You are on page 1of 31

ABSTRAK

Nama : Yanita Astuti


Program studi : Program Ners Keperawatan Fakultas Imu Keperawatan
Universitas Indonesia
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny.C dengan Perawatan Luka Kanker
Payudara di Lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto
Kanker payudara merupakan penyebab kematian sebanyak 7,4 juta kasus didunia berdasarkan data
dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada tahun 2004 yaitu mencakupi kira-kira 13% dari
semua jenis kematian global. Luka kanker payudara merupakan infiltrasi sel tumor yang merusak
lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan
bentuk menonjol atau tidak beraturan. Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang
sukar sembuh. Penulisan ini bertujuan untuk untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien
kanker payudara khususnya yang memiliki luka kanker pada Ny. C (45 th) yang dirawat di lantai 5
bedah RSPAD Gatot Soebroto. Evaluasi asuhan keperawatan menunjukkan bahwa klien yang
memiliki luka kanker payudara memiliki resiko terjadi infeksi. Oleh karena itu penulis
memaparkan karya ilmiah akhir ners ini yang bertujuan dapat memberikan gambaran kepada
perawat agar memperhatikan tanda-tanda infeksi pada luka kanker dan melakukan perawatan luka
dengan menggunakan terapi terapi antibiotic topical.
.
Kata kunci: Kesehatan Perkotaan, Kanker Payudara, Perawatan Luka
ABSTRACT
Name : Yanita Astuti
Study Program : Nurse Degree of Nursing Faculty of Nursing University of Indonesia
Title : Nursing the Wound Care Mrs.C with Breast Cancer in the Surgical
Ward 5th floor RSPAD Gatot Subroto
Breast cancer is a cause of death of as many as 7.4 million cases in the world based on data from
the World Health Organization (WHO) in 2004, which covers approximately 13% of all global
deaths. Cuts breast cancer is infiltrating tumor cells that destroy the epidermis and dermis caused
by deposition and or proliferation of malignant cells with prominent or irregular in shape.
Injuries, including the type of breast cancer that is difficult to heal chronic wounds. This research
aims to analyze the nursing care for breast cancer patients, particularly those with cancer sores
on Ny. C (45 years old) who were admitted to the on surgical ward 5 th floor 5 RSPAD Gatot
Subroto. Evaluation of nursing care showed that clients who have breast cancer have a risk of
wound infection. Therefore, the author describes the scientific work which aims to end the nurses
can give an idea to the nurse to watch for signs of wound infection, cancer and wound care
therapy using topical antibiotic therapy.
Keywords: Urban Health, Breast Cancer, Wound Care
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..........................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara.............................................................5
2.1.2 Etiologi…………..........................................................................5
2.1.3 Faktor-faktor Resiko.....................................................................5
2.1.4 Tanda dan Gejala…....................................................................6
2.1.5 Patofisiologi…..……….............................................................7
2.1.6 Distribusi dan Klasifikasi…..………………………………….8
2.1.7 Pentahapan Kanker Payudara………………………………...10
2.1.8 Pengobatan………………………………………………..….10
2.2 Luka Kanker Payudara
2.2.1 Definisi Luka Kanker..................................................................11
2.2.2 Pengkajian Luka Kanker Payudara.............................................13
2.2.3 Masalah Khas pada Luka Kanker Payudara…............................15
2.2.4 Perawatan Luka Kanker Payudara…………..…………............16
2.2.5 Fase Penyembuhan Luka.............................................................17
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ix
2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luka Kanker…………..….18
2.2.7 Kesehatan Perkotaan……………………………………….….19
BAB III. ANALISA KASUS
3.1 Pengkajian……....................................................................................26
3.2 Analisa Data……….............................................................................27
3.3 Masalah Keperawatan………………………………………………..24
3.4 Rencana Keperawatan………………………………………………..24
3.5 Evaluasi Keperawatan………………………………………………..26
BAB IV. ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek............................................................................31
4.2 Analisis Masalah Keperawatan............................................................31
4.3 Analisis Intervensi…………................................................................32
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................33
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN…................................................................................35
5.2 SARAN………....................................................................................35
DAFTAR REFERENSI…………………………………………………………
LAMPIRAN
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal adalah tujuan dari pembangunan kesehatan.
Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah
lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber
daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga
menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Lingkungan merupakan
salah satu variable yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai
kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan, genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat
kesehatan masyarakat. Konsumsi makanan siap saji di masyarakat
perkotaan diperkirakan terus meningkat mengingat terbatasnya waktu
anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Oleh karena itu tidak
jarang masyarakat perkotaan terkena penyakit kanker.
Salah satu penyakit non infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker
payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher
rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu
sendiri sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara.
Berbeda dengan di Negara barat dimana setiap wanita usia subur
diharuskan oleh asuransi kesehatan untuk memeriksakan payudaranya
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
secara berkala sehingga stadium dini kanker payudara ditemukan jauh
lebih tinggi daripada di Negara berkembang.
Insiden kanker payudara di dunia relatif tinggi, dilaporkan kejadian kanker
payudara adalah 20% dari seluruh keganasan. Angka prevalensi kanker
payudara yang tercatat di Amerika Serikat menempati urutan tertinggi
pada wanita. Tahun 2008 diperkirakan 40.930 orang meninggal dunia
karena kanker payudara.
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara, hamper 60%
wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai factor risiko
yang teridentifikasi. Hal ini menunjukkkan bahwa semua wanita dianggap
berisiko untuk mengalami kanker payudara selama hidupnya (Smeltzer,
2002). Keterlambatan mengetahui bahwa seorang wanita telah mengidap
kanker payudara hingga stadium lanjut dikarenakan rendahnya
pemahaman wanita tentang kanker payudara oleh sebab itu banyak pasien
dating berobat ke rumah sakit dengan kondisi yang kurang baik seperti
datang dengan kondisi luka kanker yang sudah cukup luas.
Angka kejadian luka kanker tidak sepenuhnya diketahui namun Schiech
(2002) melaporkan jumlah luka kanker 9% dari jumlah pasien kanker.
Luka kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker sampai menembus
lapisan dermis dan epidermis kulit, sehingga menonjol keluar atau
bentuknya menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar kulit
umumnya berupa benjolan yang keras, sukar digerakkan, berbentuk seperti
bunga kol, mudah terinfeksi sehingga menyebabkan lendir, cairan, darah
dan bau yang tidak sedap. Gejala yang sering ditemukan pada luka kanker
diantaranya adalah molodor dan eksudat.
Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan kanker
stadium lanjut. Hoplamazian (2006) meyebutkan definisi luka kanker
sebagai kerusakan integritas kulit yang disebabkan infiltrasi sel kanker.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Infiltrasi sel kanker juga akan merusak pembuluh darah dan pembuluh
lymph yang terdapat dikulit (Grocott, 2003). Ciri – ciri luka kanker yaitu
ditemukan nodul non-tender pada kulit. Ketika sel tumor tumbuh dan
menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak kapiler dan
kelenjar getah bening. Bakteri yang menyebabkan malador pada luka
merupakan bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob yang
berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp,
Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci
(Draper, 2005). Metronidazol telah digunakan secara luas sebagai agen
topical untuk perawatan luka kanker. Metronodazol topical bekerja dengan
cara beikatan dengan DNA bakteri dan menghambat replikasi bakteri yang
kemudian dapat mencegah dan mengatasi gejala malodor dan eksudat pada
luka kanker (Naylor, 2002).
Naylor (2002) menyebutkan bahwa tujuan perawatan luka kanker bukan
untuk menyembuhkan luka, tetapi untuk mempertahankan kenyamanan,
menghindari isolasi social, dan meningkatkan kualitas hidup. Perawatan
berfokus pada mencegah dan mengatasi infeksi pada luka kanker, salah
satunya malodor dan eksudat yang berperan besar menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien dan lingkungan pasien pada luka kanker.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini untuk menganalisis asuhan
keperawatan pada pasien kanker payudara khususnya yang
memiliki luka kanker dengan masalah kesehatan masyarakat
perkotaan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis:
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
a. Masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa akhir
dengan penyakit kanker payudara stadium IV terkait perawatan
luka dengan metronidazol di ruang bedah lantai V RSPAD
Gatot Soebroto.
b. Mahasiswa mampu membuat perencanaan pada Ny. C dengan
kanker payudara stadium IV di ruang bedah lantai V RSPAD
Gatot Soebroto.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teknik nonfarmakologi
yang digunakan untuk membersihkan dan mengurangi luas
luka kanker payudara pada Ny. C dengan kanker payudara
stadium IV di ruang bedah lantai V RSPAD Gatot Soebroto.
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan :
Informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya diunit bedah dan sebagai dasar pertimbangan pihak
rumah sakit untuk membuat/menetapkan pengkajian khusus dalam
memberikan asuhan keperawatan pada perawatan luka kanker payudara.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
5 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker yang sering terjadi
pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker payudara memperlihatkan
proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada
awalnya hanya terdapat hiperplasi yang kemudian berlanjut menjadi karsinoma in
situ dan menginvasi stroma. Sedangkan menurut Ramli, (1995) kanker payudara
adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal
yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative, destruktif dan
dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.
2.1.2 Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel payudara.
Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan
yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan dan
mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel
lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa
berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Menurut Smettzer &
Bare,(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian penunjang dapat
menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
2.1.3 Faktor-faktor resiko :
1. Mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 pada wanita dengan mutasi gen
memiliki perubahan 50-90% meningkatkan kanker payudara dan
kemungkinan perkembangan kanker payudara sebelum usia 50 tahun
(Lewis, 2007 dalam Monika 2012).
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
2. Riwayat keluarga, merupakan faktor resiko yang penting. Khususnya jika
terdapat anggota keluarga yang juga memiliki riwayat kanker payudara
atau ovarium. Dennis (2009) mengatakan bahwa bila ada riwayat keluarga
yang menderita kanker seperti ayah/ ibu, saudara perempuan ayah/ibu,
kakak/ adik, mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar terhadap terjadinya
kanker payudara.
3. Usia relatif muda (kurang dari 12 tahun) saat pertama kali mendapatkan
menstruasi dapat meningkatan resiko kanker payudara. Saat ini di Negara
berkembang terjadi pergeseran usia menarche menjadi usia 12-13 tahun.
Kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun, wanita nullipara atau
belum pernah melahirkan dan lama masa menyusui dapat meningkatkan
angka kejadian kanker payudara (Rasjidi, 2010). Angka kejadian kanker
payudara di bawah 25 tahun sangat sedikit dan meningkat secara bertahap
hingga usia 60 tahun (Lewis, 2007).
4. Terapi sulih hormone (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Terdapat pengningkatan resiko sebesar 2,3% setiap tahunnya pada wanita
pascamenopause yang memakai TSH. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun kemungkinan meningkatkan faktor
resiko.
5. Obesitas, wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan
individu dengan konsumsi tinggi lemak beresiko 2 kali lebih tinggi dari
yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
6. Konsumsi alkohol, sebagai faktor resiko masih menjadi kontroversi. Pola
hidup di negara maju yang mengkonsumsi wine secara teratur (misalnya
Italia dan Perancis) memiliki angka kejadian kanker payudara lebih tinggi.
2.1.4 Tanda dan gejala
Gejala kanker payudara pada awal permulaan sering tidak dirasakan oleh
penderita. Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah terabanya benjolan pada
bagian payudara. Gejala dan tanda khas kanker payudara yang bisa diamati pada
stadium lanjut antara lain teraba ada benjolan kecil yang keras di payudara,
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
benjolan semakin membesar, benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi)
dan pada awalnya tidak terasa sakit. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
terjadi karena pembengkakan menyebabkan rasa panas, nyeri atau sangat gatal di
daerah sekitar puting. Gejala pada puting meliputi perubahan bentuk puting
(masuk kedalam atau nipple retraction) dan mengeluarkan cairan atau darah.
Selain adanya benjolan dan perubahan puting, perubahan juga terjadi pada bagian
kulit payudara. Perubahan pada kulit payudara diantaranya perubahan warna kulit,
berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk (peau d’orange). Hal ini dapat terjadi jika
benjolan pada awal stadium tidak diindahkan oleh penderita.
2.1.5 Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula–mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel
atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu tujuh tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari kanker payudara
telah bermetastasis. Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk
dikendalikan. Kanker payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, 2005).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas
kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit.
Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan
merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit.
Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka
kanker. Infiltrasi sel kanker dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Gambar . Luka Kanker
Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik
yang bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka
kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan
proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat
menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak
dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon
tubuh secara fisiologis akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu
sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah perdarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah/tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang
akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker.
2.1.6 Distribusi dan Klasifikasi
Dari seluruh kanker payudara sekitar 50 % tumbuh pada kuadran lateral atas, 10%
pada ketiga kuadran lain dan 20% sub areolar. Klasifikasi kanker payudara
menurut Robbin, (2002) adalah sebagai berikut:
a. Non Invasif (Noninfiltratif)
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
1) Karsinoma intraduktal
2) Karsinoma intraduktal dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler insitu.
b. Invasif (Infiltratif)
1) Karsinoma intraduktal invasif
2) Karsinoma duktal invasif dengan penyakit paget
3) Karsinoma lobuler invasif
4) Karsinoma meduler
5) Karsinoma koloid
6) Karsinoma tubular
7) Karsinoma kista adenoid
8) Karsinoma apokrin
9) Karsinoma papiler skuamosa.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan TNM menurut Smeltzer & Bare (2002).
Tumor primer (T) :
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor kurang dari 2 cm
T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
T3 Tumor lebih dari 5 cm
T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi
Kelenjar getah bening regional (N) :
N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional.
N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah
N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap
N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral
Metastasis jauh (M) :
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular
ipsilateral)
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
2.1.7 Pentahapan Kanker Payudara
Pentahapan kanker menurut Smeltzer & Bare, (2002).
a. Tahap I
Tumor kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak metastasis.
b. Tahap II
Tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, nodus limfe tidak terfiksasi
negative atau positif dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
c. Tahap III
Tumor lebih dari 5 cm, nodus limfe terfiksasi positif dalam area clavikular
dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
d. Tahap IV
Tumor sembarang ukuran lebih dari 5 cm, nodus limfe normal atau
kankerosa dan metastasis jauh.
2.1.8 Pengobatan
Menurut Ramli, (1995) dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :
a. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik.
b. Jenis-jenis pengobatan:
Pada stadium I, II dan III awal (stadium operable), sifat pengobatan adalah
kuratif. Pengobatan pada stadium I,II dan IIIa adalah operasi yang primer,
terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I,II pengobatan
adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau
tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila
mengandung metastase maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan
sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung
metastase, maka terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan.
Stadium IIIa adalah simpel mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika
ajuvant. Untuk stadiun lanjut, yaitu stadium IIIb dan IV sifat
pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi
penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb
atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
dan dapat diikuti modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika.
Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu
hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi.
c. Kemoterapi Cyclofosfamid Adriamycin Fluorasil (CAF) dan
Cyclofosfamid Epirubisin Fluorasil (CEF)
Kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat
multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang
paling sering dianjurkan disebut CAF dan meliputi siklofosfamid
(Cytoxan), Adriamycin , fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
Terapi ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Adriamycin memiliki efek
samping mengganggu perfusi jantung oleh karena itu pasien yang
memiliki penyakit jantung dapat digantikan dengan Epirubicin sehingga
kombinasi ini disebut CEF (Wim, 1997).
2.2 Luka Kanker Payudara
2.2.1 Definisi Luka Kanker
Luka kanker dikenal pula dengan sebutan fungating malignant wound atau
malignant cutaneus wound. Luka kanker merupakan infiltrasi sel tumor yang
merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau
proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak beraturan, biasanya
seringkali muncul berupa benjolan (nodul) yang keras, non mobile, bentuknya
menyerupai jamur(caulli flower), mudah terinfeksi, mudah berdarah,nyeri,
mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap dan sulit sembuh (Gitaraja, 2004).
Normalnya sebuah luka akan sembuh dalam waktu maksimal 14 hari, tetapi luka
akibat pertumbuhan sel kanker sulit diharapkan sembuh dalam jangka waktu
tersebut (Anonim, 2009). Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang
sukar sembuh. Menurut Potter&Perry, (2001) luka kronik adalah luka yang gagal
melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi dan anatomi
sesuai dengan tahap dan waktu yang normal. Seperti luka kronik lainnya, luka
kanker payudara juga mengalami tahapan proses penyembuhan luka. Luka kanker
ada pada tahapan proliferasi yang memanjang, dimana terjadi penurunan
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
fibroblas, penurunan produksi kolagen, dan berkurangnya angiogenesis kapiler.
Oleh karena itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang
kemudian menjadi jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik merupakan fasilitator
terhadap perkembangbiakan bakteri aerob dan anaerob (Gitaraja, 2004).
Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka
dapat diklasifikasikan atas dasar :
1.Usia luka ( Wound Age ) :
a. Luka akut
b. Luka kronik
2. Kedalaman luka ( Wound Depth ):
a. Superficial
b. Partial Thickness
c. Full Thicknes
3. Waktu terjadinya luka
a. Luka kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi
atau golden periode (kurang dari 6 jam)
b. Luka infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau
golden periode (lebih dari 6 jam).
Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus ditentukan apakah
luka tersebut akut atau kronik. Penentuan dapat menjadi sulit bila hanya
berpatokan pada kurun waktu. Selain pertimbangan waktu maka perlu diingat
bahwa luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan
penyembuhan luka sesuai yang diharapkan. Sementara luka kronik adalah luka
yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal ini yang penting adalah
pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak
bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak
merah, lembab dan sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak
mengalami kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
2.2.2.Pengkajian Luka Kanker Payudara
Pada luka kronik perlu melakukan pendekatan holistik dalam melakukan
pengkajian. Pengkajian tidak hanya berpusat pada luka, melainkan reaksi
psikologis maupun efek luka terhadap kehidupan sosial individu juga perlu dikaji.
Penting diingat bahwa pada beberapa kasus, tindakan paliatif merupakan upaya
yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup klien dengan luka kanker.
Manajemen luka yang dapat diterima perlu didiskusikan dengan pasien (Price,
1996, dalam Naylor, 2002). Identifikasi gejala dan masalah psikososial yang
menyebabkan distres bagi pasien juga perlu dikaji (Naylor, 2002).
Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk
merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu
dinilai pada luka kanker meliputi lokasi, ukuran/kedalaman/bentuk, jumlah
eksudat, jenis jaringan yang ditemukan (nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi),
tanda-tanda infeksi, nyeri (termasuk nyeri saat pencucian luka dan penggantian
balutan), kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan (Naylor, 2002). Jumlah
eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari
Bates-Jensen wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998). Hasil
pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat.
Jumlah eksudat diukur dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi
area menjadi 4 bagian (25%) second dressing. Kategori pengukuran digambarkan
sebagai berikut:
Tidak ada = jaringan luka tampak kering
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur
pada balutan
Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan ≤25%
Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada
luka, drainase pada balutan >25% s.d. ≤75%.
Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan ≥75%
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Selain itu pengkajian luka kanker payudara dapat dilakukan dengan cara
mengkaji:
a. Letak dan luas luka
Pengkajian luka kanker terutama untuk menilai lokasi luka dan
kemungkinan letak penyebaran. Kemudian ukur besarnya luka meliputi
panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya luka kanker menonjol
/keatas.
b. Warna dasar luka.
Luka kanker memiliki bentuk menonjol sehingga cukup sulit membaginya
ke dalam stadium luka. Kemudahan untuk menilai derajat keseriusan luka
kanker adalah menilai warna dasar luka. System ini bersifat konsisten,
mudah dimengerti dan sangat tepat guna dalam membantu memilih
tindakan dan terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.
Menurut Netherland Woundcare Consultant Society, (1984) dikutip dari
Gitaraja, (2004) penggolongan berdasarkan warna dasar luka meliputi:
Red / Merah
Luka dengan dasar warna luka merah tua atau merah terang dan
selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih dengan banyak
vaskularisasi, karenanya mudah berdarah.Tujuan perawatan luka
adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab
dan mencegah terjadinya trauma/perdarahan.
Yellow/Kuning
Luka dengan dasar warna luka kuning/kuning kecoklatan/kuning
kehijauan / kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan
kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskularisasi.
Luka pada kanker payudara stadium lanjut berwarna kuning yang
menunjukkan adanya jaringan nekrosis dan buruknya vaskularisasi.
Tujuan perawatannya adalah meningkatkan sistem autolysis
debridemen agar luka berwarna merah, absorb eksudat,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Black/Hitam
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,
merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama
dengan dasar warna luka kuning.
2.2.3 Masalah Khas Pada Luka Kanker Payudara
Menurut Gitaraja , (2004) masalah khas pada luka kanker payudara adalah
1) Bau tidak sedap
Bau tidak sedap disebabkan karena terjadinya penurunan vaskularisasi
jaringan/hipoksia sehingga jaringan granulasi menjadi nekrosis. Jaringan
nekrotik yang dibiarkan tak terawat sangat mudah terkontaminasi dengan
bakteri aerob dan anaerob dan sangat cepat berkembang biak sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Pengkajian masalah bau tidak sedap
masih tergolong subyektif karena tergantung dari penilaian seseorang
untuk mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Gitaraja, (2004) beberapa
kriteria yang dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian
dan evaluasi perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan
(6-10 langkah dari pasien) dengan balutan tertutup. Bau sedang : bau
tercium kuat dalam ruangan (6-10 langkah dari pasien) dengan balutan
terbuka. Bau ringan : bau tercium bila dekat dengan penderita pada saat
balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium saat disamping penderita
dengan balutan terbuka.
2) Cairan yang berlebihan
Cairan yang berlebihan disebabkan karena terjadinya peningkatan
permeabilitas fibrinogen dan plasma sehingga luka menjadi sangat
eksudatif.
3) Perdarahan
Kelainan hemostasis dapat berupa perdarahan yang disebabkan oleh
infiltrasi sel tumor sekitar pembuluh darah, gangguan fungsi dan jumlah
trombosit turun atau defisiensi faktor koagulasi.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
4) Nyeri
Nyeri pada kanker terbagi menjadi dua katagori yaitu nyeri timbul oleh
karena sel tumor yang bermetastase atau nyeri timbul sebagai akibat dari
pemberian pengobatan kanker. Hampir sebagian klien mengeluh nyeri
yang timbul berhubungan dengan saat mengganti balutan. Balutan yang
menempel kuat pada luka tentulah sulit untuk dibuang sehingga pada saat
dicabut menimbulkan perdarahan dan nyeri.
5) Maserasi pada kulit sekitar luka
Ketidakmampuan balutan luka menyerap cairan luka menyebabkan cairan
luka menggenang dan mengenai kulit sehat sekitar luka, jika balutan tidak
segera diganti dapat menyebabkan lecet/maserasi seringkali menimbulkan
rasa tidak nyaman terutama gatal dan nyeri.
6) Infeksi
Kejadian infeksi pada luka kanker dapat diidentifikasikan dengan adanya
eritema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulen, nyeri yang
lebih sensitif, peningkatan temperatur tubuh, peningkatan jumlah sel darah
putih dan timbul bau yang khas. Pseudomonas aeruginase dan
staphylococcus aureus merupakan organisme patogenik yang sering
muncul, namun selama komponen sistemik tubuh mampu mengatasi hal
ini dan kolonisasi bakteri tidak melebihi jumlah normal, teknik pencucian
dan perawatan yang tepat cukup mampu mengatasi hal tersebut.
2.2.4 Perawatan Luka Kanker Payudara
Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kanker payudara, yang pertama
menyangkut pembersihan/pencucian luka , prinsip kedua menyangkut pemilihan
balutan. Luka kering dibersihkan dengan teknik swabbing yaitu ditekan dan
digosok pelan-pelan menggunakan kassa steril yang dibasahi dengan air steril atau
NaCl 0,9%. Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik
irigasi yaitu disemprot lembut dengan air steril atau NaCl 0,9% (Ganiswara,
2005). Tujuan perawatan luka kanker payudara dengan bau adalah membuang
jaringan mati dan mengeliminasi kontaminasi bakteri. Autolitik atau enzymatic
debridement merupakan metode yang cukup dianjurkan untuk membuang jaringan
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
mati. Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti
metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan
bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur
kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan
membuang jaringan mati pada luka kanker (Keast, 2007). Nistatin yang
dikombinasikan dengan metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk
mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan dan mengurangi bau yang tidak sedap
pada luka kanker payudara.
Sedangkan prinsip perawatan luka kanker yang lain adalah tidak boleh membuat
luka menjadi sebuah luka baru (berdarah lagi), dan juga harus bias mengontrol
bau yang tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mencegah infeksi,
mengurangi nyeri, dan merawat kulit di sekitar luka (Anonim, 2008). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Kalinski, (2005) penggunaan metronidazol topikal
sangat efektif mengatasi bau pada luka kanker, dari 16 pasien yang dilakukan
perawatan luka dengan metronidazole gel 0,75% dilaporkan 10 pasien bau busuk
pada luka hilang dan 6 pasien bau menjadi berkurang.
2.2.5 Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Menurut Kozier, (1995) dikutip dari
Potter & Perry, (2001) fase/tahap penyembuhan luka meliputi:
a. Fase Inflamatory
Terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama yang
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar
didaerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Selama sel berpindah, lekosit (terutama
netrofil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati makrofag
yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah luka.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang
disebut fagositosis.
b. Fase proliferasi
Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan.
Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring
perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase maturasi
Dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast
terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan srtuktur
yang lebih kuat. Bekas luka menjadi lebih kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih.
2.2.6 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Luka Kanker
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena
merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling
berkesinambungan. Setiap kejadian luka mekanisme tubuh akan mengupayakan
pengembalian komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk
struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya (Gitaraja, 2004).
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenasi yang bersifat
lokal saja pada luka, namun dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Dengan mengenal kedua faktor penghambat tersebut diharapkan agar dapat
mengoreksi/ mengevaluasi proses penyembuhan luka. Faktor intrinsik adalah
faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka,
yang cukup berpengaruh pada luka kanker payudara meliputi : usia, status nutrisi
dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, nyeri, status imunologi dan penyakit
penyerta (hipertensei, DM, arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah
faktor yang didapat dari luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi),
radiasi, psikososial positif dan negative seperti pengetahuan klien tentang
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
penyakit/kondisi sakit, metode koping yang fleksibel, hubungan social suportif
yang baik, infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2001)
2.2.7 Kesehatan Perkotaan
Kota merupakan pusat berbagai aktivitas ekonomi, perdagangan maupun
pendidikan, sehingga memberikan konsekuensi bahwa sebagian besar kegiatan
manusia berada di perkotaan, bahkan menjadikan semakin banyaknya pendatang
yang menambah permasalahan-permasalahan kota sehingga menjadi makin
kompleks. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah
perkotaan memberikan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya
dukung lingkungan. Kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan
pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Keberadaan makanan instant, rokok,
alkohol, makanan banyak lemak, makanan yang diawetkan, dan kegemukan
merupakan faktor resiko tinggi penyebab terjadinya penyakit kanker.
Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan
dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik yang
spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan
penyakit ini, secara fisiologis, berat badan lebih didefenisikan sebagai suatu
keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau belebihan dijaringan
adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan estimasi WHO,
faktor berat badan lebih dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% risiko
terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker
dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.Jenis
penyakit kanker yang timbul akibat faktor risiko ini adalah kanker kerongkongan
(oesophagus), ginjal, rahim (endometrium), pankreas, payudara, dan usus besar.
(Mujur, 2011)
Lain dari pada hal itu, para pekerja di sektor industri, pertanian, dan tenaga
kesehatan di rumah sakit sering memakai bahan-bahan yang dapat menyebabkan
penyakit kanker, banyak di antara mereka yang tidak memakai alat pelindung diri
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
sehingga tubuh kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut. Bila hal ini
berlangsung lama tanpa mempedulikan kesehatan, dapat berakibat timbulnya
kanker. Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk (2008) dalam Jurnal Kesehatan RS
Kanker Dharmais, kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai
dalam masyarakat Indonesia dan menempati tempat ke dua terbanyak setelah
kanker leher rahim. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan. Pada
tahun 1989 terdapat 7 juta penderita baru setiap tahun dan 5 juta orang meninggal
akibat kanker payudara.
Wanita yang berada di kota besar berisiko lebih besar mengidap kanker payudara.
Hal itu lantaran kota besar mengandung polusi transportasi atau nitrogen dioksida
(NO2) yang tinggi ketimbang di pedesaan. Selain padatnya transportasi, NO2 juga
didapat dari generator pembangkit listrik dan pembuangan sampah. (Mark
Goldberg dalam Hidayatullah 2010). Meski demikian, Goldberg menekankan
NO2 bukanlah penyebab utama kanker. Tidak diketahui apa penyebabnya dan
hanya sepertiga kasus diketahui disebabkan faktor-faktor risiko yang umum.
Goldberg mengakui timnya menemukan kaitan antara kanker payudara
pascamenopause dengan paparan NO2. Di Montreal, kota terbesar kedua di
Kanada, level NO2 nya bervariasi. Goldberg menemukan risiko itu meningkat
hingga 25 persen setiap kenaikannya sebesar 5 per 1 miliar. Dengan kata lain,
perempuan yang tinggal di area yang level polusinya tinggi berisiko dua kali lipat
mengidap kanker payudara daripada area yang bersih dari polusi.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
21 Universitas Indonesia
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 Pengkajian
Data Diri Klien
Nama : Ny.C
Usia : 45 Tahun
No RM : 408782
Tanggal Masuk : 23 April 2013
Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2013
Sumber informasi : Klien dan Rekam Medis
Diagnosa Medis : Kanker Payudara Kanan Stadium IV
Keluhan saat ini
Terdapat benjolan di payudara kanan sejak satu tahun yang lalu
Alasan masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan benjolan yanga ada di payudara sebelah kanan semakin
hari semakin membesar dan terasa nyeri
Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelum RS pernah berobat ke alternatif di daerah
Ambon. Klien juga mengatakan memiliki riwayat KB selama tujuh tahun
dan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
Kebutuhan dasar
a. Makan dan minum
Selama dirawat di Rumah Sakit klien makan tiga kali sehari dengan
porsi dan menu yang disediakan oleh Rumah Sakit. Makannya selalu
habis. Sebelum klien dirawat pola makan dua kali sehari. Klien minum
± 8 gelas perhari, tidak ada penurunan terhadap pola makan.
b. Aktivitas dan istirahat
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien beraktivitas secara mandiri dan
semua kegiatan/pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Selama di rawat di
Rumah Sakit aktivitas klien dibantu oleh suami dan pola istirahat
malam tidur dari pukul 21.00 – 05.00 wib. Klien mengatakan sewaktuwaktu
suka terjaga ditengah malam karena klien merasa panas di
daerah punggungnya.
c. Kebersihan diri
Selama di rawat kebutuhan mandi klien dibantu oleh perawat dan
suami. Klien tampak kurang bersih dan kurang rapih.
d. Eliminasi
Selama dirawat pola BAB klien tidak teratur dan klien mengatakan
terkadang sulit untuk BAB. Pola BAK 5-6 kali/hari, warna urin kuning
jernih.
e. Persepsi dan konsep diri
Klien mengatakan pasrah terhadap penyakit yang diderita dan hanya
bisa berdoa saja.
f. Sensori dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan pada pola sensorinya, klien masih
belum mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang diderita.
g. Reproduksi seksual
Terjadi perubahan pada kontur/bentuk payudara klien, terdapat massa
dan luka pada payudara kanan, asimetris, dan terdapat benjolan pada
payudara kiri. Luka berukuran ± 15cm dan kedalaman ±8cm, berwarna
merah kekuningan dan berbau.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 14
Kepala : Penyebaran ranbut merata, berwarna hitam dan putih,
bersih dan tidak ada lesi.
Mata : Konjungtiva tampak anemis, pupil ishokor
Hidung : Simetris, napas spontan, tidak ada secret
Mulut :Membran mukosa kering, tampak ada caries dan gigi
berlubang
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
peningkatan JVP
Dada : Pengembangan dada simetris, tidak ada ronchi, tidak ada
wheezing, bunyi jantung normal
Abdomen : Tidak teraba adanya masa, bising usus 6x/menit
Ekstremitas : kekuatan otot 4444 5555
5555 5555
Kulit : Kulit kering, turgor 3 detik
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
3.2 Analisa Data
No Data (subjektif dan objektif) Masalah Keperawatan
1. DS:
- Klien mengatakan suhu
tubuhnya naik turun
- Klien mengatakan balutan
luka diganti dua hari sekali
DO:
- Suhu 38,6 0C
- Terdapat luka pada
payudara kanan (diameter
±15cm, kedalaman luka ±8
cm)
- Luka berwarna merah
kekuningan
- Luka berbau
- Terdapat pus berwarna
kuning
- Nyeri saat di bersihkan
- Mendapat terapi
metronidazole dan
nebacetine
Risiko infeksi
2. DS: -
DO:
- Tidak ada ekimosis dan
epistaksis
- Trombosit 234 ribu/ul,
- Hematokrit 18%
- Konjungtiva anemis
- Tampak adanya perdarahan
pada luka payudara ±1 cc
berwarna merah segar.
Risiko perdarahan
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
3. DS:
- Klien mengatakan nyeri
disekitar payudara
- Klien mengatakan nyeri
menjalar hingga
kepunggung bagian
belakang
DO:
- P : Luka kanker
- Q : Nyeri seperti ditusuktusuk
- R : Payudara sebelah kanan
- S : Nyeri dengan skala 6
- T : Pada saat diganti balutan
- Ekspresi wajah tampak
kesakitan
- Klien bergerak secara
berhati-hati
- Klien tampak mencari
posisi yang nyaman.
Nyeri
3.3 Masalah Keperawatan
Data-data yang didapatkan dari hasil pengkajian Ny. C dikelompokkan
dalam analisa data. Hasil analisa data menunjukkan adanya beberapa
masalah pada kasus ny. C yaitu nyeri. Selain itu masalah risiko infeksi
diangkat berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penyakit
yang di deritanya. Masalah risiko perdarahan diangkat berhubungan
dengan proses malignan/keganasan. Hasil pengkajian dan analisa data
pada Ny.C menunjukkan beberapa masalah keperawatan, adapun masalah
keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah :
1.. Risiko infeksi
2.. Risiko perdarahan
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
3.. Nyeri
3.4 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan
masalah keperawatan yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan,
yaitu :
Diagnosa 1 : Risiko infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien tidak
mengalami infeksi. Luka tidak berbau dan tidak terdapat purulen.
Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (merah, panas,
bengkak). Jumlah leukosit dalam batas normal (5000-10000). Klien
menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi Keperawatan :
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Inspeksi keadan luka dan sekitarnya
Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan
Ajarkan keluarga / klien tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkan kecurigaan infeksi
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai program
Diagnosis 2 : Risiko Perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, perawat akan
mengurangi komplikasi perdarahan.
Kriteria Hasil : Perdarahan tidak terjadi, nilai Hemoglobin >10 gr/dl
Intervensi Keperawatan :
Pantau tanda dan gejala perdarahan pada luka
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Pantau nilai hasil laboratorium (hemoglobin, hematokrit)
Lakukan perawatan luka secara hati-hati dengan menekan daerah
luka dengan kasa steril dan tutuplah dengan teknik aseptik basahkering
atau sesuai dengan indikasi.
Pantau keadaan umum secara klinis
Kolaborasi untuk transfusi bila terjadi perdarahan (Hb <10 gr/dl)
Diagnosis 3 : Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tingkat
kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol.
Kriteria hasil : klien melaporkan skala nyeri berkurang 2-3, ekspresi wajah
tenang dan dapat istirahat, tanda-tanda vital dalam batas normal ( TD :
120/80 mmHg, Nadi : 60-100 x/menit, Pernafasan 16-20 x/menit).
Intervensi Keperawatan :
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri sebelumnya
Berikan lingkungan yang tenang
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi) untuk
mengatasi nyeri
Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
3.5 Evaluasi Keperawatan
Nama Klien :Ny.C
Diagnosa Keperawatan : Resiko Infeksi
Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013
Implementasi :
Mengkaji tanda dan gejala infeksi
yang ada pada klien
Mempertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan
Melihat keadaan luka dan sekitarnya
Memotivasi dan melatih klien untuk
meningkatkan mobilitas dan latihan
Memberi penkes kepada klien dan
keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
sesuai program
SOAP
S : Klien mengatakan suhu
tubuhnya naik turun
Implementasi :
Melakukan kompres hangat bila
suhu >37,5 0C
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik dan
antipiretik
Melakukan perawatan luka sesuai
dengan program dan teknik aseptic
SOAP
S: Klien mengatakan suhu
tubuhnya sudah turun
O: Suhu 37,0 0C,terdapat luka
pada payudara kanan
(diameter ±15cm, berwarna
kuning kemerahan),
Implementasi :
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik dan
antipiretik.
Melakukan perawatan luka
sesuai dengan program dengan
teknik aseptic
Memotivasi dan melatih klien
untuk meningkatkan mobilitas
dan latihan
SOAP
S: Klien mengatakan suhu
tubuhnya sudah tidak
demam lagi
O: Suhu 37,0 0C,terdapat
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
Klien mengatakan balutan luka
diganti dua hari sekali
O : Suhu 38,6 0C, terdapat luka
pada payudara kanan (diameter
±15cm, berwarna kuning
kemerahan), tertutup dengan
kassa, berbau mendapat terapi
metronidazole dan
nebacetine,mendapat terapi
antibiotik oral Cefixime
2x100gr
A:Tanda – tanda infeksi terjadi
masalah belum teratasi
P: Melakukan kompres hangat
bila suhu >37,5 0C
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotik
dan antipiretik
Lakukan perawatan luka sesuai
dengan program dengan teknik
aseptik.
mendapat terapi
metronidazole dan
nebacetine, mendapat
terapi antibiotik oral
Cefixime 2x100gr
A: Tanda – tanda infeksi
terjadi masalah belum
teratasi
P: Melakukan kompres hangat
bila suhu >37,5 0C
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotik
dan antipiretik.
Lakukan perawatan luka
sesuai dengan program
dengan teknik aseptik.
luka pada payudara kanan
(diameter ±15cm,
berwarna kuning
kemerahan), mendapat
terapi metronidazole dan
nebacetine, mendapat
terapi antibiotik oral
Cefixime 2x100gr
A: Tanda – tanda infeksi
terjadi masalah belum
teratasi
P: Melakukan kompres
hangat bila suhu >37,5
0C
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotik dan
antipiretik.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan : Risiko Perdarahan
Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013
Implementasi :
Memantau tanda dan gejala
perdarahan pada luka
Memantau hasil laboratorium (
hemoglobin, hematokrit)
Melakukan perawatan luka dengan
hati-hati dengan memberi kompres
NaCl dingin, dengan teknik aseptic
Memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga untuk melaporkan jika
ada tanda perdarahan
Kolaborasi untuk pemberian transfusi
bila nilai Hb <10 gr/dl
SOAP
S : Klien mengatakan luka
berdarah pada saat dibuka
balutan
Implementasi :
Menganjurkan klien untuk observasi
tanda-tanda perdarahan
Menganjurkan klien untuk mendep
luka
Kolaborasi dalam pemberian tranfusi
PRC 2x250cc (bila diperlukan)
SOAP
S : Klien mengatakan lukanya
masih berdarah tetapi sudah
minimal
O : Hb 11,4 g/dl, Hematokrit
36%, konjungtiva anemis,
tampak adanya perdarahan
pada luka payudara ±1 cc
berwarna merah segar.
A : Tanda-tanda perdarahan
Implementasi :
Menganjurkan klien untuk
observasi tanda-tanda
perdarahan
Menganjurkan klien untuk
mendep luka
Memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga
untuk melaporkan jika ada
tanda perdarahan
SOAP
S : Klien mengatakan
lukanya masih
berdarah
O : Konjungtiva anemis,
tampak adanya
perdarahan pada luka
payudara ±0,5 cc
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
O : Hb 5,4 g/dl, Hematokrit 18%,
konjungtiva anemis, tampak
adanya perdarahan pada luka
payudara ±1 cc berwarna
merah segar.
A : Tanda-tanda perdarahan masih
terjadi, masalah belum teratasi
P : Menganjurkan klien untuk
observasi tanda-tanda
perdarahan
Menganjurkan klien untuk
mendep luka
Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi PRC 2x250cc
masih terjadi, masalah belum
teratasi
P : Menganjurkan klien untuk
observasi tanda-tanda
perdarahan
Menganjurkan klien untuk
mendep luka
Memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga
untuk melaporkan jika ada
tanda perdarahan
berwarna merah
campur dengan cairan.
A : Tanda-tanda
perdarahan masih
terjadi, masalah belum
teratasi
P : Menganjurkan klien
untuk observasi tandatanda
perdarahan
Menganjurkan klien
untuk mendep luka
Diagnosa Keperawatan : Nyeri
Tanggal 9 Mei 2013 Tanggal 10 Mei 2013 Tanggal 11 Mei 2013
Implementasi :
Mengkaji nyeri secara
Implementasi :
Memberi lingkungan yang tenang
Implementasi :
Memberi lingkungan yang tenang
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
komprehensif termasuk
karakteristik, durasi, frekuensi dan
skala.
Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Memberikan lingkungan yang
tenang
Memonitor klien tentang
manajemen nyeri
Kolaborasi dalam pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri.
SOAP
S : Klien mengatakan nyeri
menjalar hingga
kepunggung bagian
belakang.
O : Wajah tampak meringis,
klien tampak berhati-hati,
klien mencari posisi
nyaman, skala nyeri 6, TD
dan nyaman
Kolaborasi terapi pemberian
analgetik
Mengajarkan teknik nafas dalam
SOAP
S : Klien mengatakan masih
merasa tetapi sudah
berkurang.
O : Wajah tampak meringis,
klien tampak berhati-hati,
klien mencari posisi
nyaman, skala nyeri 4 TD
110/70 mmHg, Nadi
84x/menit, respirasi 22x/
menit.
A : Tanda-tanda nyeri masih
terjadi, masalah belum
teratasi
P :Memberi lingkungan yang
tenang dan nyaman
dan nyaman
Kolaborasi terapi pemberian
analgetik
Mengajarkan teknik nafas dalam
SOAP
S : Klien mengatakan masih
merasa tetapi sudah
berkurang dengan
menggunakan teknik napas
dalam.
O : Wajah tampak meringis,
klien tampak berhati-hati,
klien mencari posisi
nyaman, skala nyeri 3, TD
100/70 mmHg, Nadi
84x/menit, respirasi 20x/
menit.
A : Tanda-tanda nyeri masih
terjadi, masalah belum
teratasi
P :Memberi lingkungan yang
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
120/80 mmHg, Nadi
82x/menit, respirasi 22x/
menit.
A : Tanda-tanda nyeri masih
terjadi, masalah belum
teratasi
P : Memberi lingkungan yang
tenang dan nyaman
Kolaborasi terapi pemberian
analgetik
Mengajarkan teknik nafas
dalam
Kolaborasi terapi pemberian
analgetik
Ajarkan teknik nafas dalam
tenang dan nyaman
Kolaborasi terapi
pemberian analgetik
Motivasi klien dalam
melakukan teknik nafas dalam
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
31 Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan luka
kanker payudara pada Ny. C yang memiliki luka kanker pada payudara kanan di
RSPAD Gatot Soebroto. Analisis yang dilakukan meliputi profil lahan praktek,
analisis masalah keperawatan, analisis intervensi, dan analisis terkait alternatif
pemecahan masalah.
4.1 Profil Lahan Praktek
Ruang rawat bedah lantai lima merupakan salah satu ruang perawatan medikal
bedah di RSPAD Gatot Soebroto. Kapasitas total tempat tidur diruangan ini
berjumlah 32 tempat tidur dengan kapasitas perawatan kelas II sebanyak 4 tempat
tidur, dan 28 tempat tidur untuk perawatan kelas III. Ruangan ini merawat pasien
laki-laki dan perempuan dengan masalah bedah digestive, bedah syaraf, bedah
tumor, bedah urologi, bedah orthopedic dan bedah THT. Ruangan ini dikepalai
oleh seorang kepala ruangan yaitu ibu Ns. Merry Silaban, S.Kep dibantu dua
orang CI yaitu ibu Khusmanah, Amd.kep dan ibu Nina, Amd.kep serta ketua tim
yaitu Sr. Rouli, Amd.kep, Sr. Riyanti dan Sr. Eka, Amd.kep, serta dilengkapi
dengan 23 orang perawat pelaksana.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan
Data diperoleh penulis setelah melakukan wawancara dengan klien secara
langsung dan melakukan wawancara tambahan kepada suami klien, data yang
lainnya diperoleh dari status pasien dan perawat yang dinas di ruang bedah lantai
lima. Data yang sifatnya obyektif ditemukan penulis melalui observasi dan
pemeriksaan langsung dengan pasien. Terdapat data klien mengatakan saya
belum pernah mengalami sakit seperti ini dan bila ditekan terasa nyeri pada
payudara sebelah kanan dan payudara cepat membesar. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang muncul pada Ny.C terdiri dari
risiko infeksi, risiko perdarahan dan nyeri. Masalah yang pertama diangkat
berhubungan proses luka kanker payudara yang saat ini memiliki diameter ± 15
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
cm dan tercium bau yang tidak sedap serta kasa terlihat adanya pus. Sementara
masalah yang kedua yaitu risiko perdarahan diangkat berhubungan dengan adanya
perdarahan saat melakukan ganti balutan pada luka kanker payudara Ny. C, serta
masalah yang ketiga yaitu nyeri diangkat berhubungan dengan proses inflamasi
pada luka kanker payudara nya. Masalah keperawatan yang ditunjukkan oleh Ny.
C sesuai dengan Doenges, (2000) yang menyebutkan bahwa seseorang yang
menderita kanker payudara akan menunjukkan masalah keperawatan seperti risiko
infeksi, nyeri. Evaluasi manajemen luka kanker dilakukan untuk memantau nyeri,
infeksi, malodor, jumlah eksudat, perdarahan, dan maserasi sekitar luka (Kozier et
al, 2000; Naylor 2002b). Evaluasi juga dilakukan untuk menilai efektifitas strategi
yang digunakan untuk membantu klien melakukan koping terhadap distres
psikososial yang timbul akibat luka kanker.
4.3 Analisis Intervensi
Asuhan keperawatan pada Ny. C yang dilakukan selama 3x24 jam mulai tanggal 9
Mei sampai 11 Mei 2013 di ruang bedah lantai lima RSPAD Gatot Soebroto.
Adapun tindakan yang telah dilakukan pada dasarnya telah sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di buat pada setiap diagnosa keperawatan dan secara garis
besar pelaksanaannya sudah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
Penambahan dan pengurangan tindakan yang dilaksankan penulis menyesuaikan
dengan kondisi klien. Penulis juga melibatkan keluarga di dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien dengan harapan keluarga dapat merawat klien
secara mandiri. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu mengganti
balutan luka kanker dengan teknik aseptik dan melakukan kompres dengan NaCl
0,9 % dingin terlebih dahulu dengan tujuan menghindari adanya perdarahan di
sekitar luka.
Intervensi yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah risiko infeksi pada
Ny. C yang berfokus untuk menghindari infeksi. Hal ini dikarenakan masalah
risiko infeksi yang dialami klien lebih disebabkan karena kondisi luka yang
memiliki pus. Diharapkan dengan melakukan teknik aseptik pada perawatan luka
maka tidak akan terjadi infeksi.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Perawatan luka kanker dengan menggunakan metronidazole telah digunakan
secara luas sebagai agen topikal untuk mengatasi malodor (Bale et al, 2004).
Metronidazole topikal bekerja dengan berikatan dengan DNA bakteri dan
mengganggu replikasi bakteri kemudian luka bebas dari malodor selama 7 hari
(Bower et al, 1992, dalam Bale et al, 2004). Metronidazole dapat diberikan secara
sistemik dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari, akan tetapi pemberian melalui cara
ini dapat menimbulkan efek samping mual. Thomas et al (1998, dalam Naylor,
2002) menyebutkan pemberian antibiotik secara sistemik tidak efektif pada
jaringan nekrotik dengan sirkulasi darah yang buruk. Selain itu madu juga telah
digunakan sejak beberapa abad yang lalu dan semakin populer penggunaannya
saat ini, karena mampu melawan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu
yang memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka (Cooper dan Molan, 1999;
Edward, 2000; Morgan, 2000, dalam Naylor, 2002). Madu juga dapat melepaskan
hidrogen peroksida secara perlahan pada luka sebagai agen antibakteri (Dunford,
2000).
Tujuan dari perawatan luka ini adalah agar tidak terjadi infeksi yang lebih luas
dan klien merasa nyaman dengan adanya luka kanker yang diderita, dan hasil
akhirnya adalah menciptakan kepuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan.
Selama melakukan asuhan keperawatan penulis juga melakukan
pendokumentasian yang menggunakan format askep institusi. Pendokumetasian
dilakukan terhadap askep perawatan luka kanker khususnya Ny.C secara
berkesinambungan dari shift ke shift guna melihat perkembangan luka yang di
alami oleh Ny.C. Kozier (2004) menyebutkan bahwa pendokumentasian
merupakan kegiatan mencatat atau merekam peristiwa atau objek maupun
aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting,
dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan dilakukan dan
disesuaikan dengan urutan waktu. Keterampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
perawat. Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk
pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut.
Dengan melakukan sistem pendokumentasian yang baik diharapkan penanganan
terhadap masalah klien dapat dilakukan dengan lebih optimal.
Selain itu juga khusus untuk klien yang menderita penyakit kronis perlu di beri
tindakan oerawatan paliatif. Dimana perawatan paliatif ini didefinisikan sebagai
perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya,
juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Mesti pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis
dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan
utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan.
Menurut Witjaksono, dokter palliative Care Rumah Sakit Dharmais, Jakarta,
dalam buku Seluk Beluk Kanker (Diananda, 2009), prinsip – prinsip perawatan
paliatif sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Mengahargai keinginan pasien dalam setiap pengambilan keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan gejala lain yang mengganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
7. Menghidari tindakan medis yang sia - sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
38 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penyakit kanker payudara merupakan neoplasma ganas, suatu pertumbuhan
jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrative, destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh
progresif dan relatif cepat membesar. Penyakit ini dapat menyerang berbagai
lapisan usia mulai dari remaja, dewasa, hingga lansia. Saat ini penderita kanker
payudara cukup tinggi. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus bagi klien yang
memiliki luka kanker untuk dilakukan perawatan luka. Adapun tujuan perawatan
luka kanker payudara dengan bau adalah membuang jaringan mati dan
mengeliminasi kontaminasi bakteri. Autolitik atau enzymatic debridement
merupakan metode yang cukup dianjurkan untuk membuang jaringan mati.
Penggunaan therapy antibiotic topikal pada luka kanker payudara seperti
metronidazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menimbulkan
bau (Gitaraja, 2004). Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur
kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebihan, mencegah infeksi, dan
membuang jaringan mati pada luka kanker ( Keast, 2007). Diharapkan perawat
memiliki kemampuan khusus dalam merawat luka kanker paudara
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi keilmuan
Bagi sistem keilmuan khususnya ilmu keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan luka kanker payudara. Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan luka kanker
payudara dan bermanfaat ntuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dimasa
yang akan datang.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
39
Universitas indonesia
5.2.2 Saran bagi pelayanan
Diharapkan dalam perawatan luka kanker payudara perawat dapat
mengembangkan keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan keperawatan
khusunya kanker payudara stadium IV. Pihak manajemen rumah sakit diharapkan
juga terus memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan pra
sarana yang memadai, dan terus mendukung keterampilan perawat dengan
meningkatkan aktivitas pelatihan, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang
dapat diikuti perawat secara berjenjang dan berkesinambungan.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
________(2009). Wound Care (Cont).Emedicine Health,Practical Guide to
health. Artikel di akses 2 Juli 2013 dari http://www.emedicinehealth.com
Anonim. 2009. Kanker Payudara. (http://www.google.com/kanker-payudara.pdf)
diakses tanggal 2 Juli 2013.
Dennis A. Casciato. (2009). Manual of Clinical Oncologi. 6 th Ed. Lippincott
Williams. Philadelphia
Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta :FKUI.
Gitaraja. (2004). Manajemen perawatan luka akut dan kronik, Perawatan luka
kanker. Jakarta : RS Kanker Darmais.
Kalinski, C., Schnepf, M., Laboy, D., Hernandez, L., Nusbaum, J., Grinder, M.B.,
et. Al. (2005). Effectiveness of a Topical Formulation Containing
Metronidazole for Wound Odor and Exudate Control. Diakses 2 Juli 2013,
dari http://www.naccme.com/woundcare.
Keast, D., & Orsted, H. (2007) The basic principles of wound healing. Diakses 2
November 2009 dari http:// www.cawc.net
Kusminarto. (2005). Deteksi sangat dini kanker payudara, jawaban untuk
menghindar. Artikel Diakses 4Juli 2013 dari http://www.Depkes.pydr.htm.
Melina,Y. (2007). Efektifitas penggunaan kompres povidon iodine dan
permanganat kalium dalam penatalaksanaan luka kronis kanker
payudara.
Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Mujur A. (2011). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian berat badan lebih pada remaja. Artikel ilmiah.
Naylor, W. (2002b). Malignant wound: aetiology and principles of management.
Nursing standard. Melbourne: Ausumed Publications.
Olson, J. (2004). Belajar mudah farmakologi. Penerbit buku kedokteran. Jakarta :
EGC.
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ii
Potter, P., & Perry. (2001). A Fundamental of Nursing : concept, process &
practice,5Ed. Mosby Company, St. Louis.
Price, S. A., & Wilson, L. M.(2005). Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Editor bahasa indonesia
: Huriawati Hartanto. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ramli, M. (1995) Kumpulan kuliah ilmu bedah : kanker payudara. Jakarta :
FKUI.
Robbins, S. L., Kumar, V., & Cotran, R. S. (2002).Dasar patologi penyakit. Edisi
5. Alih bahasa : Tjarta, A., Himawan, S., Kurniawan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 1. Jakarta : EGC.
Sudiarto, Ta’adi, & Sudirman. (2005). Efek penggunaan NaCl 0,9% dan bethadin
dalam manajemen luka paska operasi mayor di BP RSUD Kraton
Pekalongan tahun 2005. Media penelitian dan pengembangan kesehatan.
Jakarta.
Supriyatin, Saryono,& Lutfatul . (2007). Efektifitas penggunaan metronidazole
dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka diabetik di RSUD
Margono Sukarjo Purwokerto. Jurnal keperawatan sudirman, volume 2 No
1.
Sutjipto. (2006). Permasalahan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara.
Artikel Juli 2013 dari http ://www.dharmais.co.id/new/content.php?page.
Teresa. (1992). Wound management. New york. Macmilan Publishing Company
Inc.
Tjay, T. H., & Raharja, K. (2002). Obat-obat penting : khasiat, penggunaan dan
efek samping. Edisi 5. Gramedia. Jakarta.
Wim D. J. (1997). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC.
Willkinson, Judith M.(2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosa
Nanda, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta; EGC
Asuhan keperawatan...,Yanita Astuti, FIK UI, 2013

You might also like