You are on page 1of 3

Tugas Farmasi Klinik Dasar

Nama : Acep Hendra Punja Unggara


NIM : 11615012

Seorang pasien perempuan berusia 77 tahun dirawatdu suatu inap RS. Keluhan utama masuk rumah
sakit :
 Mual muntah berulang, lemah, sakit kepala,tidak mau makan
 Riwayat penyakit : CHF selam 2 tahun gagal ginjal kronis
Riwaya social
 Tinggal bersama anak perempuannya, suami sudah meninggal 8 tahun yang lalu.
 Riwayat pengobatan : tablet digoksin 250 mcg 1x1 dan tablet furosemide 2 x 80 mg
Pemeriksaan fisik :
 Perkembangan fisik baik, tanda vital : BP 140/100 mmHg, HR 80/menit, RR 20/menit suhu
tubuh normal, BB 50 kg TB 1555 cm
 HEENT normal, auskultasi dan perfusi jernih, abdomen tidak ada massa yang membesar atau
bengkak
 Anggota tubuh normal dan saraf normal
Biokimia darah
 Kalium : 2,5 mmol/L
 Urea : 40 mmol/L
 Cr seum : 3,4 mg/dL
 Digoksin : 3,5 mcg/L

Analisis SOAP
Subject
 Mual muntah berulang
 Lemah
 Sakit kepala dan tidak mau makan
 Riwayat penyakit : CHF selam 2 tahun gagal ginja kronis

Objective
 BP 140/100 mmHg
 HR 80/menit
 RR 20/menit
 Suhu tubuh normal (37 derajat selsius)
 BB 50 kg TB 155 cm, BMI = 20,83 kg/m2
 Kalium : 2,5 mmol/L
 Urea : 40 mmol/L
 Cr serum : 3,4 mg/dL
 Digoksin : 3,5 mcg/L

Analysis
 BP 140/100 mmHg hipertensi stage 1
 HR 80/menit
 RR 20/menit
 Suhu tubuh normal (37 derajat selsius)
 BB 50 kg TB 155 cm, BMI = 20,83 kg/m2  normal
 Kalium : 2,5 mmol/L  dibawah normal
 Urea : 40 mmol/L  diatas normal
 Cr serum : 3,4 mg/dL  diatas normal
 Digoksin : 3,5 mcg/L  overload (normal 0,5 – 0,8 mcg/L)

Berdasarakan analisis yang berasal dari data subjektif dan objekktif dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami keracunan digoxin. Hal tersebut terlihat dari kadar digoxin dalam darah yang
tinggi melebihi batas nilai konsentrasi efektif digoxin dalam darah. Selain itu gejala yang timbul
seperti mual muntah, disritmia nonkardiak disertai pusing merupakan gejala umum yang timbul
pada kasus keracunan pasien.
Berdasarkan hasil biokimia darah pasien terindikasi hypokalemia dengan kadar kalium dibawah
normal, beserta indikasi hipertensi stage 1 dengan tekanan darah 140/100 mmHg.

Planning
Penatalaksanaan yang efektif berdasarkan pada penemuan awal bahwa disritmia dan atau
manifestasi nonkardiak mungkin berhubungan dengan intoksikasi digoksin.
 Prinsip umum penatalaksanaan meliputi penilaian beratnya masalah dan penyebab
terjadinya toksisitas (misalnya, fungsi ginjal, dosis yang diberikan, obat yang diberikan
bersamaan, dan apakah dosis yang berlebihan sengaja atau tidak sengaja diberikan).
 Kedua, faktor-faktor yang mempengaaruhi pengobatan, antara lain usia, riwayat penyakit,
kronik tidaknya intoksikasi digitalis, adanya penyakit jantung dan atau gangguan fungsi ginjal,
dan yang paling penting perubahan EKG.
 Ketiga, penilaian kondisi hemodinamik, meliputi EKG 12 lead dan monitor jantung, begitu pula
perawatan di ICU dan akses intravena.
 Keempat, pengukuran elektrolit secara cepat, meliputi kalium dan kalsium, kreatinin, dan
kadar digitalis.
Pemantauan secara teratur kadar plasma digoksin selama terapi pemeliharaan tidak diperlukan
kecuali bila diduga ada masalah. Hipokalemia dapat memicu terjadinya toksisitas digitalis. Seperti
halnya pada orang dewasa, perhatian khusus harus juga diberikan pada anak-anak yang menggunakan
diuretika bersama dengan glikosida jantung agar terhindar dari hipokalemia. Pada anak hipokalemia
juga dapat memicu terjadinya toksisitas digitalis. Toksisitas ini dapat diatasi dengan menghentikan
penggunaan digoksin dan mengoreksi kondisi hipokalemia dengan pemberian diuretika hemat kalium
atau, jika diperlukan, suplemen kalium (atau pada anak, dapat diberikan makanan yang kaya akan
kalium).

Untuk mengatasi hipertensi bisa diberikan antihipertensi golongan ACEI. Bagi pasien dengan gagal
ginjal kronik proteinuria (rasio albumin urin dengan kreatinin≥ 30mg/mmol), terapi antihipertensi
seharusnya termasuk ACE inhibitor (derajat A) atau angiotensin- receptor blocker pada kasus yang
tidak toleran terhadap ACE inhibitor (derajat D).
 Tekanan darah seharusnya ditargetkan kurang dari 130/80 mm Hg (derajat C)
 Bagi pasien dengan gagal ginjal kronik nonproteinuria (rasio albumin dengan kreatinin
<30mg/mmol), terapi antihipertensi seharusnya termasuk baik ACE inhibitor (derajat B),
angiotensin-receptor blocker (derajat B), diuretik tiazid (derajat B), beta bloker (pasien yang
berusia 60 tahun atau kurang, derajat B) atau long acting calcium channel blocker (derajat B).
Catatan, pemberian antihipertensi diberikan setelah pasien selesai melakukan pnatalaksanaan
intoksikasi digoxin.

You might also like