You are on page 1of 8

1.

Kasus/Masalah utama
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghidu tanpa stimulus nyata. (Keliat, 2011).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulasi yang datang
disertai ganguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut.(NANDA-I, 2012) dalam Mukhripah D (2014).

Jenis halusinasi dan data penunjangnya:

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi pendengaran  Bicara atau tertawa sendiri tanpa  Mendengar suara-suara
/ suara lawan bicara. atau kegaduhan
 Marah-marah tanpa sebab  Mendengar suara yang
 Mencondongkan telinga kearah mengajak bercakap-
tertentu cakap
 Menutup telinga  Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk kearah  Meluhat bayangan, sinar,
tertentu bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan pada objek yang tidak kartun, melihat hantu atau
jelas monster.

Halusinasi Penghidu  Menghidu seperti sedang  Membaui bau-bauan


membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine,
 Menutup hidung feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.

Halusinasi Pengecapan  Sering meludah  Merasakan rasa seperti


 Muntah darah, urine, atau feses.

Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk permukaan  Mengatakan ada serangga


kulit dipermukaan kulit
 Merasa seperti tersengat
listrik

b. Rentang Respon Neurobiologis


Menurut Stuart and Sundeen (1998 ) dalam Yosep, (2009). persepsi mengacu pada
indentitas dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit
berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan sesuai
dengan respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.:
o Rentang Respon neurobiologis.
o Respon adaktif Respon maladptif.
o Pikiran logis pikiran kadang menyimpang kelainan pikiran.
o Persepsi akurat ilusi halusinasi.
o Emosi sesuai perilaku emosional berlebihan ketidakmampuan.
o Perilaku sesuai perilaku tidak lazim untuk mengalami hubungan sosial
menarik diri emosi.
o Ketidakteraturan.

RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan pikiran/waham


Persepsi akurat menyimpang Halusinasi
Emosi konsisten dengan Ilusi Kesulitan untuk memproses emosi
pengalaman Reaksi emosional Ketidakteraturan perilaku sosial
Perilaku sesuai berlebihan atau kurang
Hubungan sosial Perilaku aneh atau
taklazim
Menarik diri

c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dan presipitasi gangguan persapsi sensori halusinasi yang
paertama adalah faktor perkembangan, Tugas perkembangan klien yang
terganggu, misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan
lebih rentan terhadap stress; selanjutnya adalah Faktor sosiokultural, Seseorang
yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted child) akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.dan yang
ketiga adalah Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang, maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
Akibatnya stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak, misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamine; keempat
adalah Faktor psikologis,Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal; yang terakhir Faktor genetik dan pola asuh Penelitian menunjukkan
bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
d. Faktor Presipitasi
Sedangkan faktor Presipitasi adalah Perilaku, Respon klien terhadap halusinasi
dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, prilaku
merusak diri, kuran perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
3. Dasar Penetapan masalah Klien
a. Pohon masalah
effect Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori
core problem Persepsi : Halusinasi

causa Isolasi Sosial


b. Masalah keperawatan dan masalah yang perlu dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Gangguan Sensori Persepsi : Objektif:
Halusinasi Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah
tanpa sebab, mendekatkan telinga kearah tertentu, dan
menutup telinga.
Subjektif:
Klien mengatakan mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara suara yang mengajaknya
bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.

4. Diangnosa Keperawatan
a) Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran.
b) Isolasi Sosial
c) Resiko Perilaku Kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)

5. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

6. Daftar Pustaka
Keliat, Budi A. (2002). Keperawatan Kesehat jiwa komunitas. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN
PERTEMUAN 1 TGL: 18 DESEMBER 2017
Nama Perawat : Nur asnah, S.Kep
Nama Pasien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DO :

 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri.


 Marah-marah tanpa sebab
 Mendekatkan telinga kearah tertentu, dan menutup telinga.
DS :

 Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan,


 Klien mangatakan mendengar suara suara yang mengajaknya bercakap-cakap
 Klien mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
d. Membuat jadwal kegiatan harian

4. Tindakan keperawatan :
SP1 pasien :
- Membantu pasien mengenal halusinasinya
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasinya
perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat)
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasinya, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
- Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

Tahap tindakan meliputi:


- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
- Memperagakan cara menghardik
- Meminta klien memperagakan ulang
- Memantau penerapan cara ini, menguatkan prilaku klien
- Memasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
Tehnik Komunikasi : Sp 1
Orientasi: “Selamat pagi bu, saya perawat Nur asna dari Universitas Respati
Indonesia (URIDO) yang akan merawat ibu. Saya senang di panggil asna, nama ibu
siapa? Senang dipanggil apa? “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan ibu
saat ini? Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk ? diruang tamu?
Berapa lama? “Bagaimana kalau 20 menit?
Kerja : “Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?”“apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
“Kapan yang paling sering ibu dengar suara? Berapa kali sehari ibu alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” “apa yang ibu
rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?”
“ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi
saya tidak mau dengar, saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya. Stop
jangan ganggu saya. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar
lagi.Coba ibu peragakan! Nah begitu bagus! Coba lagi! Ya bagus, ibu sudah dapat
menghardik.”
Terminasi : “bagaimana perasaan ibu setelah peragaan latihan tadi ? kalau suara-
suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat
jadwal latihannya? Mau pukul berapa saja latihannya? “bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara
kedua? Jam berapa ibu? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih? Dimana tempatnya ?”saya melihat ibu sudah dapat melakukannya dengan
baik....(sebutkan sesuai hasil observasi pada tiap diagnosis keperawatan)
“baikalah,sampai jumpa besok ya. Selamat pagi”
Tehnik Komunikasi : Sp 2
Orientasi:“Selamat pagi ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suara
itu masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang kita latiih? Berkurangkan suara-
suaranya? Bagis! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau dimana? Disini saja?”
Kerja:“cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau ibu mualai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
ibu. Contohnya begini..tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya kakak, ibu katakan, kak ayo ngobrol
dengan ibu. Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu ibu. Coba ibu lakukan seperti
yang tadi saya lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus
ya, ibu!”
Terminasi:“bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini? Saya melihat ibu sudah
dapat melakukannya, Jadi sudah ada berapa cara yang ibu pelajari untuk mencegah
suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau ibu mengalami halusinasi
lagi,Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu? Mau pukul
berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur jika sewaktu-waktu
suara itu muncul! Besok pagi saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara
yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau pukul berapa? Bagaiman
kalau pukul 10? Mau dimana? Disini lagi ?
sampai besok ya. Selamat pagi.”
Tehnik Komunikasi : Sp 3
Orientasi:“selamat pagi, ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus!
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara ketiga untuk mencegah halusinasi
yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara?Baik, kita duduk
diruang tamu.Berapa lama kita bicara?Bagaimana kalau 20 menit?Baiklah.”
Kerja :“apa saja yang biasa ibu lakukan? Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan?
(terus tanyakan sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah, banyak sekali
kegitannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini. Bagus sekali ibu dapat lakukan.
Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:“bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian ibu. Coba lakukan sesuai jadwal ya! Bagaimana kita membahas cara
minum obat yang baik serta kegunaan obat pada kunjungan saya berikutnya?
Sampai jumpa.”
Tehnik Komunikasi : Sp 4
Orientasi:“selamat pagi , ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih?
Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum
obat? Baik, hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang ibu minum.
Kita akan mendiskusikan selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Disini
saja ya, ibu?”
Kerja:“ibu adakah bedanya minum obat secara teratur? Apakah suara-suaranya
sudah berkurang/hilang? Minum obat sangat penting untuk supaya suara-suara yang
ibu dengar dan menganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
ibu minum? Ini warna yang orange (CPZ) 3 kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang
dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran tenang. Ini yang putih (THP) 3
kali sehari pukulnya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari, waktunya sama, gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Kalau suara-suaranya sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasi dengan dokter, sebab kalau putus obat, ibu akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis ibu dapat minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu harus memastikan bahwa obat itu
benar-benar punya ibu. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca
namakemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya. Ibu juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas perhari.”
Terminasi:“bagaimana perasaan ibu setalah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus! Mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan ibu? Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau keluarga kalau dirumah. Nah,
makanan sudah datang, kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Bagaimana kalau minggu depan? Mau pukul
berapa? Bagaimana kalau pukul 10?
Sampai jumpa, Besok.”

You might also like