You are on page 1of 21

Mata Kuliah: Obstretri dan Ginekologi Terkini

PERTUMBUHAN JANIN TERGANGGU (PJT)


Disusun Oleh :

Nama NPM Prodi

Inggrid Agatha Diru (130121180520) S2 Kebidanan

PROGRAM PASCASARJANA KEBIDANAN


UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG
TA. 2018/2019

i
ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur dan limpahan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan


makalah yang berjudul “Pertumbuhan Janin Terganggu”. dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan bernilai untuk para pembaca yang membutuhkan referensi
tentang Obstetri dan Ginekologi Terkini khususnya Petumbuhan Janin
Terganggu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Obstetri dan Ginekologi Terkini. Makalah ini membahas segala aspek yang
berkaitan dengan Petumbuhan Janin Terganggu dalam Obstetri dan Ginekologi
Terkini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 2019

Tim Penyusun
iii

DAFTAR ISI

Halaman
Kata pengantar .................................................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Ontologi....................................................................................... 4
B. Istilah dalam Ontologi .................................................................................... 5
C. Obyek-obyek dalam Ontologi ....................................................................... 7
D. Aliran-aliran dalam Ontologi ......................................................................... 9
E. Hakikat Ontologi ......................................................................................... 14
F. Perkembangan Manusia Menjelaskan Fenomena Alam ............................. 15
G. Hubungan Ontologi dengan Epistemologi dan Aksiologi............................ 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut PNPK (2016) “Bayi kecil masa kehamilan adalah masalah tersering
dengan morbiditas dan mortalitas neonatus terutama di negara berkembang. Bayi
kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga small for gestational age (SGA) sering
disamakan dengan bayi dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau
intrauterine growth restriction (IUGR). Angka mortalitas PJT meningkat 3-8 kali
dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal. Masalah morbiditas
neonatus yang dapat terjadi termasuk terhambat perkembangan neurologis”.
Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin didalam rahim sehingga
parameter janin tersebut berada dibawah 10 persentil (<2 SD) dan umur
kehamilan yang seharusnya.1
Sekitar ±80-85% PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun atau
insufisiensi utero-plasenta dan sekitar 20% akibat karena potensi tumbuh yang
kurang. Potensi tumbuh yang kurang tersebut disebabkan oleh kelainan genetik
atau kerusakan lingkungan.2
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada
bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
pertumbuhan selama kehamilan. Presentasi BBLR antara 0,1 – 5,7 , dan BBLR
Jawa Barat sebesar 2,2% dari jumlah bayi yang ditimbang , jumlah tertinggi Berat
Badan lahir Rendah terdapat di Kab Kuningan (5,7%) , dan terrendah di Kota
Bogor (03%). Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai
kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi serta mudah terserang
komplikasi. Masalah pada BBLR pada umumnya sering terjadi akibat gangguan
pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro
intestinal, ginjal, dan termoregulasi.3
Penyebab lainnya Berat Badan Lahir Rendah bisa terjadi karena faktor
genetik, mulai dari orang tuanya yang memang kecil atau pendek. Dapat juga

1
2

disebabkan karena masalah plasenta seperti pre-eklampsia, atau kurangnya aliran


darah menuju ke bayi selama kehamilan. Semua itu dapat menyebabkan
pertumbuhan bayi menjadi terhambat karena tidak mendapat asupan oksigen dan
nutrisi yang cukup. Selain masalah plasenta, aliran darah ke bayi juga bisa
dipengaruhi oleh tekanan darah tinggi yang dimiliki oleh seorang ibu, beberapa
kondisi kesehatan dan masalah emosional yang juga dapat memperlambat
pertumbuhan bayi diantaranya adalah Ibu tidak memakan makanan yang bergizi
selama kehamilan, memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal,
atau diabetes, stres berat selama kehamilan.4
Salah satu upaya deteksi dini dan pencegahan yang dapat dilakukan oleh
bidan yakni dengan cara melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu
hamil yang perlu dilakukan secara teratur. Hal tersebut memiliki tujuan untuk
dapat menyiapkan fisik dan mental ibu dan anak secara optimal selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga ibu dan anak dalam kondisi sehat.
Upaya tersebut juga bertujuan agar dapat sesegera mungkin mengetahui faktor
resiko, komplikasi yang terjadi pada ibu, dengan demikian maka diharapkan
angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi dapat berkurang.5,6
Sebagai upaya dalam meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan
jaringannyaserta rumah sakit rujukan menyelenggarakan berbagai upaya
kesehatan, upaya peningkatan kesehatan bersifat promotif, preventif,
maupun kuratif dan rehabilitatif. Beberapa upaya tersebut berupa
pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinanoleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi, pelayanan KB dan kesehatanreproduksi.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengansehat,
bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. maka, setiap ibu hamil
harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatanuntuk mendapatkan
pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinanadanya masalah/penyakit
yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatanibu dan janin yang
dikandungnya.7
3

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana tatacara deteksi dini dan pencegahan PJT BBLR sesuai
dengan wewenang kebidanan.
1.2.2 Bagaimana cara pengelolaan PJT dan BBLR sesuai dengan tugas pokok
bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
sehingga mampu memahami dan menerapkan penanganan masalah PJT
BBLR.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Memahami defenisi, penyebab, pathofisiologis hingga pengelolaan
PJT BBLR sesuai dengan wewenang kebidanan.
b. Menerapkan upaya pencegahan dan deteksi dini pada masalah PJT
BBLR oleh bidan pada pelayanan kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT


2.1.1 Definisi
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau sering disebut juga Intrauterine
Growth Restriction (IUGR) mengacu pada suatu kondisi di mana bayi yang
belum lahir lebih kecil dari seharusnya karena tidak tumbuh pada tingkat
normal di dalam rahim.8
Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) atau disebut juga Small Gestasion
Age (SGA) mengacu pada berat di bawah persentil ke-10 untuk usia kehamilan
sesuai grafik pertumbuhan populasi.9,10 ini tidak menggambarkan suatu
kelainan pertumbuhan patologis, bahkan hanya menggambarkan taksiran berat
janin yang dibawah kisaran normal. 2
PJT tidaklah sama dengan janin KMK. Beberapa PJT adalah janin KMK,
sementara 50-70% janin KMK adalah janin konstitusional kecil dengan
pertumbuhan janin yang sesuai dengan ukuran dan etnis ibu. Pertumbuhan
janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara
genetik yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan pada
janin seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya volume
cairan ketuban. Dengan demikian, PJT adalah ketidakmampuan janin
mempertahankan pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva
pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau tanpa adanya KMK.2

2.1.2 Klasifikasi
Pertumbuhan janin terhambat dapat diklasifikasikan menjadi simetris dan
asimetris. PJT simetris adalah janin yang secara proporsional berukuran badan
kecil. Gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20
minggu yang sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi.
Sementara itu PJT asimetris adalah janin yang berukuran badan tidak
proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III,
sering disebabkan oleh isufisiensi plasenta. 2,9

4
5

Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal kehamilan


yaitu saat fase hiperplapsia (biasanya akibat kelainan kromosom dan infeksi),
akan menyebabkan PJT yang simetris. Jumlah sel berkurang dan secara
permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan prognosis jelek.
Penampilan klinis berupa proporsi tubuh yang tampak normal karena berat dan
panjang sama-sama terganggu, sehingga indeks ponderal normal. Sementara
itu, jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada saat kehamilan
lanjut, yaitu saat fase hipertrofi (biasanya akibat gangguan fungsi plasenta,
misal pada preeklampsia), akan menyebabkan ukuran sel berkurang,
menyebabkan PJT asimetris yang mempunyai prognosis lebih baik. Lingkaran
perut kecil, skeletal dan kepala normal, dan indeks ponderal abnormal. 2
Tabel 1. Perbedaaan PJT Simetris dan Asimetris9
6

2.1.3 Faktor Risiko dan Etiologi


a. Faktor Risiko11
1. Ekstrinsik / Eksternal
a) Paparan teratogenik dan toksik
b) Nutrisi ibu : kontroversial
c) Status sosial ekonomi rendah
d) Hidup di negara berkembang
2. Maternal
a) Berat badan sebelum hamil rendah < 100 lbs
b) Jarak kehamilan < 18-24 bulan dari kelahiran sampai
konsepsi
c) Maternal mordibitas
- Hipertensi kronik dan hipertensi dalam kehamilan
- Hipertensi kronik atau hipertensi dalam kehamilan
terkait disfungsi ginjal
- Diabetes mellitus
- Asma
- Penyakit mulut dan gigi
- Penyakit jantung sianotik
- Anemia bulan sabit atau anemia yang diturunkan
- Gangguan autoimun (sindrom antibodi antifosfolipid,
lupus)
- Penyakit radang usus
d) Infeksi : TORCH, sipilis, TB, hepatitis, malaria, listeriosis
e) Merokok, alkohol, dan pengguna narkotika
3. Plasenta
a) Anomali rahim yang mempengaruhi implantasi plasenta
b) Solusio plasenta
c) Plasenta previa
d) Insersi yang tidak normal
e) Insufisiensi uterus-plasenta yang sekunder akibat mordibitas
ibu
7

4. Fetal
a) Aneploidy :
- Trisomi 21
- Trisomi 18
- Trisomi 13
b) Kelainan bawaan
c) Infeksi virus, bakteri, protooa, atau spirochetecal
d) Janin ganda
b. Etiologi
PJT disebabkan dari faktor ibu, plasenta, janin, atau genetik, dan
PJT juga dapat terjadi karena kombinasi dari salah satu faktor ini.
Berbagai faktor ibu seperti usia ibu, interval antar kehamilan
(kurang dari 6 bulan atau 120 bulan atau lebih), kesehatan ibu,
kebiasaan perilaku, dan infeksi ibu mempengaruhi pertumbuhan
janin dan bertanggung jawab untuk menyebabkan PJT.
Ketidakcocokan antara pasokan nutrisi oleh plasenta dan
permintaan janin juga menyebabkan PJT. Malformasi janin,
kesalahan metabolisme bawaan, dan kelainan kromosom
bertanggung jawab untuk PJT dalam beberapa kasus. Dengan
kemajuan terbaru dalam biologi molekuler dan genetika, peran
berbagai polimorfisme gen ibu, janin, dan plasenta menjadi penting.
dan sekarang telah terlibat sebagai penyebab PJT.9
8

Gambar 1. Faktor Penyebab Terjadinya PJT9

Tabel 2. Etiologi pertumbuhan janin terhambat


Faktor Maternal Faktor Plasenta Faktor Janin
- Hipertensi dalam kehamilan - Sindroma twin to - Infeksi pada janin seperti
- Penyakit jantung sianosis twin transfusion HIV, cytomegalovirus,
- Diabetes melitus lanjut - Kelainan plasenta rubella, herpes,
- Hemoglobinopati - Solusio plasenta toksoplasmosis, syphilis
- Penyakit autoimun kronik - Kelainan
- Malnutrisi - Plasenta previa kromosom/genetik
- Merokok - Kelainan insersi tali Trisomy 13, 18, dan 21,
- Narkotika pusat triploidy, Tumer’s
- Kelainan uterus - Kelainan tali pusat syndrome, penyakit
- Trombofilia metabolisme)
2

2.1.4 Komplikasi11
a. Fetal
1. Kematian janin
2. Pemantauan janin yang tidak terkendali
3. APGAR skor rendah
4. PH tali pusat rendah
b. Neonatal
1. Kelahiran prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Kematian
9

3. Asfiksia
4. Anencepalopati hipoksik-iskemik
5. Stroke dan kejang perinatal
6. Keterlambatan perkembangan saraf
7. Sindrom aspirasi mekonium
8. Hipoglikemi
9. Hipotermia
c. Implikasi Jangka Panjang untuk Orang Dewasa
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Meningkatnya risiko penyakit jantung iskemik
3. Peningkatan risiko diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin

2.1.5 Pedoman untuk Skrining dan Diagnosis


Identifikasi PJT meningkat dengan penanggalan yang akurat, ibu
yang peka, observasi dan komunikasi, dan penggunaan metode skrining
yang tepat. Skrining untuk PJT adalah peran bidan. Metode skrining
untuk PJT dimasukkan dan secara rutin dipekerjakan dalam praktik
asuhan kebidanan yang kompeten. 11
Pedoman untuk skrining dan diagnosis PJT yaitu sebagai berikut :2,11
a. Lengkapi riwayat kesehatan ibu secara menyeluruh. Pada
permulaan pemeriksaan kebidanan, lakukan pemeriksaan medis
menyeluruh, riwayat obstetri, riwayat sosial dan keluarga dengan
pemeriksaan dan diskusi yang cermat dari setiap faktor risiko untuk
PJT; perbarui riwayat kesehatan ini sebagaimana diperlukan selama
kunjungan lanjutan.
b. Tawarkan informasi dan dukungan penghentian merokok.
Penelitian menunjukkan bahwa berat badan neonatal meningkat
dengan berhenti merokok selama kehamilan.
c. Menentukan tafsiran persalinan sedini mungkin dengan melihat
riwayat menstruasi. Jika usia kehamilan tidak dapat ditentukan
10

melalui HPHT maka lakukan rujukan untuk USG pada usia 8-12
minggu dan ikuti perkembangan janin.
d. IPPS dan MSS. Tawarkan semua wanita untuk melakukan
skrining genetik prenatal yang sesuai dengan usia ibu saat
melahirkan. Skrining genetik serum dapat mendeteksi wanita
berisiko tinggi memiliki janin PJT dengan penentuan kelipatan
median dari PAPP ‐ A, HCG, dan AFP.
e. Palpasi abdomen. Palpasi abdomen adalah metode skrining yang
tidak akurat untuk PJT; namun dapat mendeteksi janin KMK
sebesar 30%, sehingga tidak boleh rutin digunakan dan perlu
tambahan pemeriksaan biometri janin.
f. Mengukur Tinggi Fundus Uteri. Pengukuran tinggi fundus
akurasinya terbatas untuk mendeteksi janin KMK, sensitivitas 56-
86%, spesifisitas 80-93%. Dengan jumlah sampel 2941, sensitifitas
27%, spesifisitas 88%. Pengukuran TFU secara serial akan
meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas, sehingga dianjurkan
pada kehamilan diatas usia 24 minggu. Namun demikian,
pengukuran TFU tersebut tidak meningkatkan luaran perinatal.
g. Pemeriksaan ultrasonografi sebagai tambahan untuk skrining.
Studi telah menunjukkan bahwa penilaian ultrasonik rutin ukuran
janin pada akhir kehamilan menghasilkan lebih banyak intervensi
tanpa bukti manfaat bagi bayi. Namun, dengan kecurigaan klinis
yang meningkat dari PJT, biometri ultrasonik berkala dengan
interval 2 minggu menilai kecepatan pertumbuhan janin, yang jauh
lebih penting daripada biometri janin statis. Itu penanda biometrik
yang penting adalah AC atau EFW; rasio HC.
h. Mengukur indeks cairan amnion (ICA), Doppler,
kardiotokografi (KTG) dan profil biofisik. Metode tersebut
bersifat lemah dalam mendiagnosis PJT. Metaanalisis
menunjukkan bahwa ICA antepartum < 5 cm meningkatkan angka
bedah sesar atas indikasi gawat janin. ICA dilakukan setiap minggu
atau 2 kali seminggu tergantung berat ringannya PJT. USG Doppler
11

pada arteri uterina memiliki akurasi yang terbatas untuk


memprediksi PJT dan kematian perinatal.
i. Bentukan arteri uterus. Sebagai tambahan ultrasonik untuk MoM
abnormal PAPP-A, HCG, atau AFP, dengan ibu penyakit kronis,
atau memiliki riwayat kasus kebidanan, bentukan arteri umbilikalis
bertahan di luar 24 minggu (setelah invasi kedua dari trofoblas
plasenta ke dalam arteri spiral uterus) secara signifikan terkait
dengan peningkatan risiko PJT.
j. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference
(AC). Metode ini lebih akurat untuk mendiagnosis KMK. Pada
kehamilan risiko tinggi dengan AC <10 persentil memiliki
sensitifitas 72,9-94,5% dan spesifisitas 50,6-83,8% untuk
mendiagnosis KMK. Pengukuran AC dan TBJ ini dapat
memprediksi luaran perinatal yang jelek. Namun pada kehamilan
risiko rendah, dibuktikan dari Systematic Review dalam Cohrane
database bahwa pemeriksaan USG setelah umur kehamilan 24
minggu tidak meningkatkan luaran perinatal. 2,11
Setelah skrining menghasilkan kecurigaan tinggi terhadap PJT,
diagnosis lebih lanjut, pengawasan dan manajemen oleh ahli. Namun,
sangat penting untuk memberikan perawatan bersama atau perawatan
suportif dalam hal rujukan, bidan harus terbiasa dengan metode
diagnosis dan potensi opsi manajemen yang didukung oleh literatur.11

2.1.6 Penatalaksanaan11
a. Diskusi
Diskusi dengan bidan lain atau dengan dokter yang dianjurkan jika
ditemukan faktor-faktor risiko sebagai berikut :
1. Kondisi sosial ekonomi rendah
2. Merokok
3. Riwayat BBLR
4. Persalinan sebelumnya kurang dari 12 bulan
5. Malnutrisi
12

6. Riwayat hiperternsi kronik atau hipertensi kehamilan.


b. Konsultasi
Konsultasi dengan dokter yang dianjurkan :
1. Dalam kasus dimana riwayat medis menunjukkan faktor risiko
yang kuat untuk PJT, termasuk :
a) Kondisi medis saat ini
b) Riwayat BBLR lebih dari satu kali
c) Riwayat eklamsia
d) Rubella selama trimester pertama kehamilan
e) Hipertensi dalam kehamilan
f) Abnormal PAPP-A, APF, atau HCG MoM dari srining
genetik serum, lakukan rujukan ke klinik atau perinatologi,
diskusikan dan dokumentasikan dengan tepat.
c. Rujukan
Rujukan mungkin merupakan hasil konsultasi antenatal dengan
dokter kandungan tergantung pada diagnosis dan presentasi klinis
PJT dan rencana manajemen terbaik dan hasil diskusi antara
seorang ibu, bidan, dan konsultan. Jika ditemukan PJT berkaitan
dengan kasus-kasut berikut, rujukan merupakan pilihan yang paling
tepat :
1. Kondisi medis serius seperti penyakit jantung atau ginjal dengan
gagal ginjal, IDDM
2. Kehamilan ganda (selain kembar)
3. Pre eklamsia dan eklamsia
4. Hipertensi berat
d. Diagnosis
Diagnosis terjadi melalui konsultasi dengan dokter kandungan.
e. Pegawasan
1. Menghitung gerakan harian janin. Wanita yang berisiko lebih
tinggi terkena PJT harus diperintahkan harus melakukan
penghitungan pergerakan janin setiap hari mulai usia kehamilan
26-32 minggu.
13

2. Meningkatkan interval pengawasan janin. Berdasarkan temuan


pengawasan awal, angka dan metode surveilans janin dapat
meningkat atau meluas hingga mencakup biometri
ultrasonografi untuk kecepatan pertumbuhan, dopler arteri
umbilikalis, vena umbilikalis, dan studi Doppler MCA.
3. Penambahan profil biofisik. Profil biofisik bukan teknik
pengawasan primer yang disarankan untuk PJT. Namun, jika
Doppler arteri umbilikalis abnormal, profil biofisik mungkin
berguna untuk membantu pada saat persalinan.
4. Persalinan iatrogenik yang tepat waktu. Pertimbangan usia
kehamilan dan ukuran kematangan paru janin harus
diperhitungkan dalam waktu persalinan; jika prematur,
peningkatan pengawasan dapat diterapkan untuk memantau dan
mendukung janin sampai aterm atau sampai risiko yang terkait
dengan PJT lebih besar daripada risiko PJT kelahiran prematur.
5. Pemberian steroid antenatal untuk meningkatkan kematangan
paru janin.
2.1.7 Pedoman untuk Perawatan Intrapartum dengan klien yang
didiagnosis dengan PJT
a. Disarankan bahwa persalinan terjadi di unit dengan keahlian dan
fasilitas neonatal yang optimal; diskusi pilihan informasi tentang
tempat lahir.
b. Pemantauan janin intrapartum secara berkala direkomendasikan
oleh College of Midwives Of British Columbia (CMBC) dan The
Obstetricians and Gynaecologists of Canada (SOGC) untuk PJT.
c. Mengingat tingkat asfiksia yang lebih tinggi pada janin PJT,
persiapan untuk membersihkan jalan napas harus tersedia.
d. Staf Neonataologi harus hadir pada janin yang belum aterm atau
yang memiliki PJT berat.
e. Dalam kasus di mana janin PJT / KMK tidak diketahui pada saat
skrining antenatal dan neonatus memiliki berat <2500 gram pada
saat persalinan, bidan harus berkonsultasi dengan dokter anak. 11
14

2.1.8 Prognosis
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT lebih
tinggi daripada kehamilan yang normal. Morbiditas perinatal antara lain
prematuritas, oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatnya
angka SC, asfiksia intrapartum, skor Apgar yang rendah, hipoglikemia,
hipokalsemi, polisitemi, hiperbilirubinemia, hipotermia, apnea, kejang
dan infeksi. Mortalitas perinatal dipengaruhi beberapa faktor, termasuk
derajat keparahan PJT, saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan
penyebab dari PJT. Makin kecil persentil berat badan makin tinggi
angka kematian perinatal.2
Pola kecepatan pertumbuhan bayi KMK bervariasi, pertumbuhan
tinggi badan dan berat badan bayi preterm KMK yang PJT lebih lambat
dibandingkan bayi preterm yang sesuai masa kehamilan dan tidak
mengalami PJT. Bukti epidemiologis menunjukkan adanya KMK
dengan peningkatan risiko kejadian kadar lipid darah yang abnormal,
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik pada masa
dewasa (hipotesis Barker). 2

2.2 HUBUNGAN PJT DENGAN BBLR


15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

4
5
DAFTAR PUSTAKA

1. (PPK OBGIN, 2015)

2. (PNPK, 2016)

3. (Dinkes Jabar, 2016)

4. (Dinkes Jabar, 2016)

5. Pusdatin (2010)

6. Sri Dinengsih (2017

7. (PPA Terpadu, 2010)

8. WebMD Medical Reference Reviewed. Intrauterine Growth Restriction diakses


10 April 2019. Tersedia dari https://www.webmd.com/baby/iugr-intrauterine-
growth-restriction#1. 2018

9. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine Growth Restriction : Antenanal


and Postnatal Aspects. Libertas Academica. 2016; (10): 67-83

10. Health if Children. Intrauterine Growth Restriction diakses 10 April 2019.


Tersedia dari http://www.healthofchildren.com/I-K/Intrauterine-Growth-
Retardation.html

11. Departement of Midwifery. Intrauterine Growth Restriction (IUGR).


Providance Health Care. 2010; 1-7

You might also like