You are on page 1of 22

ASKEP CHILD ABUSE

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak-anak memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan agar dapat tumbuh secara normal
bahkan sejak mereka masih bayi. Kebutuhankebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik sampai
psikologis yang pada umumnya dipenuhi oleh care giver (orang tua, kakek/nenek, pengasuh,
atau orang dewasa yang bertanggung jawab atas pengasuhan dan kesejahteraan anak). Dengan
demikian, anak akan merasakan pengalaman cinta yang murni dan disiplin yang sehat. Kondisi
tersebut memberikan mereka perasaan aman dan puas sehingga anak dapat berkembang sesuai
dengan real self mereka. (Horney, Feist, 2002).
Orang tua, sebagai caregiver utama, memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
memberikan cinta dan perhatian pada anak untuk mendukung perkembangan anak sehingga
menjadi orang dewasa yang kompeten. Memang, kebanyakan orang tua mencintai dan
memelihara anak-anak mereka dengan baik, namun pada kenyataannya, beberapa orang tua tidak
mampu atau tidak mau peduli dan ada pula yang dengan sengaja menyakiti atau membunuh
anak-anak mereka. (Papalia, 2004).
Bahkan, ada juga orang tua yang mengaku menyayangi anaknya namun tetap tega
menyakiti anak atas nama disiplin dan kasih sayang. (Santrock, 2000).

2. Tujuan penelitian
2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Child Abuse
2.2 Tujuan khusus
2.2.1 Mahasiswa mampu pengkajian keperawatan pada kasus child abuse.
2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan diagnose keperawatan
2.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan
2.2.4

3. Manfaat
3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang child abuse dan patofisiologinya serta dapat
memperkaya khasanah kajian psikologi klinis khususnya pada pembahasan Child abuse yang
terjadi pada anak-anak yang pernah mengalamipenganiayaan.
3.2 Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat memberikan wawasan baru dan masukan kepada masyarakat tentang anak yang pernah
mengalami child abuse mengenai manfaat forgiveness sebagai suatu media penyembuhan,
memberikan informasi dan wawasan baru bagi orang tuan dan calon orang tua mengenai dampak
pengasuhan bagi perkembangan jiwa anak.
3.3 Maamfaat Bagi Instistusi
Sebagai bahan bagi pembaca dan pihak-pihak yang berhubungan dengan penangananchild
abuse. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
3.4 Mamfaat Bagi Keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR TEORI


1.1 Definisi
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang
dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan
pelayanan yang melindungi anak tersebut.
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal
dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat
dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh.
Child abuse adalah setiap tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga
tidak optimal lagi.Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi
Child abuse yaitu trauma fisik atau mental, penganiayaan seksual, kelalaian pengobatan
terhadap anak di bawah usia 18 tahun oleh orang yang seharusnya memberikan kesejahteraan
baginya. (Hukum masyarakat Amerika Serikat mendefinisikan, 1974)

1.2 Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang
berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
a. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
1. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
2. Orangtua yang agresif dan impulsif.
3. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
4. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan ekonomi.
5. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
6. Tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak yang banyak.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
10. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
11. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari sanak
keluarga serta kawan-kawan.
b. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
1. Anak yang tidak diinginkan.
2. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal, berakibat adanya
keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
3. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
4. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
5. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal.
6. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
c. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua
dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi.
Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik
terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
1. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang berdesakan).
2. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
3. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
4. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal (single
parent).
1.3 Pathaway
Beban dari keluarga
Karakteristik orang tua dan keluarga
Hidup dalam kemiskinan pemeriksaan fisik trhdp anak
Tidak mempunyai pekerjaan, adanya konflik dgn hukum
- Anak yg tidak di inginkan
- Anak yg lahir premature
- Anak yg retradasi mental
Child Abuse
Orang Tua agresif
Anak yang tidak di inginkan

Ggg pemberian asuhan dan lingkungan


Kekerasan fisik, kekerasan orang tua
Pembentukan organ yg kurang sempurna
Ggg karakteristik anak
Ggg pendengaran dan hiperekstensibilitas sendi
Ggg karakteristik pd anak
Ansietas
Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/anak/bayi

Resiko Trauma

Resiko Cedera
MRS
Sumber Modifikasi : Betz, Cicilia. (2002), Budi Keliat, Anna. (1998), Gordon,et all. (2002).
1.4 Klasifikasi
Perlakuan salah pada anak, menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Penganiayaan fisik
Kekerasan ringan atau berat berupa trauma, atau penganiayaan yang dapat menimbulkan risiko
kematian.Yang termasuk dalam katagori ini meliputi memar, perdarahan internal, perdarahan
subkutan, fraktur, trauma kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan, serta penganiayaan fisik
bersifat ritual.
b. Penganiayaan seksual
Penganiayaan seksual dapat berupa inces (penganiayaan seksual oleh orang yang masih
mempunyai hubungan keluarga), hubungan orogenital, pornografi, prostitusi, ekploitas, dan
penganiayaan seksual yang bersifat ritual.
c. Penganiayaan psikologis
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang dapat menganggu kehidupan
sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, isolasi, tidak adanya respons dan agresi yang
kuat.
d. Pengetahuan
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun akibat kesulitan ekonomi.
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi:
1. Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan, paling sering dilakukan
pada bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh, yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan
masukan kalori serta kebutuhan emosi anak yang cukup.
2. Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik sehingga mengakibatkan
memburuknya keadaan, bahkan kematian.
3. Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak menyekolahkannya.
4. Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya.
5. Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga menyebabkan anak mengalami
risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
e. Sindroma munchausen
Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit yang dibuat dengan
pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua, yang menyebabkan anak banyak mendapat
pemeriksaan/prosedur rumah sakit.
f. Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak.
Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain

1.5 Manifestasi Klinis


Anak- anak yang menjadi korban child abuse rata-rata perkembangan psikologis
mengalami gangguan.Mereka terlihat murung, tertutup, jarang beradaptasi dan bersosialisasi,
kurang konsentrasi, dan prestasi akademik menurun.Studi lain menemukan bahwa anak-anak
usia di bawah 25 bulan yang menjadi korban child abuse, skor perkembangan kognitifnya lemah.
Hal ini ditandai oleh empat perbedaan perilaku dan perkembangan anak, yakni perbuatan
kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di sekolah, perilaku di ruang kelas.Dan perilaku di rumah.
Anak yang berulang kali mengalami jelas pada susunan saraf pusatnya dapat mengalami
keterlambatan dan keterbelakangan mental, kejang-kejang hidrosefalus, atau ataksia.
Selanjutnya, keluarga-keluarga yang tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang memadai
cenderung akan menghasilkan anak remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak sendiri
pada generasi berikutnya.
Anak yang telah mengalami penganiayaan seksual dapat menyebabkan perubahan
tingkah laku dan emosi anak, antara lain depresi, percobaan bunuh diri. Gangguan stress post
traumatik, dan penggunaan makan. Seorang anak laki-laki korban penganiayaan seksual di
kemudian hari.
Wanita yang secara fisik mengalami kekerasan pada waktu anak-anak akan dua kali lebih
tinggi rentan atas penyakit atau gejala kegagalan untuk makan. Sebuah dampak yang membuat
para wanita itu ketika beranjak dewasa mengalami masalah dengan mengkonsumsi
makanan.Namun dampak yang paling besar dialami adalah akibat perlakuan keras dan pelecehan
seksual saat mereka masih gadis.Kekerasan saat kecil memang sudah lama menjadi satu faktor
penyebab timbulnya gejala atau penyakit sulit makan seperti anorexia dan bulimia.

1.6 Komplikasi
a. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
b. Kejang-kejang
c. Hidrocepalus
d. Ataksia
e. Kenakalan remaja
f. Depresi dan percobaan bunuh diri
g. Gangguan Stress post traumatic
h. Gangguan makan

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual,
dilakukan pemeriksaan.
1. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
2. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
3. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
4. Analisa rambut pubis.
b. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
1. Identifikasi fokus dari bekas
2. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti
tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan
tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan
fisik.Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih
sensitive dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada
penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut.
d. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.

1.8 Pencegahan
a. Konvensi Magna Carta atau Bill of Rights for Children mencakup banyak ketentuan proteksi
dan hak-hak anak sebagai berikut:
1. Hak kelangsungan hidup dan berkembang
2. Hak yang menyangkut lama, kebangsaan, dan identitas.
3. Proteksi anal, dari ekspioitasi seluruh bentuk kekerasan fisik, mental, dan pengabaian
(maltreatment).
4. Hak untuk mendapatkan pendidikan.
5. Proteksi anak dari semua bentuk perlakuan salah akibat proses adopsi.
6. Proteksi dari diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
7. Hak untuk berpartisipasi.
b. Lembaga Anak Indonesia menetapkan pendekatan pada penganiayaan dan pengabaian anak
atas dasar:
1. Sasaran jangka pendek dan jangka panjang.
2. Tujuan dan target yang akan dicapai.
3. Keterlibatan dokter anak, ahli hukum, pendidik dan lain-lain.
4. Perluasan hukum dan pendidikan pada kesejahteraan anak.
5. Indikator yang dipakai dalam mengevaluasi.
6. Meningkatkan persiapan dan aktivitas yang dibutuhkan.
7. Tersedianya fasilitas untuk intervensi.
c. Peran tenaga kesehatan paling penting adalah dalam upaya pencegahan perlakuan salah pada
anak yaitu:
1. Mengidentifikasi orangtua risiko tinggi yang tidak mampu mencintai, merawat, memelihara,
ataupun membesarkan keturunannya dengan memadai.
2. Penganiayaan dan pengabaian berat dapat dicegah kalau keluarga tersebut mendapat sebuah
bentuk perawatan dan pemeliharaan yang mencakup kursus merawat antenatal, persalinan, rawat
gabung, kontak orangtua dengan bayi prematur, serta kunjungan dokter dan perawat kesehatan
masyarakat yang lebih sering dan petunjuk yang terus menerus dari masing-masing disiplin ilmu.
d. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung
jawab semua pihak, meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat.
2. Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu
penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut
sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan
agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3. Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan
secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan.
Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4. Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel
pencegahan dan penanggulangannya.Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang
diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

e. Penatalaksanaan TAMBAHAKAN FISIK SEKSUAL


Karena perlakuan salah pada anak ini merupakan akibat dari penyebab yang kompleks, maka
penanganan harus dilakukan oleh suatu tim dari multidisiplin ilmu yang terdiri dari dokter anak,
psikiater, psikolog, petugas sosial, ahli hukum, pendidik, dan lain-lain. Seorang anak yang
dicurigai mengalami penganiayaan atau pengabaian harus dirumahsakitkan, terlepas dari luas
dan hebatnya jejas yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi anak
tersebut.

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE


2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan identitas
penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,serta
diagnosa medis.Selama masa neonatal yang perlu dikaji:Keadaan suhu tubuh terutama masa
neonatal, kebutuhan nutrisi/makan, keadaan indra pendengaran dan penglihatan, pengkajian
tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak, kemampuan anak dalam
berkomunikasi dan bersosialisasi, kemampuan motorik, kemampuan keluarga dalam merawat
anak dengan sindrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak.

2.1.2 Riwayat kesehatan


1. Keluhan utama : biasanya pada anak dengan child abuse terlihat murung, tertutup, jarang
beradaptasi dan bersosialisasi, kurang konsentrasi, dan prestasi akademik menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang
Berat pada anak yang dengan child abuse pada umumnya kurang dari normal,. Anak-anak yang
menderita Child abuse memiliki penampilan yang khas:Hal ini ditandai oleh empat perbedaan
perilaku dan perkembangan anak, yakni perbuatan kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di
sekolah, perilaku di ruang kelas, dan perilaku di rumah dan keterlambatan dalam sosial, motorik,
serta kognitif.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/ jaringan yang berbeda waktu
sembuhnya. Apakah Anak pernah mengalami penganiayaan seksual atau tidak, penganiayaan
fisik atau tidak, keluarga-keluarga yang tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang
memadai cenderung akan menghasilkan anak remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak
sendiri pada generasi berikutnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu, Kaji apakah ada keluarga yang mengalami
hal seperti yang di alami oleh anak saat ini.

5. Riwayat Imunisasi
Menyangkut jenis-jenis imunisasi yang telah didapat oleh anak, imunisasi yang harus dipaparkan
oleh anak yaitu :
BCG : diberikan pada umu 0-3 bulan dengan pemberian 1xBCG cara pemberian intra cutan (IC) dengan
dosis 0,5 cc.

DPT : diberikan pada umur 2-11 bulan dengan pemberian 3x dengan interval 4 minggu, diberikan
secara intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.

Polio : diberikan pada umur 0-11 bulan dengan pemberian 4x dengan interval 4 minggu, cara
pemberian melalui oral 2 tetes.

Campak : diberikan pada umur 9-11 bulan dengan pemberian 1x cara pemberian subcutan (SC) dengan
dosis 0,5 cc.

Hepatitis B : diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6 bulan dengan
pemberian intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.

6. Riwayat Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat berupa
a. Berat Badan (BB)

Usia 5 bulan :2x BB lahir


Usia 1 tahun :3x BB lahir
b. Tinggi Badan (TB)/ panjang badan (PB)

Lahir : 50 cm
1tahun :1,5 TB lahir
4 tahun : 2x TB lahir
6 tahun : 1,5x TB setahun
13 tahun : 3x TB lahir
c. Lingkar kepala (LK)

Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. kemudian angkan bertambah
sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi ± 44 cm. pada bulan 6 pertama ini,
pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun
pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/ tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun
lingkar kepala hanya bertambah ±10 cm.

d. Lingkar lengan atas (LILA)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relative lambat.Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm
dan pada tahun pertama lingkar lengan atas menjadi 16 cm.

e. Lingkar dada (LD)

Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring, ukuran normal sekitar 2 cm< LKukuran lingkar
dada sejajar dengan putting susu.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : ringan dan sedang
b. Kesadaran : compos metis
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
a) Inspeksi :Bentuk kepala, ada kelainan tidak, kemungkinan di temukan kaput sukendanium atau
sefalhaematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung, apakah ada kejang-kejang hidrosefalus,
atau ataksia.
b) Palpasi : daerah kepala, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
2) Mata
1) Inspeksi : warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bledding konjungtiva, warna
skelera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya,

3) Hidung
1) Inspeksi : terdapat pernafasan cupping hidung dan terdapat penumpukan lendir
2) Palpasi : ada massa tidak.
4) Mulut
1) Inspeksi : bibir berwarana pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
5) Telinga
1) Inspeksi : perhatikan kebersihan dan adnya kelainan atau adanya serumen pada telinga
6) Leher
1) Inspeksi : perhatikan kebersihan karena leher neonatus pendek. Ada tanda-tanda pembesaran
kelenjar tiroid tidak
2) Palpasi : adanya pembesaran kelanjar tiroid dan vena jugularis tidak
7) Kulit
1) Inspeksi : perhatikan warna kullit tubuh merah atau kebiruan, dan ekstreminas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan perniks.

8) Toraks
1) Inspeksi : bentuk simtris atau tidak, terdapat tarikan interkostal, frekuwensi pernafasan
>60x/mnt atau <30x/mnt
2) Palpasi : apakah ada massa tidak, ada pembesaran jantung.
3) Auskultasi : frkwensi bunyi jantung lebih dari 100x/mnt atau menurun.
9) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk silindris, perut buncit atau cekung, tali pusat bersih atau tidak, perhatikan ada
pendarahan atau tidak, adanya tanda infeksi pada tali pusat.
b) Palpasi : apakah ada massa atau tidak
c) Auskultasi : ada bising usus atau tidak, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi
d) Perkusi : lakukan perkusi, apakah terdapat suara timpani di daerah perut atau tidak.
10) Rectum
a) Inspeksi : memiliki anus dan dapat BAB tidak terjadi atresiani

11) Ektremitas
a) Inspeksi : warna biru, gerakan lemah, perhatikan adanya kelumpuhan pada syaraf atau keadaan
jari-jari tangan dan kaki beserta jumlahnya.
b) Palpasi : apakah ada massa, akral dingin.

2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.1 Analisa data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola
data,membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa
keperawatan.Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang
masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan.

No Dx Symptom Etiologi Problem


1. DS : Orangtua yang agresif dan Resiko
- biasanya ibu apatis terhadap anak impulsif. trauma
DO:
- biasanya anak terlihat murung,
- biasanya anak tertutup Gangguan
- jarang beradaptasi dan bersosialisasi, pemberianasuhan dan
- kurang konsentrasi lingkungan.
- prestasi akademik menurun.
- Keterbatasan mental
- Keterbatasan fisik Gangguan karakteristik
anak
- Menarik diri
- Malu

2. DS: kekerasan fisik (kekerasan Resiko


- biasanya anak takut orang tua) tinggi cedera
DO:
- biasanya anak tampak memar Pembentukan organ yang
- terjadi fraktur kurang sempurna
- Keterbatasan aktivitas
- Keterlambatan pada hubungan sosial,
motorik, dan kognitif

Gangguan pendengaran ,
& hiperekstensibilitas
sendi

3. DS:- Anak yang tidak di Resiko


- Biasanya ibu mengeluh anaknya kurang inginkan terhadap
bergaul kerusakan
- biasanya ibu juga mengeluh anaknya kedekatan
nakal Gangguan karakteristik orang tua /
DO: pada anak anak / bayi.
- Adanya peningkatan dan distresspada
anak
- Kurang pengetahuan tentang
- Bentuk tubuh yang abnormal
Perlakuan kekerasan

4. DS : - Situasi kritis Cemas


DO :
- klien tampak gelisah
- tampak ketakutan
- tidak mau bicar Family problem

Kurang pengetahuan

2.2.2 Rumusan Diagnosa


1. Resiko trauma berhubungan dengan Orangtua yang agresif dan impulsif.karakteristik anak,
Gangguan pemberian asuhan dan lingkungan, serta Gangguan karakteristik anak
2. Resiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)pembentukan organ
yang kurang sempurnaGangguan pendengaran , & hiperekstensibilitas sendi
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan
kekerasan

2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu
dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang
memberikan arah pada kegiatan keperawatan.
2.3.1 Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberianasuhan dan lingkungan.
Tujuan
Setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjaditrauma pada anak
Kriteria Hasil
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan diri sendiri
e. Keselamatan anak

Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab trauma 1. mengetahui penyebabnya dapat melakukan
tindakan selanjutnya
2. Modifikasi lingkungan untuk 2. Agar pasien merasa nyaman untuk
meminimalkan bahaya dan resiko melakukan mobilisasi dan terhindar dari
cidera
3. Monitor lingkungan dalam
perubahan status keamanan. 3. Lingkungan yang nyaman dapat
mengurangi rasa trauma pada klien.
4. Ajarkan resiko tinggi individu dan
kelompok tentang bahaya 4. Agar klien atau keluarga mampu
lingkungan mengatasi masalah-masalah yang ada di
5. kolaborasi dengan agen lain untuk lingkungan
mengmbangkan keamanan 5. Agar klien merasa aman dan nyaman
lingkungan terhadap lingkungan sekitarnya.

2.3.2 Resiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadicidera
Kriteria Hasil :
a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Menghindari cidera fisik
e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum klien 1. Keadaan umum dapat menentukan
keadaan pasien secara utuh.
2. Monitor lingkungan untuk perubahan 2. Lingkungan yang nyaman dapat
status menentukaan kesehatan yang baik pada
pasien
3. Mengembangkan dan mengikuti strategi 3. Agar tidak terjadi resiko cedera yang lain.
pengendalian resiko 4. Mempercepat proses penyembuhan
4. Gunakan alat-alat pelindung untuk
mobilitas fisik yang sakit. 5. Agar pasien merasa nyaman melakukan
mobilisasi dan serta tidak terjadi cidera.

5. Modifikasi lingkungan untuk


meminimalkan bahaya dan resiko

2.3.3 Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/anak/bayi berhubungan dengan perlakuan
kekerasan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatandiharapkan tidak terjadi
kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
Kriteria hasil
1. Menyediakan kebutuhan fisik anak
2. Merangsang perkembangan kognitif
3. Merangsang perkembangan emosi
4. Merangsang perkembangan spiritual
5. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
6. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab kerusakan hubungan anak 1. Mengetahui masalah agar dapat melakukan
dengan orang tua tindakan selanjutnya.
2. Instruksikan perkembangan dan perilaku 2. Meningkatkan perkembangan mental dan
yang tepat. perilaku anak.
3. Sediakan informasi yang realistic yang 3. Informasi yang baik dapat mempengaruhi
berhubungan dengan perilaku pasien perkembangan yang baik untuk anak
4. Bantu pasien dalam memutuskan 4. Agar klien merasa di perhatikan oleh orang
bagaimana dalam memutuskan masalah. lain dan dapat mengatasi masalahnya
5. Bantu pasien berpartisipasi dalam 5. Agar perilaku klien dapat terkontrol.
mengantisipasi perubahan peraturan.

2.3.4 Cemas b/d dengan perlakuan salah yang berulang-ulangketidakberdayaan dan potensial
kehilangan orang tua.
Tujuan :
Cemas dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. klien mengatakan rasa cemas berkurang
b. klien kooperatif terhadap prosedur atau berpartisifasi
c. klien mengerti tentang penyaitnya
d. klien tampak rileks
e. TTV dalam batas normal (S : 37oC, N 80-100x/mnt, RR : 16-20x/mnt, TD : 120/80 mmHg)
Intervensi Rasional
1. jelaskan prosedur interpensi kepereawatan
1. pengetahuan untuk realistis aktivitas ini dapat
dan pertahankan komunikasi terbuka menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan.
2. Memungkinkan klien mendapatkan
2. Anjurkan penggunaan tehknik relaksasi keuntungan maksimal dari periode istirahat,
mencegah kelelahan otot dan memperbaiki
aliran darah.
3. Dapat membantu menurunkan ansietas dan
3. Anjurkan pengungkapan rasa takut merangsang identifikasi perilaku koping.
4. Membantu memfasilitasi adaptasi yang
4. Bantu klien atau pasangan mengidentifikasi positif serta mengurangi perasaaan ansietas.
mekanisme koping yang lazim dan
perkembangan strategi koping baru jika 5. Hayalan yang disebabkan oleh kurangnya
dibutuhkan informasi atau kesalahpahaman dapat
5. Berikan informasi akurat tentang keadaan meningkatkan tingkat ansietas
klien.

2.4 Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam
bentuk tindakan nyata. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi
dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La
Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan
keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini, implementasi
dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya perawat akan
melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis,
sosial dan spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

2.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical abuse
antara lain :
2.5.1 Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan mengatasi physical
abuse.
2.5.2 Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif dan efektif.
2.5.3 Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
2.5.4 Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka
beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis.
Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain :
1.1 Kerusakan fisik atau luka fisik
1.2 Anak akan menjadi individu yang kurang percaya diri
1.3 pendendam dan agresif
1.4 memiliki perilaku menyimpang
1.5 Pendidikan anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah
tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ
dalam lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak
dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.

2. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
kita tentang Asuhan Keperawatan Child Abuse. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cicilia. (2002). Keperawatan Pediatric,Jakarta : EGC


Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon,et all. (2002). Nanda Nursing Diagnoses.Definition and classification.
Phildelpia : NANDA

Johnson, marion, dkk. (2000). Intervention Project Nursing Outcomes


Classifition (NOC), Edition 2.USA : Mosby
Mccloskey, joane C.dkk.(1996). IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong.(1996

You might also like