Professional Documents
Culture Documents
2 Votes
BAB II
METODE KEGIATAN
1. A. Metode dan Desain
Metode yang menggunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional berdasarkan
tahapan community diagnosis. Community diagnosis diartikan sebagai sebuah deskripsi atau gambaran
mengenai kesehatan warga negara (masyarakat, penduduk) dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat setempat baik secara kuantitatif dan kualitatif. Diagnos komunitas pada umumnya
mengarah kepada indentifikasi dan kuantifikasi dari masalah-masalah kesehatan dalam komunitas secara
munyeluruh dalam terminologi angka kematian, angka kesakitan dan mengidentifikasi korelasi atau
hubunganya dengan tujuan untuk mengetahui faktor risiko atau keutuhan komunitas akan pelayanan
kesehatan. Pendekatan sectional yang merupakan rancangan penelitian dimana variabel independen dan
dependen diambil dalam periode waktu yang sama. Dimana analisi data bersifat deskriptif (kualitatif dan
atau kuantitatif) variabel independen (variabel bebas)diambil secara garis besar sesuai dengan konsep
H.L. Blum yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan layanan kesehatan. Sedangkan variabel
dependen (variabel terikat) adalah status kesehatan yang dipresentasikan dengan kejadian penyakit yang
ada di wilayah desa X. Selain dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi pustaka,
observasi, research dan diskusi dalam kelompok. Kedua metode tersebut diharapkan dapat saling
melengkapi untuk mengidentifikasikan permasalhan kesehatan sesuai dengan konsep H.L Blum. Metode
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan serta memberikan alternatif
pemecahan masalah dengan siklus pemecahan masalah ( Problem Solving Cycle ).
Dalam pengambilan data primer, menggunakan kuesioner untuk menggalikan informasi dari responden
dan juga observasi langsung terhadap lingkungan sekitar rumah responden. Sedangkan untuk dara
sekunder menggunakan data yang berasal dari Puskesmas Sayung 1 dan Bidan Desa Sidogemah,
sehingga ditemukan masalah yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat. Data primer
maupun data sekunder tersebut dapat dijadikan variabel dependen, metode cross sectional ini diharapkan
dapat digunakan untuk menganalisa permasalahan kesehatan sesuai dengan konsep H.L Blum, yang
selanjutnya dilakukan dentifikasi faktor resiko.
Menetapkan kriteria
Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang
sangat signifikasi dan spesifik dari suatu masalah terhadpa subjek ( masyarakat ) sehingga
dapat membedakan masalah. Kriteria yang digunakan antara lain kegawatan masalah, besarnya
masalah, trend ( kecenderungan ).
Merupakan pemberianj kisaran bobot ( nilai ) terhadap masing – masing yang ada. Kriteria ditentukan
berdasarkan kesepakatan kelompok. Nilai ( bobot ) yang disepakati adalah :
Kita berikan empat range atau rentangan nilai dengan tujuan agar tidak terjadi kecenderungan pemilihan
angka yang d\berada ditengah, misalnya kalau rangenya 1 sampai 3, orang cenderung memilih angka 2
dibanding angka 1 atau angka 3.
1. Memberikan skor masing – masing kriteria terhadap masing – masing masalah artinya estimas berpa
besarnya pengaruh masalah terhadap masing – masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap
anggota kelompok memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi
banyak jumlah anggota dalam kelompok. Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga diberikan
besar, dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil. Hasil skor yang telah dibagi dengan jumlah
anggota tiap bagian.
2. Mengalikan nilai skor dengan bobot
Masing – masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap – tiap kriteria kemudian dijumlahkan
dengan hasil perkalian tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil survey yang dilakukan maka ada beberapa masalah yang dijumpai di desa X di antaranya
adalah :
Gizi Lebih
Gizi lebih muncul pertama kali pada bulan januari tahun 2010. Kemudian bulan berikutnya turun akibat
adanya tindakan dari tenaga kerja kesehatan. Pada bulan april muncul kembali mengalami stagnan sampai
bulan juni kemudian karena adanya tindakan dari tenaga kesehatan tidak muncul lagi sampai desember.
Gizi Kurang
Masalah gizi kurang di desa X mengalami tren meningkat dari bulan ke bulan pada tahun 2010
BMG
BMG muncul pertama kali pada bulan januari tahun 2010, kemudian mengalami peningkatan optimal pada
bulan februari. Akibat adanya kasus BMG pada bulan februari, di lakukan tindakan oleh tenaga
kesehatan sampai mengalami penuruna dan tidak tejadi kembali kasus BMG di masyarakat. Jadi hal
tersebut dapat di artikan kasus BMG mengalami tren menurun.
Memprioritaskan Masalah
Setelah mendapatkan data skunder, kami memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan yang
sering mengalami para penduduk desa X sebagai berikut :
Gizi Kurang
1. Anemia
2. KEK
Selanjutnya dari inventasi masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) yang ada, akan di pilih dan di jadikan
prioritas masalah melalui metode Multiple Citeria Utiliti Assesmant (MCUA). Kriteria yang digunakan dalam
memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi :
1. Kegawatan ( semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai bobotnya makin tinggi).
2. Besar/jumlah (semakin banyak yang menderitakan akibat karena suatu masalah kesehatan maka nilai
bobotnya semakin tinggi).
3. Tren ( semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya semakin tinggi).
Penentuan bobot masing-masing kriteria di pengaruhi oleh kesepakatan anggoto kelompok, dengan range
nilai antara 1-4
Berdasarkan pemberian nilai (bobot) pada masing-masing masalah, yang merupakan prioritas I sampai IV
adalah sebagai berikut :
Prioritas II : Anemia
1. Perilaku
2. Pengetahuan
Dari sisi pengetahuan akan diukur 4 tingkat pengetahuan reseponden tentang masalah gizi kurang.
Pertama, mengukur tingkat pengetahuan responden tentang pengertian gizi kurang. Hal ini sangat penting
karena jika tidak mengetahui apa itu gizi kurang maka akan menganggap bahwa gizi kurang adalah
masalah yang tidak serius sehingga seringkali tidak diperhatikan. Kedua, mengukur tingkat pengetahuan
responden tentang penyebab gizi kurang, apakah responden mengetahui apa saja penyebab gizi kurang
atau tidak. Hal ini sangat menentukan masalah gizi kurang karena jika sudah mengetahui penyebabnya
maka akan mudah untuk mengantiipasinya. Demikian sebaliknya jika belum tahu penyebabnya maka hal –
hal yang beresiko akan tetap dilakukan sehingga kemungkinan masalah gizi kurang akan lebih besar.
Ketiga, mengukur tingkat pengetahuan responden tentang bahaya gizi kurang. Bahaya gizi kurang yang
paling fatal adalah kematian. Jika bahaya gizi kurang tidak diketahui maka maslah gizi kurang hanya akan
dianggap sebagai hal yang biasa saja dan tidak segera ditangani. Keempat, mengukur tingkat
pengetahuan responden tentang makanan yang bergizi, apakah responden mengetahui tentang makanan
yang bergizi untuk asupan makanan
Sikap
Dari sisi sikap akan diukur sikap responden berkaitan dengan masalah gizi kurang. Pertama, mengukur
sikap responden yang menggap gizi kurang sebagai masalah. Hal ini dapat dilihat apakah masalah gizi
kurang merupakan masalsah yang serius atau tidak di masyarakat. Kedua, mengukur sikap responden
tentang makanan yang bergizi harus mahal.
Hal ini untuk kemampuan daya beli masyarakat dalam membeli makanan. Ketiga, mengukur sikap anak
responden tentang memilih makanan. Hal ini untuk melihat kebiasaan konsumsi makanan setiap hari.
Praktek
Dari sisi praktek akan diukur praktek responden berkaitan dengan maslaah gizi kurang. Pertama,
mengukur pernah tidaknya pendamping orang tua ketika anak makan. Hal ini untuk menggambarkan
besarnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Kedua, mengukur kebiasaan mencuci bahan makanan
sebelum dimasak sudah baik atau belum. Hal ini sangat mempengaruhi kebersihan makanan yang
dimakan. Ketiga, mengukur kebiasaan makan 3 kali sehari. Hal ini untuk mengukur konsumsi makan tiap
hari. Keempat, mengukur kebiasaan makan 3 kali sehari. Hal ini untuk mengukur konsumsi makanan tiap
hari. Kelima, mengukur konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Keenam, mengukur kebiasaan masak
menggunakan penyedap tambahan. Hal ini untuk mengetahui bahan tambahan yang berbahaya bagi tubuh
dalam masakan. Kedelapan, mengukur kebiasaan masak menggunakan penyedap tambahan. Hal ini
untuk mengetahui bahan tambahan yang berbahaya bagi tubuh dalam masakan. Kedelapan, mengukur
kebiasaan keluarga dalam menyediakan makanan tambahan untuk anak.
Lingkungan
Dari sisi lingkungan akan diukur 3 bidang lingkungan yaitu lingkungan fisik, ekonomi dan sosial.
Lingkungan fisik terdiri dari keadaan rumah, air dan lingkungan bermain anak. Lingkungan sosial terdiri dari
keaktifan anak bermain dengan teman sebaya. Lingkungan ekonomi terdiri status ekonomi keluarga.
Pertama, mengukur keadaan rumah, apakah bersih atau tidak. Kebersihan rumah sangat berhubungan
dengan kebersihan pribadi. Rumah yang kotor mencerminkan kebersihan pribadi yang buruk pula. Kedua,
mengukur keadaaan sanitasi rumah apakah bersih atau tidak. Sanitasi lignkungan bermain anak apakah
bersih atau tidak. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan anaknya. Keempat, mengukur keaktifan bermain
anak dengan teman sebaya. Hal ini untuk mngetahui tingkat keaktifan anak. Kelima, mengukur status
ekonomi keluarga dalam menentukan daya beli makanan masyarakat. Hasil pengukuran keadaan sehari
konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
Pelayanan kesehatan
Dari sisi pelayanan kesehatan akan diukur 4 hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan
dan pemanfaatannya. Pertama, mengukur tempat rujukan yang dituju responden jika mengalami sakit,
apakah ke puskesmas, bidan / dokter, rumah sakit, PKD, non NaKes yaitu dukun. Kedua, mengukur
pelayanan tenaga kesehatan dalam hal keramahan,ketrampilan dan kemampuannya. Ketiga, mengukur
pernah ada tidaknya penyuluhan tenang gizi kurang kepada masyarakat. Keempat, mengukur fasilitas
pelayanan kesehatan apakah lengkap, cukup atau kurang. Kelima, mengukur fasilitas pelayanan
kesehatan apakahjauh atau dekat. Hal ini untuk mengetahui jarak dan waktu menuju ketempat rujukan.
Dalam penentuan pioritas faktor resiko dari hasil data primer yang didapt dari survey maka, kriteria yang
digunakan adalah urgensi, relevansi dan besarnya masalah. Urgensi ( penting dan segera diatasi ) faktor
resiko tersebut terhadap masalah gizi kurang di institusi atau daerah tersebut dan skala ( besarnya atau
tingginya ) faktor resiko tersebut terhadap masalah gizi kurang dengan bobot yang diberikan secara
berurutan 40%, 35% dan 25%. Adapun skor yang diberikan merupan rentang antara 1 sampai 4, skor 1
menunjukkan masalah tersebut memiliki urgensi, relevansi dan skala yang kecil dan sebaliknya. Dari
semua akriteria diberikan skor dengan skala 1-4. Didapat 3 masalah yang diprioritaskan dan masuk dalam
perhitungan MCUA, 3 masalah tersebut adalah pengetahuan yang rendah, tingkat ekonomi yang masih
rendah dan lingkungan sekitar.
b. Penambahan kader
Pada hakekatnya kesehatan dilaksanakan dengan mengikuti sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar
terbatasnyta daya yang ada dimasyarakat seoptimal mungkin. Kader merupakan pekerja, sukarela, yang
bertugas meningkatkan kesehatan diri dan kelompoknya. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai kader
adalah dipilih dar, oleh masyarakat,bisa baca tulis, tinggal dilingkungan tempat kerja, maupun dan mampu
berkerja sukarela, mempunyai waktu, sudah dilatih kesehatan kerja dan mengikuti pelatihan kurangnya
partoisipasi masyarakat.
c. Pemberdayaan Kader
Kader sebagai salah satu key person mempunyai peranan penting dalam membantu meningkatkan status
derajat kesehatan masyarakat. Namun sayangnya, peranan penting para kader tersebut belum begitu
berfungsi dengan baik di Desa Sidogemah. Ini disebabkan kurangnya pelatihan tentang kesehatan yang
para kader tersebut dapatkan sebelum maupun selama menjadi kader. Maka dari itu, perlu dilakukan
pemberdayaan kader melalui sebuah wadah yaitu Forum Kesehatan Desa (FKD) agar fungsinya sebagai
key person dapat berjalan baik karena memang tak dipungkiri penduduk Desa Sidogemah menjadi kader
sebagai sumber utama informasi kesehatan atau dengan kata lain orang kepercayaan warga mengenai
kesehtan. Dengan banyaknya sumber daa manusia yang banyak akan lebih mudah dalam
pelaksanaannya dan memerlukan biaya yang dapat dijangkau.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan Community Diagnosis dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan data primer, perilaku ibu Desa X kurang memberikan perhatian kepada anaknya karena
faktor rutinitas atau pekerjaan ibu.
2. Berdasarkan pengamatan, lingkungan di Desa X kurang karena adanya sampah yang terbawa air laut
pasang.
3. Berdasarkan data sekunder berupa : Data Kesehatan Ibu dan Anak puskesmas X, data Kesehatan ibu
dan Anka dari Bidan Desa serta konfirmasi melalui key person diperoleh data masalah KIA yang
terjadi di Desa X adalah KEK, Anemia dan Gizi kurang
4. Dengan metode MCUA didapatkan bahwa gizi kurang adalah masalah KIA yang menjadi prioritas
masalah di Desa X
5. Berdasarkan analisis data primer diperoleh faktor resikoterjadinya gizi kurang desa X adalah
kurangnya pengetahuan ibu dalam gizi kurang.
6. Alternatif pemecahan maslah
Alternatif pemecahana maslah gizi kurang pada balita diDesa X yaitu :
B. SARAN
Untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak di Desa X kami memiliki saran anatar lain :
1. Memerlukan adanya perapian dokumentasi mengenai data – data kesehatan dan profil Desa X
2. Perlu adanya penignkatan partisipasi masyarakat dalam upaa meningkatkan status gizi
3. Meningkatkan keterlibatan key person( bidan, kepal desa, kader ) dalam mengembangkan program
pengembangan desa terutama dalam bidang kesehatan
4. Meningkatkan kesadaran masyarakt dalam memanfaatkan atau mengakses pelayanan kesehatan
yang ada
5. Meningkatkan kemampuan soft skill mahasiswa dalam bersosialisasi terhadap masyarakat