Professional Documents
Culture Documents
i
ii
KATA PENGANTAR
Bandung, 2019
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar .................................................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1.2 Klasifikasi
Pertumbuhan janin terhambat dapat diklasifikasikan menjadi simetris dan
asimetris. PJT simetris adalah janin yang secara proporsional berukuran badan
kecil. Gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20
minggu yang sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi.
Sementara itu PJT asimetris adalah janin yang berukuran badan tidak
proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III,
sering disebabkan oleh isufisiensi plasenta. 2,9
4
5
4. Fetal
a) Aneploidy :
- Trisomi 21
- Trisomi 18
- Trisomi 13
b) Kelainan bawaan
c) Infeksi virus, bakteri, protooa, atau spirochetecal
d) Janin ganda
b. Etiologi
PJT disebabkan dari faktor ibu, plasenta, janin, atau genetik, dan
PJT juga dapat terjadi karena kombinasi dari salah satu faktor ini.
Berbagai faktor ibu seperti usia ibu, interval antar kehamilan
(kurang dari 6 bulan atau 120 bulan atau lebih), kesehatan ibu,
kebiasaan perilaku, dan infeksi ibu mempengaruhi pertumbuhan
janin dan bertanggung jawab untuk menyebabkan PJT.
Ketidakcocokan antara pasokan nutrisi oleh plasenta dan
permintaan janin juga menyebabkan PJT. Malformasi janin,
kesalahan metabolisme bawaan, dan kelainan kromosom
bertanggung jawab untuk PJT dalam beberapa kasus. Dengan
kemajuan terbaru dalam biologi molekuler dan genetika, peran
berbagai polimorfisme gen ibu, janin, dan plasenta menjadi penting.
dan sekarang telah terlibat sebagai penyebab PJT.9
8
2.1.4 Komplikasi11
a. Fetal
1. Kematian janin
2. Pemantauan janin yang tidak terkendali
3. APGAR skor rendah
4. PH tali pusat rendah
b. Neonatal
1. Kelahiran prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Kematian
9
3. Asfiksia
4. Anencepalopati hipoksik-iskemik
5. Stroke dan kejang perinatal
6. Keterlambatan perkembangan saraf
7. Sindrom aspirasi mekonium
8. Hipoglikemi
9. Hipotermia
c. Implikasi Jangka Panjang untuk Orang Dewasa
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Meningkatnya risiko penyakit jantung iskemik
3. Peningkatan risiko diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin
melalui HPHT maka lakukan rujukan untuk USG pada usia 8-12
minggu dan ikuti perkembangan janin.
d. IPPS dan MSS. Tawarkan semua wanita untuk melakukan
skrining genetik prenatal yang sesuai dengan usia ibu saat
melahirkan. Skrining genetik serum dapat mendeteksi wanita
berisiko tinggi memiliki janin PJT dengan penentuan kelipatan
median dari PAPP ‐ A, HCG, dan AFP.
e. Palpasi abdomen. Palpasi abdomen adalah metode skrining yang
tidak akurat untuk PJT; namun dapat mendeteksi janin KMK
sebesar 30%, sehingga tidak boleh rutin digunakan dan perlu
tambahan pemeriksaan biometri janin.
f. Mengukur Tinggi Fundus Uteri. Pengukuran tinggi fundus
akurasinya terbatas untuk mendeteksi janin KMK, sensitivitas 56-
86%, spesifisitas 80-93%. Dengan jumlah sampel 2941, sensitifitas
27%, spesifisitas 88%. Pengukuran TFU secara serial akan
meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas, sehingga dianjurkan
pada kehamilan diatas usia 24 minggu. Namun demikian,
pengukuran TFU tersebut tidak meningkatkan luaran perinatal.
g. Pemeriksaan ultrasonografi sebagai tambahan untuk skrining.
Studi telah menunjukkan bahwa penilaian ultrasonik rutin ukuran
janin pada akhir kehamilan menghasilkan lebih banyak intervensi
tanpa bukti manfaat bagi bayi. Namun, dengan kecurigaan klinis
yang meningkat dari PJT, biometri ultrasonik berkala dengan
interval 2 minggu menilai kecepatan pertumbuhan janin, yang jauh
lebih penting daripada biometri janin statis. Itu penanda biometrik
yang penting adalah AC atau EFW; rasio HC.
h. Mengukur indeks cairan amnion (ICA), Doppler,
kardiotokografi (KTG) dan profil biofisik. Metode tersebut
bersifat lemah dalam mendiagnosis PJT. Metaanalisis
menunjukkan bahwa ICA antepartum < 5 cm meningkatkan angka
bedah sesar atas indikasi gawat janin. ICA dilakukan setiap minggu
atau 2 kali seminggu tergantung berat ringannya PJT. USG Doppler
11
2.1.6 Penatalaksanaan11
a. Diskusi
Diskusi dengan bidan lain atau dengan dokter yang dianjurkan jika
ditemukan faktor-faktor risiko sebagai berikut :
1. Kondisi sosial ekonomi rendah
2. Merokok
3. Riwayat BBLR
4. Persalinan sebelumnya kurang dari 12 bulan
5. Malnutrisi
12
2.1.8 Prognosis
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT lebih
tinggi daripada kehamilan yang normal. Morbiditas perinatal antara lain
prematuritas, oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatnya
angka SC, asfiksia intrapartum, skor Apgar yang rendah, hipoglikemia,
hipokalsemi, polisitemi, hiperbilirubinemia, hipotermia, apnea, kejang
dan infeksi. Mortalitas perinatal dipengaruhi beberapa faktor, termasuk
derajat keparahan PJT, saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan
penyebab dari PJT. Makin kecil persentil berat badan makin tinggi
angka kematian perinatal.2
Pola kecepatan pertumbuhan bayi KMK bervariasi, pertumbuhan
tinggi badan dan berat badan bayi preterm KMK yang PJT lebih lambat
dibandingkan bayi preterm yang sesuai masa kehamilan dan tidak
mengalami PJT. Bukti epidemiologis menunjukkan adanya KMK
dengan peningkatan risiko kejadian kadar lipid darah yang abnormal,
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik pada masa
dewasa (hipotesis Barker). 2
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
4
5
DAFTAR PUSTAKA
2. (PNPK, 2016)
5. Pusdatin (2010)