You are on page 1of 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ODGJ

ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) adalah individu yang tidak mampu

menyesuaikan diri dalam kehidupannya seperti tidak mampu berelasi secara

sosial, mengalami gangguan secara emosi, depresi, mudah cemas, dan gangguan

emosi karena gangguan seksual (Simanjuntak, 2008).

Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang

dalam penyembuhannya, proses pemulihan dan penyembuhan orang dengan

gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan

pemulihannya (Nasriati, 2017).

Orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan

dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk

sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna,serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalani hidup sebagai manusia

(Hastuti & Varlinda, 2017).

2.2 Keluarga

Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004) Keluarga adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam keterikatan aturan dan emosional

dan memiliki peran masing-masing. Menurut UU No. 10 tahun 1992, keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, suami-istri

dan anaknya, ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.


2.2.1 Ciri-ciri keluarga

Robert Maclver dan Charles Morton Page (dalam Ali, 2006) menjelaskan

ciri-ciri keluarga sebagai berikut :

1. keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk dari suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai sistem tatanama.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi.

5. Keluarga memiliki tempat tingga bersama.

Tipe-tipe keluarga menurut Friedman (dalam Ali, 2006) adalah sebagai

berikut :

1. Nuclear Family (keluarga inti) terdiri dari orang tua dan anak ang

tinggal dalam satu rumah

2. Extended Family (keluarga besar) adalah satu keluarga yang terdiri

dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah.

3. Single Parent Family adalah satu keluarga yang dikepalai oleh satu

kepala keluarga dan anak yang masih bergantung.

4. Nuclear Dyed adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri

tanpa anak yang tinggal dalam satu rumah.

5. Blanden Family adalah satu keluarga yang menikah, dan masing-

masing pernah menikah dan memiliki anak dari perkawinna terdahulu.


6. Three Generation Family adalah tiga generasi yakni kakek-nenek,

ayah-ibu, dan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah.

7. Single Adult Living Alone adalah bentuk keluarga yang hanya ada satu

orang dewasa yang tinggal di dalam sebuah rumah.

8. Elderly Couple adalah keluarga yang terdiri dari suami-istri yang paruh

baya.

2.2.2 Peran keluarga

Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Berikut adalah

peran anggota keluarga menurut (Ali, 2006) :

1. Ayah, sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung

dan pemberi rasa aman pada keluarga.

2. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pendidik anak, pelindung

keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan.

3. Anak, berperan sebagai pelaku psikososial.

2.2.3 Fungsi kleuarga

Friedman (dalam Ali, 2006) dan UU No. 10 tahun 1992 menjelaskan

fungsi keluarga yakni sebagai berikut :

Friedman membagi fungsi keluarga menjadi lima yaitu :


1. Fungsi afektif.

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial.

2. Fungsi sosialisasi

Keluarga merupakan tempat untuk individu dalam menjalani perannya.

3. Fungsi reproduksi

Fungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, minum,

pakaian, dan lain-lain.

5. Fungsi perawatan

Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan perawatan

pada anggota keluarga.

Menurut UU No. 10 tahun 1992, fungsi keluarga dibagi menjadi 8 yaitu :

1. Fungsi keagamaan adalah membina ajaran agama sebagai dasar pedoman

hidung seluruh anggota keluarga.

2. Fungsi budaya adalah membina anggota keluarga sebagai sarana unyuk

meneruskan norma budaya masyarakat dan budaya yang ingin di

pertahankan.
3. Fungsi cinta kasih adalah membina tingkah laku saling menyayangi

anggota keluarga maupun antara keluarga satu dengan keluarga yang

lainnya.

4. Fungsi perlindungan adalah memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman

di dalam keluarga.

5. Fungsi reproduksi adalah mengembangkan kehhidupan reproduksi sehat

sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6. Fungsi sosialisasi adalah membina proses pendidikan dan sosialisasi anak

tentang hal yang perlu di lakukan di dalam masyarakat.

7. Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di dalam

maupun di luar keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup

keluarga.

8. Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan praktik

pemeliharaan lingkungan internal keluarga.

2.3 Tingkat Kecemasan

2.3.1 Pengertian
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan dialami

secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart, 2012).


Kecemasan (ansietas) adalah perasaan tidak senang atau ketakutan yang

dialami oleh individu atau sekelompok dan aktivitas sistem syaraf otonom dalam

merespon ancaman yang tidak spesifik dan tidak jelas. (Carpenito, 2009)
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi kecemasan
Faktor penyebab terjadinya kecemasan itu ada yang bersumber pada

keadaan biologis, kemampuan beradaptasi atau mempertahankan diri terhadap

lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalamannya, serta adaptasi

terhadap rangsangan, situasi atau stressor yang dihadapi.


Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor (Nagari,

2009):
1. Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman atau kekurangan makanan,

minuman, perlindungan dan keamanan.


2. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang yang

dicintai, perubahan status sosial atau ekonomi.


3. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak,

remaja.
2.3.3 Tanda dan gejala kecemasan
Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut, was-

was akan suatu hal dalam hidupnya. Salah satunya adalah perasaan cemas.

Menurut Nagawi (2009), sindrom kecemesan ditandai pada tiga aspek :


1. Aspek fisiologis
Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan

cepat, berkeringat dingin, nafsu makan hilang, mual atau muntah, sering

berkemih, nyeri kepala, tidak bisa tidur.


2. Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa

(ketidakmampuan untuk mengingat), tidak bereaksi terhadap rangsangan

lingkungan, penurunan produktivitas, orientasi lebih ke masa lampau dari pada

masa depan.
3. Gejala Emosional
Penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah

dan apatisme. Selain itu, menurut Carpentino (2009), aspek ini dilengkapi

dengan ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya diri dan mencela diri

sendiri.
Gejala kecemasan menurut HARS dalam Nursalam, terdiri dari :
1. Perasaan cemas
Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah terganggu.
2. Ketegangan
Merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat tenang, mudah terkejut, mudah

menangis, gemetar, gelisah.


3. Ketakutan
Takut pada gelap, orang asing, ditinggal sendiri.
4. Gangguan Tidur
Sukar tidur, terbangun malam hari, tidur tidak pulas.
5. Gangguan Kecerdasan
Penurunan daya ingat, mudah lupa, dan sulit konsentrasi.
6. Perasaan Depresi
Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan, sedih, perasaan tidak

menyenangkan sepanjang hari.


7. Gejala Somatik
Nyeri pada otot-otot dan kaku.
8. Gejala Sensorik
Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat.
9. Gejala Kardiovaskuler
Takikardi, nyeri di dada.
10. Gejala Pernapasan
Rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan

merasa napas pendek.


11. Gejala Gastrointestinal
Sulit menelan, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung

sebelum dan sesudah makan, perasaan panas diperut.


12. Gejala Urogenital
Tidak dapat menahan kencing, aminorea.
13. Gejala Otonom
Mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing.
14. Tingkah Laku
Gelisah, jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang.
2.3.4 Tingkat Kecemasan (Stuart, 2012)
1. Tidak Cemas
Adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami rasa kawatir

kesadaran normal.
1) Respon fisiologis
a. Nafas teratur.
b. Nadi dan tekanan darah normal
c. Tidak ada gejala pada lambung.
d. Muka tidak berkerut dan bibir tidak bergetar.
2) Respon kognitif
a. Lapang persegi meluas.
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
c. Konsentrasi pada masalah.
d. Menyelesaikan masalah secara efektif.
3) Respon perilaku dan emosi
a. Tidak dapat duduk tenang.
b. Tidak mengalami tremor pada tangan.
c. Suara stabil.
2. Kecemasan Ringan
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

kesadaran Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu

akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.


1) Respon fisiologis
a. Sesekali nafas pendek.
b. Nadi dan tekanan darah naik.
c. Gejala ringan pada lambung.
d. Muka berkerut dan bibir bergetar.
2) Respon kognitif
a. Lapang persegi meluas.
b. Mampu menerima ransangan yang kompleks.
c. Konsentrasi pada masalah.
d. Menyelesaikan masalah secara efektif.
3) Respon perilaku dan emosi
a. Tidak dapat duduk tenang.
b. Tremor halus pada tangan.
c. Suara kadang-kadang meninggi.
3. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu

lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
1) Respon fisiologi
a. Sering nafas pendek.
b. Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik.
c. Mulut kering.
d. Anorexia.
e. Diare/konstipasi.
f. Gelisah.
2) Respon Kognitif
a. Lapang persepsi menyempit.
b. Rangsang Luar tidak mampu diterima.
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3) Respon perilaku dan emosi
a. Perasaan tidak nyaman.
b. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan).
c. Bicara banyak dan lebih cepat.
4. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi lebih sempit, individu

sering memikirkan hal yang kecil dan mengabaikan hal yang lain.
1) Respon fisiologi
a. Sering nafas pendek.
b. Nadi dan tekanan darah naik.
c. Berkeringat dan sakit kepala.
d. Penglihatan kabur
2) Respon Kognitif
a. Lapang persepsi sangat menyempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Respon Prilaku dan Emosi
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
2.3.5 Penilaian tingkat kecemasan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale), Nursalam (2010).


1. Penilaian
Skor 0 : Tidak ada gejala.
Skor 1, Ringan : Ada 1 gejala yang ada.
Skor 2, Sedang : Ada separuh dari gejala yang ada.
Skor 3, Berat : Lebih dari separuh gejala yang ada.
Skor 4, sangat berat : Semua gejala ada.
2. Penilaian derajat kecemasan
Skor <6 : Tidak ada kecemasan.
Skor 6-14 : Kecemasan ringan.
Skor 15-27 : Kecemasan sedang.
Skor lebih dari > 27 : Kecemasan berat.

2.4 Personal Hygiene

You might also like