Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja, 2005).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.
Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik (Sarwono, 2014).
3
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik
dimana sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit
hanya ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot.
Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid yang memberi
kesan gangguan sperma sebagai penyebab (John, 2006).
4
2.4 Patogenesis
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat (John, 2006; Cunningham, 2006).
5
Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari
mola lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. (Hacker).
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
6
2.5 Klasifikasi
7
1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang
menyebabkan 10% pasien masuk RS
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit
lembab
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat
dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara
intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat
perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia
defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya
dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak
teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test
dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta
yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu
8
plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat
normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola
inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah
tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta
tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut
bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus
lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada
kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu (John,
2006).
2.7 Diagnosis
9
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang
berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat
dan kadang bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola
komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari
desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi)
oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa
mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
(1) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang
berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam
hormon β-HCG.
(2) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti
takikardi, tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya
gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan
karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300
mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Perut membesar
Palpasi :
Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan
janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi
parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
10
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang
menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit
β pasca mola (Cunningham, 2006).
Pemeriksaan kadar T3 /T4
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,
tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu
makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat
terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia,
kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran
sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).
B. Pemeriksaan Imaging
1. Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti
badai salju.
11
didiagnosis dalam trimester pertama menunjukkan kavitas
yang kurang dan vili yang lebih kecil. (Berkowitz RS, 2009).
Temuan ultrasonografi yang tidak termasuk ciri MH
biasanya dianggap menunjukkan missed abortion.
Peningkatan hCG yang tinggi pada saat pemeriksaan
ultrasonografi dapat membantu membedakan MHK dari
missed abortion. Namun, diagnosis pasti membutuhkan
konfirmasi oleh patolog. Pemeriksaan ultrasonografi seperti
pada gambar Gambar 2.1 dari pasien dengan MHK pada
trimester pertama. Menunjukkan perubahan vesikular
menyebar di dalam plasenta; kantung gestasional tidak ada
(Berkowitz RS, 2009).
Gambar 2.1
Sumber : The new England Journal of medicine(Berkowitz RS, Goldstein DP, 2009).
12
yang telah ditampilkan secara signifikan terkait dengan
kehadiran mola parsial termasuk perubahan kistik plasenta
secara fokal dan rasio transversal terhadap dimensi
anteroposterior kantung kehamilan yang lebih dari 1,5.
Temuan terakhir mungkin terkait dengan triploid. Di sebuah
penelitian, ketika kedua temuan telah dicatat, nilai prediktif
positif untuk mola parsial 87%, meskipun temuan ini belum
divalidasi. Pemeriksaan ultrasonografi seperti pada gambar
2.2 dari pasien dengan mola parsial trimester pertama.
Menunjukkan perubahan vesikular fokal di dalam plasenta
dan janin dengan kantung gestasional (bawah) (Berkowitz
RS, 2009).
Gambar 2.2
2. Foto Thorax
13
Ketika kehamilan mola didiagnosa, pemeriksaan thorax x-ray
sebaiknya dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis
paling utama terjadinya tumor trophoblastic.
2. 8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan
12 jam kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
c. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan
Kadar B-hCG
Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar β -hCG akan menurun
secara perlahan-lahan, sampai akhirnya tidak terdeteksi lagi. Waktu
rata-rata yang diperlukan untuk mencapai kadar normal (<5
mIU/ml) adalah 12 minggu. Ada beberapa jenis kurva regresi
antara lain yang dibuat oleh Mochizuki. Menurut Mochizuki pada
keadaan normal, β-hCG akan turun sebagai berikut
14
Bila terjadi distorsi dari kurva regresi yang normal,
(Martaadisoebrata, 2005).
15
dirawat kembali, untuk pemeriksaan yang lebih intensif, seperti
USG, foto toraks dan lain-lain.
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
Reaksi biologis dan imunologis :
o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai
kontrasepsi oral pil.
3. Sitostatika Profilaksis
16
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi
keganasan misalnya pada usia tua dan paritas tinggi yang menolak untuk
dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang
mencurigakan.
17
Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa
2.9 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini
dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola
masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
18
hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan
pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa
berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional (Sumapraja, 2005;
Cunningham, 2006).
2.10 Komplikasi
Atonia
Tiroktoksikosis
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
19
BAB III
Laporan Kasus
I. Anamnesa Pribadi:
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Suku : Islam
Alamat : Jl. Raew V Ling
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Status : Menikah
Riwayat Persalinan : G5P4A0
Tanggal Masuk : 18 Maret 2019
II. Anamnesis:
Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang : Hal ini dialami pasien 4 hari yang lalu pukul 21.00
WIB tanggal 14 Maret 2019, Keluar darah berwarna
merah gelap secara tiba-tiba disertai nyeri, ganti
doek 2x/hari. Mual dan muntah dijumpai, Riwayat
keluar jaringan seperti mata (-). Riwayat trauma (-).
Sesak nafas (-), Penurunan BB (-), Riwayat Operasi
(-), Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-).
Riwayat perut dikusuk (-). BAK dan BAB dalam
batas normal.
20
Riwayat Persalinan:
1. Perempuan, 3600 gram, aterm, psp, bidan, 12 tahun, sehat
2. Laki-laki, 3200 gram, aterm, psp, bidan, 9 tahun, sehat
3. Perempuan, 3800 gram, aterm, psp, bidan, 4 tahun, sehat
4. Hamil ini
Pemeriksaan Umum:
Kepala : Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera kuning (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : Vesikular
ST : Tidak ada
Ekstremitas Superior : Frekuensi nadi 78x/i, akral hangat
Inferior : Edema (-/-)
Status Obstetri:
Inspeksi
Abdomen : Membesar, soepel, peristaltik (+) normal.
Palpasi : Ballotement (-)
TFU : setentang pusat.
Gerak Janin : (-)
Denyut Jantung Janin : (-)
21
Status Ginekologi:
Inspekulo : Serviks tertutup, tampak darah merembes, dibersihkan, kesan
darah tidak aktif. Keluar jaringan (-) Porsio licin, erosi tidak
dijumpai.
V. Diagnosa:
Molahidatidosa
22
VI. Tindakan
- Rawat inap
- Kuretase
VII. Terapi:
- IVFD RL 20gtt/menit
- Inj. Asam traneksamat 1amp
VIII. Rencana:
- Cek TSH, T3, T4
- Foto thorax PA
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
O : Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
23
Abdomen : Membesar ,simetris , soepel,
peristaltik (+) N
P/V : (-)
BAK : (+)
DJJ : (-)
His : (-)
A : Molahidatidosa
P : - IVFD RL 20 gtt/i
R/ : Kuretase elektif
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan: 22 x/menit
Suhu : 36,0oC
P/V : (-)
BAK : (+)
24
A : Molahidatidosa
P : - IVFD RL 20 gtt/i
O : Sens : CM
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan: 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
P : - IVFD RL 20 gtt/i
25
- Inj. Methergin 1 amp/24 jam
O : Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan: 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
26
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
P/V : (-)
BAK : (+) N
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
Metergin tab 3 x 1
Vit B complex 2 x 1
Pasien PBJ
19 Maret 2019
Test Result Unit References
Hemoglobin 10,1 g% 12-16
Erythrocyte 3,76 106/mm3 4.0-5.40
Leucocyte 11600 /ul 4000-11000
Hematocrite 31,0 % 36.0-42.0
27
Trombosit 293 103/uL 150-400
Eosinophil 0,09 % 0.0-5.0
Basophil 0,02 % 0.0-1.0
Neutrophil 7,50 % 50-70
Lymphocyte 2,40 % 20.0-40.0
Monocyte 1,05 % 2.0-8.0
MCV 82,4 Fl 80.0-97.0
MCH 26,9 Pg 27.0-33.7
LAPORAN KURETASE
28
- Dilakukan pemasangan spekulum atas dan bawah dan portio dijepit oleh
tenakulum diarah jam 11.00
- Dilanjutkan dengan sondase uterus sepanjang ± 15 cm tampak ukuran uterus
20cm
- Dilakukan pengeluaran jaringan dengan oval klem. Dilakukan suction kuretase
tampak jaringan seperti mata ikan.
- Dilanjutkan dengan kuretase menggunakan sendok kuret tumpul searah jarum
jam dan dilanjutkan dengan sendok kuret tajam.
- kesan : bersih dan perdarahan (-)
- Tenakulum dilepas dan sims spekulum bawah dilepas
- Kondisi ibu post kuretase stabil. Kemudian jaringan dikirim ke lab PA
Post Kuretase :
TD : 100/60 mmHg
HR : 90 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,70C
Terapi :
1. Tirah baring
2. IVFD RL 20gtt/i
3. Inj. Methylergometrine 1 amp IV
4. Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ iv
5. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
6. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/iv
29
BAB IV
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Mola hidatidosa adalah penyakit yang Ny S, 32 tahun, G4P3A0, datang dengan
berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas keluhan keluar darah dari kemaluan.
plasenta atau calon plasenta dan disertai
Keluar darah berwarna merah gelap secara
dengan degenerasi kistik villi dan perubahan
tiba-tiba disertai nyeri, ganti doek 2x/hari
hidropik.
30
3. Mual Muntah yang berlebihan disertai nyeri, ganti doek 2x/hari dan tidak
4. Peningkatan b HCG yang tajam>300000 berbau.
5.Pada Pemeriksaan USG dijumpai
Vital sign :
gambaran sarang tawon / snow storm.
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 100x/i
Frekuensi Nafas : 21 x/i
Suhu : 36,8
Laboratorium :
HB/RBC/WBC/HT : 10,1/3,76/11,06/31,0
bHCG : 920400
Rencana:
- kuretase
31
32
BAB V
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34