You are on page 1of 23

Hasil Sementara Evaluasi

JKN di Provinsi Nusa


Tenggara Timur
University of Melbourne
Dan
PKMK FKKMK UGM
8 Sasaran Peta jalan menuju JKN 2019
SASARAN 1 JANUARI 2014 SASARAN 2019
1. BPJS Kesehatan mulai beroperasi BPJS beroperasi dengan baik
2. BPJS Kesehatan mengelola jaminan kesehatan Seluruh penduduk Indonesia (pada 2019 diperkitakan
setidaknya bagi 121,6 juta peserta (sekitar 50 juta sekitar 257,5 juta jiwa) mendapat jaminan kesehatan
masih dikelola dengan Badan lain) melalui BPJS Kesehatan
3. Paket manfaat medis yang dijamin adalah seluruh Paket manfaat medis dan non medis (kelas
pengobatan untuk seluruh penyakit. Namun, masih perawatan) sudah sama, tidak ada perbedaan, untuk
ada perbedaan kelas perawatan di rumah sakit mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
bagi yang mengiur sendiri dan bagi Peneriman
Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya dibayarkan oleh
Pemerintah
4. Rencana Aksi pengembangan fasilitas kesehatan Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan
tersusun dan mulai dilaksanakan (termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai
untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi
kebutuhan medis mereka
5. Seluruh peraturan pelaksanaan (PP, Perpres, Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
Peraturan Menteri dan Per. BPJS Kesehatan) yang secara berkala untuk menjamin kualitas layanan yang
merupakan turunan UU SJSN dan UU BPJS telah memadai dengan harga keekonomian yang layak
diundangkan dan diterbitkan
6. Paling sedikit 75% peserta menyatakan puas, baik Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas, baik
dalam layanan BPJS maupun dalam layanan di dalam layanan BPJS maupun dalam layanan fasilitas
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS kesehatan yang dikontrak BPJS
7. Paling sedikit 65% tenaga dan fasilitas kesehatan Paling sedikit 80% tenaga kesehatan dan fasilitas
menyatakan puas atau mendapat pembayaran kesehatan menyatakan puas atau mendapat
yang layak dari BPJS pembayaran yang layak dari BPJS
8. BPJS dikelola secara terbuka, efisien dan akuntabel BPJS dikelola secara terbuka, efisien dan akuntabel.
Informan Penelitian
• Dinas Kesehatan
• Puskesmas
• Rumah Sakit Pemerintah
• Rumah Sakit Swasta
Topik Evaluasi JKN
berdasarkan evaluasi JKN
• Sasaran 1
Tata Kelola • Sasaran 5
• Sasaran 8
• Sasaran 2
Keadilan • Sasaran 3
Sosial • Sasaran 4

Mutu • Sasaran 6
Layanan • Sasaran 7
Topik Tata Kelola
Sasaran 1. BPJS Kesehatan beroperasi
dengan baik.
OUTCOME YANG MUNCUL
1.Tidak ada informasi defisit JKN provisi
NTT
2.Data Kapitasi Puskesmas dapat diakses
dinkes kecuali FKTP Swasta
3.Data Klaim tidak dapat diakses
Pemerintah Daerah
Sasaran 5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
secara berkala untuk menjamin kualitas layanan yang memadai
dengan harga keekonomian yang layak

OUTCOME YANG MUNCUL


1. Kebijakan Kapitasi dapat meningkatkan kapasitas FKTP dalam melakukan
kegiatan harian, perbaikan struktur dan pembayaran jasa medis tenaga
kesehatan.
2. Kebijakan rujukan berjenjang belum mempengaruhi program dinas
kesehatan, namun mempengaruhi pelayanan pasien di tingkat FKTRL.
3. Kebijakan Tarif INA-CBGs dirasa cukup namun, kode diagnosis perlu
dipelajari/disosialisasikan kepada semua dokter. Kadang terdapat tidak
kesesuaian dalam diagnosis dan klaim, dokter tidak paham.
Sasaran 8. BPJS dikelola secara terbuka, efisien, dan akuntabel

OUTCOME YANG MUNCUL


1. Pemerintah daerah tidak dapat menggunakan data
kepesertaan by name by address dari BPJS Kesehatan
untuk program JKN yang disusun. Data tersebut tidak
dapat disediakan oleh BPJS Kesehatan.

2. Pembayaran kapitasi ke FKTP Puskesmas diketahui


oleh bendahara Dinas Kesehatan (jumlah total, tidak by
name by address).
Topik Equity
(Keadilan Sosial)
Sasaran 2. Seluruh penduduk Indonesia mendapat jaminan
kesehatan melalui BPJS Kesehatan.

OUTCOME YANG MUNCUL


1. Program peningkatan cakupan peserta JKN dari pemerintah daerah
belum menjadi fokus dari dinas kesehatan. Pemerintah daerah lebih
menyukai skema Jamkesda tingkat FKTP, karena lebih mudah mengontrol
pengeluaran alokasi dana dari skema kunjungan peserta Jamkesda
dibandingkan dana kapitasi.
2. Cakupan kepesertaan mencapai 75,92%
Capaian Kepesertaan Nusa Tenggara Timur
(2016-2018)
78.7%

75.9%

73.6%

Sumber: Data BPJS Kesehatan Agustus


2016 2017 2018 2018

Capaian Kepesertaan Nusa Tenggara Timur per Segmen Peserta (September 2018)
140.0%
120.0%
100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%

PBI APBN PBI APBD PPU PBPU BP Cakupan


Sasaran 3. Paket manfaat medis dan non-medis sudah sama, tidak
ada perbedaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Outcome yang muncul


1. Provinsi NTT belum tersedia layanan cath lab.
Jika pasien membutuhkan rujukan cath lab, dirujuk ke luar
provinsi, yaitu ke Jawa Timur/Bali. Biaya tambahan seperti akomodasi.
2. Sebagian besar persebaran dokter di Provinsi NTT berada di Kota
Kupang yaitu ada 5 dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Dari
22 Kabupaten, terdapat 4 Kabupaten dengan dokter SPJP. Dokter
Penyakit Dalam dapat menangani penyakit jantung dan pembuluh
darah dengan kompetensi yang terbatas (kontrol penyakit post
rujukan, control penyakit komorbiditas).
3. Tidak ada upaya ektra untuk menyamaratakan paket manfaat, namun
positif penyedia layanan sudah lebih banyak sekarang dibandingkan
sebelum ada JKN.
Distribusi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
di Rumah Sakit Rujukan Provinsi Tahun 2018
235

174

92
85

43
33
26
18
3 4 3

SUMATERA SUMATERA BENGKULU DKI JAKARTA JAWA DI JAWA TIMUR NUSA KALIMANTAN SULAWESI PAPUA
UTARA BARAT TENGAH YOGYAKARTA TENGGARA TIMUR SELATAN
TIMUR

2 3 7 11 13 14 15 19 23 27 34

Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2018


Sasaran 4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk
tenaga dan alat-alat) sudah memadai untuk menjamin seluruh
penduduk memenuhi kebutuhan medis mereka.

OUTCOME YANG MUNCUL


1. Pertumbuhan rumah sakit swasta di NTT contohnya kota Kupang dinilai
meningkat setelah era JKN, namun distribusinya belum merata
2. Peningkatan paket manfaat pelayanan kesehatan di RS.
3. Logistik obat e-catalog masih menjadi kendala baik di tingkat puskesmas
maupun di tingkat dinas kesehatan.
4. Era JKN mendukung peningkatan fasilitas struktur dan peningkatan jasa medis
untuk tenaga kesehatan di puskesmas.
Distribusi RS berdasarkan Kelas di Nusa
Jumlah RS di NTT 2012-2018 Tenggara Timur
50 A
47
45 0%
44 44
41 41 B
Non Kelas 4%
8%

D
36%
C
52%

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/report/ yang diolah.


Pertumbuhan Rumah Sakit di NTT (2012-Agt-18)
RS Publik RS privat

45
43
40 40 41 41 41

4 4 5
3 3
1 1
2012 2013 2014 2015 2016 2017 18-Aug

Sumber : http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/report/ yang diolah.


Rasio TT per 100.000 penduduk di Nusa Tenggara Timur (2012-
2018)

107 109
101
98 97
88
84

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


Distribusi Rumah Sakit Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
12

10

Sumber : http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/report/ yang diolah.


JUMLAH DOKTER DAN SPESIALIS TEREGISTRASI KONSIL
KEDOKTERAN INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH JKN
Sebelum JKN Setelah JKN

1235

855
702
498

171 206
77 126
1 3

Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Dokter Gigi Total


Spesialis

Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia


Topik Mutu Layanan
Outcome Implementasi Kebijakan Peraturan BPJS
Kesehatan Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penerapan Kendali Mutu dan Kendali Biaya pada
Penyelenggaraan Program: NTT

1. Kebijakan KMKB teknis belum berjalan di NTT


2. Tidak ada inisiasi dari BPJS Kesehatan untuk melakukan
pertemuan TKMKB
3. Dokter/SDM yang diberi mandate sebagai anggota
TKMKB sibuk dan belum ada inisiasi
4. Di RS ada tim klaim yang bertugas mengurus klaim
serta administrasi untuk klaim INA CBG’s
Outcome Implementasi Kebijakan Pelaksanaan Pembayaran
Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan

1. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan


tidak menjadi beban bagi FKTP
2. Target indicator KBPKP tercapai. Dicapai dengan cara:
• Kontak sehat kunjungan rumah
• Dokter umum mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan kompetensinya dan tidak merujuk
kasus yang tidak perlu dirujuk
• Program peserta prolanis yang rutin berkunjung
selalu tinggi karena program didukung dinkes.
Outcome Implementasi Kebijakan Permenkes 36
Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan dalam
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem
Jaminan Sosial Nasional

1. PMK No. 26/ 2015 belum berjalan optimal di NTT.


2. Tim anti fraud sudah dibentuk di Dinas Kesehatan
3. Di Rumah Sakit Pemerintah Tim anti fraud belum
terbentuk

You might also like