Professional Documents
Culture Documents
“PNEUMONIA”
Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Definisi Penyakit
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru
(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini
berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak.
Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit pada
anak usia < 2 bulan, 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun
sampai kurang dari 5 tahun.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri
dada demam,dan sesak nafas.Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan
sputum. Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena
bakteri diobati dengan antibiotika. Pneumonia merupakan penyakit yang
umumnya terjadi pada semua kelompok umur, dan menunjukan penyebab
kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit kronik.Tersedia vaksin
tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang
berbeda tergantung dari jenis pneumonia,pengobatan yang tepat, ada tidaknya
komplikasi dan kesehatan orang tersebut.
III. Patofisiologi
Patofisologi pneumonia menurut Dipiro 9 (2015):
- Mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan bawah melalui tiga rute:
dihirup sebagai partikel sangat kecil, masuk ke paru melalui aliran
darah dari situs infeksi ekstrapulmonal, atau aspirasi kandungan
orofaringeal.
- Infeksi paru dengan virus menekan aktivitas pembersihan bakteri dari
paru dengan mengganggu fungsi makrofag alveolar dan mengganggu
pembersihan oleh mukosiliari, sehingga terjadi pneumonia bakterial
sekunder.
- Mayoritas kasus pneumonia yang didapat di masyarakat oleh dewasa
sehat karena S.pneumoniae (pneumococcus) atau M. pneumoniae (70%
dan 10-20% dari semua pneumonia bakterial akut di AS, berturutan).
- Basil gram negatif aerobik dan S. aureus juga menjadi penyebab utama
pada pneumonia yang didapat di rumah sakit.
- Bakteri anaerob adalah agen etiologi paling umum setelah aspirasi
kandungan gastrik atau orofarink.
- Pada kelompok usia anak, kebanyakan pneumonia terjadi karena virus,
terutama virus syncytial pernafasan, parainfluenza, dan adenovirus.
Pneumococcus adalah bakteri penyebab paling umum.
IV. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang
peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus
pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia.
c. Pneumonia virus.
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering
pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi
bronkus.
c. Pneumonia interstisial.
V. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari, demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada, takipnea, takikardia
dan batuk yang produktif, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn AW
Ruang : 2E Infeksi
Umur : 65 tahun
Tanggal : MRS 4 April 2016
Tanggal : KRS : 9 April 2016
Diagnosa : Pneumonia
Keluhan : sesak, batuk, pilek, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak, batuk dimalam hari sampai
engkel, Pasien juga mengeluhkan yang berdahak, dahak berwarna putih. Pasien juga
mengeluhkan pilek dan pusing, mual -, muntah -.
Riwayat Penyakit Dahulu : Asma
Riwayat Pengobatan : Ventolin Inhaler
Riwayat Keluarga/Sosial : -
Tanggal
Nama obat Regimen
4/4 5/4 6/4 7/4 8/4 9/4
Dexametason tab
0,5 mg 3x1 tab √ √ √ √
Spironolacton 2x100 mg √ √ √ √ √ √
Ceftriaxone 2x1 gr IV √ √ √ √ √ √
Ventolin inhaler 3x √ √ √ √ √ √
Ambroxol 3x1 √ √ √ √ √ √
Codein 3x 10 mg √ √ √ √ √ √
Pertanyaan :
1. Buatalah latar belakang singkat tentang patofisiologi dan farmakoterapi pada kasus
diatas?
2. Analisislah kasus diatas dengan metode SOAP, masukan database pasien
(Subyektif, Obyektif)?
3. Apakah penggunaan obat-obat diatas sudah sesuai? Buatlah assessment dan
identifikasi, usulkan pengatasan problem medik?
4. Jelaskan terapi non farmakologi apa yang anda sarankan pada kasus diatas?
5. Monitoring apa sajakah yang harus dilakukan ?
Riwayat Alergi : -
Riwayat Penyakit Dan Pengobatan
No. Nama penyakit Tanggal/Tahun Nama Obat
Nyeri dada,
Asma, Propanolol,
takikardi, tremor, Pasien bernafas
4 Ventolin inhaler pencegahan asma, 3x sehari inhaler atomoxcetin, digoksin,
keram otot, sakit dengan normal
brokhospasme metildopa
kepala
- -
Dexamethason
0,5mg,
Non-farmakologi
1. Memperbanyak istirahat
2. Menjaga pola makan (memperbanyak makan buah, sayur, hati ayam/sapi,
daging-dagingan merah, perbanyak minum air putih)
3. Melakukan olahraga ringan (jalan pagi/sore)
4. Menghindari paparan asap rokok, kendaraan, atau debu.
5. Menjaga kebersihan rumah atau lingkungan
Monitoring
1. Pemeriksaan tanda vital: RR, suhu, TD
2. Monitong Fev1 dan SAO2
3. Monitoring nyeri kepala, pilek
4. Monitoring nilai Cr, BUN, leukosit
5. Pemeriksaan gejala fisik atau keluhan pasien
6. Pemeriksaan intensitas batuk dan warna sputum
7. Kepatuhan pasien meminum obat
KIE
Adam, JM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Dipiro J.T et al. 2015. Pharmacoterapi Handbook 9th edition. Mc Graw Hill
Education. NewYork.