You are on page 1of 21

MAKALAH PAKTIKUM RUMAH SAKIT

“PNEUMONIA”

Dosen pengampu :

Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt

Disusun Oleh :

Kelompok A.3 (2)

1. Etik Puji Hastuti (1820364015)


2. Fatimah (1820364016)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

I. Definisi Penyakit
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru
(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini
berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak.
Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit pada
anak usia < 2 bulan, 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun
sampai kurang dari 5 tahun.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri
dada demam,dan sesak nafas.Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan
sputum. Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena
bakteri diobati dengan antibiotika. Pneumonia merupakan penyakit yang
umumnya terjadi pada semua kelompok umur, dan menunjukan penyebab
kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit kronik.Tersedia vaksin
tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang
berbeda tergantung dari jenis pneumonia,pengobatan yang tepat, ada tidaknya
komplikasi dan kesehatan orang tersebut.

II. Etiologi Penyakit


Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang
diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif,
sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-
akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri Gram negatif.
Diagnosis etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditegakkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi
belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri
sebagai penyebab pneumonia. Hanya biakan dari specimen pungsi atau aspirasi
paru serta pemeriksaan specimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu
menegakkan diagnosis etiologi pneumonia. Meskipun pemeriksaan specimen
fungsi paru merupakan cara yang sensitive untuk mendapatkan dan menentukan
bakteri penyebab pneumonia pada balita akan tetapi pungsi paru merupakan
prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika.
Oleh karena alasan tersebut di atas maka penentuan etiologi pneumonia di
Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut
publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa Streptococcus
pneumonia dan Hemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan
pada penelitian tentang etiologi di Negara berkembang. Jenis jenis bakteri ini
ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1%
hasil isolasi dari specimen darah. Sedangkan di Negara maju, dewasa ini
pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

III. Patofisiologi
Patofisologi pneumonia menurut Dipiro 9 (2015):
- Mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan bawah melalui tiga rute:
dihirup sebagai partikel sangat kecil, masuk ke paru melalui aliran
darah dari situs infeksi ekstrapulmonal, atau aspirasi kandungan
orofaringeal.
- Infeksi paru dengan virus menekan aktivitas pembersihan bakteri dari
paru dengan mengganggu fungsi makrofag alveolar dan mengganggu
pembersihan oleh mukosiliari, sehingga terjadi pneumonia bakterial
sekunder.
- Mayoritas kasus pneumonia yang didapat di masyarakat oleh dewasa
sehat karena S.pneumoniae (pneumococcus) atau M. pneumoniae (70%
dan 10-20% dari semua pneumonia bakterial akut di AS, berturutan).
- Basil gram negatif aerobik dan S. aureus juga menjadi penyebab utama
pada pneumonia yang didapat di rumah sakit.
- Bakteri anaerob adalah agen etiologi paling umum setelah aspirasi
kandungan gastrik atau orofarink.
- Pada kelompok usia anak, kebanyakan pneumonia terjadi karena virus,
terutama virus syncytial pernafasan, parainfluenza, dan adenovirus.
Pneumococcus adalah bakteri penyebab paling umum.

IV. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang
peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus
pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia.
c. Pneumonia virus.
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering
pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi
bronkus.
c. Pneumonia interstisial.

V. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari, demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada, takipnea, takikardia
dan batuk yang produktif, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala.

VI. Manifestasi Klinik


Secara umum dapat dibagi menjadi:
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5ºC
sampai 40,5ºC), sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan
kurang keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25–45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air
hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam
saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada
karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk/meningimus (iritasi menigen tanpa
inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi
pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
Tanda infeksi ekstrapulmonal.

VII. Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi


Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
a. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
b. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
c. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu. maka pada penderita
pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
1. Farmakologi
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti
infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai
secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi
antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen (Kemenkes, 2005).
Sebagai tatalaksana umum dengan pasien yang mempunyai saturasi oksigen
< 92% pada saat benapas dengan udara kamar harus diberikan terapi
oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 92%.
Petunjuk terapi empiris menurut PDPI (2003):
 Rawat jalan
a. Tanpa faktor modifikasi :
Golongan β laktam atau β laktam + anti β laktamase
b. Dengan faktor modifikasi :
Golongan β laktam + anti β laktamase atau Fluorokuinolon respirasi
(levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin)
b. Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru (roksitrosin,
klaritromisin, azitromosin)
 Rawat inap
a. Tanpa faktor modifikasi :
Golongan beta laktam + anti beta laktamase i.v atau Sefalosporin G2, G3
i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v
b. Dengan faktor modifikasi :
Sefalosporin G2, G3 i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v
c. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik ditambah makrolid baru
 Ruang rawat intensif
a. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin G3 i.v nonpseudomonas ditambah makrolid baru atau
fluorokuinolon respirasi i.v
b. Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin G3 i.v anti pseudomonas i.v atau karbapenem i.v ditambah
fluorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin) i.v atau
aminoglikosida i.v.
c. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : sefalosporin anti pseudomonas
i.v atau carbamapenem i.v ditambah aminoglikosida i.v ditambah lagi
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi i.v
2. Terapi non farmakologi
a) Menghindari asap rokok. Asap rokok dapat memperparah terjadinya
pneumonia.
b) Istirahat yang cukup.
c) Memperbanyak minum air putih untuk mencegah terjadinya dehidrasi
d) Menerapkan pola makan yang sehat, misalnya dengan meningkatkan asupan
sayur dan buah serta mengurangi makanan berlemak.
e) Mencuci tangan secara rutin untuk menghindari perpindahan kuman dari
pasien ke orang lain atau objek tertentu dan sebaliknya.
f) Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu untuk
menampung kuman, dan segera buang tisu yang sudah terpakai di tempat
sampah.
BAB II
STUDI KASUS
KASUS 2. LOWER RESPIRATORY TRACTUS INFECTION PNEUMONIA

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn AW
Ruang : 2E Infeksi
Umur : 65 tahun
Tanggal : MRS 4 April 2016
Tanggal : KRS : 9 April 2016
Diagnosa : Pneumonia
Keluhan : sesak, batuk, pilek, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak, batuk dimalam hari sampai
engkel, Pasien juga mengeluhkan yang berdahak, dahak berwarna putih. Pasien juga
mengeluhkan pilek dan pusing, mual -, muntah -.
Riwayat Penyakit Dahulu : Asma
Riwayat Pengobatan : Ventolin Inhaler
Riwayat Keluarga/Sosial : -
Tanggal
Nama obat Regimen
4/4 5/4 6/4 7/4 8/4 9/4
Dexametason tab
0,5 mg 3x1 tab √ √ √ √
Spironolacton 2x100 mg √ √ √ √ √ √
Ceftriaxone 2x1 gr IV √ √ √ √ √ √
Ventolin inhaler 3x √ √ √ √ √ √
Ambroxol 3x1 √ √ √ √ √ √
Codein 3x 10 mg √ √ √ √ √ √

Pertanyaan :
1. Buatalah latar belakang singkat tentang patofisiologi dan farmakoterapi pada kasus
diatas?
2. Analisislah kasus diatas dengan metode SOAP, masukan database pasien
(Subyektif, Obyektif)?
3. Apakah penggunaan obat-obat diatas sudah sesuai? Buatlah assessment dan
identifikasi, usulkan pengatasan problem medik?
4. Jelaskan terapi non farmakologi apa yang anda sarankan pada kasus diatas?
5. Monitoring apa sajakah yang harus dilakukan ?

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn AW
Umur : 65 tahun No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir : - Dokter yg merawat :-
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-
Riwayat masuk RS :-
Riwayat penyakit terdahulu :Asma
Riwayat pengobatan :Ventolin Inhaler
Riwayat sosial :-
Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet -
Vegetarian -
Merokok -
Meminum Alkohol -
Meminum Obat herbal -

Riwayat Alergi : -
Riwayat Penyakit Dan Pengobatan
No. Nama penyakit Tanggal/Tahun Nama Obat

1 Asma - Ventolin Inhaler

Keluhan / Tanda Umum


Tanggal Subyektif Obyektif

Pasien mengeluh sesak,


Td (90/60mmHg), Suhu
batuk dimalam hari sampai
(38,1°C), RR (26x/menit),
engkel, Pasien juga
- Nadi (68x/menit),
mengeluhkan yang
Leukosit (18.5000), Batuk
berdahak, dahak berwarna
putih
(+++), Sesak nafas (+++)
OBAT YANG DIGUNAKAN
Rute Outcome terapi
No. Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO
pemberian
Perubahan
Inflamasi,
3x penglihatan,
Dexametason tab multiplesklerosis, Dapat munurunkan Meredakan/mengura
1 oral pembengkakan,
0,5 mg edema cerebral, 1 tab efektifitas kodein ngi inflamasi
peningkatan BB
alergi
dengan cepat

 Nyeri otot atau


 Arginine lemah
 Arsenic Trioxide  Lambat, cepat,
atau detak jantung
 Benazepril
tidak beraturan
 Captopril
 Merasa lelah,
Edema pada 2x  Cilazapril
gelisah, atau pusing Menurunkan tekanan
2 Spironolacton sirosis hati, gagal oral  Delapril
 Jarang buang air darah
jantung kongestif 100 mg  Digoxin kecil atau tidak
 Droperidol sama sekali
 Enalaprilat  Napas cepat
 Enalapril Maleate  Tremor,
 Fosinopril kebingungan
 Mual

3 Ceftriaxone Antibiotik pada 2x IV Vaksin BCG, Mual, muntah,


Bakteri penyebab
infeksi saluran aminoglikosida, pusing, sakit kepala,
pernafasan 1 gr IV warfarin hipersensitivitas pneumonia tidak ada

Nyeri dada,
Asma, Propanolol,
takikardi, tremor, Pasien bernafas
4 Ventolin inhaler pencegahan asma, 3x sehari inhaler atomoxcetin, digoksin,
keram otot, sakit dengan normal
brokhospasme metildopa
kepala

Amoxicillin, cefurox Gangguan


Membantu
pencernaan ringan,
5 Ambroxol Mukolitik 3x1tab oral im, erythromycin, Mual dan muntah,
mengencerkan dan
dan doxycycline mengeluarkan dahak
Sakit ulu hati,
Dyspepsia
 Alprazolam
 Anileridine  Pusing
 Baclofen  Mengantuk
 Bromazepam  Mual atau
 Buprenorphine muntah
6 Codein Antitusif 3x 10 mg oral Menekan batuk
 Bupropion  Sakit perut
 Butalbital  Sembelit
 Butorphanol  Gatal atau ruam
 Carbinoxamine ringan
 Carisoprodol
Problem medik : Pneumonia

Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP Plan Monitoring

- -
Dexamethason
0,5mg,

Spironolacton dapat ADR


Spironolakton
100mg, dihentikan dahulu karena
Td (90/60mmHg), pasien mengalami
Frekuensi sesak,
Sesak, batuk Suhu (38,1°C), RR penurunan TD (hipotensi), Ceftriaxone (1- frekuensi batuk, warna
berdahak dimalam (26x/menit), Nadi 2g/hari) sputum dan
hari sampai engkel, (68x/menit), -
Ceftriaxone, ambroxol 30mg 3x pemeriksaan lab.
dahak berwarna Leukosit (18.5000), Leukosit, Tekanan
sehari
putih Batuk (+++), Sesak darah, RR, nadi.
-
nafas (+++) Ambroxol 30-120
-
mg,

Codein dihentikan karena


Codein 15 mg,
akan mempersulit
keluarnya dahak, ADR
Problem medik : Asma

Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP Plan Monitoring

Nadi (68x/menit), Frekuensi serangan sesak


Ventolin Inhaler 3 x nafas dan parameter fev1 dan
Sesak nafas RR 26x/menit, Sesak Ventolin inhaler - -
sehari SAO2
nafas (+++)

Problem medik : Pilek dan pusing

Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP Plan Monitoring

Pasien dapat diberikan obat


Demacolin 3x1 tab Frekuensi sesak dan
analgetik dan dekongestan
Pilek dan pusing - Indikasi tanpa terapi (komp : kafein, CTM, keluhan pusing
untuk meredakan keluhan
PCT, pseudo)
pasien
PLAN
Farmakologi
1. Cefriaxone tetap digunakan karena menurut Dipiro edisi 9, ceftriaxone
(golongan sefalosporin generasi ke-3) merupakan pilihan pada pasien
pneumonia pediatric dengan dosis 1-2g/hari.
2. Ventolin inhaeler tetap digunakan untuk membantu meredakan atau
mengatasi serangan asma pada pasien dengan penggunaan jika pasien
merasa akan dating serangan asma, 3xsehari 1 puff (100 mcg/puff).
3. Ambroxol tetap digunakan untuk membantu melisiskan dahak/sputum
pasien, 3x1 tab sehari.
4. Demacolin (paracetamol, PPA, CTM) merupakan terapi tambahan yang
digunakan untuk meredakan pusing dan pilek pada pasien, 3x1tab sehari dan
digunakan bila gejala pusing dan pileknya masih ada.
5. Sprironolacton dan codein dihentikan karena efek terapi yang dihasilkan
dapat memperburuk kondisi pasien.

Non-farmakologi
1. Memperbanyak istirahat
2. Menjaga pola makan (memperbanyak makan buah, sayur, hati ayam/sapi,
daging-dagingan merah, perbanyak minum air putih)
3. Melakukan olahraga ringan (jalan pagi/sore)
4. Menghindari paparan asap rokok, kendaraan, atau debu.
5. Menjaga kebersihan rumah atau lingkungan

Monitoring
1. Pemeriksaan tanda vital: RR, suhu, TD
2. Monitong Fev1 dan SAO2
3. Monitoring nyeri kepala, pilek
4. Monitoring nilai Cr, BUN, leukosit
5. Pemeriksaan gejala fisik atau keluhan pasien
6. Pemeriksaan intensitas batuk dan warna sputum
7. Kepatuhan pasien meminum obat

KIE

1. Pemberian edukasi dan informasi kepada keluarga pasien untuk dapat


memonitoring waktu penggunaan obat sehingga pasien dapat meminum obat
secara teratur
2. Memperbanyak istirahat
3. Berolahraga secara teratur
4. Menjaga pola hidup sehat seperti makan makanan bergizi dan perbanyak buah
dan sayur
5. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu untuk mencegah
penularan kuman, dan segera buang tisu yang sudah terpakai
6. Pasien dapat menggunakan masker saat ingin bepergian keluar rumah untuk
menghindari keparahan penyakit pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, JM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Depkes. 2005. Pedoman Pharmaceutical care Pneumonia. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes. 2009. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru


(H1N1). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dipiro J.T et al. 2015. Pharmacoterapi Handbook 9th edition. Mc Graw Hill
Education. NewYork.

Kemenkes RI. 2005. Modul Tata Laksana Pneumonia. Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis


& penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003

You might also like