You are on page 1of 2

PENATALAKSANAAN TINNITUS

Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena


psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat
diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan
ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus
yang terkadang sukar diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada
pengobatan yang efektif untuk tinitus subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus
dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas
suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus
masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien
bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap
hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya
untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan sedatif,
neurotonik, vitamin, dan mineral.
Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik
neuroma. Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan
Cochlear nerve section. Menurut literatur, dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan
keluhan pada pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section
merupakan tindakan yang paling terakhir yang dapat dilakukan. Pasien tinitus sering sekali
tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya, pemberian antidepresan dan
antiansietas sangat membantu mengurangi tinitus.
Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau klonazepam yang
dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepine yang biasanya
digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah amitriptyline atau
nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah golongan antidepresan
trisiklik.
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga
rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan
saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada
pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi
dengan gangguan tersebut. Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff,
berdasar pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik
dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining
Therapy.
Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus
dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi
hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat
menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna
berupa penurunan toleransi terhadap suara.
TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan
telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio
FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan
pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.
TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien.
Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya,
mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan
konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.
Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya:
• Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.
• Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang
merupakan salah satu penyebab tinitus.
• Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin- Hindari
obat-obatan yang bersifat ototoksik
• Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan

You might also like