epitel,
dan secara kontinuitatum menyebabkan infeksi di daerah vulva senhingga
terjadi vulvovaginitis. Labia minora dan mayora membengkak dengan
ulkus-ulkus kecil bewarna merah disertai dengan daerah yang erosi.
Kelainan ini dapat menjalar sampai ke kulit sekitarnya hingga seluruh
kulit lipat paha dan perineum menjadi merah, bengkak, erosi, dan terdapat
lesi-lesi satelit. Penderita selalu merasa gatal, panas, dan sakit pada waktu
buang air kecil. Faktor predisposisi untuk timbulnya vulvovaginitis adalah

4
kegemukan. Diabetes militus, higiene yang kurang, infeksi kronis di dalam
vagina dan serviks, serta pengaruh obat-obat antihamil dan kehamilan.
d. Kandidiasis balantis dan balanoptisis
Sering terjadi pada pria yang tidak dikhitan, di mana glans penis tertutup
terus oleh preputium. Balantits tampak berupa bercak-bercak eritema dan
erosi pada glan penis dan sering disertai dengan pustulasi. Kelainan ini dapat
meluas sampai sokrotum, perineum, dan kulit di lipat paha, yang terlihat
daerah-daerah eritematosa dan lesi-lesi satelit disertai rasa gatal dan rasa
sakit atau panas.
Faktor predisposisi ialah tidak dikhitan, kegemukan, peminum alkohol,
hiperhidrosis, diabetes militus, penderita penyakit kronis atau keganasan dan
pemakai obat-obat antibiotik atau sitostatik.
e. Kandidiasis mukokutan kronis
Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan penderita yang
mengalami bermacam-macam defisiensi. Kelainan-kelainan yang timbul
berupa bercak-bercak pada daerah-daerah mukokutan, erosi, dan pada
perasaan timbul rasa panas dan gatal. Penyakit ini merupakan infeksi
persisten oleh kandida yang mengenai yang resistensi terhadap semua
pengobatan topikal karena penyakit ini sering disertai dengan infeksi bakteri
lain, dan karena adanya gangguan imunologik yang bersifat herediter.

2. Kandidiasis kutis meliputi:


a. Lokalisata: intertriginosa dan daerah perianal
1) Kandidiasis intertriginosa
Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi, yaitu daerah-daerah lipatan
kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha, intergluteal, antara
ari-jari tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat, dan lipat leher.
Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit yang terbatas tegas,
erosi dan berisik. Lesi-lesi tersebut sering dikelilingi oleh lesi-lesi satelit
berupa vesikel-vesikel dan pustula milier, yang bila memecah
meninggalkan daerah-daerah yang erosi dan selanjutnya dapat
berkembang menyerupai lesi-lesi primernya. Kelainan pada sela-sela jari

5
sering ditemukan pada orang yang banyak berhubungan dengan air,
seperti tukang cuci atau petani sawah, orang-orang yang memakai kaus
dan sepatu terus-menerus.
Kandidiasis pada kaki dan sela-sela jari ini sering dikenal “kutu air”.
Kulit di sela-sela jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat
mengelupas menyerupai kepala susu. Faktor predisposisi kandidiasis
intertriginosa ini ialah diabetes melitus, kegemukan , banyak keringat,
pemakaian obat-obat antibiotik, kortikosteroid. Sitostatik, dan
penyakit-penyakit yang mrnyebabkan daya tahan tubuh menurun.
2) Kansdidiasis perianal
Infeksi kandida pada kulit sekitar anus, yang banyak ditemukan
pada bayi-bayi, dikenal sebagai kandidiasis popok (Diaper rash). Hal ini
sering disebabkan oleh popok basah yang tidak segera diganti sehingga
menyebabkan iritasi kulit sekitar genitalia dan anus. Popok yang basah
menyebabkan maserasi kulit, dan karena adanya lubang-lubang alamiah
(anus) yang banyak mengandung kandida maka dapat tumbuh dengan
subur dan terjadilah kandidiasis perinal dan kandidiasis popok.
Kulit di sekitar anus, lipat paha, kemaluan, perineum, dan lipat
pantat menjadi merah, erosi, dan bersisik halus putih. Pemakaian
antibiotik dan kortokosteroid dapat menjadi faktor yang mempermudah
terjadinya infeksi kandida di daerah-daerah ini.
b. Kandidiasis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin. Biasanya daerah intertriginosa ikut
terkena, seperti lipat payudara, intergluteal, umblikus, ketiak, lipat paha,
sering disertai glossitis, stomatitis, dan paronikia. Kelainan dapat berupa
eksematoid yang disertai vesikel-vesikel dan pustula-pustula milier yang
generalisata.
c. Kandidiasis kutis granulomatosa
Bentuk ini sering menyerang anak-anak. Lesi berupa papul merah yang
ditutupi oleh krusta yang tebal bewarna kuning kecoklatan dan melekat erat
pada dasarnya, membentuk granuloma menyerupai tanduk.

6
Lokasi tersering adalah pada muka, kepala, tungkai dan di dalam rongga
faring. Otomikosis ialah infeksi jamur di ddalam liang telinga yang dapat
disebabkan oleh Candida albicans. Dikatakan bahwa 28,3% dari otomikosis
disebabkan oleh kandida.
3. Reaksi id
Kadidiasis id (kandididid) merupakan reaksi alergi dari kandida. Infeksi
kandida dari suatu tempat dapat memberikan reaksi alergi di tempat lain.
Kelainan-kelainan yang timbul berupa vesikel-vesikel steril yang keras,
sangat gatal, terutama terdapat di telapak kaki dan tangan, sepanjang jari-jari
atau tempat-tempat lain. Apabila vesikel ini pecah terjadi skuamasi atau kulit
yang mengelupas. Kelainan alergi ini tidak dapat disembuhkan selama penyakit
primernya belum sembuh. Biasanya infeksi primer dapat disembuhkan dalam
usus, vagina, atau sela-sela jari kaki dan tangan.
III. Etiologi
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti
Candida krusei, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis,
dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen. (Siregar, 2005)
Kandida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur. Menurut
Lodder, 1970 (dalam Siregar, 2005), taksonomi kandida adalah:
1. Termasuk kedalam kelompok Fungi imperfecti atau Deutromycota.
2. Famili : Cryptococcaccae
3. Subfamili : Candidoidea
4. Genus : Candida

Spesies pada manusia meliputi:

1. Candida albicans
2. Candida stellatoidea
3. Candida tropicalis
4. Candida pseudotropicalis
5. Candida krusei
6. Candida parapsilosis
7. Candida guilliermondii

7
Sel-sel jamur kandida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan
ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak dengan
memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora.
(Siregar, 2005)

Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan


membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan
medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih kekuning-kuningan, dan
berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai
parasit atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan, alat pernapasan, atau vagina
orang sehat. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah menjadi
patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau
kandidosis. (Siregar, 2005)

Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah
jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang
yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan
masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya
penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid dan tentu saja bayi
yang system imunnya belum sempurna.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya candida pada seseorang


digolongkan dalam dua kelompok :
1. Faktor endogen
a. Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :
i. Kehamilan, terjadi perubahan di dalam vagina
ii. Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah
terjadi maserasi kulit, memudahkan infestasi candida.
iii. Endokrinopatti, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang
pada kulitakan menyuburkan pertumbuhan candida
iv. Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus,
karsinomadan leukemia
v. Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotic, kortikosteroid
dan sitostatik

8
vi. Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus dan
kateter.
b. Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologinya tidak sempurna.
c. Gangguan imunologis
Pada penyakit genetic seperti Atopik dermatitis, infeksi candida
mudah terjadi.
2. Faktor eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada
lipatan kulit, menyebabkan kulit maserasi, dan ini mempermudah invasi
candida.
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air
mempermudah invasi candida.
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah
terkena infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan infeksi kepada
pasangannya melalui ciuman.
Kedua factor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan
pertumbuhan candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke
dalam jaringan tubuh.

IV. Patofisiologi

Kandidiasis oral sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh
candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang
terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan
keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik,
yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi
dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling
sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang
pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal.
Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta
penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome

9
(AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam
mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak
terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur
candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada
tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri
yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.

Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu. Faktor penentu
patogenitas kandida adalah :

1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat


menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang
paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang
germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat
adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. `
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh
dalam` kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme
terlibat dalam patogenitas kandida.Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai
suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak
jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbent` uk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam
kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C.
albicans dirusak secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh
C.albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan pejamu :

1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida.
Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi
terjadinya kandidiasis.

10
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan
dalammamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik
menghambat atau membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat
penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan
bentuk kandida yang siapdifagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena
ukurannya, susah difagosit.Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium
kandida. Makrofag berperan dalammelawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan
melawaninfeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas
seluler padapenderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif
dan penderita dengan infeksi HIV.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesindan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candidaalbicans juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam
tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh pejamu.
V. Penatalaksanaan
 Infeksi biasanya mudah diatasi dengan krim atau lotion.
 Untuk infeksi kulit, vagina dan penis biasanya digunakan krim nistatin
selama 7-10 hari.
 Untuk infeksi vagina dan anus juga tersedia obat dalam bentuk suppositoria
(obat yang dimasukkan langsung ke dalam vagina atau anus).
 Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada penderita
thrush.

11
 Untuk infeksi kulit kadang diberikan salep corticosteroid bersamaan dengan
krim anti-jamur karena salep bisa mengurangi gatal dan nyeri (meskipun
tidak membantu penyembuhan infeksinya sendiri).
 Menjaga kulit tetap kering dapat membantu meredakan infeksi dan
mencegah kembalinya jamur.
 Bedak polos atau bedak yang mengandung nistatin bsia membantu menjaga
agar kulit tetap kering.
 Oral thrush : clotrimazola toches 10 mg tablet atau nistatin.
 Esophageal candidiasis : fluconazole (100-200mg/dl) atau intraconazole
(200mg/dl), caspofungin, micafungin, amfotericin B.

a. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya di indikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.
3. Diagnosa pasti dengan biopsi

b. Terapi
Non Farmakologi
1. Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar
2. Hindari terlalu sering kontak langsung dengan air kotor
3. Bersihkan tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas
4. Jangan memakai sepatu orang lain
5. Kenakan kaus kaki yang terbuat dari kain yang cepat kering atau menjaga
kelembaban kulit. Jangan lupa untuk mengganti kaus kaki Anda setiap hari, dan
cepat mengganti jika kaus kaki basah.
6. Pisahkan barang pribadi (handuk, baju, sepatu) anda, dari barang pribadi orang
lain.

12
Farmakologi :
1. Griseofulvin
 Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan berkaitan dengan
mikrotubulus dan menghambat polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus.
 Griseofulvin tidak larut air.
 Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50% dosis oral yang masuk ke
sirkulasi.
 Absorbsi meningkat bila diberikan bersama lemak.
 Infeksi kulit dan rambut memerlukan terapi 4-6 minggu, kuku tangan
sampai 6 bulan, dan kuku kaki memerlukan 1 tahun terapi.
 Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan dealkilasi dan metabolitnya yang
inaktif diekskresi dalam urine sebagai glukuronid.
 Griseofulvin menghambat jamur dari spesies Microsporum, Tricophyton,
dan Epidermophyton.
 Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk mengobati infeksi dermatofit
pada kulit, kuku atau rambut.
 Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, dan 500 mg, dan
suspensi 125 mg/ml.
Dosis dewasa adalah 500-1000 mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi.
Untuk anak, dosisnya adalah 10 mg/kg BB/hari.
2. Azol
 Azol adalah kelompok obat sintesis dengan aktivitas spektrum yang luas.
 Obat yang masuk kelompok ini antara lain ketokonazol, ekonazol,
kloritmazol, tiokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol.
 Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α- demetilase, enzim
yang bertanggung jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol
utama membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+
dan komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

13
a. Ketokonazol
 Obat ini mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida, Coccidioides
immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis,
Sporothrix spp, dan Paracoccidioides brasiliensis.
 Ketokonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Pada pemberian oral, obat
ini diserap baik pada saluran cerna (75%), dan absorpsi meningkat pada pH
asam.
 Dalam plasma, 84% ketokonazol berikatan dengan protein plasma terutama
albumin, 15% berikatan dengan sel darah dan 1% dalam bentuk bebas.
 Ketokonazol dimetabolisme secara ekstensif oleh hati.
 Sebagian besar ketokonazol diekskresi bersama cairan empedu ke lumen usus
dan hanya sebagian kecil yang keluar bersama urine.
 Efek samping yang sering pada pemberian oral adalah mual dan muntah.
Bahaya utama ketokonazol adalah toksisitas hati. Obat ini harus dihindari
pada wanita hamil. Pada pemberian topikal, efek sampingnya bisa berupa
iritasi, pruritus, dan rasa terbakar.
 Diindikasikan pada Paracoccidioides brasiliensis, thrush (kandidiasis
faringeal), kandidiasis mukokutan, dan dermatofit (termasuk yang resisten
terhadap griseofulvin).
 Ketokonazol mungkin jangan dikombinasi dengan amfoterisin B karena
ketokonazol mengganggu sintesis ergosterol.
 Ketokonazol tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, gel/krim 2%, dan scalp
solution 20 mg/ml.
b. Klotrimazol
 Klotrimazol adalah obat antijamur azol yang digunakan hanya untuk
penggunaan topikal.
 Obat-obat ini diindikasikan untuk dermatofitosis dan kandidiasis.
 Klotrimazol terdapat dalam bentuk sediaan krim atau solution 1% dan tablet
vagina 100 dan 500 mg.
 Tiokonazol terdapat dalam sediaan krim 1%.

14
c. Mikonazol
 Spektrum aktivitas antijamurnya hampir sama dengan ketokonazol,
termasuk dermatofit.
 Mikonazol bisa diberikan per oral atau topikal. Obat ini diindikasikan secara
topikal untuk dermatofitosis dan kandidiasis.
 Mikonazol terdapat dalam sediaan krim 2%.
d. Itrakonazol
 Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol, plus
 Aspergillus. diberikan per oral, setelah diabsopsi akan mengalami
Itrakonazol
metabolisme hati yang ekstensif.
 Obat ini diindikasikan untuk tinea, infeksi Candida mukokutan dan infeksi
sistemik.
 Itrakonazol tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg.
e. Flukonazol
 Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan ketokonazol.
 Flukonazol dapat diberikan per oral atau iv.
 Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian oral, dengan
90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein.
 Obat ini mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus,
dan menjadi obat pilihan pertama untuk meningitis karena jamur.
Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit dan
kuku.
 Obat ini diindikasikan untuk infeksi sistemik dan kandidiasis mukokutan.
Flukonazol tersedia dalam bentuk kapsul 50 dan 150 mg dan infus 2 mg/ml.
3. Nistatin
 Nistatin adalah antibiotik makrolida polyene dari Streptomyces noursei.
Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin B.
 Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari kulit. Obat ini terlalu
toksik untuk pemberian parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya
sedikit sekali dan kemudian diekskresi melalui feses.

15
 Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup jamur-jamur sistemik,
namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi
Candida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna.
 Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis vaginal dan esofagitis
karena Candida.
 Nistatin terdapat dalam sediaan obat tetes/suspensi, tablet oral, tablet
vagina, dan suppositoria
4. Terbinafin
 Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat squalen epoksidase, enzim
yang diperlukan untuk mengkonversi squalen menjadi squalen epoksid.
 Terbinafin diberikan per oral, dan diabsorpsi baik dari saluran cerna, dengan
kadar puncak dalam plasma tercapai dalam 2 jam.
 Terbinafin sangat aktif terhadap dermatofit, dengan aktivitas lebih baik
daripada itrakonazol.
 Obat ini diindikasikan pada jamur dan kuku.
 Tersedia dalam bentuk krim 1% dan tablet 250mg.

16
Obat Antijamur sistemik

17
KASUS CANDIDA
Identitas Pasien:
Nama : NY. TS
Usia : 23 tahun
Alamat : Jln Kotak 24
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
BB/TB : kg 40 / 154 cm
Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2013
Riwayat Masuk RS :
Pasien merupakan pasien rujukan dari sebuah puskesmas, dengan keluhan demam
380 C sejak 5 hari yll, batuk batuk 2 bulan, Gatal dan timbulnya plak kemerahan pada
lipatan lengan kiri, serta diare. Pasien sedang hamil 10 minggu (P1G0A0). Pasien juga
dinyatakan menderita HIV dengan CD4 saat ini 200 sel/mm3 namun belum mendapat
terapi ARV. Pasien mengalami hyperemesis gravidarum, sehingga kondisi lemas,
anemis, turgor turun.
Diagnose : HIV stad 3, Hiperemesis gravidarum, Anemia
Hasil pemeriksaan darah TGL 15 AGUSTUS:
Hb = 8 gr/dL (N = 10-15 gr/dL)
AL = 2500 sel/mm3 (N=6000-17.000 sel/mm3)
HT = 38% (N =30-36%)
Pada pemeriksaan sel darah merah terdapat penurunan ferritin serum
Basophil 0 ( 0-1%)
EOS 1% (1-3%) NETROFIL 2 % (3-5%)
LIMFOSIT 20% (25-35%) MONOSIT 3 % (4-6)
Trombosit 100 sel/mm3 (N = 150-400 sel/mm3)
Eritrosit 6.106 sel/mm3 (N= 4-5,5.106 sel/mm3)
Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% positif memperlihatkan elemen jamur berupa
hifa panjang dan bersepta yang khas. Pengobatan yang direncanakan :
1. Fentolin nebulizer 3x sehari
2. Ondansetron iv 1x1 prn
3. ARV Zidovudin 300 mg
4. Asam folat 400 mcg 1x1

18
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. TS No Rek Medik :
Umur : 23 Tahun Dokter Yg Merawat :
Alamat : Jln Kotak 24
Ras :
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :-
BB/TB : 40 KG / 154 cm
Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2013
DIAGNOSA : HIV stad 3, Hiperemesis gravidarum, Anemia
RIWAYAT MASUK RS
- Pasien merupakan pasien rujukan dari sebuah puskesmas, dengan keluhan
demam 380 C sejak 5 hari yll, batuk batuk 2 bulan, Gatal dan timbulnya plak
kemerahan pada lipatan lengan kiri, serta diare. Pasien sedang hamil 10 minggu
(P1G0A0). Pasien juga dinyatakan menderita HIV dengan CD4 saat ini 200
sel/mm3 namun belum mendapat terapi ARV.
Pasien mengalami hyperemesis gravidarum, sehingga kondisi lemas, anemis,
turgor turun.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU : -
RIWAYAT SOSIAL :
- Pasien hamil 10 minggu
Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet
- Vegetarian Tidak
Merokok Tidak
Meminum Alkohol Tidak
Meminum Obat herbal Tidak

RIWAYAT ALERGI : -

19
KELUHAN / TANDA UMUM :
1. Subyektif
Tanggal Data Subyektif
MRS Demam sejak 5 hari yang lalu
15 Agustus Batuk batuk 2 bulan
2013 Gatal dan timbulnya plak kemerahan pada lipatan lengan kiri
Diare
Pasien sedang hamil 10 minggu (P1G0A0)
Pasien juga dinyatakan menderita HIV namun belum mendapat
terapi ARV.
Pasien mengalami hyperemesis gravidarum, sehingga kondisi
lemas, anemis, turgor turun.

2. Objektif
a. Tanda Vital :
Parameter Nilai Normal Hasil Keterangan
Suhu 36-37,5 38 oC Tinggi

b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


Ket.
Parameter Nilai Normal
Hasil
Hemoglobin 8 gr/dL 10-15 gr/dL ↓
AL 2000 /mm3 6000-17.000 sel/mm3 ↓
Hematokrit 38% 30-36% ↑
Trombosit 100 sel/mm3 150-450 sel/mm3 ↓
Eritrosit 6.106 sel/mm3 4-5,5.106 sel/mm3 ↑
Ferritin serum ↓
Basofil 0 0-1 % Normal
Eosinofil 1% 1-3 % Normal
Netrofil 2% 3-5 % ↓
Limfosit `20 % 25-35 % ↓
Monosit 3% 4-6 % ↓
CD4 200 500 - 1300 sel/mm3 ↓

RIWAYAT PENYAKIT DAN PENGOBATAN : -

20
RENCANA PENGOBATAN :
No Nama obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome terapi
1 Ventolin nebulizer Penanganan dan 3 x sehari oral Salbutamol dan Tremor, sakit kepala, Mengatasi sesak nafas
pencegahan asma penyekat takikardi
β-Bloker non
selektif
2 Ondansetron Mual dan 1 x 1 prn Intra vena Sakit kepala, Mengatasi mual dan
muntah
muntah konstipasi, sedasi
3 ARV Zidovudin Pengobatan HIV 300 mg oral  penggunaan pct Anemia, netropenia, Mengatasi pasien dg
jangka lama infeksi HIV
mual, sakit kepala
 obat yang
berefek hebat, insomnia
nefrotoksik
 Probenesid
fenitoin
4 Asam folat Pengobatan 400 mcg oral Mengatasi anemia
anemia 1x1

21
ASSESMENT :
N Problem Subjektif Objektif Terapi Analisis DRP Monitoring
o Medik
1 HIV Diare, demam, batuk, CD4 200 sel/mm 3 1. Zidovudin tidak bisa Obat Pemantauan
stadium 3 candidiasis, anemia Hb = 8 gr/dL Zidovudin diberikan kepada tidak CD4
AL = 2500 sel/mm3 (↓) 2. Asam pasien yang tepat
ferritin serum (↓) Folat mengalami anemia,
karena ES Zidovudin
Basophil 0 (-)
adalah anemia.
EOS 1% (-) Pasien HIV pada ibu
NETROFIL 2 % (↓) hamil langsung
LIMFOSIT 20% (↓) diterapi dengan
MONOSIT 3 % (↓) kombinasi 3 ARV
Trombosit 100 sel/mm3 Pasien mengalami
(↓) anemia karena
Eritrosit 6.106 sel/mm3 penurunan ferritin
(↑) serum sehingga
pemberian asam folat
kurang tepat.
2 Candidiasi Gatal dan timbulnya plak Pada kerokan kulit - Belum diberikan Indikasi Rasa gatal dan
s kemerahan pada lipatan lengan dengan KOH 10-20% pengobatan tanpa jamur
kiri positif memperlihatkan terapi
elemen jamur berupa
hifa panjang dan
bersepta yang khas
3 Hiperemes lemas, anemis, turgor turun. - Ondansentr Ondansetron sudah Tepat Mual dan
is on tepat digunakan Indikasi muntah
gravidaru sebagai terapi

22
m
4 Demam Demam sejak 5 hari yll Suhu tubuh 38 - Belum diberikan Indikasi Suhu badan
pengopbatan untuk tanpa
mengatasi demam terapi
5 Diare Turgor turun, lemas, dehidrasi - - Belum diberikan Indikasi Frekuensi diare
pengobatan untuk tanpa
mengatasi diare terapi
6 Batuk Batuk 2 bulan - Ventolin Pasien tidak ada Terapi Frekuensi batuk
Nebulizer indikasi asma tanpa
indikasi

CARE PLAN

1. Terapi untuk mengatasi HIV diberikan kombinasi terapi ARV yaitu Tenofovir + Lamivudin + Nevirapin, pada pasien dengan anemia
tidak dapat menggunakan zidovudine.

23
24
2. Terapi untuk mengatasi candidiasis diberikan Krim Klotrimazol 1%
Obat ini digunakan dengan cara dioleskan 2 kali sehari pada daerah kulit yang mengalami plak kemerahan
3. Terapi untuk mengatasi hyperemesis gravidarum diberikan Ondansetron 4 mg 1x1 bila perlu, namun apabila pasien sudah sembuh,
selanjutnya maintenance bisa menggunakan vit B6 (Piridoksin) 25 mg 3xsehari 1 tablet diminum bersama makan.
4. Terapi untuk mengatasi anemia diberikan Ferro Sulfat 300 mg 3x sehari 1 tablet dan pemberian asam folat bisa dilanjutkan.

25
5. Pasien diberikan terpai paracetamol untuk menurunkan demam, dosis 500 mg 3x1 hari 1 tablet. Apabila demam sudah sembuh,
penggunaan obat bisa dihentikan.
6. Pasien diberikan Oralit setiap setelah BAB
7. Pasien diberikan Laserin untuk mengatasi batuk. Dosis : 3x1 hari 1 sendok makan.
8. Ventolin nebulizer tidak perlu diberikan karena pasien tidak mengalami sesak nafas atau asma.

26
Terapi Non Farmakologi
1. Wanita dengan HIV positif: Memakai kontrasepsi untuk mencegah
penularan/kehamilan.
2. Mengkonsumsi makanan bergizi seperti yang mengandung zat besi (yang terdapat
pada sayuran hijau dan kacang-kacangan).
3. Banyak minum air putih (8 gelas per hari)
4. Istirahat yang cukup dan olahraga teratur.
5. Diberikan bimbingan rohani dan juga terapi psikologis untuk menjaga kondisi
psikologi pasien.
6. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
7. Menjaga agar kulit area infeksi tidak lembab
8. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain.

MONITORING
1. Efektivitas Terapi
a. Monitoring nilai CD4 (>350/mm3)
b. Monitoring kadar Hb (>10 g/dl), eritrosit (4-5,5.106 sel/mm3) hematokrit
(30-36%), leukosit (6000-17.000 sel/mm3), SGOT/SGPT (<10/15 mg/dl)
dan BUN (6-20 mg/dl) , Creatinin (0,6-1,3 mg/dl).
c. Monitoring resiko munculnya infeksi oportunistik (Kanididasis parah), PMS.
d. Monitoring terhadap kesehatan janin.
e. Monitoring frekuensi dan keparahan batuk, mual muntah, diare
f. Monitoring suhu tubuh.
2. Efek Samping Obat dan Toksisitas
a. Monitoring efek samping dari obat-obat ARV
b. Klotrimazol 1% : erythema, stinging, blistering, peeling, edema, pruritis,
urticaria, burning, dan iritasi umum lainnya
c. Ondansentron : Sakit kepala, konstipasi
d. Ferro sulfat : Mual, nyeri perut, konstipasi
e. Parasetamol : Pemakaian pada dosis tinggi dan durasi yang lama dapat
menyebabkan toksisitas hati

27
3. Monitoring Interaksi
-

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. Info Spesialis. Diakses tanggal 28 Oktober 2013 Melalui


http://www.spesialis.info/?gejala-kandidiasis-genitalis-%28thrush%29,271

Anonym. 2013. Google Books. Diakses 28 Oktober 2013 melalui


http://books.google.co.id/books?id=n4GHgidIuEUC&pg=PA44&dq=kandidiasis+ad
alah&hl=en&sa=X&ei=iUA-UqX9FcijrQf934GoCQ&redir_esc=y#v=onepage&q=k
andidiasis%20adalah&f=false

Jordan,Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Sacher,R.A, McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta : EGC.

Saifuddin Bari Abdul, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wikjosastro dan Djoko
Siregar,R.S. 2004. Penyakit JamurKulit. Jakarta : EGC

Spritia. 2012. Diakses tanggal 28 Oktober 2013 melalui


http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=516

Waspodo. 2006. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP

Wong, L. Donna, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong. Jakarta :
EGC Buku Kedokteran.

29

You might also like