Professional Documents
Culture Documents
11615010
JAWABAN :
Epidemiologi : Epilepsi menyumbang proporsi yang signifikan dari beban penyakit dunia,
mempengaruhi lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia. Proporsi perkiraan populasi umum
dengan epilepsi aktif (mis. Kejang berkelanjutan atau dengan kebutuhan pengobatan) pada
waktu tertentu adalah antara 4 dan 10 per 1.000 orang. Namun, beberapa penelitian di negara
berpenghasilan rendah dan menengah menunjukkan bahwa proporsinya lebih tinggi, antara
7 dan 15 per 1.000 orang (WHO, 2019).
Secara global, sekitar 2,4 juta orang didiagnosis menderita epilepsi setiap tahun. Di negara-
negara berpenghasilan tinggi, kasus-kasus baru tahunan adalah antara 30 dan 50 per 100.000
orang pada populasi umum. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, angka ini bisa
dua kali lebih tinggi. Ini kemungkinan karena peningkatan risiko kondisi endemik seperti
malaria atau neurocysticercosis; insiden kecelakaan lalu lintas jalan yang lebih tinggi; cedera
terkait kelahiran; dan variasi dalam infrastruktur medis, ketersediaan program kesehatan
preventif, dan perawatan yang dapat diakses. Hampir 80% penderita epilepsi tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
Insidensi epilepsi pada anak-anak berkisar antara 41-187 / 100.000. Kejadian yang lebih tinggi
dilaporkan dari negara-negara terbelakang, khususnya dari daerah pedesaan. Insiden ini
secara konsisten dilaporkan tertinggi pada tahun pertama kehidupan dan menurun ke level
orang dewasa pada akhir dekade pertama. Prevalensi epilepsi pada anak-anak secara
konsisten lebih tinggi daripada kejadian dan berkisar antara 3,2-5,5 / 1.000 di negara maju
dan 3,6-44 / 1.000 di negara-negara terbelakang. Prevalensi juga tampaknya tertinggi di
daerah pedesaan.
Patofisiologi : Epilepsi disebabkan oleh seizure yang terjadi secara mendadak. Seizure
merupakan hasil dari hipereksitabilitas neuronal dan hipersinkronisasi. Seizure terjadi ketika
sejumlah neuron mengalami hipereksitabilitas aktif secara tidak normal dalam keadaan
sinkron dan arus sinaptik (postsynaptic terminal) mengalami kerusakan dapat mengakibatkan
focal seizure yang dapat berpotensi menghasilkan generalized seizure (Dipiro, 2017).
Hipereksitabilitas terjadi dikarenakan peningkatan predisposisi neuron untuk berdepolarisasi
dan mengalami discharge ketika diberikan stimulasi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
kadar glutamat di daerah presynaptic dan menyebabkan peningkatan ion Na+ dan Ca2+
sebagai impuls, serta menurunkan ion K+ sehingga banyak impuls yang disalurkan menuju
daerah postsynaptic.
B. Guideline terapi :
C. Obat
Vellepsy (Asam
Valproate)
Indikasi Terapi tunggal
atau terapi
penunjang utk
pengobatan
kejang parsial &
kejang absence.
Dosis Awal : 15 mg/kg
BB/hr. Maks: 60
mg/kg BB/hr.
Aturan Pakai Sebaiknya
diberikan
NAURA SUFINA
11615010
bersama
makanan
Efek Samping Mual (diberi
dan penanganan antiemetik),
Sakit kepala
(pijat atau diberi
analgesik),
Tremor (Tidak
melakukan
aktivitas), diare
(diberi norit)
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Diketahui ada
ggn siklus urea,
peny hati, ggn
fungsi hati
Interaksi Fenitoin,
karbamazepin &
fenobarbital
(atau primidon)
dpt
meningkatkan
kadar bersihan
valproat hingga 2
kali lipat.
Aspirin,,
felbamat,
meropenem,
rifampin.
Asam valproat &
klonazepam dpt
merangsang
timbulnya status
absence pd
pasien dg
riwayat kejang
tipe absence.
Valproat
menggantikan
diazepam dari
tempat
ikatannya pd
albumin plasma
& menghambat
metabolisme
diazepam.
Metabolisme
NAURA SUFINA
11615010
etosuksimid
dihambat oleh
valproat. Waktu
paruh eliminasi
lamotrigine
meningkat dari
26 jam menjadi
70 jam pd
pemberian
bersama dg
valproat.
Pemberian
bersama
valproat &
lorazepam
disertai dengan
terjadinya
penurunan
bersihan
lorazepam dlm
plasma.
Kondisi Khusus Riwayat peny
hati
sebelummya,
pasien yg
mendapat terapi
dg beberapa
obat anti
konvulsan
sekaligus, anak
dg
ggn metabolik
kongenital atau
kejang berat yg
disertai retardasi
mental, peny
otak organik. Dpt
mengganggu
kemampuan utk
mengemudi atau
menjalankan
mesin. Hamil.
Anak <2 thn
Penyimpanan Pada suhu ruang
Awal 15 mg/kg BB/hr, selang 1 minggu, tingkatkan sebesar 5-10 mg/kg BB/hr, hingga
kejang terkendali atau efek samping menghalangi perbutukan gejala lebih lanjut.
Maks: 60 mg/kg BB/hr. Dosis >250 mg/hr harus diberikan dlm bbrp dosis terbagi.
Sebaiknya diberikan bersama makanan: Dpt diberikan bersama makanan utk
menghindari terjadinya iritasi sal cerna
F. Terapi Non-Farmakologi
- Melakukan diet ketogenik (diet tinggi lemak, cukup protein, dan rendah karbohidrat)
- Pembedahan dilakukan pada pasien yang tetap mengalami kejang meskipun sudah
mendapat lebih dari 3 agen antikonvulsan, adanya abnormalitas fokal, lesi epileptik yang
menjadi pusat abnormalitas epilepsi.