You are on page 1of 33

PROPOSAL PENELITIAN

“ANALISIS KECEMASAN PADA ATLET MAHASISWA PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN”

Mata Kuliah: Metode Penelitian Kualitatif


Dosen Pengampu: Ernita Zakiah Harahap S.Psi., M.Psi
Kelas: Senin, Pukul 14.00-16.50

Disusun oleh:

Kelompok 8
Ahmad Zakiy 1801617206
Dwita Utami Damayanti 1801617072
Presley Ginting 1801617130
Siti Rizqi Shofiana K 1801617139

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :Ahmad Zakiy 1801617206


Dwita Utami Damayanti 1801617072
Presley Ginting 1801617130
Siti Rizqi Shofiana K 1801617139

Fakultas/ Jurusas :Fakultas Pendidikan Psikologi/ Psikologi

Judul Usulan Penelitian : ANALISIS KECEMASAN PADA ATLET MAHASISWA


PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN

Dosen Pengampu : Ernita Zakiah Harahap S.Psi., M.Psi

Jakarta, 15 Januari 2019


Dosen Pengampu,

Ernita Zakiah Harahap S.Psi., M.Psi


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 4

LEMBAR PENGESAHAN 4

DAFTAR ISI 4

BAB I: PENDAHULUAN 4

A. Identifikasi Masalah 5
B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat PeneliTian 5

BAB II: LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUL 4

A. Landasan Teori 4

B. Kerangka Konseptual 5

C. Penelitian yang Relevan 5

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 4

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 5


B. Tempat dan Waktu Penelitian 5
C. Subjek Penelitian 5
D. Langkah-Langkah Penelitian 5

DAFTAR PUSTAKA 5
LAMPIRAN 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan fisik dan kesehatan mental merupakan dua hal yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satunya mengalami masalah maka akan
memberikan pengaruh juga kepada yang lainnya. Sehingga terdapat suatu ungkapan
“Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Maka dari itu penting bagi kita
untuk menjaga kesehatan tidak hanya fisik tapi juga kesehatan mental. Olahraga
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan seseorang untuk menjaga
kesehatannya. Berolahraga secara teratur dan sesuai dengan porsinya selain akan
memberikan dampak yang baik bagi tubuh juga akan berdampak baik bagi kesehatan
mental. Berolahraga juga dapat meningkatkan rasa bahagia dengan memicu hormon yang
menimbulkan rasa bahagia seperti adrenalin, serotonin, dopamin dan endorphin.

Atlet merupakan seorang olahragawan yang ahli dalam satu bidang olahraga
tertentu. Untuk menjadi atlet yang berprestasi dibutuhkan kerja keras yang tidak mudah,
mereka harus siap secara fisik maupun mental untuk dapat memenangkan suatu
pertandingan. Seorang atlet yang sudah berlatih keras tetap dapat kalah dalam
pertandingan jika tidak memiliki kesiapan mental, salah satunya adalah munculnya emosi
negatif seperti kecemasan. Kecemasan muncul dalam beberapa gelaja meliputi perasaan
khawatir, was-was, dan ketakutan. Hal ini dapat menyebabkan seorang atlet gagal dalam
pertandingannya bukan karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, melainkan ia
tidak dapat memaksimalkan kemampuannya dikarenakan emosi negatif yang muncul
tersebut. Sebagai penunjang kesiapan atlet yang maksimal dibutuhkan juga pembinaan
secara psikologis untuk meminimalisir munculnya emosi negatif. Perlu diketahui pula
dari bagaimana kecemasan itu muncul dan dampak apa saja yang disebabkan olehnya
sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat untuk meminimalisirnya. Sebab
untuk mencari solusi dari suatu permasalahan kita harus mempelajari dan mengetahui
dulu dari mana dan bagaimana permasalahan tersebut berlangsung, dalam hal ini
kecemasan pada atlet saat menjelang pertandingan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini dirasa
penting untuk dilaksanakan agar dapat mengetahui bagaimana kecemasan dapat terjadi
pada atlet dan bagaimana pengaruhnya. Sehingga penelitian ini akan mengambil judul
“Analisis Kecemasan Atlet Mahasiswa Psikologi UNJ Dalam Menghadapi Pertandingan”

B. Identifikasi Masalah
Dari latarbelakang yang sudah diuraikan diatan maka didapati identifikasi masalah
sebagai berikut:
A. Apa yang menjadi penyebab munculnya kecemasan pada atlet?
B. Bagaimana dampak dari perasaan cemas tersebut terhadap performa seorang
atlet?
C. Bagaimana atlet tersebut menangani kecemasannya?

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang pada penelitian ini adalah “Analisis Kecemasan Pada Atlet
Dalam Menghadapi Pertandingan”

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelian yang dilakukan pada atlet mahasiswa Fakultas Pendidikan
Psikologi Universitas Negeri Jakarta ini dibuat adalah untuk menganalisis bagaimana
perasaan cemas yang muncul pada atlet yang hendak bertanding. Apa penyebab
munculnya kecemasan tersebut, dampaknya, serta bagaimana atlet tersebut dapat
menangani perasaan cemas yang muncul tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis, dan praktis. Adapun
manfaat tersebut sebagai berikut :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,


pengetahuan, gambaran dan informasi akan kecemasan yang muncul pada atlet saat
menjelang pertandingan.
BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Landasan Teoritis

A.1. Definisi Kecemasan


Kecemasan merupakan reaksi situasional terhadap berbagai rangsangan stres.
Cashmore (2002) (dalam Rizki Mahakharisma, 2014: 8) menyatakan bahwa
kecemasan mengacu kepada emosi yang tidak menyenangkan dan ditandai dengan
perasaan samar, tetapi terus menerus merasa prihatin dan kekuatan. Kecemasan adalah
ketegangan mental disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu
bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus
berada dalam keadaan waspada terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas
(Komarudin, 2015: 102). Levitt yang dikutip oleh Husdarta (2011: 73) menyatakan
“Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan subjektif terhadap sesuatu
yang ditandai oleh kekhawatiran, ketakutan, ketegangan, dan meningkatkan
kegairahan secara fisiologik.” Setiap orang pernah mengalami kecemasan atau
ketakutan terhadap berbagai situasi seperti takut dimarahi, takut tidak naik kelas, takut
gagal, takut tertabrak dan takut atau khawatir sebelum bertanding. Adapun Singgih D.
Gunarsa (2008: 147) menambahkan kecemasan adalah perasaan tidak berdaya, tak
aman tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar. Kecemasan dalam
pertandingan akan menimbulkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat
mengganggu pelaksanaan pertandingan serta mempengaruhi penampilan atau prestasi.

A.2. Jenis Kecemasan


Jenis-jenis gangguan kecemasan dapat digolongkan menjadi beberapa
pendekatan. Wiramiharja (Wisnu Haruman, 2013: 23) mengungkapkan beberapa jenis
gangguan kecemasan sebagai berikut:
1. Panic disorder yaitu gangguan yang dipicu oleh munculnya satu atau dua
serangan atau panik yang dipicu oleh hal-hal yang menurut orang lain bukan
merupakan peristiwa yang luar biasa. Seseorang dengan gangguan panik ini
Agrofobia, yaitu suatu keadaan seseorang merasa tidak dapat atau sukar
menjadi baik secara fisik maupun psikologis untuk melepas diri.
2. Phobia lainnya merupakan pernyataan perasaan cemas atau takut atas suatu
yang tidak jelas, tidak rasional, tidak realistis.
3. Obsesive-compulsive yaitu suatu pikiran yang terus menerus secara patologis
muncul dari dalam diri seseorang, sedangkan komplusif adalah tindakan yang
didorong oleh impuls yang berulang kali dilakukan.
4. Gangguan kecemasan tergenerelisasikan yang ditandai adanya rasa khawatir
yang eksesif dan kronis dalam istilah lama disebut Free Floating Anxiety.

A.3. Aspek-aspek Kecemasan Bertanding


Dimensi dari kecemasan berolahraga terlihat dari skala yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Skala yang digunakan yakni The Competitive State Anxiety
Inventory 2 (CSAI-2) yang dibuat oleh Martens, Vealey, dan Burton (1990). Dalam
skala tersebut, pertanyaan dibagi kedalam tiga jenis yakni Cognitive Anxiety, Somatic
Anxiety, dan Self-Confidence. Ketiga jenis tersebutlah yang menjadi dimensi dari
kecemasan olahraga terutama dari state anxiety. Cognitive Anxiety atau kecemasan
kognitif didefinisikan sebagai kekhawatiran atau pikiran negatif individu atau
kekhawatiran tentang kinerja, serta gangguan perhatian dan kurang konsentrasi.
Somatic Anxiety atau kecemasan somatik dapat diidentifikasi sebagai gejala reaksi
fisik yang mungkin terjadi pada individu yang meliputi keringat berlebihan,
peningkatan denyut jantung, badan gemetar atau tegang (Martens, Valey, dan Burton,
1990), sedangkan self confidence berarti kepercayaan diri. Selain daripada itu, adapun
prediksi bahwa kecemasan somatik seharusnya menurun setelah pertandingan dimulai
atau ketika atlet tersebut bertanding, akan tetapi kecemasan kognitif akan tetap terasa
apabila seorang atlet memiliki kepercayaan diri yang rendah. Berdasarkan prediksi
tersebut, terlihat bahwa ketiganya sama-sama berkaitan dalam hal kecemasan
berolahraga.

A.4. Sumber-sumber yang menimbulkan kecemasan

Sumber kecemaan bermacam-macam seperti tuntutan sosial yang berlebihan


dan tidak atau belum dapat dipenuhi oleh individu yangbersangkutan, standar prestasi
individu yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya, seperti misalnya
kecenderungan perfeksionis, perasaan rendah diri pada individu yang bersangkutan,
kekurang siapan individu sendiri untuk menghadapi situasi yang ada, pola fikir dan
persepsi negative terhadap situasi yang ada ataupun terhadap diri sendiri (Firmansyah,
2007). Gunarsa (2008) mengatakan bahwa terdapat sumber-sumber yang
menimbulkan kecemasan yaitu :
a. Sumber kecemasan dari dalam, mempunyai arti bahwa terdapat sumber- sumber
yang menimbulkan kecemasan yaitu :
1. Seseorang atlet menghadapi lawan yang ulet dan cermat, sehingga lawan itu
mampu mengantisipasi setiap serangan yang ia lakukan. Akibatnya atlet
tersebut akan merasa terdesak dan selanjutnya tidak mampu lagi menguasai
situasi yang sedang dihadapinya.
2. Perasaan-perasaan yangmemberikan beban mental pada diri atlet itu sendiri,
misalnya : atlet merasa bermain bagus sekali. Demikian pula pada perasaan
sebaliknya, yang seakan-akan dia telah menjatuhkan vonis pada diri sendiri
bahwa dia tidak akan mencapai sukses.
3. Dicemooh atau dimarahi akan menimbulkan reaksi pada diri atlet. Reaksi
tersebut akan tetap bertahan, sehingga menjadi sesuatu yang menekan dan
menimbulkan frustasi yang mengganggu pelaksanaan tugas.
4. Bila dalam diri atlet ada pikiran atau rasa puas diri, maka dia telah
menanamkan benih-benih stress pada diri sendiri. Atlet akan dituntut oleh diri
sendiri untuk mewujudkan sesuatu yang mungkin berada diluar
kemampuannya. Bia demikian keadaannya, maka sebenarnya atlet itu telah
menerima tekanan yang tidak disadari (Firmansyah, 2007).
b. Sumber-sumber dari luar, diartikan sebagai kecemasan dari luar diri atlet. Adapun
beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan sebagai berikut :
1. Rangsangan yang membinggungkan Salah satu bentuk rangsang yang
membingungkan adalah komentar anggota pengurus atau pelatih yang merasa
berkompeten untuk melakukan koreksi, strategi atau teknik yang harus
diterapkan serta petunjuk lain pada atlet. Menerima beberapa petunjuk dan
perintah sekaligus akan membingungkan atlet
2. Pengrauh massa Massa penonto, terlebih yang masih asing, dapat
mempengaruhi kestabilan mental atlet. Penonton juga memainkan peranan
yang sangat berarti dalam suasana pertandingan. Pengaruh mereka terhadap
atlet bisa dalam bentuk negatif seperti ; tindakan agresif berupa cemoohan
terhadap atlet itu sendiri, disamping pengaruh yang merugikan, adapula
pengaruh yang dapat membangkitkan semangat atau rasa percaya diri,
sehingga dalam situasi yang kritis atlet merasa masih ada yang mendukungnya
dan selanjutnya secara berangsur-angsur ia mampu menguasai keadaan
kembali dan melanjutkan penampilan yang lebih baik.
3. Saingan yang bukan tandingannya Apabila atlet mengetahui lawan yang akan
dihadapi adalah atlet peringkat diatasnya atau lebih unggul daripada dirinya,
maka dalam hati kecil atlet tersebut telah timbul pengakuannya aka ketidak
mampuannya untuk menang. Situasi tersebut akan menyebabkan
berkurangnya kepercayaan pada diri sendiri. Setiap kali berbuat kesalahan, ia
makin menyalahkan diri sendiri.
4. Kehadiran atau ketidakhadiran pelatih Pelatih tidak hadir pada saat
pertandingan berlangsung sehingga membuat atlet kurang mendapat petunjuk,
motivasi dari pelatihnya karena mungkin bagi atlet tersebut pelatihnya bisa
dipercaya dalam memberikan arahan- arahan yang baik untuk memenangi
pertandingan. Namun bisa juga atlet tersebut merasa tertekan karena tuntutan
pelatih yang terlalu tinggi, sehingga atlet kurang konsentrasi dalam
pertandingan (Firmansyah, 2007).

A.5. Gejala-gejala kecemasan


Terdapat berbagai gejala yang muncul pada individu yang mengalami
kecemasan. Gunarsa (2008) gejala-gejala kecemasan dapat dibedakan atas :
a. Gejala Fisik
1. Adanya perubahan yang dramatis pada tingkah laku, gelisah atau tidak tenang
dan sulit tidur.
2. Terjadi peregangan pada otot-otot pundak, leher, perut.
3. Terjadi perubahan irama pernapasan
4. Terjadi kontraksi otot setempat, pada dagu, sekitar mata dan rahang
b. Gejala Psikis
1. Gangguan pada perhatian dan konsentrasi
2. Perubahan emosi
3. Menurunnya rasa percaya diri
4. Timbul obsesi
5. Timbul motivasi

B. Kerangka Konseptual
Kecemasan atlet sering kali muncul ketika menjelang bertanding,hal ini
menjadi salah satu hambatan bagi seorang atlet untuk dapat memberikan performa
terbaiknya dalam pertandingan. Sumber kecemasan seorang atlet dapat datang dari
dalam diri maupun dari luar diri atlet itu sendiri dalam hal ini termasuk pengaruh
orang-orang disekitarnya dan juga suasana pertandingan. Kecemasan tidak selalu
menjadi hal buruk bagi atlet , karena dengan adanya kecemasan sebenarnya dapat
meningkatkan kewaspadaan atlet dalam pertandingan, dengan catatan atlet tersebut
mampu mengkontrol perasaan cemasnya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya,
yaitu atlet tidak dapat mengkontrol perasaan cemasnya sehingga ia cenderung
dikuasai oleh kecemasannya maka dapat berdampak buruk pada performanya.
Terdapat beberapa kasus atlet sampai melakukan kesalahan akibat dari kecemasan
yang muncul secara berlebihan. Pada umumnya kecemasan meningkat sebelum
pertandingan yang disebabkan oleh bayangan akan beratnya tugas dan pertandingan
yang akan datang. Smenurut Cratty tingkat kecemasan seorang atlet selama
pertandingan tidaklah stabil, melainkan dapat berubah-ubah antara sebelum, saat
pertandingan, dan setelah pertandingan selesai. Setiap atlet juga memiliki tingkat
kecemasan yang berbeda-beda. Melihat fenomena di atas Sehingga penelitian ini akan
mengambil judul “Analisis Kecemasan Atlet Mahasiswa Psikologi UNJ Dalam
Menghadapi Pertandingan”

C. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian
Rendriyana Putri Permata Sari (2017), yang berjudul “Analisis Kecemasan Atlet
Terhadap Prestasi Sebelum Dan Sesudah Pertandingan”, menunjukkan bahwa
tiga subjek PUSAR, ZFA, FFT tingkat kecemasanya cenderung mengalami
peningkatan dari sebelum ke sesudah bertanding. Hal ini disebabkan oleh faktor
intrinsik yang mana merasa tidak bisa memberikan yang terbaik kepada pihak terkait.
Untuk dua subjek WAL dan ORC tingkat kecemasan sesudah bertanding cenderung
menurun dibandingkan sebelum bertanding. Hal ini dikarenakan subjek berinisial
ATEH dari awal memang tidak mengalami kecemasan sedangkan FDF, AR
mengalami kecemasan sedang pada sebelum bertanding dan menurun sesudah
bertanding karena merasa optimis masih bisa memenangkan dipertandingan lain.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
(1975:5) sebagaimana dikutip Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lesan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
inividu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi kedalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya se
Watt dan Berg mengatakan bahwa fenomenologi berupaya memahami tentang
bagaimana orang melakukan sesuatu pengalaman beserta makna pengalaman itu bagi
dirinya bagai bagian dari suatu keutuhan. Lebih spesifik lagi metode dalam kualitatif
yang digunakan adalah pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang mempelajari fenomena dan
individu secara subjektif. Watt dan Berg mengatakan bahwa fenomenologi berupaya
memahami tentang bagaimana orang melakukan sesuatu pengalaman beserta makna
pengalaman itu bagi dirinya sendiri. Pendekatan ini dirasa sesuai karena yang kami teliti
disini adalah seorang atlet dan pengalamannya dalam menghadapi pertandingan.
Alasan lain mengapa metode ini digunakan adalah bahwa data yang dikumpulkan
dianggap sangat bermanfaat dalam membantu dapat memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan menyesuaikan pada kesanggupan waktu dan tempat dari
narasumber. Sehingga untuk tempat berlangsungnya wawancara sendiri berada di kampus
A Univesitas Negeri Jakarta dan kampus D Universitas Negeri Jakarta Fakultas Psikologi.
Jangka waktu yang digunakan untuk mewawancara 5 narasumber dalam penelitian ini
yaitu berlangsung antara tanggal 9 hingga 11 Januari 2019.

C. Subjek Peneltian
Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja). Menurut
Singarimbun dan Sofyan Effendi (2000: 35) teknik purposive bersifat tidak acak, dimana
subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan informan penelitian ini adalah :
1. Informan adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UNJ.

2. Informan merupakan seorang atlet di bidang olahraga tertentu

3. Informan merupakan seorang atlet yang pernah mengikuti suatu pertandingan


sekurang-kurangnya 2 kali.

4. Informan berjumlah 5 orang

D. Langkah-langkah Penelitian
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara yang disesuaikan dengan
informasi yang dibutuhkan
1. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010:231) adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik wawancara terstruktur dan penentuan informan ditentukan
secara purposive, dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap. Sebeul melakukan wawancara, peneliti
membuat pedoman wawancara berisi 14 butir pertanyaan yang akan ditanyakan pada
narasumber selama wawancara. Peneliti juga melakukan probing atau penggalian
informasi lebih dalam lagi pada pernyataan-pernyataan narasumber yang kurang jelas
atau sekiranya menarik namun tetap berhubungan dengan tema penelitian.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen Usman (2011:69). Dokumentasi dalam
penelitian ini berupa Perda No. 3 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun
1980 tentang Usaha Penanggulangan Gepeng, UU RI No.11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, buku-buku, jurnal, skripsi, data-data statistik maupun foto-foto
dan lainya yang terkait dengan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini. Dokumentasi dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan
pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut.

 Teknik Analisis Data


Bodgan dalam sugiyono (2013:244) menyatakan bahwa analisa data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sedangkan Susan Stainback
dalam Sugiyono (2013:244) mengemukakan bahwa analisa data merupakan hal yang
kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisa digunakan untuk memahami
hubungan dan konsep sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
1. Pengumpulan Data
Upaya pengumpulan data dengan berbagai cara. Seperti: observasi, wawancara,
dokumentasi, dll.
2. Reduksi Data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh data, harus lebih dulu
dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan
dalam penelitian ini.
3. Penyajian Data
Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan
dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak
terbenam dalam setumpuk data.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data
yang di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh
kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

 Keabsahan Data
Pada penelitian kualitatif keabsahan data merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk memberikan bukti bahwa penelitian yang dilakukan tersebut dapat
dipercaya dan menegaskan bahwa penelitian kualitatif yang dilakuka benar-benar
suatu penelitian yang ilmiah.
Diperlukan proses pemeriksaan untuk memperoleh keabsahan hasil
penelitian. Terdapat empat kriteria tertentu yang menyatakan keabsahan
penelitian, yaitu:
1. Kredibilitas/ Derajat Kepercayaan
Pada tahap ini kita melakukan inkuiri untuk mencapai tingkat
kepercayaan penelitian yang sesuai. Melakukan pembuktian untuk
menunjukan derajat kepercayaan dari hasil penelitian
2. Kriterium Keteralihan (Transferability)
Untuk mencapai transferability seorang peneliti dituntut untuk
mencari dan mengumpulkan data empiris yang kesamaan konteksnya
dapat diambil dan juga dipertanggungjawabkan.
3. Kriterium Kebergantungan
Merupakan substitusi istilah realibilita dalam penelitian yang
nonkualitatif. Yang membedakan kualitatif adalah karena manusia
sebagai instrumen dapat mengalami keterbatasan menjadi pertimbangan
kemudian mencapai kesimpulan menggantinya dengan kriterium
kebergantungan.
4. Kriterium Kepastian
Sebelumnya berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif.
Nonkualitatif merupakan objektifitas yang didapat dari kesepakatan
yang didapat antar subjek. Pengalaman individu merupakan hal yang
subjektif, namun ketika itu disepakati beberapa orang maka akan dapat
dikatakan objektif. Maka, objektivitas-subjektivitas merupakan hal yang
bergantung pada orang laindan ini lah yang nantinya akan menjadi
kepastian.

DAFTAR PUSTAKA
King, L. A. (2010). Psikologi Umum Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Manfaat Olahraga bagi Kesehatan Mental. (t.thn.). Diambil kembali dari Doktersehat.com:
https://doktersehat.com/manfaat-olahraga-bagi-kesehatan-mental/

Moleong, J. L. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sari, R. P., & Ismalasari, R. (t.thn.). Analisis Kecemasan Atlet Terhadap Prestasi Sebelum dan
Sesudah Pertandingan. Universitas Negeri Surabaya.

Creswell. 1998. Qualitative Inquiry: Choosing Among Five Traditions. USA: Sage
Publications Inc

https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/viewFile/10067/8656

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1358/08%20naskah%20publikasi.pdf?
sequence=15&isAllowed=y

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/download/4651/4084

https://eprints.uny.ac.id/55813/1/SKRIPSI.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/9393/6/bab%203.pdf

http://digilib.unila.ac.id/18718/25/BAB%20III.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

1. Silahkan perkenalkan diri anda (Nama dan usia)


2. Cabang olahraga apa yang anda tekuni dan sudah berapa lama menekuninya?
3. Dalam seminggu berapa kali latihan yang anda lakukan?
4. Saat menjelang pertandingan apakah ada penambahan waktu latihan?
5. Boleh diceritakan pengalaman anda dalam menghadapi pertandingan pertama anda?
(Apa yang anda rasakan)
6. Bagaiman dengan pertandingan terakhir yang anda lakukan? (Apa yang anda rasakan)
7. Apakah Anda sering kali merasa cemas saat menjelang pertandingan ?
8. Gejala apa yang muncul ketika anda merasa cemas?
9. Apakah melihat kemampuan lawan dapat menambah kecemasan ?
10. Adakah faktor lain yang dapat memicu kecemasan dalam diri anda selama
pertandingan?
11. Adakah pengaruh dari intensitas latihan terhadap perasaan cemas yang muncul saat
pertandingan?
12. Adakah suport mental yang anda dapatkan dari pelatih? (Jika ada apakah itu
mempengaruhi perasaan anda dalam menghadapi pertandingan?)
13. Adakah dampak dari perasaan cemas tersebut terhadap performa anda dalam
pertandingan?
14. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi peraaan cemas yang muncul saat jalannya
pertandingan?
Lampiran 2

VERBATIM WAWANCARA

Verbatim 1

N : Narasumber

P : Pewawancara

P: Selamat Siang saya, shofi mahasiswi S1 Pendidikan Psikolog UNJ. Disini saya bermaksud
untuk melakukan sebuah penelitian mengenai “ Analisis Kecemasan Pada Atlet Dalam
Menghadapi Pertandingan”. Apa anda bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini?

N: Boleh

P: Yang pertama silahkan kenalkan diri anda nama, usia, dan cabang olahraga yang anda
tekuni sama berapa lama anda menekuninya?

N : Nama Gavin ilham ramadhan, usia 20 tahun, cabang olahraga yang ditekuni ini futsal,
emm berapa lama dari semester satu jadi udah satu setengah tahun

P : Untuk intensitas latihannya dalam seminggu itu berapa kali anda melakukan latihan?

N : kalo kominitas itu sendiri biasanya 2 kali seminggu

P: Pada hari?

N : Selasa Kamis

P : Kemudian, saat menjelang pertandingan apakah ada penambahan waktu latihannya itu
sendiri?

N : Gak ada

P : Boleh anda ceritakan pengalaman pertama anda dipertandingan pertama, jadi seperti
perasaannya suasananya?

N : Emmm... Mungkin Karena sebelumnya jugaikut komunitas futsal di SMA jadi untuk
pertandingan pertama sih biasa aja gak terlalu cemas, ya mungkin ya itu si dari atmosfirnya
agak beda sih kan lebih tinggi ya tingkat mahasiswa jadi adalah kecemasan dikit tapi gak
terlalu banyak
P: Sebelumnya tadi anda bilang di SMA juga mengikuti futsal, pertama kali banget anda
mengikuti futsal itu kapan?

N: Dari SD itu mulai suka futsal, SMP juga mulai ikut ekstrakulikulerya pas SMP

P: Kalau untuk pertandingan pertama itu berarti waktu SD, SMP, SMA atau Kuliah?

N: SMP

P: Boleh tolong diceritain yang waktu SMP itu?

N : Nah kalau pertandingan pertama waktu SMP itu dulu gugup banget karena masih pemula
gitukan terus udah mengikuti suatu kejuaran gitu, ya ada perasaan cemas

P: Kalau pertandingan terakhir nih yang anda lakukan, bisa anda jelasin gak apa yang anda
rasakan saat itu?

N: Yang terakhir kemarin ya? Kebetulan kemarin di Expo saya diangku cadangan jadi gak
main, perasaannya ya agak kecewa karena tidak dimainkan selama pertandingan

P: Tapi selama dibangku cadangan itu ada perasaan cemas gak sambil lihat teman-temannya
yang lain main?

N: Pasti ada perasaan cemas, karena kita menargetkan juara satu ya karena dikandang sendiri

P: Kalau selama anda melakukan pertandinga nih ? Sering gak sih perasaan cemas itu
muncul?

N: Saat kapan?

P: Saat mau pertandingan?

N: Saat mau pertandingan karena pengalamannya sudah mulai banyak jadi perasaan
cemasnya berkurang

P: Gejala apa saja yang muncul ketika merasa cemas?

N: Gejalanya biasanya ini sakit perut dikit, biasanya sih gitu sama agak deg-deg-an

P: Biasanya dengan melihat kemampuan lawan, itu mempengaruhi kecemasan anda gak?

N: Mempengaruhi, tapi dalam hal positif, jadi kalau misalnya kita melihat musuhny bermain
lebih bagus itu justru menjadi motivasi kita untuk bermain lebih baik lagi.
P: Kalau selain tadi kan berarti melihat kemampuan musuh mempengaruhi ya? Kalau selain
itu ada gak faktor entah dari dalam diri anda atau dari luar diri anda yang mempengaruhi itu?

N: Mungkin kalau dari diri sendiri sih lebih ingin menampilkan hasil latihan yang sudah kami
lakukan, ya lebih ingin apa ya? Mengeluarkan kemampuan saat pertandingan gitu

P: Berarti yang bikin cemas itu selain dari melihat tim lawan itu, berarti karena anda juga
ingin menunjukan kemampuan terbaik anda?

N: (Mengangguk)

P: Intensitas latihan itu sendiri apakah mempengaruhi kecemasan?

N: Kalau dari latihan sendiri sihjarang juga, biasanya latihan dari komunitas futsal sendiri sih.
Tapi mempengaruhi juga sih kalau misalnya latihannya cukup pasti kit gak terlalu cemas
soalnya kita udah berusaha lebih keras

P: Selama anda menekuni futsal ini entah itu dari SMP, SMA atau kuliah kan pasti ada
pelatihnya nih? Support dari pelatih itu ada gak sih? Dan kalau ada apa itu mempengaruhi
perasaan anda?

N: Kalau dari pelatih pasti berpengaruh ya, apalagi kalau kita diberi kepercayaan untuk main,
apalagi untuk sebagai starter bermain diawal sangat berpngaruh

P: Berpengaruhnya seperti apa?

N: Ya kita dapat kepercayaa, berpengaruhnya kita jadi lebih bersemangat gitu

P: Yang terakhir, apa yang anda lakukan untuk mengatasi perasaan cemas yang muncul saat
jalannya pertandingan tersebut?

N: Untuk mengatasi cemas, biasanya menerikan jargon bersama-sama sih itu mengurangi
cemas

P: Ya, sekianpertanyaan yang saya ajukan, terimakasih atas waktunya dan terimakasih telah
mau menjadi narasumber saya

Verbatim 2

N : Narasumber

P : Pewawancara
P: Selamat Siang saya, shofi mahasiswi S1 Pendidikan Psikolog UNJ. Disini saya bermaksud
untuk melakukan sebuah penelitian mengenai “ Analisis Kecemasan Pada Atlet Dalam
Menghadapi Pertandingan”. Apa anda bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini?

N: Ya, saya bersedia

P: Yang pertama, tolong perkenalkan diri anda: Nama, usia, cabang olahraga yang ditekuni,
dan berapa lama?

N: Nama lengkap Alif farhan indrawan, usia 20 tahun, terus apalagi tadi?

P: Cabang olahraga yang ditekuni dan berapa lama menekuni?

N: Cabang olahraganya pencak silat dan kurang lebih udah 4 tahun

P: Dalam seminggu itu berapa kali latihan?

N: Emmm kalo dulu tuh waktu SMA kadang 2 kali kadang 3 kali bahkab kalau mendekati
kejuaran bisa tiap hari gitu dalam seminggu, tapi untuk sekarang-sekarang ini udah jarang
latihan

P: Kalau misalnya sekarang-sekarang ini terus mau pertandingan gitu gimana latihannya?

N: Emmm... Kalau mendekati pertandinganbiasanya H-3minggu H-2 minggu udah mulai


setiap hari tuh kalau udah mendekati kejuaran kaya gitu misalkan dari pulang sekolah nih
jam 4 nah itu bisa sampe jam 8 malem atau sampai jam 9 bahkan kalau misal hari libur
bisa sampai jam 10 jam 11.

P: Selanjunya, boleh diceritain gak pengalaman anda pertama kali dalam pertandinga, yang
anda rasakan suasanya ?

N: Emm pertama kali tuh ikut pertandigan pas kelas 10, itu kalo gak salah waktu itu apa ya
kejuaraan seleksi O2SN kota bekasi tahun 2014 itu pertama kalinya tuh. Dan itu kan kalau
dipancak silat itu ada 2 cabang kalau saya itu mainnya yang dicabang seni, seninya seni
tunggal jadi kita memperagakan jurus sendiri didepan juri, nah itu yang dirasain gimana ya
guugup pasti karena bener-bener pengalaman pertama kali dan sebelumnya sebelum SMA
tuh belum ada pengalaman kaya gitu jadi itu bener-bener pertama kalinya gitu. Dan
Alhamdulilahnya abis dari situ walaupun gak lolos tapi waktu itu sempet dapet peringkat
tiga untuk seleksi dikota bekasinya tapi gak lolos untuk jadi tim yang dari kota bekasinya
untuk dikirim ke nasional

P: Kalau misalnya pertandingan terakhir yang anda lakukan gimana perasaanya?

N: Pertandingan terakhir itu kebetulan di rektor cup tahun kemarin 2018. Itu waktu itu apa
ya, mainnya dicabang berbeda biasanya mainnya kan seni cuma itu direktor cup itu
kebetulan adanya yang bagian tandingnya yang fight jadi mainnya disitu kan. Karena
udah lama banget gak latihan sempet gugup juga ragu juga duh bisa apa nggak nih, tapi
ya untungnya walaupun kalah sekali untung dapet kesempatan kedua untuk main di semi
finalnya dan Alhamdulillahnya bisa menang gitu kan walaupun gak juara satu.
Seenggaknya dapet lah, dapet yang bisa dibawa pulang gitu juara tiga gitu.

P: Kalau untuk menghadapi pertandingan terutama menjelang pertandingan ada gak sih
perasaan cemas yang muncul?

N: Perasaan cemas ya?

P: Ya

N: Perasaan cemas ada sampai saat ini sih masih ada aja

P: Kalau melihat kemampuan lawan itu sendiri diama mempengaruhi perasaan cemas itu
gak?

N: Emmm kadang iya mempengaruhi banget. Apalagi kalo misalkan, contohnya diseni aja
pasti diakan ada nomor urut gitu tampilnya, misalkan dapet nomor urut yang belakang-
belakang paling akhir otomatiskan ngeliatin tuh yang sebelum-sebelumnya itu kadang juga
bisa bikin gimana gitukan kaya waduh nih lawan-lawannya yang sebelum-sebelumnya
gerakannya lumayan bagus, terus biasanya kalo sekarang itukan diseni jadi nanti ada
penilain poin gitu nah poinnya itu ditampilin gitu diproyektor jadi semua orang bisa lihat,
misalnya abis dia tampil nih poinnya berapa itu kan bisa keliatan ya itu dia yang kadang
suka bikin deg-degan lihat poin lawan terus ngebandingin ngebandingin poin gua berapa
nih gitu.

P: Berarti faktor poin yangditampilkan itu juga mempengaruhi ya?

N: Iyaa, jsedikit gugup

P: Selain itu ada lagi gak faktor yang mempengaruhi kecemasanya?


N: Sama sebenernya ini sih lebih ke beban, emm apa ya?. beban tanggung jawab gimana ya,
kadang tuh ketika pengen ikut pertandingan nih didalam hati udah ditanemin kalo
misalkan oh gua kalo ikut pertandingan ini harus pulang bawa sesuatu gitu dan terkadang
ngerasanya tuh kaya pokoknya gua harus bawa pulang. Kalo gua gak bawa pulang sesuatu
rasanya tuh kaya gimana ya, kecewanya benar-benar kecewa. Karena waktu itu pernah
emm pengen tanding gitukan terus kebetulan besoknya itu ibu gua ulang tahun itutuh gua
pengen banget minimal abis dari sini menang bawa sesuatu buat dikasih walaupun bukan
kado yang kaya gimana seenggaknya ada yang buat dibawa pulang, eh ternyata gagal
gitukan gak dapet apa-apa. Dari situ ngerasanya gimana ya kecewa iya ya gitulah
pokoknya jadi gak enak kecewa beratbanget Cuma emang gak berlangsung lama

P: Berarti ada internal dari diri sendiri yang ngasih target harus dapet sesuatu nih gitu ya? Itu
dari sendiri aja atau orang-orang disekitar juga seperti itu?

N: Iya, kalau orang sekitar paling kalau guru sih ya. Dia juga menanamkan itu, dia gak
mengharuskan cuma dia ya juga sama ngasih harapan juga. Cuma kalu teman-teman atau
senior-senior gitu yaudah yang penting usaha dulu semaksimal mungkin gitu kan. Entah
itu dapet apa-apanya itu urusan belakangan yang penting usaha dulu. Kalau guru itu dia
kadang lebih mengharapkan oh kita harus bawa pulang sesuatu kalau nggak pun dia juga
gak kaya marah atau gimana sih dia yaudah gitu biasa kalau belum menang berarti belum
beruntung aja masih ada kesemapatan lain, kaya gitu sih.

P: Kalau misalnyasupport mental dari pelatih itu sendiri ada gak sih? Dan apa itu
mempengaruhi perasaan anda kalau ada?

N:Iya pasti sih pasti ada. Dan pastinya juga mempengaruhi, karena dukungan-dukungan
moral yang kaya gitu tuh dari kata-katakah atau dari motivasi-motivasi itu kadang bisa
ningkatin juga itu, oh ternyata gua menghadapi pertandingan ini tuh gak bener-bener
sendiri gitu. Tetap ada orang-orang yang support, walaupun lu kalah sekalipun lu gak
bakal ditinggalin gitukan. Itu lu tetep jadi murid tetep jadi anak, walaupun lu kalah lu gak
jadi seorang pecundang gitu aja gak juga. Jadi dukungan itu memang penting banget.

P: Dengan diberi dukungan oleh pelatih itu sendiri, apakah perasaan cemasnya berkurang?

N: Ya sesaat bisa,Cuma balik lagi gitu ketika di detik detik pengin tampil nih dapet nomor
urutnya disitu suka muncul lagi. Dinasehatin apa-apa kadang gak mempan gitu ya satu-
satunya cara paling ya kaya berdoa, dzikir, segala macem gitu sih paling
P: Nah kalau misalnya intensitas dari latihannya itu sendiri berpengaruh gak sih sama
perasaan cemas yang muncul itu?

N: Emm berpengaruh. Sebenernya sih berpengaruh, Cuma kadang kalau berlebihan pun
takutnya kaya apa ya. Pernah tuh ada jadi dia latihan terlalu sering tuh, jadi pas di hari
H nya itu malah justru performanya menurun entah itu karena entah kakinya sakitlah
Cuma masih kebawa jadi pas pertandingan itu masih belum sembuh gitu dan ujung-
ujungnya ya kan gak mungkin mundur gitu jadinya tetep ngelanjutin gitu

P: Kalau misalnya tadi kan dari ngambil nomor urut mulai muncun tuh perasaan cemasnya,
gejala-gejala yang muncul tuh kaya apa aja sih?

N: Apa ya, keringetan paling itu sih yang sering munculmah, deg-degan ya tapi kaya jantung
berdebar-debar tabi bukan kaya orang jatuh cinta ya

P: Oke selanjutnya , ada gak sih dampak dari perasaan cemas itu pada performa anda
dipertandingan yang anda lakukan?

N: Ya, sangat berdampak sekali. Karena dipertandingan terakhir saya main seni bukan yang
rektor cup kemarin. Sempet juga jadi deg-degan gitukan selain itu kalau diseni kan
ngukur waktu juga jadi ragu nih waktunya bisa cukup gak ya dan ternyata waktu itu
saking deg-degannya pas lagi memperagakana da satu erakan yang ke miss yang
harusnya gak kaya gitu cuma salah gitukan, dan sadar abis itukan salah abis dari situ
udah makin nge-blank kan kebelakang-belakangnya. Ujung-ujungnya mainnya malah
kecepetan dari waktu yang seharusnya. Untungnya waktu itu gak di diskualifikasi dan
masih dapet peluang lah, tapi ya waktu itu kalah ujung-ujungnya karena itu

P: Yang terakhir apa sih yang anda lakukan untuk mengatasi perasaan cemas yang muncul
saat pertandingan itu lagi berjalan?

N: Pastinya sih minta doa, sebelumnya mungkin sebelum ateng ketempatnya itu pagi-pagi
masih dirumah minta doa sama orangtua itu udah pasti. Dan pas disana minta dukungan
teman-teman juga yang ada disana gitukan. Salim sama gurulah, minta doa juga sama
guru, sama temen, sama pelatih gitu gitu sih

P: Oke, sekianpertanyaan yang saya ajukan, terimakasih atas waktunya dan terimakasih telah
bersedia menjadi narasumber saya
Verbatim III

P: Silahkan perkenalkan diri anda (Nama dan usia)

N: Saya Almira Pohaci, Umur 19 tahun, Kuliah di UNJ fakultas pendidikan Psikologi jurusan
Psikologi.

P: Cabang olahraga apa yang anda tekuni dan sudah berapa lama menekuninya?

N: Saya menekuni cabang olahraga renang, kalau awal berenang itu kelas 4 SD karena sakit
tetapi jadi keterusan karena memang senang berenang

P: Dalam seminggu berapa kali latihan yang anda lakukan?

N: Untuk sekarang saat sudah masuk kedalam professional latihan tuh biasanya sekitar 1 hari
itu 2 kali latihan pagi sama sore latihanya, jadi dihitung aja 2x latihan/ hari di kali seminggu
kira kira seminggu itu 14x latihan.

P: Saat menjelang pertandingan apakah ada penambahan waktu latihan?

N: masih ada ini kayak gue sekarang untuk persiapan Komnas. Komnas itu bulan September
tanggal 18 sampai 19 doain ya semoga semoga masuk tim nya ada 9 bulan lagi nih Gue udah
gila gila udah kayak untuk persiapan kayak gitu kayak pomnas atau pohon itu kan apa
namanya itu Sedangkan gue kan UNJ Jakarta harus diseleksi lagi dari universitas yang ada di
Jakarta yang ada di Jakarta terus jadi seleksi lagi itu Jadi rada ribet juga sih

P: Boleh diceritakan pengalaman anda dalam menghadapi pertandingan pertama anda? (Apa
yang anda rasakan)

N: Waktu itu kelas berapa ya saya berenang kalo ga salah kelas 1 waktu itu udah bisa lah
berenang 50 meter tanpa berhenti ditengah itu juga udah seneng banget ibu saya. Terus saya
inget banget sih waktu kelas 1 SD ikut lomba di Al- Jannah kalau ga salah waktu itu juara 1.
Kalau pengalaman saat udah masuk ke dalam professional itu ikut tournament antar club
nasional gitu, perasaanya sih seneng banget, apalagi waktu itu pertandingan pertama di kelas
professional, dijakarta senayan yang sebesar itu dan gua yang sekecil ini pasti cemas gitu kan
pasti. Terus juga liat atlit-atlit nasional, takut juga senang juga iya. Tapi karna ada orang tua
yang sih yang dukung dan semangatin, mereka selalu ingetin jangan grogi lah gitu-gitu
P: Bagaiman dengan pertandingan terakhir yang anda lakukan? (Apa yang anda rasakan)

N: pertandingan paling terakhir sih kemarin ya cuma lebih untuk lebih pede atau lebih
percaya diri nya itu tergantung, kalau misalkan saya latihan menjelang pertandingan Nih
misalnya saya latihan kayak gini nih sekarang buat persiapan Pomnas saya latihan di jauh-
jauh hari jauh-jauh bulan yaitu Karena kan orang olahraga saya itu terukur jadi semakin
sering latihan semakin sering lo semakin besar peluang untuk menang itu.

P: Apakah Anda sering kali merasa cemas saat menjelang pertandingan ?

N: Sering sih. Biasanya pada saat menjelang pertandingan sih biasanya malamnya saya suka
menangis, gatau kenapa nangis pokoknya besok waktu udah mau pertandingan yaa gitu
jadinya lega aja ga tau gimana. Sama palingan Cuma kaya kebelet gitu sakit perut. Tapi mulai
dekat dekat sekarang udah engga sih udah biasa aja, palingan Cuma sakit perut biasa-biasa
aja gamau ke kamar mandi tapi kaya mules gitu aja sakit perut kalau ga palingan pusing. Tapi
udah bisa lah cara buat nanggulanginya.

P: Gejala apa yang muncul ketika anda merasa cemas?

N: Kalo gejala kaya malam gitu palingan Cuma cemas kaya mikirin “besok gimana ya”
“besok menang ga yaa” atau kan ada target waktu kaya mikir “lolos ga ya target waktu nya”
terus kalo udah mau turun tuh kaya keringet dingin terus gemeter juga, sakit perut tuh juga
pasti tapi pernah juga sampe karena nervousnya sampe kaya pusing gitu, ya gitu gitu deh saya
sudah menemukan triknya tersendiri buat handle itu.

P: Apakah melihat kemampuan lawan dapat menambah kecemasan ?

N: Lawan tuh malah menambahkan motivasi buat saya bahkan pelatih saya pun selalu
memasukan nama saya ke dalam kaya nama atlit-atlit yang lain yang lebih cepat waktunya
dari saya pokoknya dimasukin kedalam atlit yang lagi top performe gitu deh. jadi nya saya
juga marah marah ke pelatih saya kan kaya “pak gimana sih pak aku kan waktunya belum
sampe segitu, itu juga platnas orang orangnya” terus dia bilang “yaudah gapapa saya yakin
kok kamu bisa”. Emang sih kalo lagi pertandingan kalo ada yang lebih cepet didepan yang
sekiranya ga jauh itu kaya masih bisa saya kejar gitu.

P: Adakah faktor lain yang dapat memicu kecemasan dalam diri anda selama pertandingan?

N: Ada pasti lah, kan saya berenang udah lama jadi udah dapat banyak teman gitu kan, terus
tuh mereka pada cerita-cerita gitu “kemarin gua berenang waktunya segini loh” “latihanya
berat gini deh” kalo gitu tuh kaya buat saya jadi gimanya ga enak aja, mendingan ngobrolin
yang lain kaya kuliahnya gimana atau tugasnya gimana gitu harusnya.

P: Adakah pengaruh dari intensitas latihan terhadap perasaan cemas yang muncul saat
pertandingan?

N: Engga, justru malah jadi lebih pede, karena renang itu olahraga terukur. Jadi semakin
sering saya latihan seperti yang tadi saya jelasin di awal. Kalo kata pelatih saya sih “usaha ga
akan mengkhianati hasil”.

P: Adakah suport mental yang anda dapatkan dari pelatih? (Jika ada apakah itu
mempengaruhi perasaan anda dalam menghadapi pertandingan?)

N: Support pelatih sih lebih kearah teknis aja sih kaya “saya harus pemanasan gimana nih pak
biar badan saya ga kaku” “saya harus apa nanti” pokoknya saya yang cenderung selalu aktif
karena emang pelatih saya cenderung pendiam gitu. Tapi support mental yang terbesar sih
bukan pelatih yaa soalnya ayah saya tuh selalu ada setiap pertandingan awal awal gitu jadi
setiap kalo udah mau sampai ujung tuh saya selalu liat ayah saya disana dan itu menjadi
support mental terbesar buat saya, pelatih mau kaya gimana pun Cuma jadi penambah aja
yang terbesar tetep dari ayah saya.

P: Adakah dampak dari perasaan cemas tersebut terhadap performa anda dalam
pertandingan?

N: Dampak sih belum ada yaa tapi jangan sampai juga yaa. Soalnya ga pernah sampai
kebawa suasana gitu saat bertanding, saya sendiri meyakinkan kalau olahraga terukur tuh
jangan sampe pake perasaan gitu misalnya “ ah lagi males berenang nih” atau semacamnya
itu ga berguna juga sih.

P: Apa yang anda lakukan untuk mengatasi peraaan cemas yang muncul saat jalannya
pertandingan?

N: Kalau berdoa sih pasti ya, biasanya 2 malam sebelum pertandingan biasanya yang biasnya
ga bangun jam 2 malam tapi malah kebangun buat solat malam, terus waktu solat malam saya
nangis gitu. kalau pertandingan-pertandingan nasional gede itu pasti Terus besoknya udah
nyiapin playlist gitu di HP untuk nyemangatin Terus kalau misalkan udah sampai keringat
dingin tangan dingin banget itu tarik nafas panjang mengatur nafas lagi karena kan jantung
kan selalu berdetak kencang gitu jadi harus mengatur jantung saya gimana biar enggak ini itu
sih sama mengalihkan pikiran kalo orang ngomongin apa saya pakai headset aja udahlah atau
nggak pernah bawa Novel buku gitu tapi malah Justru lebih kebawa suasana kalau gua baca
novel. nonton film juga lebih baper deh dengerin lagu aja sekarang sekarang.

Verbatim IV

P: Silahkan perkenalkan diri anda (Nama dan usia)

N: Gifari Fadel Arighi (19 tahun) kuliah di UNJ Fakultas Pendidika Psikologi Prodi
Psikologi.

P: Cabang olahraga apa yang anda tekuni dan sudah berapa lama menekuninya?

N: Futsal, main futsal sejak sd. Awal-awal sih cuma buat main-main aja tapi pas kelas 6 mulai
serius dan ikut turnamen futsal alhamdulillah dapet juara, di smp ga terlalu di seriusin paling
cuma buat iseng doang, di SMA di seriusin lagi tapi gapernah juara, nah di kuliah tambah
serius alhamdulillah bisa ngasilin beberapa piala

P: Dalam seminggu berapa kali latihan yang anda lakukan?

N: Biasanya 2x seminggu (tetapi tidak menentu sesuai jadwal yang lain)

P: Saat menjelang pertandingan apakah ada penambahan waktu latihan?

N: Ngga sih, saya lebih mengikuti jadwal latihan dari ketua futsal saja.

P: Boleh diceritakan pengalaman anda dalam menghadapi pertandingan pertama anda? (Apa
yang anda rasakan)

N: Saya ambil contoh pertandingan pertama di kuliah ya, waktu pertama kali ikut turnamen
sama psikologi unj pastinya demam panggung ada, gugup, rasa ga percaya diri muncul
sampai-sampai harus membobol gawang sendiri. Tapi dengan motivasi dan kerja sama para
pemain psikologi unj itu bisa menumbuhkan rasa semangat sama percaya diri lagi sih

P: Bagaiman dengan pertandingan terakhir yang anda lakukan? (Apa yang anda rasakan)

N: Di pertandingan terakhir agak kecewa sih karna gabisa bawa juara 1 angkatan saya di
popsi. Perasaan yang dulu canggung sudah hilang walaupun memang rasa canggung itu harus
selalu ada agar kita tidak menganggap remeh setiap pertandingan yang ada.

P: Apakah Anda sering kali merasa cemas saat menjelang pertandingan ?


N: Pastinya sih kalo itu karna saya itu orang nya demam panggung, tapi karna rasa percaya
sama motivasi lebih dari temen-teman didalam tim yang bisa membuat saya lebih percaya
diri apalagi pelatih yang menjadi faktor yang sangat penting

P: Gejala apa yang muncul ketika anda merasa cemas?

N: badan berasa bergetar tidak karuan sesaat sebelum memulai pertandingan tetapi setelah
pertandingan dimulai saya sudah mulai mengontrol tubuh saya agar tidak bergetar lagi saat
didalam lapangan.

P: Apakah melihat kemampuan lawan dapat menambah kecemasan ?

N: Pastinya, karna butuh effort yg lebih lagi untuk menaklukkan lawan yg jago, dan mental
sangat lah penting apabila berhadapan dengan lawan yang sekiranya bermain dengan baik.

P: Adakah faktor lain yang dapat memicu kecemasan dalam diri anda selama pertandingan?

N: Selain faktor lawan tentunya adalah faktor suporter lawan yang datang untuk mendukung
tim nya main. Itu bisa membuat permainan saya di lapangan agak terganggu. Apabila saat
supporter sudah berbuat anarkis sampai mengancam akan lebih membuat saya cemas saat
didalam lapangan.

P: Adakah pengaruh dari intensitas latihan terhadap perasaan cemas yang muncul saat
pertandingan?

N: Menurut saya sih ada karena kalo semakin saya sering latihan, itu bakal ngebuat rasa
percaya diri gue bertambah karna gue mikir kemampuan gue layak dari sering nya latihan

P: Adakah suport mental yang anda dapatkan dari pelatih? (Jika ada apakah itu
mempengaruhi perasaan anda dalam menghadapi pertandingan?)

N: Ada dan sangat mempengaruhi pelatih sangat memiliki peranan penting bagi support
mental dari pemain, karena memang semua pemain menyadari apabila adanya pelatih atau
tidak adanya pelatih akan mempengaruhi jalanya permainan.

P: Adakah dampak dari perasaan cemas tersebut terhadap performa anda dalam
pertandingan?

N: Pastinya dong karna itu ngebuat permainan terbaik saya tidak bisa keluar di lapangan.
Apabila cemas dan gugup saya akan tidak fokus dan akan tidak tahu harus melakukan apa
saat didalam lapangan.
P: Apa yang anda lakukan untuk mengatasi peraaan cemas yang muncul saat jalannya
pertandingan?

N: Berdoa, dan lebih memfokuskan lagi ke kemampuan yang saya punya untuk bisa
mengatur tubuh saya kembali ke kondisi yang normal.

Verbatim V

P: Halo Bro.

N: Ah iya Bro, halo juga.

P: Boleh ganggu sebentar kah?

N: Boleh kok boleh, ada apa nih?

P: Jadi gini, kebetulan saya pengen wawancara dikit nih mengenai kecemasan dalam atlet.
Bisa kan ya?

N: Bisa kok bisa, santai aja.

P: Oke deh, mantap. Kalau gitu perkenalan dulu lah ya, nama sama usianya.

N: Nama saya Andhika Jihad Hilal, usia saya 19 tahun.

P: Kalau boleh tau nih, cabang olahraga apa sih yang ditekuni? Lalu sudah sejak kapan?

N: Olahraga yang ditekuni itu namanya Shorinji Kempo, atau yang biasa dikenal dengan
Kempo. Kalau sudah berapa lamanya, saya ikut Kempo itu sejak kelas 1 SMA jadi tahun
berapa ya? Pokoknya dari kelas 1 SMA deh.

P: Oalah, terus nih latihannya berapa kali sih seminggu?

N: Jadi karena saya itu sekarang berada di PPLM, jadi semacam Pelatda mahasiswa,
seminggu itu full. Saya Senin, Selasa, Rabu, terus Jumat, Sabtu itu full, Kamis libur dan
Minggu juga libur.

P: Wah ketat juga ya. Kalau misalnya udah deket nih sama pertandingan, biasanya ada
penambahan jadwal latihan gitu gak sih?

N: Kalau untuk perisapan pertandingan kita kalau penambahan waktu latihan gak ada ya,
karena kan seperti yang tadi saya sudah jelasin ya, jadwal latihannya juga cukup padat
seminggu bisa sampai 6 kali, eh iya deng 5 kali jadi gak ada tambahan. Paling di setiap sesi
latihan, karena persiapan pertandingan jadi latihan kita lebih difokuskan aja ke nomor-nomor
pertandingan, misalnya buat fight atau seni gitu.

P: Oh, oke oke. Nah, terus bisa cerita sedikit kah mengenai pertandingan pertama di dunia
Kempo ini? Apa yang Anda rasakan?

N: Jadi waktu SMA kelas 2 ada pertandingan waktu itu namanya Porprov, itu adalah Pekan
Olahraga Remaja Provinsi, jadi memang remaja. Pas disitu sih gak ada rasa cemas atau
degdegan ya, karena kan yaudah ya main mah main aja gitu. Karena memang dulu pas masih
remaja kita gak ada zuki, eh sorry zuki itu maksudnya mukul gitu, mukul kepala kan belum
ada karena remaja, jadi rasa cemasnya itu gak terlalu berlebihan.

P: Zuki itu artinya pukulan?

N: Iya, kebetulan pakai bahasa Jepang.

P: Oke, kita next ke pertanyaan berikut nih. Kalau tadi kita bicara pertandingan pertama,
sekarang mau tanya, pertandingan terakhir kapan ya? Lalu juga apa ada rasa cemas atau yang
lain gitu Anda rasakan?

N: Pertandingan terakhir itu bulan Desember, eh iya Desember atau November, lupa.
Pertandingan terakhir itu cukup cemas, karena melihat lawan yang memang merupakan
lawan yang profesional dan juga mereka yang lebih berpengalaman dan juga mereka sering
juara di beberapa pertandingan.

P: Wah berat juga. Rasa cemasnya sering muncul kah di pertandingan-pertandingan yang
lain?

N: Kalau misalnya sudah mendekati pertandingan mah pastinya ada, sering malah.

P: Haha iya juga Bro, kalau cemas biasanya ada gejala kah yang dirasakan?

N: Paling kalau dari cemas apa ya, jadi pendiam, terus juga gemetaran, degdegan gitu ya,
terus juga palingan sih liatin lawan yang lagi main ya.

P: Nah perihal lawan nih, bisa menambah rasa cemas gak sih kalau kita sudah lihat
kemampuan yang dipunyai lawan?

N: Ya sangat sangat amat berpengaruh, dan juga dapat menambah kecemasan. Apalagi kalau
lawannya profesional ya kan?
P: Ah iya juga ya, ada faktor lainnya kah mungkin yang menambah kecemasan selain yang
tadi?

N: Faktor lain yang memicu kecemasan gak ada sih, paling faktornya itu tadi sih gara-gara
lihat lawan.

P: Kalau intensitas latihan itu berpengaruh gak sih sama perasaan cemas ketika pertandingan?

N: Pengaruh banget, karena ketika kita itu misalnya dalam menghadapi pertandingan
intensitas latihan kita kurang, pasti kan kita cemas gitu, takut jadinya wah ini gua bisa juara
apa enggak nih entar gitu kan, tambah apalagi kalau kita ketemu lawannya bukan kaleng-
kaleng gitu kan, memang yang jago.

P: Hahaha, bukan kaleng-kaleng dong. Kalau misalnya pelatih nih, pernah memberikan
mental support kah ketika bertanding? Kalau misalnya pernah, apakah hal itu mempengaruhi
Anda ketika bertanding?

N: Suport Mental yang didapatkan dari pelatih sih, gak pernah. Cuman paling kalau pelatih
itu dalam pertandingan biasanya lebih ke mengarahkan, kayak misalnya, oh kamu nanti
kayak gini ya kalau misalnya musuhnya melakukan ini, kalau misalnya dalam fight ya, atau
misalkan dalam seni palingan kayak benerin gerakan aja sih yang salah-salah.

P: Wah gak pernah ya ternyata. Lalu nih, ada gak sih dampak yang dirasakan dari cemas itu
terhadap performa ketika bertanding?

N: Ada, dampaknya ada. Jadinya kita kalau misalkan cemas, hmm kita jadinya ya grogi pasti
lah ya, terus juga ngelakuin, misalkan kita seni itu kan kita menghafal gerakan ya, nah jadi
kalau misalkan cemas pas kita udah di, udah main nih, pernah gitu kayak ternyata gerakannya
salah, ada gitu yang gak match, jadinya ya nilainya jadi jelek juga gitu.

P: Nah, terakhir nih, untuk mengatasi perasaan cemas ketika bertanding biasanya Anda
melakukan hal apa? Mungkin ada trik-trik khusus?

N: Palingan kalau misalkan mengatasi cemas sih, ya berdoa lah ya gaada lagi kayaknya haha.
Sama paling kayak sebuah motivasi dari temen gitu, kayak memberikan semangat dari
pasangan embu saya gitu kan, sama paling saya ada mengurangi cemas melakukan ritual
tersendiri gitu ada.

P: Boleh tau ritualnya seperti apa?


N: Tiap atlet kan ada ritualnya masing-masing biar ga tegang aja tangan dan kakinya, kalau
saya biasanya kayak benturin tangan, bahu gitu ke tembok sih, tapi gak kenceng.

P: Oalah, oke deh Bro, sekian aja sih wawancaranya, sudah cukup data yang dibutuhkan,
terima kasih banyak atas waktunya. Semoga sukses terus ya ke depannya, tetap semangat !

N: Siap, siap, tenang aja. Amin ya.

You might also like