You are on page 1of 25

SEJARAH ADMINISTRASI

( Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan )

Oleh :

KELOMPOK 1

1. Azra Anggraini ( 0305162098 )


2. Ayuly Mayona Mn ( 0305172071 )
3. Grace Inoy Simanjuntak ( 0305161051 )
4. Lelilawati Ritonga ( 0305162121 )
5. Nazri Maulana Khani ( 0305161022 )
6. Rizky Hariani ( 0305161018 )
7. Sri Sundari ( 0305162073 )

PENDIDIKAN MATEMATIKA-6
SEMESTER V ( LIMA )

DOSEN PEMBIMBING : ISMAIL, S.Pd.I, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan taufik-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “ Sejarah Administrasi ”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dan
cahaya petunjuk bagi umat Islam sedunia.

Makalah ini kami susun sebagai bukti pertanggung jawaban kepada dosen
pembimbing mata kuliah Administrasi Pendidikan, yaitu Bapak Ismail, S.Pd.I,
M.Si. Makalah ini juga kami persembahkan kepada beliau untuk dapat
menjadikan salah satu acuan pembelajaran selanjutnya.

Terima kasih kepada pihak yang terkait dan penyusunan tugas makalah ini
banyak sekali bantuan yang telah didapatkan dari berbagai macam sumber,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dan menyusunnya menjadi sebuah
makalah. Semoga dengan kehadiran makalah ini dapat menambah ilmu para
pembaca mengenai Sejarah Administrasi.

Medan, September 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Administrasi Pendidikan ............................................ 3


B. Sejarah Administrasi .................................................................... 6
C. Ruang lingkup Administrasi ........................................................ 18
D. Tujuan Administrasi ...................................................................... 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................. 21

Daftar Pustaka .......................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Administrasi sebagai suatu kegiatan bersama terdapat dimana-mana selama


ada manusia yang hidup dan bekerjasama dalam kelompok. Jika kita melihat
sebuah pabrik bekerja menghasilkan semacam benda sebagai produknya, maka di
situ kita melihat ada Administrasi. Jika kita melihat suatu lembaga yang melatih
dan memberikan suatu pelajaran yang akhirnya mereka mendapat sertifikat dari
proses pendidikan itu,maka disitu ada Administrasi pendidikan.

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan untuk


mengembangkan kemampuan dalam bidang administrasi. Ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang dilaksanakan bertujuan agar tenaga administrasi maupun
pengembangkan ilmu yang telah dipelajari dan dipraktekkan di sekolah dapat
diterapkan secara maksimal. Administrasi sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak lepas dari
keaktifan orang-orang yang menguasai administrasi dalam sekolah. Orang sering
menganggap remeh administrasi tersebut, padahal jika administrasi dipegang oleh
orang-orang yang kurang terampil maka administrasi tersebut akan berantakan.
Orang yang memegang administraasi adalah orang yang sudah terlatih dalam
bidangnya (orang yang sudah mendapat ilmu atau pelatihan). Administrasi tidak
hanya dalam hal keuangan saja tetapi juga dalam kerapian ( keteraturan) kita
dalam pembukuan.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakan di atas, kami mengangkat permasalahan untuk


dijadikan objek pembahasan dengan rumusan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian administrasi pendidikan ?


2. Bagaimana sejarah administrasi pendidikan ?
3. Apa sajakah yang menjadi ruang lingkup dari administrasi pendidikan?
4. Apa tujuan dari administrasi pendidikan ?

C. TUJUAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin kami capai adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian administrasi pendidikan.


2. Untuk mengetahui sejarah administrasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup administrasi pendidikan.
4. Untuk mengetahui tujuan administrasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Administrasi pendidikan bukanlah hal yang baru. Telah dipergunakan
dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sekalipun masih langka diteliti
secara seksama di Indonesia. Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah suatu
media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu efektif dan
efisien. Oleh karena itu, criteria atau ukuran keberhasilan administrasi pendidikan
adalah produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektifitas
dan pada proses suasana atau efesiensi.
Secara bahasa, administrasi berasal dari kata latin, ad berarti ke atau kepada,
dan ministrare yang berarti to serve yaitu melayani, membantu atau mengarahkan.
Dalam bahasa inggris dikenal dengan kata Administration yang kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu Administrasi.1.
Sedangkan secara istilah pengertian administrasi dapat ditinjau melalui dua
aspek, sebagai berikut :
a. Administrasi dalam Arti Sempit

Administrasi jika diartikan dalam arti sempit hanyalah berkisar pada


bidang ketatausahaan. Sebagaimana diambil dari istilah Belanda
“administratie,” yang berarti setiap penyusunan keterangan-keterangan
secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk
memperoleh suatu ikhtisar mengenai keterangan-keterangan itu dalam
keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lain.” ( Pariata Westra,
1978, halaman A – 5 )

Pengertian di atas menggambarkan pekerjaan dalam lingkup


ketatausahaan belaka. Secara lengkap dituliskan secara eksplisit bahwa
semacam itulah pekerjaan ketatausahaan. Di sini administrasi di tinjau

1
Engkoswara dan Aan, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal.48-52

6
dalam arti sempit. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalah-pahaman,
disarankan agar penggunaan istilah “tatausaha” tidak diberlakukan untuk
“administrasi,” melainkan gunakanlah istilah “tatausaha” saja.

b. Administrasi dalam Arti Luas


Terdapat berbagai pendapat ahli yang menjabarkan administrasi dalam
makna luas, diantaranya :
1) Menurut The Liang Gie
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh kelompok orang dalam
kerjasama mencapai tujuan tertentu.” Dalam buku ini diberikan
batasan administrasi sebagai “segala pengaturan atau penataan
seluruh sumber daya (manusia dan non manusia) dalam rangka
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” Beberapa hal
terkandung dalam pengertian tersebut, antara lain :
a) Adanya kegiatan pengaturan atau penataan.
b) Adanya sumber daya yang ditata.
c) Adanya kerjasama dalam menata.
d) Adanya tujuan bersama dari kegiatan pengaturan atau penataan.2
2) Menurut pendapat yang dikutip melalui buku Petunjuk Administrasi
Fakultas pada Universitas Gajah Mada bahwa :
a) Administrasi adalah suatu aktivitas atau proses yang bersangkutan
dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah
ditentukan.
b) Administrasi adalah pengorganisasian dan bimbingan orang-
orang agar melaksanakan suatu tujuan khusus.
c) Administrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dalam
setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan tertentu.
3) Menurut Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan

2
Hendyat Soetoro dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 16.

7
itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3
4) Menurut Purwanto, administrasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau
mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. 4
5) Menurut Syafaruddin, dkk. bahwa administrasi merupakan aktivitas-
aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan
kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.5

Berdasarkan penjabaran diatas dapat kami simpulkan bahwa administrasi


pada dasarnya bukanlah hanya berkisar pada bidang ketatausahaaan, namun juga
mamiliki makna dan cakupan yang lebih luas lagi. Berpacu pada pendapat-
pendapat diatas maka kami meyimpulkan bahwa administrasi merupakan
penataan proses kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditentukan.

Ditinjau dari konteks pendidikan, Administrasi pendidikan pada


hakikatnya merupakan ilmu administrasi dalam kegiatan pembinaan,
pengembangan dan pengendalian usaha-usaha pendidikan yang diselenggarakan
dalam bentuk kerja sama sejumlah orang. Dengan kata lain, kata pendidikan
setelah kata administrasi pada dasarnya menunjukkan pembatasan ruang lingkup
atau menunjukkan lapangan gerak dari kegiatan administrasi.

Menurut Ngalim Purwanto, administrasi pendidikan merupakan segenap


proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual, dan
material yang bersangkutan paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.6

Administrasi pendidikan juga dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan


atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang
diselenggarakan dilingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan
formal.
3
Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan (Jakarta : Gunung Agung, 1974), h. 2.
4
Irwan Nasution, Administrasi Pendidikan ( Medan : Perdana Publishing, 2010 ), h. 26.
5
Syafaruddin,dkk. , Administrasi Pendidikan ( Medan : Perdana Publishing, 2016 ), h. 6.
6
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997 ), h. 5.

8
Selain itu, Fayol (Hol and Miskel, 2001: 10) mengemukakan administrasi
pendidikan adalah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber
(personil maupun material) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Administrasi merupakan fungsi organisasi yang terdiri atas
unsure-unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian
perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan
(controlling).7

Maka dapat kami simpulkan bahwa administrasi pendidikan merupakan


proses pengendalian dan pengarahan terhadap segala bentuk sumber daya baik
personal, spiritual maupun material secara efektif dan efesien dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan.

B. SEJARAH ADMINISTRASI
Berdasarkan perjalanan sejarah, pertumbuhan administrasi publik dapat
dibagi dalam beberapa periode berikut:

1. Fase Pra-Sejarah (Sebelum tahun 1 Masehi)


Sebenarnya, administrasi telah ada sejak timbulnya peradaban manusia.
Hal ini terbukti pada jaman Mesopotamia, uang logam telah menjadi alat tukar-
menukar yang dapat memperlancar jalannya perdagangan. Jaman Babilonia
menandakan adanya “Taman Tergantung” yang sulit ditandingi oleh manusia
modern. Zaman Mesir kuno juga membuktikan adanya “papirus” yang merupakan
data-data tercatat tentang peradaban kala itupun menandakan hasil budaya besar).
Disusul Tiongkok Kuno dengan administarsi kepegawaiannya (adanya
istilah “merit system”), Romawi Kuno dengan karya Cicero yang berjudul “De
Officii” (The Office) dan De Legibus (The Lay) dan Yunani Kuno dengan konsep
demokrasinya. Demokrasi berasal dari kata Yunani : “demos” yang berarti rakyat,
dann “kratos” yang berarti kekuasaan. Dengan demikian demokrasi dimaksudkan
kekuasaan di tangan rakyat. 8

7
Engkoswara dan Aan, Op.cit., h. 52.
8
Hendyat Soetoro dan Wasty Soemanto, Op.cit., h.12

9
2. Fase Sejarah (Tahun 1 Masehi sampai dengan 1886)
Bermula dari sumbangan gereja Katolik Roma, yang telah memiliki ajaran
suci dan kerapian organisasi. Zaman ini telah keluar tokoh-tokoh pengembangan
administrasi. Salah satu di antaranya adalah George Von Zincke yang mengarang
537 karya ilmiah, 175 diantaranya tentang administrasi pertanian. Pada jaman
Revolusi Industri di Inggris pun mempengaruhi sistem administrasi secara luas.
3. Zaman Modern
Pada zaman ini perkembangan administrasi dilandasi dengan munculnya
tokoh-tokoh baru di bidang administrasi dan manajemen. Frederick W. Taylor
telah memelopori timbulnya “Gerakan Menejemen Ilmiah” di Amerika Serikat.
Disusul Henry Fayol (dari Perancis) yang membahas manajemen perusahaan
dengan bukunya “General and Industrial Management.” Pada akhirnya, Taylor
dianggap sebagai Bapak Manajemen Ilmiah, sedangkan Henry Fayol sebagai
Bapak Administrasi Modern.9
Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan secara singkat terkait sejarah
administrasi pada zaman Mesir Kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno, Romawi, Abad
Pertengahan, Prusia-Austria, dan Amerika Serikat dan seterusnya.

A) MESIR KUNO
Dasar historis administrasi publik barangkali berasal dari administrasi yang
dipraktekkan secara luas di Mesir Kuno sejak 1300 SM. Dalam masyarakat Mesir
Kuno telah dikenal sistem administrasi; sekalipun kita hanya dapat menemukan
sedikit peninggalan mengenai sasaran-sasaran manajemen dan tipe-tipe awal
administrasi sebagaimana tersirat dalam diktum pertama yang dititahkan oleh
Ramses III adalah: "Demi Tuhan, aku telah membuat dekrit besar mengenai
administrasi kuil- Mu, yang tercatat dalam dinding tulis Mesir".
Dalam pengamatan Max Weber, Mesir adalah negara paling tua yang
memiliki administrasi birokrasi. Secara khusus Michael Rostovtzeff membahas
Mesir selama abad 300 SM. Pada zaman para Firaun, organisasi dan ekonomi
benar-benar khas dibandingkan dengan bangsa-bangsa beradab lainnya. Ide pokok
negara Mesir kuno, khususnya dalam dinasti keempat, kesebelas, dan kedelapan
belas adalah pengorganisasian usaha ekonomi dan penduduk yang ketat untuk
9
Ibid., h. 13

10
menjamin setiap anggota masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan
memperoleh peluang yang amat terbuka guna menaikkan tingkat kemakmuran.
Ptolemius menganggap Mesir sebagai miliknya sendiri. Ia secara konsisten
memegang ide ini dan menjadikan idenya sebagai miliknya sendiri, karena inilah
satu-satunya cara termudah untuk memerintah Mesir. Akibatnya, sistem
kepegawaian dan administrasi Mesir kuno disempurnakan, dibuat sistematis, dan
dikonsentrasikan ke tangan-tangan penguasa baru dan para pembantu
birokrasinya. Untuk pertama kalinya sistem administrasi Mesir dikodifikasikan,
dikoordinasikan dan dirancang untuk bergerak dengan mekanisme tertentu,
dibangun untuk suatu tujuan tertentu, dan dirumuskan secara jelas. Tak ada satu pun
kebijaksanaan yang dapat ditoleransi, diselewengkan atau diubah walaupun seluruh
sistem pemerintah didasarkan pada kekuatan dan paksaan. Penelitian yang
dilakukan atas peninggalan kota Philadelphia mengungkapkan bahwa kota ini
diatur oleh mekanisme administrasi ala Ptolemius, di mana pertanian,
pengembangbiakan ternak, industri, dan perniagaan diarahkan dalam satu jalur
yang identik dengan kehidupan yang berlaku di Mesir pada 300 SM.
Apa yang berlaku di Mesir kuno itu telah memperlihatkan pentingnya segi
"art" (seni) dalam penyusunan dan perencanaan program, cara-cara untuk
memperoleh sumber materiil dan manusiawi, pengawasan dan koordinasi program
yang disentralisasikan, dan penyelenggaraan kebijakan-kebijakan yang diputuskan
oleh para penyelenggara kerajaan.

B) CINA KUNO
Kegiatan administrasi publik yang dipraktekkan di Cina kuno, diberi
semangat oleh doktrin Confusius. Salah satu di antara ajaran-ajarannya
menyatakan perlunya penyelenggara rumah tangga pemerintahan yang baik, dan
perlunya pemerintah melakukan seleksi pegawai pemerintahan yang cakap dan
jujur. Pengaruh doktrin Confusius amat kentara pada masa Dinasti Han (202 SM-
219 M) yang juga menekankan pentingnya tujuan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik.10

10
Dikutip dari www.pustaka.ut.ac.id pada tanggal 09 September 2018 pukul 20.00 WIB.

11
Apabila kita memperbincangkan Confucius, kebanyakan yang tampil adalah
ajaran-ajarannya yang berkenaan dengan soal kode etik. Tetapi sebenarnya
masalah pemerintahan merupakan pusat perhatian filosofi Confusius dan
merupakan titik sentral dari budaya Cina Kuno. Confusius sendiri, setelah
bertahun-tahun mengajar, kemudian kembali ke bidang pemerintahan ketika ia
menjelang berumur lima puluh tahun. Seluruh masa hidupnya dimanfaatkan untuk
menulis, bukan hanya dalam bidang filsafat moral dan etik, tetapi juga dalam
bidang politik dan pemerintahan. Ucapan-ucapan bersayap berisi hasil
observasinya, termasuk mengenai loyalitas dan kebijaksanaan para pejabat negeri.
Di antara berbagai karya Confusius yang masih berharga adalah minatnya
terhadap metode-metode yang dalam zaman sekarang dikenal dengan istilah
administrasi dan manajemen. Misalnya, makalah Micius atau Mo-Ti. Micius yang
ditulis pada awal 500 SM, dianggap sebagai pedoman bagi pemerintahan dan
administrasi Cina, yang tetap dipatuhi selama enam ratus tahun lebih. Pedoman
ini, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Konstitusi Chow, memuat
delapan aturan bagi Perdana Menteri dalam melaksanakan pemerintahan pada
departemen-departemen yang berbeda-beda.
Satu analisis mengenai administrasi publik Cina kuno telah dikemukakan
oleh Leonard Shihlien Hsu. Ada lima prinsip administrasi publik yang
diungkapkan. Prinsip-prinsip ini diangkat dari ajaran Confusius yang berfungsi
sebagai norma-norma kebajikan. Lima prinsip dimaksud adalah:11
1) Penguasa dan para pejabat harus mengetahui kondisi negara secara
menyeluruh.
2) Para pemimpin pemerintahan harus memiliki alat untuk mendekati satu
masalah.
3) Dengan mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat yang paling tajam, secara
hati-hati mempelajari kenyataan yang ada, untuk kemudian memecahkan
masalah tersebut secara moderat, praktis dan logis sesuai dengan aturan
etika.
4) Semangat publik merupakan faktor penting bagi ketepatan penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintahan.

11
Ibid.

12
5) Pemerintah harus mengembangkan kesejahteraan (ekonomi) rakyat.
6) Administrasi publik harus tetap berorientasi publik, mempunyai sifat mulia,
tidak angkuh, dan mempunyai kemampuan yang memadai.
Confusius, menurut Edward S. Corwin, "mengajari kita bahwa tugas
pemerintahan harus dilaksanakan dengan baik". Hu Shih yang telah menguraikan
sistem ujian pegawai negeri yang berasal dari dinasti Han (202 SM - 219 M)
mencatat bahwa kekaisaran Han dalam masa jayanya merupakan duplikat negeri
Cina sekarang. Meskipun tanpa sarana-sarana modern dalam bidang transportasi
dan komunikasi, namun tugas administrasi kekaisaran yang besar dengan pusat
pemerintahan di Chang-an itu, dimaksudkan untuk mempertahankan kesatuan
kerajaan dan perdamaian selama empat ratus tahun. Langkah demikian
meletakkan satu kerangka yang bersifat permanen bagi kehidupan nasional yang
menyatu untuk jangka waktu 2000 tahun. Dan ini adalah bukti prestasi terbesar
dari kejeniusan politik orang Cina. Bangsa Cina telah melaksanakan selama
berabad-abad sistem administrasi sebelum berkembangnya seni dan ilmu
administrasi modern; di mana sistem tersebut berkembang dengan baik dalam
dunia kepegawaian dan manajemen publik yang modern.12

C) YUNANI KUNO
Di kalangan bangsa Yunani kuno juga ditemukan berlakunya sistem
administrasi. Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi publik sangat menonjol
dalam alam pikiran orang-orang Yunani kuno. Bukti-bukti historis yang tertulis
menunjukkan bahwa kebanyakan sarjana dan pemimpin Yunani, seperti
Aristoteles, sangat sibuk dalam menerangkan dan mengenalkan bentuk
pemerintahan yang didukung rakyat serta konsepsi demokrasi. Bentuk
administrasi Yunani dengan tepat dicerminkan dalam pidato pemakaman yang
disampaikan Pericles untuk menghormati mereka yang gugur sebagai pahlawan
dalam perang Peloponesia (430 SM). "Pemerintah kita", ucap Pericles, "adalah
sebuah pemerintahan demokratis, karena administrasinya berada di tangan orang
banyak, bukan dalam tangan segelintir orang".
Di samping Pericles terukir dalam sejarah nama-nama besar seperti

12
Ibid.

13
Socrates dan Plato, dua tokoh yang paling bersemangat dalam mengkaji hubungan
antara negara dan masyarakat. Bahkan Socrates telah mendiskusikan peranan
manajer dalam temu wicaranya dengan Nicomachides.

D) ROMAWI
Berbeda dengan Yunani, administrasi Roma dipandang lebih realistis dan
lebih mempunyai muatan metodologis. Sekalipun demikian, administrasi Roma
mempunyai persamaan dengan administrasi Yunani kuno dalam hal bahwa bangsa
Roma tidak begitu memerinci sistem administrasi mereka. Hal ini tidak
mengecilkan arti pentingnya kenyataan bahwa bukti-bukti sejarah telah
memaparkan dan mendemonstrasikan kemampuan sistematik mereka dalam
bidang manajemen. Tokoh-tokoh pemikir yang telah tercatat dalam sejarah
administrasi Roma antara lain Marcus Tullius Cicero, seorang ahli hukum dan
negarawan Roma semasa kekaisaran Julius Caesar dan Aurelius Casiodorus,
seorang senator Roma dan penasihat administrasi Raja Ostrogoth. Di bawah ini
disajikan pikiran yang menarik dari Cicero, yang dituangkan dalam De Officiis.
"Mereka yang telah dianugerahi kemampuan untuk mengadminis- trasikan
urusan-urusan publik seharusnya membuang rasa kebencian, dan sebagai gantinya
senantiasa memberikan arahan dalam kegiatan pemerintahan. Mereka yang
berniat untuk melibatkan diri dalam urusan-urusan pemerintahan seharusnya
tidak mengabaikan dua petunjuk Plato: pertama, mengembangkan orientasi apa
yang terbaik bagi rakyat, dengan cara mengendapkan kepentingan pribadinya
sendiri; kedua, senantiasa menjamin keberhasilan seluruh lembaga politik, dan
tidak hanya melayani kepentingan sesuatu partai dengan merugikan pihak-pihak
lain. Administrasi dan lembaga pemerintahan, seperti kantor perwakilan,
seharusnya diarahkan untuk mendatangkan kemanfaatan kepada masyarakat,
lembaga atau kantor yang bersangkutan".13

Sampai kira-kira abad pertama sebelum Masehi, bangsa Romawi


menghadapi masalah bagaimana menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan,
yang terutama dipusatkan pada penyelesaian persoalan atau kepentingan sosial
dan ekonomi. Beban yang dihadapi Romawi makin diperberat oleh wilayah yang
13
Ibid.

14
begitu luas, yang mempunyai keanekaragaman kebudayaan. Susunan institusi
yang dibentuk oleh bangsa Romawi meliputi sistem dinas-dinas eksekutif, dewan-
dewan, pengadilan dan senat yang menghasilkan produk-produk administrasi.
Termasuk dalam produk ini adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan
kepemimpinan, koordinasi dan kontrol. Alasan ini pulalah yang mendorong
sebagian dari para pengamat menyimpulkan bahwa bangsa Romawi jauh lebih
sistematis dan metodis dalam menguji, melaksanakan, dan menyempurnakan
teknik-teknik manajemen politik.

E) ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan juga ditandai dengan perkembangan manajemen dan
administrasi. Cakupannya yang luas merupakan hal penting yang menuntut
perhatian yang terus-menerus. Sebagai contoh, pada tahun 812 Masehi,
Charlemagne mengungkapkan perlunya usaha-usaha untuk memperkuat dan
memperbaiki administrasi, khususnya administrasi fiskal, pengawasan pegawai,
pengembangan sistem laporan dan pengangkatan pegawai yang cakap. Gereja-
gereja abad pertengahan juga mewarnai upaya untu mengembangkan
sistem administrasi.
Bahkan dalam masa reformasi, Calvin berbeda dengan Luther dalam
membela keyakinannya bahwa masyarakat gerejani dapat memainkan peranan
yang efektif, jika ia tersusun dalam satu struktur institusional. Calvin memandang
perlunya gereja memiliki kepemimpinan yang kuat dan pengarahan yang berdaya
guna. Sebagai alternatif bagi kekuasaan gereja, Calvin menyodorkan pemikiran atau
gagasan mengenai satu struktur administrasi di mana perumusan kebijakan
diserahkan kepada pimpinan, sedang pengesahan atau penolakan oleh para
pemeluk (jemaat) dilakukan di dalam wilayah (kumpulan) keanggotaan.14

14
Ibid.

15
F) PRUSIA - AUSTRIA
Mereka yang mempercayai bahwa administrasi yang sistematis baru
dihasilkan dalam satu atau dua abad yang lalu, akan dijungkirbalikkan oleh studi
mengenai periode Kameralis. Kameralis adalah sekelompok profesor dan ahli
administrasi publik Jerman dan Austria, yang berjaya secara efektif selama kurun
waktu 1550 - 1700-an. Periode Kameralis terjadi semasa negara yang
disentralisasikan secara paternalistik oleh William I dari Prusia (1713 - 1740) dan
Maria Theresia dari Austria (1740 - 1780).
Pada umumnya kaum Kameralis diidentikkan dengan kaum Merkantilis
Inggris dan kaum Fisiokrat Prancis. Mereka memusatkan perhatiannya pada upaya
untuk memperkuat kemakmuran materiil negara. Meskipun demikian, ini tidak
berarti bahwa mereka hanya mementingkan hal-hal yang berkaitan dengan
ekonomi nasional dan pembaharuan pajak saja, namun pada saat yang sama
mereka juga memberikan perhatian yang besar pada administrasi, khususnya
administrasi publik. Tokoh-tokoh yang menonjol dari kalangan kaum Kameralis
adalah Melchoir Von Osse dan Georg Zincke, dua orang yang dipandang paling
mempunyai pesona, karena pengaruh pemikiran mereka yang kuat. Kaum
Kameralis lebih banyak melaksanakan program latihan bagi para administrator,
dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lain. Pustaka Kameralis
mempunyai lebih dari 2000 judul, di antaranya 500 buah buku mengenai
administrasi keuangan dan 500 buah buku lainnya membahas topik administrasi
lainnya, yang di dalamnya mengandung 164 judul mengenai administrasi
pertanian. Untuk memudahkan para siswanya mengikuti latihan mengenai
pelayanan publik, setiap judul buku pustaka diklasifikasikan ke dalam "yang
dipelajari atau "yang tidak dipelajari", serta "sangat baik", "baik", "cukup", dan
"cukup baik".15
Menurut pendapat Albion Small, orang yang dikenal sebagai penemu
penerjemah, penafsir mazhab administrasi publik Kameralis, Kameralis adalah
teknologi administrasi, yang berusaha mendekati masalah-masalah
kemasyarakatan dari wawasan (sudut pandang) umum. Kaum Kameralis
menawarkan berbagai persoalan pokok dan mengembangkan satu teori

15
Ibid.

16
kemasyarakatan yang utuh, terutama yang berkenaan dengan sistem administrasi
Jerman. Memang, pada dasarnya, Kaum Kameralis mendambakan adanya

administrasi yang sistematis, walaupun minat utama mereka adalah kesejahteraan


materiil sesuatu negara. Nampaknya kaum Kameralis mengikuti suatu paham
bahwa jika suatu kehidupan yang baik hendak diraih, maka manajemen yang baik
harus diterapkan. Mereka meyakini bahwa sesuatu negara hanya bisa berjaya, bila
manajemen yang baik dilaksanakan.

G) AMERIKA SERIKAT
Pengalaman historis di Amerika juga menunjukkan bertumbuhnya minat
untuk mempelajari dan mengembangkan administrasi. Sebelum tahun 1776,
administrasi yang semrawut di negara-negara koloni Inggris menyebabkan
lahirnya berbagai macam problem, yang justru memicu terjadinya pemisahan
negara Amerika Serikat dari induknya, negara Inggris. Wajah manajemen kolonial
nampak dengan jelas penuh kekacauan, tumpang tindih, tidak efisien dan tidak
terorganisasi. Bagi kaum kolonis (penjajah), administrasi dicerna sebagai perintah
dari Inggris. Aktivitas parlemen dan penyelenggaraan administrasi dipandang
sebagai masalah-masalah pengelolaan daerah koloni yang bersifat semi otonom.
Konsep dan praktek administrasi yang dipraktekkan secara sukses di Inggris, tidak
selalu dapat diterapkan di daerah kolonialnya.16
Sesudah memperoleh kemerdekaan, Amerika dihadapkan pada tugas untuk
menentukan dan menyusun sistem administrasi dan pemerintahan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri. Sayang Undang-undang Konfederasi secara
fungsional hanya mempunyai dampak kecil dalam memperbaiki sistem
administrasi Amerika. Hal ini disebabkan oleh terciptanya negara berbentuk
konfederasi yang menghasilkan suatu sistem pemerintahan yang tidak ketat dan
menyebabkan penyebaran pusat-pusat kekuasaan pemerintahan, konflik di antara
dan di dalam badan-badan penyelenggara pemerintah, dan masalah- masalah
umum yang muncul bersamaan dengan kelahiran bangsa baru Amerika. Usaha-
usaha untuk memberlakukan Undang-Undang Dasar 1787 melibatkan hal-hal
mengenai bagaimana pemerintah nasional akan diselenggarakan. Contoh: dalam

16
Ibid.

17
perdebatan tentang keuntungan-keuntungan sistem kabinet presidentil, Alexander
Hamilton mencatat dalam The Federalist No. 70, bahwa badan eksekutif yang
lemah, menunjukkan penyelenggaraan pemerintahan yang lemah pula. Selain itu,
Alexander Pope memperingatkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang
semrawut (brengsek) akan mengakibatkan pemerintahan yang semrawut
(brengsek) pula.
Pada tahun 1813, Alexis de Tocqueville, seorang pengamat praktek politik
yang cerdik, menerangkan bagaimana administrasi diselenggarakan di Amerika. De
Tocqueville telah mempelajari sistem administrasi Amerika dalam konteks
demokrasi. Sebagai hasilnya, de Tocqueville mengungkapkan bahwa para
administrator Amerika tidak memiliki pengetahuan administrasi yang cukup.
Menurut pendapatnya, administrasi adalah suatu ilmu tetapi di Amerika yang
menyelenggarakan administrasi publik adalah mereka yang tidak mempunyai
bekal dalam pengetahuan ini. Karena itu, pada awal tegaknya negara Amerika,
nampak adanya keprihatinan yang luas mengenai berbagai aspek administrasi
publik. Tetapi kecenderungan ini tidak dipahami secara jelas.
Karena jumlah penduduk Amerika makin lama makin bertambah,
bersamaan dengan pembentukan unit-unit pemerintahan yang baru dan karena
masalah-masalah penyelenggaraan negara menjadi amat kompleks dan makin
ekstensif, maka timbul tuntutan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan
yang lekat dengan masalah penyelenggaraan administrasi. Thomas Jefferson,
dengan gagasan-gagasan agrarisnya dan falsafahnya tentang pemerintahan dan
sentralisasi administrasi serta pandangan- pandangannya mengenai hubungan
negara-negara bagian dengan pemerintah nasional, memelopori pendekatan
Amerika terhadap administrasi publik di awal abad kesembilan belas.17
Paham demokrasi Jackson di tahun 1800-an juga ikut mempengaruhi sikap
terhadap administrasi pemerintahan, khususnya masalah penempatan orang dalam
jabatan-jabatan publik. Waldo (1991) mengungkapkan bahwa filsafat demokrasi
dari Jefferson-Jeckson cenderung "mencurigai" peranan pemerintah. Konsekuensi
dari pandangan ini adalah bahwa pemerintah tidak boleh terlalu banyak
mencampuri urusan perseorangan, tetapi sebaliknya pemerintah harus

17
Ibid.

18
memberikan peranan yang besar kepada perseorangan dalam menentukan
kegiatan kolektifnya. Yang mereka inginkan adalah amatirisme dalam menduduki
jabatan-jabatan negara, sebagai satu cara untuk melenyapkan spoilsystem.
Pandangan Jefferson-Jackson, menurut Waldo (1991), sebenarnya bermula
dari terjadinya transformasi masyarakat Amerika, dari agraris ke industri, yang
pada gilirannya melahirkan masalah-masalah baru dalam bidang pemerintahan; di
mana terdapat desakan untuk mengubah penafsiran mengenai arti demokrasi. Akan
tetapi kemudian ternyata dengan bertumbuhnya daerah dan berkembangnya
industri, pikiran-pikiran dan gagasan yang telah mapan tidaklah memenuhi
kebutuhan zaman lagi. Tidak mengagetkan jika dalam lingkungan pemerintahan
berkecamuk inefisiensi, kecurangan, dan kekacauan.
Beberapa pihak menyadari dan menduga akan datangnya bahaya sekiranya
lembaga-lembaga pemerintahan yang lama tetap dipertahankan. Sebagai jawaban
terhadap tantangan-tantangan ini lahirlah studi mengenai administrasi publik. Hal
ini mengisyaratkan upaya untuk membuat pemerintah tetap berjalan lancar, dalam
perubahan keadaan apa pun. Upaya - upaya yang hendak dilakukan adalah dengan
menggiatkan studi yang sistematik tentang masalah- masalah pemerintahan dan
program-program latihan bagi mereka yang berhasrat untuk menerjunkan dirinya ke
dalam jabatan-jabatan publik.18

H) PERKEMBANGAN ADMINISTRASI MODERN


Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde (1978) menerangkan bahwa tulisan- tulisan
mengenai administrasi publik harus melacak kembali catatan sejarah administrasi
lama sebelum kelahiran Yesus. Administrasi Mesir Kuno menyajikan contoh yang
menarik tentang manajemen dan teknik. Demikian pula yang terjadi dalam masa
China Kuno, Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Teknik- teknik manajemen modern
dapat ditelusuri pada metode ban berjalan yang dipraktekkan dalam gudang mesiu
Venesia Kuno dan teorisasi yang diajukan oleh Nicolo Machiavelli, sebagaimana
telah diuraikan di atas.
Yang menjadi perhatian Shafritz dan Hyde adalah disiplin akademik dan
spesialisasi pekerjaan yang berlaku dalam administrasi publik Amerika Serikat.

18
Ibid.

19
Alexander Hamilton, Thomas Jefferson, Andrew Jackson dan tokoh-tokoh lainnya
yang hidup satu abad setelah Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
menumpahkan pikiran mereka pada masalah-masalah penyelenggaraan urusan
administrasi di negara-negara bagian. Baru pada tahun 1887 muncul klaim yang
menyatakan administrasi publik sebagai bidang studi yang berdiri sendiri dan
profesional.
Dengan kata lain, administrasi memasuki lingkungan modern sejak
Woodrow Wilson menyuarakan administrasi publik sebagai studi ilmiah melalui
tulisannya “The Study of Administration” (1887). Wilson berusaha untuk
melepaskan (memisahkan) administrasi publik dari ilmu politik. Ia mendesak ilmu
politik agar lebih berkonsentrasi pada bagaimana pemerintahan diurus. Ini tersirat
dari ucapannya bahwa: “It is getting to be harder to run a constitution than to
frame one.” (Shafritz & Hyde, 1978). Selanjutnya, Wilson menginginkan studi
administrasi publik tidak hanya terfokus pada masalah-masalah personalia,
sebagaimana disuarakan oleh para reformis pada saat itu, tetapi juga terfokus pada
organisasi dan manajemen.

Gerakan reformasi pada waktu itu, yang terbukti berhasil mengundangkan


Pandelton Act pada tahun 1883, mempunyai satu agenda reformasi yang dimulai dan
diakhiri berdasarkan pertimbangan keberhasilan tugas (merit appointments).
Bersamaan dengan desakan Wilson untuk pengembangan ilmu manajemen,
Frederick W. Taylor telah melakukannya di pabrik baja yang terletak di
Philadelphia. Taylor yang dipandang sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”
memelopori pengembangan time and motion studies (Shafritz & Hyde, 1978).
Dalam lingkungan administrasi publik, perkembangan aspek teori dan konsep
serta hubungannya dengan politik dibahas secara mendalam oleh Nicholas Henry
(Public Administration and Public Affairs, 1980; 1995). Sekalipun tidak secara
langsung menggambarkan sejarah administrasi publik, buku ini mengurai
perkembangan teori dan konsep administrasi sejak 1887 sampai sesudah dekade
1970. Dalam bagian selanjutnya dari Modul ini akan
diajukan ringkasan karya Henry ini.19

19
Ibid.

20
Pada masa-masa menjelang berakhirnya abad ke-20, administrasi publik
harus mengadaptasi gagasan-gagasan baru yang terus berkembang seperti
reformasi administrasi, new public management, new public administration,
reinventing government, dan governance.20

C. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI


Secara umum ruang lingkup administrasi berlaku juga di dalam
administrasi pendidikan. Ruaang lingkup tersebut meliputi bidang-bidang
kegiatan sebagai berikut:21

1) Manajemen Administrasi (Administrative management).

Bidang kegiatan ini disebut juga management of administrative function


yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan orang dalam
organisasi/kelompok kerjasama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.

2) Manajemen operatif (operative management).

Bidang kegiatan ini disebut juga management of operative function yakni


kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar dalam
pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing, setiap
melaksanakannya dengan tepat dan benar.

Manajemen administrasi sebagai fungsi administrasi disebut juga fungsi


primer. Sedangkan manajemen operatif disebut juga dengan fungsi sekunder.
Hubungan yang erat antara fungsi primer dan fungsi sekunder untuk mewujudkan
administrasi yang terpadu, berlangsung dalam interaksi unsur-unsunrya. Dengan
kata lain hubungan itu berlangsung dalam bentuk pelaksanaan unsur manajemen
administratif di dalam unsur manajemen operatif dalam arti memerlukan penata
usahaan, harus ditunjang dengan keuangan dan perbekalan yang cukup dan tepat
guna, dilaksanakan oleh pegawai yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi
persyaratan dan terus menerus diinformaasikan melalui hubungan masyarakat
yang berdaya guna agar sejajar dengan perkembangan dan kemajuan bidang yang
20
Ibid.
21
Hadari Nawawi, Op.cit., h. 14-16.

21
menjadi garapannya. Selanjutnya pelaksanaan unsur manajemen operatif haruslah
direncanakan, diorganisasi, diarahkan, dikoordinasikan, dikontrol dan
dikomunikasikan agar terus menerus berdaya guna bagi pencapaian organisasi
kerja.

D. TUJUAN ADMINISTRASI
Tujuan kegiatan admnistrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan dalam mencapai
tujuanpendidikan. Di Indonesia seperti telah dikemukakan dalam uraian terdahulu,
tujuan pendidikan pada dasarnya bermaksud mengembangkan kepribadian dan
kemampuan agar menjadi warga negara yang memiliki kualitas sesuai dengan
cita-cita bangsa berdasarkan falsafah/dasar negara pancasila.

Untuk itu secara umum telah digariskan di dalam Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 2 bahwa : “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang
diatur dengan Undang-Undang”

Oleh karena bidang pendidikan merupakan usaha yang beradu di bawah


pengendalian dan pengawasan pemerintah, maka secara umum dapat dikatakan
bahwa administrasi pendidikan merupakan bagian dari administrasi negara
(public administration), terlepas dari penyelenggaraan lembaga pendidikan berupa
sekolah-sekolah yang didalam unit kerja masing-masing mewujudkan pula
kegiatan administrasi pendidikan di lingkungannya. Dengan demikian bilamana
dilihat dari sudut administrasi pendidikan di sekolah maka tidak mustahil terdapat
pula private administration yang menyangkut pengelolaan unit sekolah sebagai
usaha kerjasama yang dalam mengatur rumah tangganya terlepas dari campur
tangan pemerintah. Dalam hubungan itu tidak berarti sekolah-sekolah tersebut
lepas dari jangkauan pemerintah, karena jangkauan itu terutama diwujudkan
dalam pengendalian aspek kegiatan operasional kependidikan yang harus tetap
terarah pada pencapaian tujuan yang sama dengan sekolah yang diselenggarakan
oleh pemerintah.22

22
Ibid., h. 12.

22
Sehubungan dengan uraian di atasberarti juga bahwa tujuan administrasi
pendidikan sebagai bagian dari administrasi negara adalah untuk mencari sistem
dan mengembangkannya agar menjadisarana yang efektif bagi pencapaian tujuan
pendidikan. Sistem itu harus merupakan total sistem agar setiap gerak langkahnya
merupakan satu kesatuan yang terarah pada pencapaian tujuan pendidikan yang
bersifat nasional. Administrasi pendidikan yang menyangkut pengendalian dan
pengawasan total sistem dan sub-sistem itulah yang terutama sekali berada
ditangan pemerintah. Sedang administrasi pendidikan di lingkungan unit kerja
atau sekolah sebagai unsur suatu sub sistem, diselenggarakan sendiri oleh masing-
masing unit sebagai perwujudan dari usaha kerjasama sekolompok manusia.23

23
Ibid., h. 13.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ditinjau dari katanya, administrasi mempunyai arti sempit dan arti luas.
Dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat
informasi secara tertulis serta penyimpanan dokumen sehingga dapat
dipergunakan kembali bila diperlukan. Dalam arti luas, administrasi menyangkut
kegiatan manajemen/pengelolaan terhadap keseluruhan komponen organisasi
untuk mewujudkan tujuan/program organisasi.

Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila ia memiliki


gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni memperhatikan hubungan antar
manusia (human relationship), Pelaksanaan tugas serta memperhatikan situasi dan
kondisi (sikon) yang ada. Administrator akan memperoleh hasil yang paling
efektif dan efisien dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan
(pengontrolan).

B. SARAN

Kami mengharapkan para pembaca agar dapat mengkoreksi isi makalah


apabila terjadi kesalahan, karena kami yakin bahwa masih terdapat banyak
kekurangan terutama dari sisi referensi, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun kamu penyusun sangat harapkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara dan Aan. 2015. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Nasution , Irwan. 2010. Administrasi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.

Nawawi , Hadari. 1997. Administrasi Pendidika. Jakarta: PT. Toko Gunung


Agung.

Siagian , Sondang P. 1974. Administrasi Pembangunan. Jakarta : Gunung Agung.

Soetoro, Hendyat dan Wasty Soemanto. 1982. Pengantar Operasional


Administrasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Syafaruddin,dkk. 2016. Administrasi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.

www.pustaka.ut.ac.id dikutip pada tanggal 09 September 2018

25

You might also like